Anda di halaman 1dari 16

Nama : Ardita

Prodi : Pendidikan IPA

Kelas : B

Mata Kuliah : Belajar Dan Pembelajaran

Metode Pemebelajaran, Model Pembelajaran, Pendekatam Pembelajaran, Strategi Pembelajaran

A. METODE PEBELAJARAN

Proses belajar memerlukan metode metode khusus yang jelas untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang efektif dan efisien. Metodologi pembelajaran merupakan cara cara dalam
melakukan aktivitas antara pendidik dan peserta didik ketika berinteraksi dalam proses
belajar. Pendidik perlu mengetahui dan mempelajari metode pengajaran agar dapat
menyampaian materi dan dimengerti dengan baik oleh peserta didik. Metode pengajaran
dipraktekkan pada saat mengajar dan dibuat semenarik mungkin agar peserta didik mendapat
pengetahuan dengan efektif dan efisien. Berikut ini metode metode pengajaran dalam proses
belajar:

1. Metode Konvensional/ metode ceramah


Metode pengajaran dengan cara berceramah atau menyampaikan informasi secara lisan
kepada siswa. Metode ini merupakan metode yang paling praktis dan ekonomis, tidak
membutuhkan banyak alat bantu. Metode ini mampu digunakan untuk mengatasi kelangkaan
literatur atau sumber rujukan informasi karena daya beli siswa yang diluar jangkauan.
Namun metode ini juga memiliki beberapa kelemahan dan kelebihan.
a. Kekurangan metode ceramah yaitu:
- Siswa menjadi pasif.
- Proses belajar membosankan dan siswa mengantuk.
- Terdapat unsur paksaan untuk mendengarkan.
- Siswa dengan gaya belajar visual akan bosan dan tidak dapat menerima informasia
tau pengetahuan, pada anak dengan gaya belajar auditori hal ini mungkin cukup
menarik.
- Evaluasi proses belajar sulit dikontrol, karena tidak ada poin pencapaian yang jelas.
- Proses pengajaran menjadi verbalisme atau berfokus pada pengertian kata- kata saja.
b. Kelebihan dari metode ini juga ada, antara lain:
- Mendorong siswa untuk menjadi lebih fokus.
- Guru dapat mengendalikan kelas secara penuh
- Guru dapat menyampaikan pelajaran yang luas.
- Dapat diikuti oleh jumlah anak didik yang banyak.
- Mudah dilaksanakan.
2. Metode Diskusi
Metode diskusi merupakan metode pengajaran yang erat hubungannya dengan belajar
pemecahan masalah. Metode ini juga biasa dilakukan secara berkelompok atau diskusi
kelompok.
a. Kelebihan metode diskusi kelompok ini, sebagai berikut:
- Memberikan pemahaman pada anak didik bahwa setiap permasalahan pasti ada
penyelesaiannya.
- Siswa mampu berfikir kritis.
- Mendorong siswa untuk dapat menyampaikan pendapatnya.
- Mengambil satu atau lebih alternatif pemecahan masalah.
- Mendorong siswa memberikan masukan untuk pemecahan masalah.
- Siswa menjadi paham tentang toleransi pendapat dan juga mendengarkan orang lain.
b. Kekurangan dari metode diskusi ini yaitu sebagai berikut:
- Cocok digunakan untuk kelompok kecil.
- Tema diskusi terbatas.
- Dikuasai oleh orang orang yang suka berbicara.
- Dibutuhkan penyampaian secara formal dalam berpendapat.
3. Metode Demostrasi
Metode demonstrasi digunakan pada pengajaran dengan proses yaitu menggunakan
benda atau bahan ajar pada saat pengajaran. Bahan ajar akan memberikan pandangan secara
nyata terhadap apa yang akan dipelajari, bisa juga melalui bentuk praktikum. Metode
demonstrasi ini memiliki manfaat antara lain siswa jadi lebih tertarik dengan apa yang
diajarkan, siswa lebih fokus dan terarah pada materi, pengalaman terhadap pengajaran lebih
diingat dengan baik oleh siswa.
a. Kelebihan metode demonstrasi ini, antara lain:
- Siswa bisa memahami secara lebih jelas tentang suatu proses atau cara kerja.
- Penjelasan menjadi lebih mudah dimengerti.
- Meminimalisir kesalahan dalam menyampaikan materi lisan, karena bukti konkret
bisa dilihat.
- Kekurangan dari metode demonstrasi ini, yaitu:
- Apabila benda yang didemonstrasikan terlalu kecil, siswa kesulitan dalam
mengamati.
- Jumlah siswa yang terlalu banyak dapat menghalangi pandangan siswa secara merata.
- Tidak semua materi bisa didemonstrasikan.
- Memerlukan guru yang benar- benar paham, agar bisa mendemonstrasikan dengan
baik.
4. Metode Ceramah Plus
Metode ceramah plus yaitu sistem pengajaran dengan menggunakan ceramah lisan dan
disertai metode lainnya. Metode mengajar ini menggunakan lebih dari satu metode.
Misalnya:
Metode ceramah plus tanya jawab: Metode ini secara ideal disertai dengan penyampaian
materi dari guru, pemberian peluang pada siswa untuk bertanya apa yang tidak dimengerti,
dan pemberian tugas di akhir pengajaran.
Metode ceramah plus diskusi dan tugas: Metode ini dilakukan dengan memberikan
materi secara lisan kemudian disertai dengan diskusi dan pemberian tugas di akhir sesi.
Metode ceramah plus demonstrasikan dan latihan: Metode ini merupakan gabungan dari
penyampaian materi dengan memperagakan atau latihan atau percobaan.
5. Metode Resitasi
Metode resitasi merupakan metode mengajar dengan siswa diharuskan membuat resume
tentang materi yang sudah disampaiakan guru, dengan menuliskannya pada kertas dan
menggunakan bahasa sendiri.
a. Kelebihan metode resitasi, sebagai berikut:
- Siswa menjadi lebih ingat dengan materi, karena telah menuliskannya dengan resume.
- Menurut Sayiful Bahri, 2000 siswa menjadi lebih berasi dalam mengambil inisiatif
dan mampu bertanggungjawab.
b. Kekurangan metode resitasi, yaitu:
- Hasil resume yang dilakukan terkadang hanya mencontek pada teman dan bukan hasil
pikirannya sendiri.
- Tugas bisa jadi dikerjakan oleh orang lain.
- Susah mengevaluasi apakah siswa benar- benar memahami hasil tulisan resumenya
sendiri.
6. Metode Percobaan
Metode percobaan merupakan metode pengajaran dengan menggunakan action berupa
praktikum atau percobaan lab. Masing masing siswa dengan ini mampu melihat proses
dengan nyata dan belajar secara langsung.
a. Kelebihan dari metode percobaan ini, yaitu:
- Metode ini membuat siswa merasa bahwa materi yang dipelajari benar adanya dengan
dibuktikan melalui percobaan.
- Siswa dapat mengembangkan diri dengan mengadakan eksplorasi dengan percobaan
