Laporan Kegiatan Praktikum Pemeriksaan Pendengaran Bioakustik
Laporan Kegiatan Praktikum Pemeriksaan Pendengaran Bioakustik
Dosen pengampu:
Wahyu Widodo, S.Kp., Ns., M.Kep
Disusun oleh:
Alexander Sakti Kuncoro Aji (21006)
Alvito Ryan Yudistira (21008)
Andi Arsyad Amiruddin (21010)
Bernadine Avelia Riana Pramesthi (21016)
Elvia Luthfiana Ardana (21027)
Hanifah Ratnasari (21044)
Jum’ati Wahyu Eka Aguatina (21055)
Kriswan Halomoan Munthe (21056)
DAFTAR ISI............................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................3
A. Latar Belakang..............................................................................................3
B. Tujuan Praktikum..........................................................................................4
1. Tujuan Umum............................................................................................4
2. Tujuan Khusus...........................................................................................4
BAB II KONSEP TEORI........................................................................................5
A. Pengertian......................................................................................................5
B. Prinsip Pemeriksaan Pendengaran................................................................5
C. Instrumen Alat dan Bahan.............................................................................6
D. Prosedur Tes Praktikum Pendengaran Bioakustik........................................6
1. Tes Rinne...................................................................................................6
2. Tes Schwabach..........................................................................................8
3. Tes Weber................................................................................................10
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................13
A. Laporan Hasil Pemeriksaan Pendengaran Bioakustik Mahasiswa Akper
Pemkab Purworejo.............................................................................................13
B. Pembahasan.................................................................................................18
1. Hasil Tes Rinne.......................................................................................18
2. Hasil Tes Schabach.................................................................................18
3. Hasil Tes Weber......................................................................................19
BAB IV PENUTUP...............................................................................................20
Kesimpulan.........................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................21
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu biomedik dasar merupakan bidang ilmu yang sangat erat kaitannya
dengan ilmu keperawatan. Selain itu, ilmu biomedik dasar adalah cabang dari
ilmu keperawatan yang menggunakan asas-asas pengetahuan dasar dan
pengetahuan alam (meliputi fisika, kimia, biologi, dan anatomi tubuh) untuk
menjelaskan fenomena hidup pada tingkat molekul, sel, dan organ tubuh secara
utuh, serta mendasari segala proses dalam tubuh sebagai tanda adanya kehidupan.
Tujuan mempelajari ilmu biomedik dasar adalah agar dapat melakasakan proses
keperawatan dengan pendekatan berdasarkan program pendidikan keperawatan
dalam menghadapi persaingan global dari perkembangan keperawatan.
Perkembangan dilakukan dengan cara praktik klinik dan laboratorium dengan
bahan uji yang berasal dari lingkungan.
Indra pendengaran merupakan salah satu sistem sensorik khusus yang
menerima informasi berupa getaran suara dari sumber suara yang ditransmisikan
ke sistem saraf. Selain itu, getaran suara dapat pula diteruskan melalui tulang-
tulang tengkorak (cranium) mencapai reseptor pendengaran (organ korti pada
kohklea) di ruang telinga bagian dalam. Tes pendengaran bioakustik
menggunakan garpu tala adalah prosedur pemeriksaan dengan menggunakan
bantuan garpu tala, yang digunakan untuk mengevaluasi gangguan pendengaran.
Tes ini bisa dilakukan dengan beberapa metode, yaitu Tes Rinne, Tes Schwabah,
dan Tes Weber. Diagnosis ini dilakukan untuk mendapatkan perawatan dini dan
menentukan rencana pengobatan yang tepat kepada pasien.
Permasalahan yang timbul dalam bidang keperawatan memerlukan
jawaban dan penyelesaian secara ilmiah yang mudah dipahami dan diterima oleh
segenap lapisan masyarakat. Oleh karena itu, peserta didik diharapkan dapat
membentuk pola pikir yang logis, kreatif, dan inovatif. Selain itu, mahasiswa
menjadi terlatih untuk mencari dan mengembangkan ilmu pengetahuan, serta
dapat memahami mekanisme kerja dalam tindakan keperawatan yang sesuai
dengan kaidah dan fungsi tubuh manusia.
3
B. Tujuan Praktikum
1. Tujuan Umum
Mengetahui prosedur pemeriksaan pendengaran bioakustik menggunakan
garputala melalui tes Rinne, tes Schwabach, dan tes Weber.