percobaan.
- Metode ini akan menghasilkan siswa dengan jiwa peneliti dan suka mencaritahu dan
pengembangan keilmuan dan memberikan kesejahteraan pada masyarakat.
b. Kekurangan dari metode percobaan ini, yaitu:
- Kekurangan alat seringkali menghambat siswa untuk dapat bereksperimen lebih.
- Eksperimen dilakukan pada jam kelas yang terbatas, sehingga percobaan yang dapat
dilakukan terbatas
- Metode ini cocok untuk beberapa tipe pelajaran saja, seperti biologi, teknologi, dan
lainnya.
7. Metode Karya Wisata
Metode karya wisata adalah suatu metode mengajar dengan memanfaatkan lingkungan,
lokasi, atau tempat- tempat yang memiliki sumber pengetahuan bagi siswa. Metode mengajar
ini dilakukan dengan pendampingan oleh guru ataupun orang tua jika usianya masih terlalu
muda. Pendampingan dilakukan untuk menunjukkan sumber pengetahuan yang perlu
dipahami oleh siswa. Metode karya wisata ini bisa dilakukan di tempat tempat sejarah, di
alam, atau lainnya.
a. Kelebihan metode karya wisata, antara lain:
- Metode ini merupakan metode modern yang memanfaatkan interaksi dengan
lingkungan nyata.
- Bahan yang dipelajari ketika sekolah, bisa langsung dilihat secara nyata misalnya
bangunan bersejarah.
- Pengajaran dengan metode ini bisa merangsang siswa untuk lebih kreatif.
- Metode pengajan ini sangat menyenangkan dan tidak jenuh.
b. Kekurangan metode karya wisata, antara lain:
- Memerlukan perencanaan yang matang.
- Memerlukan persiapan yang disetujui oleh banyak pihak.
- Seringkali metode belajar ini lebih mengutamakan tujuan rekreasi daripada tujuan
pembelajarannya.
- Membutuhkan biaya yang cukup mahal.
- Memerlukan pengawasan dari pihak guru dan orang tua.
- Keselamatan dan perlindungan menjadi faktor penting.
8. Metode Latihan Keterampilan
Metode latihan keterampilan ini merupakan metode mengajar dengan melatih
keterampilan siswa atau soft skill dengan cara membuat, merancang, atau memanfaatkan
sesuatu. Metode ini membutuhkan kreativitas siswa yang tinggi denganmemanfaatkan suatu
bahan menjadi barang yang lebih berguna dan bermanfaat.
a. Kelebihan metode latihan ketrampilan ini, yaitu:
- Metode ini melatih kecakapan motorik dan kognitif anak dengan menggunakan alat
alat dan kemampuan mengolah bahan menjadi ide yang lebih kreatif.
- Melatih kreativitas seni siswa.
- Melatih fokus, ketelitian, kecepatan dan ketepatan.
b. Kekurangan metode latihan ketrampilan, yaitu:
- Siswa yang tidak memiliki minat akan kesulitan untuk menyesuaikan diri.
- Menghambat bakat siswa yang lainnya, sehingga lebih baik disesuaikan dengan bakat
masing- masing.
- Waktu yang terlalu lama dalam melaksanalan latihan bisa menimbulkan kebosanan
dan kehilangan minat dari siswa.
9. Metode Pemecahan Masalah (Problem Based Learning)
Metode PBL ini dilakukan dalam kelas kecil, siswa diberikan kasus untuk menstimulasi
diskusi kelompok. Kemudian siswa mengutarakan hasil pencarian materi terkait kasus dan
didiskusikan dalam kelompok.
a. Kelebihan metode problem based learning adalah:
- Siswa menjadi lebih aktif dalam mencari materi atau informasi terkait kasus.
- Siswa aktif dalam menyampaikan pendapat dan berdiskusi.
- Suasana kelas tidak membosankan dan menyita fokus siswa.
b. Kekurangan metode problem based learning, yaitu:
- Metode ini lebih tepat dilakukan dalam kelas kecil dengan jumlah siswa yang tidak
terlalu banyak.
- Perlu adanya trigger atau kasus pemicu yang baik agar diskusi dapat terarah sesuai
tujuan pembelajaran.
- Perlu adanya mentor atau pembimbing yang bertugas meluruskan alur diskusi.
- Diskusi bisa berjalan terlalu panjang lebar pada satu topik bahasan dan memakan
waktu apabila semua siswa berpendapat pada satu topik.
- Pendapat siswa mungkin sama atau mirip yang seharusnya sudah tidak perlu
disampaikan lagi.
10. Metode Perancangan
Metode perancangan merupakan metode mengajar dengan merangsang siswa untuk
mampu menciptakan atau membuat suatu proyek ayang akan dipraktekkan atau akan diteliti.
a. Kelebihan metode ini yaitu:
- Membangun pola pikir kritis dan kreatif siswa sehingga lebih luas dan mampu
memecahkan masalah
- Metode ini mengasah siswa untuk dapat mengintegrasikan pengetahuan, sikap, dan
ketrampilan secara terpadu dan berguna nyata dalam kehidupan sehari hari.
b. Kekurangan metode perancangan ini yaitu:
- Kurikulum yang ada belum menunjang metode pengajaran ini. Metode ini hanya bisa
dipelajari atau diperoleh ketika ada event perlombaan.
- Dibutuhkan bimbingan dari guru yang khusus dalam melakukan perencanaan dan
pelaksanaan
- Membutuhkan fasilitas dan sumber yang mendukung pelaksanaan.
11. Metode Discovery
Metode discovery merupakan metode pengajaran modern yang dilakukan dengan cara
mengembangkan cara belajar siswa menjadi lebih aktif, mandiri, dan pemahaman yang lebih
baik. Siswa mencari jawaban atas pertanyaannya sendiri, sehingga dapat diingat lebih baik.
Strategi ini dinamakan strategi penemuan. Siswa menjadi lebih aktif mencari, memahami,
dan menemukan jawaban atau materi terkait. Siswa juga mampu menganalisa pengetahuan
yang diperolehnya kemudian ditransfer kepada masyarakat.
a. Kelebihan metode discovery, yaitu:
- Mengembangkan kognitif siswa dan memperbanyak penguasaan ketrampilan.
- Pengetahuan diperoleh dengan caranya sendiri sehingga menjadi lebih mandiri dan
berfikir lebih luas
- Dapat menyesuaikan kemampuan siswa itu sendiri.
- Mengarahkan siswa untuk dapat bergerak maju dan meningkatkan motivasi diri
dalam belajar.
- Meningkatkan rasa percaya diri melalui penemuan penemuannya.
- Meningkatkan interaksi antara siswa dengan guru.
b. Kekurangan metode discovery, antara lain:
- Diperlukan persiapan mental dalam proses belajar ini.
- Metode ini baik untuk kelas kecil.
- Mengejarkan tentang penemuan lebih mementingkan tentang pengertian daripada
memperhatikan yang diperolehnya dari ketrampilan dan sikap.
- Ide- ide mungkin sulit ditemukan.
- Tidak semua penemuan menjelaskan pemecahan terhadap masalah.
12. Metode Inquiry
Metode inquiry merupakan metode yang mampu membangun siswa untuk menyadari apa
yang dia dapatkan selama belajar. Guru tetap memiliki peranan penting dalam metode ini
yaitu dengan membuat design pengalaman belajar. Inquiry memiliki arti memahami apa
yang telah dilalui. Metode ini melibatkan intelektual dan menuntut siswa memahami apa
yang mereka pelajari sebagai sesuatu yang berharga.
Atrategi pelaksanaan metode inquiry ini yaitu: guru memberikan penjelasan materi yang
diajarkan, kemudian memberikan tugas pada siswa untuk menjawab pertanyaan yang
diajukan guru sebagai evaluasi pemahaman siswa. Guru membantu memberikan jawaban
yang mungkin sulit dan membingungkan bagi siswa. Resitasi dilakukan pada akhir untuk
mengevaluasi pemahaman siswa tentang apa yang sudah dipelajari. Kemudian siswa
merangkum apa saja yang sudah dipelajari sebagai kesimpulan yang dapat
dipertanggunjawabkan.
13. Mind Mapping
Mind mapping adalah metode belajar dengan menerapkan cara berfikir runtun terhadap
suatu permasalahan bagaimana bisa terjadi sampai pada penyelesaiannya. Pengajaran melalui
mind mapping disajikan dalam bentuk skema yang memiliki hubungan sebab akibat dan
saling berpengaruh. Metode belajar dengan mind mapping ini mampu meningkatkan analisis
dan berfikir kritis siswa sehingga memahami sesuatu secara keseluruhan dari awal sampai
akhir.
a. Kelebihan mind mapping, antara lain:
- Cara ini lebih efektif dan efisien.
- Ide ide baru bisa muncul dengan menggambar diagram diagram.
- Digram yang terbentuk bisa menjadi alur berfikir yang efektif dan bermanfaat untuk
hal lain.
b. Kekurangan dari model mind mapping, adalah:
- Hanya siswa yang aktif yang mampu terlibat.
- Memerlukan dasar dengan banyak membaca sebelum membuat mapping.
- Beberapa detail informasi tidak masuk dalam mapping.
- Orang lain mungkin tidak dapat memahami mind mapping yang dibuat oleh orang
lain karena hanya berupa poin inti saja yang dituliskan.
- Beberapa orang kesulitan merangkai panah atau alur mind mapping dengan rapi, dan
seringkali mind mapping terkesan berantakan dan tidak dapat dipahami.
14. Role Playing/ Berbagi peran
Metode pembelajaran dengan role playing yaitu dengan metode drama atau peran.
Metode ini dengan melibatkan siswa dalam berakting sebagai suatu karakter dalam suatu
situasi tertentu dan menunjukkan respon yang seharusnya dilakukan. Pembelajaran melalui
role playing ini melatih interaksi dan mengekspresikan diri secara nyata sebagai contoh atas
kejadian yang sebenarnya. Hal ini juga bisa digunakan untuk latihan komunikasi yang baik,
atau interaksi dengan orang lain atau klien.
a. Kelebihan metode role playing:
- Siswa mampu mempraktikkan secara langsung.
- Melatih rasa percaya diri di depan kelas.
- Lebih memahami materi.
b. Kekurangan dari metode role playing ini adalah:
- Tidak semua siswa menyukai metode pembelajaran ini.
- Metode ini akan sulit diikuti untuk tipe siswa yang introvert.
15. Cooperative Script
Skrip kooperatif merupakan metode belajar dengan memasangkan siswa dan secara lisan
menuntut siswa untuk mengutarakan intisari dari bagian materi yang disampaikan. Pertama,
guru membagi siswa untuk berpasangan, guru membagikan materi pada siswa dan membuat
ringkasan, guru menentukan siapa yang akan menjadi pembicara dan pendengar. Pembicara
membacarakan ringkasannya sebaik mungkin dengan mengutarakan ide ide pokok materi,
kemudian bertukar peran antara pembicara dan pendengar. Guru pada akhir sesi memberikan
kesimpulan.
a. Kelebihan metode ini yaitu:
- Melatih kemampuan berbicara siswa dan juga kemampuan untuk mendengarkan.
- Partisipasi siswa menjadi aktif secara menyeluruh.
- Meningkatkan keberanian dan rasa percaya diri.
b. Kekurangan metode ini, yaitu:
- Hanya bisa digunakan untuk mata pelajaran tertentu.
- Hanya dapat dilakukan menjadi dua grup dan berpasangan dua orang.
16. Debat
Debat merupakan metode pembelajaran dengan mengadu argumentadi antara dua pihak
atau lebih baik perorangan maupun kelompok. Argumentasi yang dilakukan membahas
tentang penyelesaian suatu permasalahan dan memberi keputusan terhadap masalah. Debat
pada umumnya dilakukan secara formal dengan bahasa bahasa formal dan cara cara tertentu
yang sopan. Terdapat aturan aturan dalam debat informasikan yang disajikan harus memuat
data yang relevan dan berisi.
a. Kelebihan metode pembelajaran ini, yaitu:
- Melatih kemampuan berpendapat dan mempertahankan pendapat siswa.
- Melatih kerja kelompok.
- Menuntut siswa untuk mencari informasi yang kuat untuk argumentasinya.
- Melatih rasa percaya diri dalam berpendapat.
b. Kekurangan dalam metode pembelajaran ini, adalah:
- Seringkali justru berebut dalam memberikan pendapat,
- Pendapat tidak memiliki intisari yang informatif dan hanya berisi sanggahan,
- Adu argumen tidak menemukan titik penyelesaian,
- Siswa yang tidak pandai berargumen akan cenderung pasif dan hanya orang orang
tertentu saja yang aktif berbicara.
B. MODEL PEMBELAJARAN
Untuk membelajarkan siswa sesuai dengan cara-gaya belajar mereka sehingga tujuan
pembelajaran dapat dicapai dengan optimal ada berbagai model pembelajaran. Dalam
prakteknya, guru harus ingat bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling tepat untuk
segala situasi dan kondisi. Oleh karena itu, dalam memilih model pembelajaran yang tepat
haruslah memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan ajar, fasilitas-media yang tersedia,
dan kondisi guru itu sendiri. Berikut ini disajikan beberapa model pembelajaran, untuk
dipilih dan dijadikan alternatif sehingga cocok untuk situasi dan kondisi yang dihadapi
1. Kooperatif (Cooperative Learning).
Pembelajaran koperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluq sosial yang
penuh ketergantungan dengan otrang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab
bersama, pembegian tugas, dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyatan itu, belajar
berkelompok secara koperatif, siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing)
pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih
beinteraksi-komunikasi-sosialisasi karena kooperatif adalah miniature dari hidup
bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing- masing. Jadi
model pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok
untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksu konsep, menyelesaikan persoalan,
atau inkuiri.
Menurut teori dan pengalaman agar kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap
anggota kelompok terdiri dari 4 – 5 orang, siawa heterogen (kemampuan, gender,
karekter), ada control dan fasilitasi, dan meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa
laporan atau presentasi. Sintaks pembelajaran koperatif adalah informasi, pengarahan-
strategi, membentuk kelompok heterogen, kerja kelompok, presentasi hasil kelompok,
dan pelaporan
2. Pembelajaran Kontektual (Contextual Teaching and Learning)
Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau
tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan
siswa (daily life modeling), sehingga akan terasa manfaat dari materi yang akan disajkan,
motivasi belajar muncul, dunia pikiran siswa menjadi konkret, dan suasana menjadi
kondusif – nyaman dan menyenangkan. Prinsip pembelajaran kontekstual adalah aktivitas
siswa, siswa melakukan dan mengalami, tidak hanya menonton dan mencatat, dan
pengembangan kemampuan sosialisasi.
Ada tujuh indikator pembelajaran kontekstual sehingga bisa dibedakan dengan
model lainnya, yaitu
- modeling (pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian kompetensi-tujuan,
pengarahan-petunjuk, rambu-rambu, contoh)
- questioning (eksplorasi, membimbing, menuntun, mengarahkan, mengembangkan,
evaluasi, inkuiri, generalisasi)
- learning community (seluruh siswa partisipatif dalam belajar kelompok atau
individual, minds-on, hands-on, mencoba, mengerjakan)
- inquiry (identifikasi, investigasi, hipotesis, konjektur, generalisasi, menemukan),
- constructivism (membangun pemahaman sendiri, mengkonstruksi konsep-aturan,
analisis-sintesis)
- reflection (reviu, rangkuman, tindak lanjut)
- authentic assessment (penilaian selama proses dan sesudah pembelajaran, penilaian
terhadap setiap aktvitas-usaha siswa, penilaian portofolio, penilaian seobjektif-
objektifnya darei berbagai aspek dengan berbagai cara).
3. Pembelajaran Berbasis Masalah
Untuk dapat meningkatkan kualitas dalam pembelajaran para ahli pembelajaran
menyarankan penggunaan paradigma pembelajaran konstruktifistik dalam kegiatan
belajar mengajar. Dengan adanya perubahan paradigma belajar tersebut terjadi perubahan
fokus pembelajaran dari berpusat pada guru kepada belajar berpusat pada siswa.
Pembelajaran dengan lebih memberikan nuansa yang harmonis antara guru dan siswa
dengan memberi kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk berperan aktif dan
mengkonstruksi konsep-konsep yang dipelajarinya.
Pembelajaran yang berpusat pada siswa mempunyai tujuan agar siswa memiliki
motivasi tinggi dan kemampuan belajar mandiri serta bertanggungjawab untuk selalu
memperkaya dan mengembangkan ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap. Ada
beberapa pembelajaran yang berpusat pada siswa yaitu salah satunya dalah pembelajaran
berbasis masalah.
Pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu metode dalam pembelajaran
yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan
mengintegrasikan pengetahuan baru. Dalam usaha memecahkan masalah tersebut
mahasiswa akan mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan atas
masalah tersebut.
Punaji Setyosari (2006: 1) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah
adalah suatu metode atau cara pembelajaran yang ditandai oleh adanya masalah nyata, a
real-world problems sebagai konteks bagi mahasiswa untuk belajar kritis dan ketrampilan
memecahkan masalah dan memperoleh pengetahuan.
Gardner (2007) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan
alternatif model pembelajaran yang menarik dalam pembelajaran ruang kelas yang
tradisional. Dengan model pembelajaran berbasis masalah, dosen menyajikan kepada
mahasiswa sebuah masalah, bukan kuliah atau tugas. Sehingga mahasiswa menjadi lebih
aktif belajar untuk menemukan dan menyelesaikan masalah.
Pembelajaran berbasis masalah mempunyai tujuan untuk mengembangkan dan
menerapkan kecakapan yang penting yaitu pemecahan masalah berdasarkan keterampilan
belajar sendiri atau kerjasama kelompok dam memperoleh pengetahuna yang luas. Dosen
mempunyai peran untuk memberikan inspirasi agar potensi dan kemampuan mahasiswa
dimaksimalkan. Pembelajaran berbasis masalah memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Belajar diawali dengan masalah
b. Masalah yang diberikan berhubungan dengan dunia nyata siswa
c. Mengorganisasikan pelajaran seputar masalah
d. Mahasisawa diberikan tanggungjawab yang besar untuk melakukan proses belajar
secara mandiri
e. Menggunakan kelompok kecil
f. Mahasiswa dituntut untuk mendemonstrasikan apa yang telah dipelajari dalam bentuk
kinerja (I wayan Dasna dan Sutrisno, 2007)
4. Model pembelajaran penyingkapan/penemuan (Discovery/Inquiry Learning)
Adalah memahami konsep, arti, dan hubungan melalui proses intuitif untuk
akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan. Discovery terjadi bila individu terlibat
terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan
prinsip. Discovery dilakukan melalui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi,
penentuan, dan inferensi. Proses di atas disebut cognitive process sedangkan discovery itu
sendiri adalah the mental process of assimilating concepts and principles in the mind.
Ada pun langkah kerja model pembelajaran Discovery Learning:
1. Pemberian rangsangan (stimulation)
2. Pernyataan/Identifikasi masalah (problem statement)
3. Pengumpulan data (data collection)
4. Pengolahan data (data processing)
5. Pembuktian (verification)
6. Menarik simpulan/generalisasi (generalization)
5. Project Based Learning