2. Tujuan Khusus
a. Memahami pemeriksaan funfsi pendengaran dengan cara Rinne,
Schwabach, dan Weber, kemudian meyimpulkan hasil pemeriksaan
tersebut.
b. Mengetahui cara memeriksa ketajaman pendengaran dengan suara.
c. Megetahui beberapa cara memeriksa ketajaman pendengaran dengan
menggunakan garputala.
d. Memeriksa ketajaan pendengaran dengan menggunaan garputala.
4
BAB II
KONSEP TEORI
A. Pengertian
Suara adalah sensasi yang timbul apabila getaran longitudinal molekul di
lingkungan eksternal, yaitu massa pemadatan dan peonggaran molekul yang
terjadi berselang seling mengenai memberan timpani. Plot gerakan-gerakan ini
sebagai perubahan tekanan di memberan timpani. Persatuan waktu adalah suatu
gelombang dan gerakan semacam itu dalam lingkungan secara umum disebut
gelombang suara.
Secara umum kekerasan suara berkaitan dengan gelombang suara dan nada
berkaitandengan prekuensi (jumlah gelombang persatuan waktu). Semakin besar
suara semakin besarsemakin tinggi frekuensi dan semakin tinggi nada. Namun
nada juga ditentukan oleh hal lain yangbelum sepenuhnya dipahami selain
frekuensi dan frekuensi mempengaruhi kekerasan, karenaambang pendengaran
lebih rendah padafrekuensi dibandingkan dengan frekuensi lain.
Penyaluran suara prosesnya adalah telinga mengubah gelombang suara di
lingkunganeksternal menjadi potensi aksi di saraf pendengaran. Gelombang
diubah oleh gendang telinga dantulang-tulang pendengaran menjadi
gerakangerakan lempeng kaki stapes. Gerakan ini menimbulkangelombang dalam
cairan telinga dalam. Efek gelombang pada organ Corti menimbulkan
potensialaksi di serat-serat saraf.
5
udara lebih baik daripada melalui tulang. Semakin berat garpu tala akan semakin
jelas terdengar bunyinya. Penghantaran lewat udara lebih baik daripada lewat
tulang. Penghantaran lewat udara dinamakan aerotymponal sedangkan
penghantaran lewat tulang dinamakan craniotymponal.
6
Tujuan Test Rinne
Untuk membandingan air conduction (AC) dengan bone conduction (BC). Selain
itu, sering kali direkomendasikan untuk pasien yang diduga mengalami gangguan
pendengaran konduktif.
Prosedur Kerja
Metode 1:
1) Bunyikan garputala 512 Hz secara lunak lalu tempatkan tangkai garputala
tegak lurus padaplanum mastoid pasien (belakang meatus akustikus
eksternus).
2) Setelah pasien tidak mendengar bunyinya, segera garpu tala kita
pindahkan di depan meatusakustikus eksternus pasien.
7
3) Tes Rinne positif jika pasien masih dapat mendengarnya. Sebaliknya Tes
Rinne negatif jikapasien tidak dapat mendengarnya.
Metode 2:
1) Bunyikan garputala 512 Hz secara lunak lalu tempatkan tangkai garputala
tegak lurus pada planum mastoid pasien.
2) Segera pindahkan garputala di depan meatus akustikus eksternus.
3) Tanyakan kepada pasien apakah bunyi garputala di depan meatus
akustikus eksternuslebih keras dari pada dibelakang meatus skustikus
eksternus (planum mastoid).
4) Tes Rinne positif jika pasien mendengar di depan negati akustikus
eksternus lebih keras.Sebaliknya Tes Rinne negative jika pasien
mendengar di depan meatus akustikuseksternus lebih lemah atau lebih
keras dibelakang.
2. Tes Schwabach
Sebuah tes pendengaran yang dilakukan dengan membandingkan hantaran
bunyi pada telinga orang dengan gangguan pendengaran dengan telinga normal
melalui hantaran tulang (Bone Conduction /BC) pada planum mastoid antar
penderita dan pemeriksa.
8
Prinsip Tes Schwabach
Cara melakukan tes Schwabach yaitu membunyikan garpu tala 512 Hz lalu
meletakkannya tegak lurus pada planum mastoid pemeriksa. Setelah bunyinya
tidak terdengar oleh pemeriksa, segera garpu tala tersebut kita pindahkan dan
letakkan tegak lurus pada planum mastoid pasien. Apabila pasien masih bisa
mendengar bunyinya berarti Schwabach memanjang (BC penderita lebih besar
/panjang dari BC pemeriksa). Sebaliknya jika pasien juga sudah tidak bisa
mendengar bunyinya berarti Schwabach normal (BC penderita sama dengan BC
pemeriksa).