Pembelajaran berbasis proyek memberikan kesempatan untuk memperluas


pengetahuan dan mengembangkan keterampilan melalui pemecahan masalah dan
investigasi.

Pada PBL peserta course dapat mempraktikkan pengambilan keputusan berdasarkan


masalah dari kehidupan nyata. Peserta course juga dapat mengembangkan keterampilan,
berpikir kritis lalu mengaplikasikan pengetahuan untuk membuat sebuah project yang
akan memecahkan masalah yang disajikan

Peserta course dapat memperoleh pengalaman yang tak ternilai dengan melakukan
dan berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Dibandingkan hanya membaca
informasi yang disajikan pada course lalu mengikuti tes di akhir course pada eLearning.

Karakteristik Project Based Learning

1. Masalah, Tantangan dan Pertanyaan


Inti dari pembelajaran berbasis proyek adalah pertanyaan, tantangan dan masalah.
Masalah yang diberikan harus bersifat menantang.
2. Kemampuan, Pengetahuan dan Pemahaman
Pada setiap proyek yang diintegrasikan ke dalam elearning course, harus
dipusatkan pada tujuan pembelajaran dan keterampilan yang harus dikembangkan.
3. Otentik dan Relevan
Proyek yang dikerjakan tersebut harus mencakup masalah atau pertanyaan yang
berasal dunia nyata dan relevan relevan, lalu bisa mengatasi masalah tertentu yang
mungkin dimiliki.
C. PENDEKATAN PEMBELAJARAN

Pendekatan merupakan seperangkat wawasan yang secara sistematis digunakan sebagai


landasan berpikir dalam menentukan strategi, metode, dan teknik (prosedur) dalam mencapai
target atau hasil tertentu sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Pendekatan juga dapat
diartikan sebagai suatu perspektif atau cara pandang seseorang dalam menyikapi sesuatu.

Ada beberapa dasar yang dapat digunakan untuk mengklasifikasi strategi pembelajaran.
Berikut ini akan dikemukakan beberapa di antaranya untuk dipahami dan pada saatnya dapat
dipilih serta digunakan secara efektif. Berdasarkan bentuk pendekatannya, dibedakan:
1. Expository dan Discovery/Inquiry
Dari hasil penelitian Edwin Fenton diketahui bahwa strategi pembelajaran yang
banyak digunakan oleh para guru. Suatu saat guru dapat menggunakan strategi
ekspositori dengan metode ekspositori pula. Begitu pula dengan discovery/inquiry
sehingga suatu ketika ekspositori- discovery/inquiry dapat berfungsi sebagai strategi
pembelajaran, tetapi suatu ketika juga berfungsi sebagai metode pembelajaran.
Strategi mana yang lebih dominan digunakan oleh guru tampak pada contoh
berikut.
a. Pada Taman Kanak-kanak, guru menjelaskan kepada anak-anak, aturan
menyeberang jalan dengan menggunakan gambar untuk menunjukkan aturan
berdiri pada jalur penyeberangan dan menanti lampu lalu lintas sesuai dengan
urutan warna. Dalam contoh tersebut, guru menggunakan strategi ekspositori ia
mengemukakan aturan umum dan mengharap anak-anak akan mengikuti/mentaati
aturan tersebut.
b. Dengan menunjukkan sebuah media film yang berjudul “Pengamanan jalan
menuju sekolah”, guru ingin membantu siswa untuk merencanakan jalan yang
terbaik dari sekolah ke rumah masing-masing dan menetapkan peraturan untuk
perjalanan yang aman dari dan ke sekolah. Dengan film sebagai media
pembelajaran, akan merupakan ekspositori apabila direncanakan untuk
menjelaskan kepada siswa tentang apa yang harus diperbuat, siswa diharapkan
menerima dan melaksanakan informasi tersebut. Akan tetapi, strategi itu akan
menjadi discovery atau inkuiri apabila guru meminta anak-anak untuk
merencanakan sendiri jalan-jalan dari rumah masing-masing. Strategi ini akan
menyebabkan, anak berpikir untuk dapat menemukan jalan yang dianggap terbaik
bagi diri masing-masing. Tugas tersebut memungkinkan siswa mengajukan
pertanyaan-pertanyaan sebelum siswa sampai pada penemuan-penemuan yang
dianggapnya terbaik. Mungkin siswa perlu menguji cobakan penemuannya,
kemungkinan mencari jalan lain kalau dianggap kurang baik.
Dari contoh sederhana tersebut dapat dilihat bahwa suatu strategi yang diterapkan
guru, tidak selalu mutlak ekspositori atau discovery. Guru dapat mengombinasikan
berbagai metode yang dianggapnya paling efektif untuk mencapai suatu tujuan.

2. Discovery dan Inquiry


Discovery (penemuan) sering dipertukarkan pemakaiannya dengan inquiry
(penyelidikan) penemuan adalah proses mental yang mengharapkan siswa
mengasimilasikan suatu konsep atau suatu prinsip. Proses mental, misalnya mengamati,
menjelaskan, mengelompokkan, dan membuat kesimpulan. Konsep, misalnya bundar,
segitiga, demokrasi, dan energi.
Prinsip, misalnya “setiap logam apabila dipanaskan memuai”. Inquiry, merupakan
perluasan dari discovery (discovery yang digunakan lebih mendalam). Artinya, inquiry
mengandung proses mental yang lebih tinggi tingkatannya. Misalnya, merumuskan
masalah, merancang eksperimen, melaksanakan eksperimen, mengumpulkan data,
menganalisis data, dan membuat kesimpulan. Penggunaan discovery dalam batas-batas
tertentu baik, untuk kelas-kelas rendah, sedangkan inquiry baik untuk siswa-siswa di
kelas yang lebih tinggi. Salah satu bentuk discovery yang disebut Guided Discovery
(discovery terbimbing), guru memberi beberapa petunjuk kepada siswa untuk membantu
siswa menghindari jalan buntu.
Guru memberi pertanyaan atau mengungkapkan dilema yang membutuhkan
pemecahan-pemecahan, menyediakan materi-materi yang sesuai dan menarik, serta
meningkatkan kemampuan siswa untuk mengemukakan dan menguji hipotesis. Secara
berturut-turut langkah discovery terbimbing sebagai berikut.
a. Adanya problema yang akan dipecahkan, yang dinyatakan dalam pertanyaan atau
pernyataan.
b. Jelas tingkat/kelasnya (misalnya SMP kelas III).
c. Konsep atau prinsip yang harus ditemukan siswa melalui kegiatan tersebut perlu
ditulis dengan jelas.
d. Alat/bahan perlu disediakan sesuai dengan kebutuhan siswa dalam melaksanakan
kegiatan.
e. Diskusi sebagai pengarahan sebelum siswa melaksanakan kegiatan
f. Kegiatan metode penemuan oleh siswa berupa penyelidikan/percobaan untuk
menemukan konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang telah ditetapkan.
g. Proses berpikir kritis perlu dijelaskan untuk menunjukkan adanya mental
operasional siswa, yang diharapkan dalam kegiatan.
h. Perlu dikembangkan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat terbuka, yang mengarah
pada kegiatan yang dilakukan siswa.
i. Ada catatan guru yang meliputi penjelasan tentang hal-hal yang sulit dan faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi hasil terutama kalau penyelidikan mengalami
kegagalan atau tak berjalan sebagaimana mestinya.