Begitu juga sebaliknya, untuk menentukan Schwabach memendek atau
normal dengan mengulangi tes Schwabach secara terbalik. Pertama-tama kita
membunyikan garpu tala 512 Hz lalu meletakkannya tegak lurus pada planum
mastoid pasien. Setelah pasien tidak mendengarnya, segera garpu tala kita
pindahkan tegak lurus pada planum mastoid pemeriksa. Jika pemeriksa juga sudah
tidak bisa mendengar bunyinya berarti Schwabach normal (BC penderita sama
dengan BC pemeriksa). Sebaliknya jika pemeriksa masih bisa mendengar
bunyinya berarti Schwabach memendek (BC penderita lebih kecil /pendek dari
BC pemeriksa).
Kesalahan pemeriksaan pada tes Schwabach dapat saja terjadi. Misalnya
tangkai garputala tidak berdiri dengan baik, kaki garpu tala tersentuh, atau pasien
lambat memberikan isyarat tentang hilangnya bunyi.
Prosedur Kerja
1) Penguji meletakkan pangkal garputala yang sudah digetarkan pada planum
mastoid penderita.
9
2) Penderita akan mendengar suara garputala itu makin lama makin melemah
dan akhirnya tidak mendengar suara garputala lagi.
3) Pada saat penderita tidak mendengar suara garputala, maka pemeriksa
akan segera memindahkan garputala itu, ke planum mastoid pemeriks atau
orang yang diketahui normal ketajaman pendengarannya (pembanding).
4) Bagi pemeriks ataupun pembanding dua kemungkinan dapat terjadi: akan
mendengar suara, atau tidak mendengar suara.
5) Melakukan proses yang sebaliknya dengan cara yang sama.
3. Tes Weber
Sebuah tes pendengaran untuk membandingkan hantaran tulang (Bone
Conduction /BC) antara kedua telinga pasien.
10
Prinsip Tes Weber
Tes Weber dilakukan dengan menggunakan garputala frekuensi tinggi
(512 Hertz) untuk menguji bagaimana seseorang merespon suara dan getaran di
dekat telinganya. Pemeriksa akan meletakkan garputala di tengah kepala dan
mencatat di bagian telinga mana getaran yang terasa, yaitu telinga kiri, telinga
kanan, atau keduanya. Selain itu, memeriksa ada tidaknya pengerasan suara
(lateralisasi) pada salah satu sisi telinga pada subyek dengan membandingkan BC
telinga kanan dan kiri.
Pada keadaan patologis pada meatus acusticus eksterna (MAE) atau cavum
timpanimisalnya otitis media purulenta pada telinga kanan. Juga adanya cairan
atau pus di dalamcavum timpani ini akan bergetar, biala ada bunyi segala getaran
akan didengarkan di sebelahkanan.
Prosedur Kerja
1) Cara kita melakukan Test Weber yaitu: membunyikan garputala 512 Hz
lalu tangkainyakita letakkan tegak lurus pada garis horisontal.
2) Tanyakan ke pasien, telinga mana yang mendengar atau mendengar lebih
keras. Jika telinga pasien mendengar atau mendengar lebih keras 1 telinga
maka terjadi lateralisasike sisi telinga tersebut.
3) Jika kedua telinga pasien sama-sama tidak mendengar atau sama-sama
mendengar makaberarti tidak ada lateralisasi.
4) Getaran melalui tulang akan dialirkan ke segala arah oleh tengkorak,
sehingga akanterdengar di seluruh bagian kepala.
11
Hasil pemeriksaan Tes Weber, sebagai berikut:
Aural dextra /telinga kanan (AD), aural sinistra /telinga kiri (AS)
a) AD = AS : Normal AD/AS
b) AD lebih keras dari AS : LATERALISASI KANAN–CHL AD/SNHL AS
c) AD lebih kecil dari AS : LATERALISASI KIRI–CHL AS/SNHL AD
Keterangan:
Pendengaran dikatakan normal bila bunyi garpu tala terdengar seimbang di
kedua telinga.
Anda dinyatakan mengalami gangguan pendengaran konduktif (CHL), bila
bunyi garpu tala terdengar lebih baik di telinga yang sakit.