Adapun langkah-langkah inquiry sebagai berikut.


a. Menentukan masalah.
b. Pengumpulan data untuk memperoleh kejelasan.
c. Pengumpulan data untuk mengadakan percobaan.
d. Perumusan keterangan yang diperoleh.
e. Analisis proses inquiry.
3. Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)
Sejak dulu cara belajar ini telah ada, yaitu bahwa dalam kelas mesti terdapat
kegiatan belajar yang mengaktifkan siswa. Hanya saja kadar (tingkat) keterlibatan siswa
itu yang berbeda. Jika dahulu guru lebih banyak menjejalkan fakta, informasi atau konsep
kepada siswa, akan tetapi saat ini dikembangkan suatu keterampilan untuk memproses
perolehan siswa.
Kegiatan pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru, melainkan berpusat pada
siswa (student centered). Siswa pada hakikatnya memiliki potensi atau kemampuan yang
belum terbentuk secara jelas maka kewajiban gurulah untuk memberi stimulus agar siswa
mampu menampilkan potensi itu, betapa pun sederhananya.
Para guru dapat menumbuhkan keterampilan-keterampilan pada siswa sesuai
dengan taraf perkembangannya sehingga siswa memperoleh konsep. Dengan
mengembangkan keterampilan-keterampilan memproses perolehan, siswa akan mampu
menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep, serta mengembangkan sikap
dan nilai yang dituntut. Proses pembelajaran seperti inilah yang dapat menciptakan siswa
belajar aktif. Hakikat dari CBSA adalah proses keterlibatan intelektual-emosional siswa
dalam kegiatan pembelajaran yang memungkinkan terjadinya:
a. Proses asimilasi/pengalaman kognitif  yang memungkinkan terbentuknya
Pengetahuan.
b. Proses perbuatan/pengalaman langsung  yang memungkinkan terbentuknya
Keterampilan.
c. Proses penghayatan dan internalisasi nilai  yang memungkinkan terbentuknya
nilai dan sikap.

Walaupun demikian, hakikat CBSA tidak saja terletak pada tingkat keterlibatan
intelektual-emosional, tetapi terutama juga terletak pada diri siswa yang memiliki
potensi, tendensi atau kemungkinan-kemungkinan yang menyebabkan siswa itu selalu
aktif dan dinamis. Oleh sebab itu, guru diharapkan mempunyai kemampuan profesional
sehingga ia dapat menganalisis situasi pembelajaran, kemudian mampu merencanakan
sistem pembelajaran yang efektif dan efisien. Dalam menerapkan konsep CBSA, hakikat
CBSA perlu dijabarkan menjadi bagian-bagian kecil yang dapat disebut sebagai prinsip-
prinsip CBSA, suatu perilaku konkret yang dapat diamati. Dengan demikian, dapat dilihat
perilaku siswa yang muncul dalam suatu kegiatan pembelajaran karena memang sengaja
dirancang untuk itu.

D. STRATEGI PEMBELAJARAN
Kata strategi berasal dari bahasa Latin strategia, yang diartikan sebagai seni penggunaan
rencana untuk mencapai tujuan. Strategi pembelajaran menurut Frelberg & Driscoll (1992)
dapat digunakan untuk mencapai berbagai tujuan pemberian materi pelajaran pada berbagai
tingkatan, untuk siswa yang berbeda, dalam konteks yang berbeda pula. Dick & Carey (1996)
berpendapat bahwa strategi pembelajaran tidak hanya terbatas pada prosedur kegiatan,
melainkan juga termasuk di dalamnya materi atau paket pembelajaran. Strategi pembelajaran
terdiri atas semua komponen materi pelajaran dan prosedur yang akan digunakan untuk
membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
Strategi pembelajaran juga dapat diartikan sebagai pola kegiatan pembelajaran yang
dipilih dan digunakan guru secara kontekstual, sesuai dengan karakteristik siswa, kondisi
sekolah, lingkungan sekitar serta tujuan khusus pembelajaran yang dirumuskan
Guru yang efektif sewaktu-waktu siap menggunakan berbagai metode (teknik) dengan
efektif dan efisien menuju tercapainya tujuan. Metode, menurut Winarno Surakhmad (1986)
adalah cara, yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan. Hal ini
berlaku baik bagi guru (metode mengajar) maupun bagi siswa (metode belajar). Makin baik
metode yang dipakai, makin efektif pula pencapaian tujuan. Namun, metode kadang-kadang
dibedakan dengan teknik. Metode bersifat prosedural, sedangkan teknik lebih bersifat
implementatif, maksudnya merupakan pelaksanaan apa yang sesungguhnya terjadi
(dilakukan guru) untuk mencapai tujuan.
Contohnya, guru A dan guru B sama-sama menggunakan metode ceramah, keduanya
mengetahui bagaimana prosedur pelaksanaan metode ceramah yang efektif, tetapi hasil guru
A berbeda dengan guru B karena teknik pelaksanaannya yang berbeda. Jadi, tiap guru
mempunyai teknik yang berbeda dalam melaksanakan metode yang sama.

Ditinjau dari sisi strategi, dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu :

- Exposition-discovery learning yaitu bahan pelajaran disajikan pada siswa secara langsung
dalam bentuk jadi dan siswa dituntut untuk menguasai bahan tersebut dan guru berfungsi
sebagai penyampai informasi.
- Group - individual learning yaitu prosedur dan metode yang ditempuh oleh guru yang
memberikan kemudahan bagi siswa untuk melakukan kegiatan belajar secara mandiri
atau melalui kegiatan kelompok.
Strategi pembelajaran adalah cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi
pelajaran dalam lingkungan pengajaran tertentu, meliputi sifat, lingkup, dan urutan kegiatan
yang dapat memberi pengalaman belajar kepada siswa. Strategi pembelajaran terdiri dari
teknik (prosedur) dan metode yang akan membawa siswa pada pencapaian tujuan. Jadi,
strategi lebih luas daripada metode dan teknik.
Ada dua kutub pendekatan yang bertolak belakang, yaitu ekspositori dan discovery.
Kedua pendekatan tersebut bermuara dari teori Ausubel yang menggunakan penalaran
deduktif (ekspositori) dan teori Bruner yang menggunakan penalaran induktif (discovery).
Kedua pendekatan tersebut merupakan suatu kontinum. Dari titik-titik yang terdapat
sepanjang garis kontinum itu, terdapat metode-metode pembelajaran dari metode yang
berpusat pada guru (ekspositori), seperti ceramah, tanya jawab, demonstrasi, sampai dengan
metode yang berpusat pada siswa (discovery/inquiry), seperti eksperimen.

TEORI YANG MELANDASI STRATEGI PEMBELAJARAN

Crowl, Kaminsky & Podell (1997) mengemukakan tiga pendekatan yang mendasari
pengembangan strategi pembelajaran. Pertama, Advance Organizers dari Ausubel, yang
merupakan pernyataan pengantar yang membantu siswa mempersiapkan kegiatan belajar
baru dan menunjukkan hubungan antara apa yang akan dipelajari dengan konsep atau ide
yang lebih luas. Kedua, Discovery learning dari Bruner, yang menyarankan pembelajaran
dimulai dari penyajian masalah dari guru untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
menyelidiki dan menentukan pemecahannya.

STRATEGI DEDUKTIF - INDUKTIF

Pada waktu guru merencanakan pembelajaran, perlu dipertimbangkan strategi yang berguna
untuk mencapai keberhasilan pembelajaran. Beberapa strategi yang berpusat pada guru, seperti
ceramah, resitasi, pertanyaan, dan praktik. Strategi yang lain lebih berorientasi pebelajar, yang
menekankan pada inquiry dan discovery. Strategi pembelajaran menunjukkan kontinum yang
terentang dari strategi yang berpusat pada guru, yang lebih eksplisit ke strategi yang berpusat
pada pebelajar, yang kurang eksplisit. Dengan strategi pembelajaran deduktif, pembelajaran
dimulai dengan prinsip yang diketahui ke prinsip yang tidak diketahui. Dengan strategi
pembelajaran induktif, pembelajaran dimulai dari prinsip-prinsip yang tidak diketahui ke prinsip-
prinsip yang diketahui. Perbedaan antara keduanya dicontohkan sebagai berikut guru mengajar
konsep “topic sentence”, guru yang menggunakan pendekatan deduktif meminta pebelajar
membaca definisi “topic sentence”.

Kemudian, guru memberikan contoh-contoh topic sentence dan mengakhiri pelajaran dengan
meminta pebelajar menulis kalimat topiknya sendiri. Selanjutnya, guru dapat mereviu kalimat
tersebut dan memberikan balikan Kekuatan strategi deduktif ini berpusat pada strategi
pembelajaran yang menghubungkan antara contoh guru dan tugas pebelajar. Walaupun koran
merupakan media yang bagus digunakan untuk pelajaran topic sentence. Guru yang
menggunakan pendekatan induktif mungkin memberikan contoh paragraf dengan penekanan
pada topic sentence. Dengan strategi ini, guru tidak menceritakan pada awal ketika pebelajar
mempelajari topic sentence atau guru tidak memberikan definisinya, tetapi pada akhirnya
pebelajar akan menemukan sendiri apa yang dimaksud dengan “topic sentence”.

STRATEGI EKSPOSITORI LANGSUNG DAN BELAJAR TUNTAS

Strategi ekspositori langsung, guru menstrukturkan pelajaran dengan maju secara urut. Guru
dengan cermat mengontrol materi dan keterampilan yang dipelajari. Pada umumnya, dengan
strategi ekspositori langsung, guru menyampaikan keterampilan dan konsep-konsep baru dalam
waktu yang relatif singkat.

Strategi pembelajaran langsung berpusat pada materi dan guru menyampaikan tujuan
pembelajaran secara jelas kepada pebelajar. Guru memonitor pemahaman pebelajar dan
memberikan balikan terhadap penampilan mereka. Termasuk dalam strategi pembelajaran
langsung, yaitu pembelajaran eksplisit. Strategi belajar tuntas didasarkan pada keyakinan bahwa
semua pebelajar dapat menuntaskan bahan yang diajarkan jika kondisi-kondisi pelajaran
disiapkan untuk itu. Kondisi-kondisi tersebut meliputi pebelajar diberi waktu belajar yang cukup,
ada balikan untuk penampilannya, program pembelajaran individual, berkaitan dengan porsi
materi yang tak dikuasai pada pembelajaran awal, dan kesempatan menunjukkan ketuntasan
setelah mendapat remediasi.

Anda mungkin juga menyukai