Anda dinyatakan mengalami gangguan pendengaran sensorineural
(SNHL), jika bunyi garpu tala terdengar lebih baik di telinga yang normal
12
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
DATA
N
DIRI PEMERIKSAAN HASIL KETERANGAN
O
PASIEN
Telinga Normal
(Rinne +) (Menunjukkan waktu
AC lebih lama konduksi udara yang dua
Rinne dengan BC kali lebih lama /lebih baik
(AC > BC) dari waktu konduksi
tulang).
Nama :
Alex Telinga Normal
(Dengungan garputala yang
(Schwabach
Umur : sudah tidak bisa didengar
Normal)
1 24 Tahun Schwabach oleh pasien, juga tidak bisa
BC penderita =
didengar oleh orang yang
BC pemeriksa
Jenis pendengarannya normal).
Kelamin :
Laki-Laki Telinga Tidak Normal
(Weber
Lateralisasi kanan –
Lateralissi
Sensorineural Hearing Loss
Kanan)
Weber Aural Sinistra /SNHL AS
AD lebih keras
(Suara terdengar lebih keras
dari AS
pada telinga yang
(AD > AS)
kondisinya baik).
13
Telinga Normal
(Rinne +) (Menunjukkan waktu
AC lebih lama konduksi udara yang dua
Rinne dengan BC kali lebih lama /lebih baik
(AC > BC) dari waktu konduksi
Nama : tulang).
Alvito
Telinga Normal
Umur : (Dengungan garputala yang
(Schwabach
2 18 Tahun sudah tidak bisa didengar
Normal)
Schwabach oleh pasien, juga tidak bisa
BC penderita =
Jenis didengar oleh orang yang
BC pemeriksa
Kelamin : pendengarannya normal).
Laki-Laki
(Weber
Telinga Normal
Normal)
Tidak ada Lateralisasi
Weber AD sama
(Bunyi garpu tala terdengar
dengan AS
seimbang di kedua telinga).
(AD = AS)
14
pendengarannya normal).
(Weber
Telinga Normal
Normal)
Tidak ada Lateralisasi
Weber AD sama
(Bunyi garpu tala terdengar
dengan AS
seimbang di kedua telinga).
(AD = AS)
Telinga Normal
(Rinne +) (Menunjukkan waktu
AC lebih lama konduksi udara yang dua
Rinne dengan BC kali lebih lama /lebih baik
(AC > BC) dari waktu konduksi
Nama : tulang).
Ave
Telinga Normal
Umur : (Dengungan garputala yang
(Schwabach
4 20 Tahun sudah tidak bisa didengar
Normal)
Schwabach oleh pasien, juga tidak bisa
BC penderita =
Jenis didengar oleh orang yang
BC pemeriksa
Kelamin : pendengarannya normal).
Perempuan
(Weber
Telinga Normal
Normal)
Tidak ada Lateralisasi
Weber AD sama
(Bunyi garpu tala terdengar
dengan AS
seimbang di kedua telinga).
(AD = AS)
15
dari waktu konduksi
tulang).
Telinga Normal
(Dengungan garputala yang
(Schwabach
sudah tidak bisa didengar
Normal)
Schwabach oleh pasien, juga tidak bisa
20 Tahun BC penderita =
didengar oleh orang yang
Jenis BC pemeriksa
pendengarannya normal).
Kelamin :
Perempuan
Telinga Tidak Normal
(Weber
Lateralisasi kanan –
Lateralissi
Sensorineural Hearing Loss
Kanan)
Weber Aural Sinistra /SNHL AS
AD lebih keras
(Suara terdengar lebih keras
dari AS
pada telinga yang
(AD > AS)
kondisinya baik).
16
Normal)
AD sama Tidak ada Lateralisasi
dengan AS (Bunyi garpu tala terdengar
(AD = AS) seimbang di kedua telinga).
Telinga Normal
(Rinne +) (Menunjukkan waktu
AC lebih lama konduksi udara yang dua
Rinne dengan BC kali lebih lama /lebih baik
(AC > BC) dari waktu konduksi
Nama : tulang).
Eka
Telinga Normal
Umur : (Dengungan garputala yang
(Schwabach
7 20 Tahun sudah tidak bisa didengar
Normal)
Schwabach oleh pasien, juga tidak bisa
BC penderita =
Jenis didengar oleh orang yang
BC pemeriksa
Kelamin : pendengarannya normal).
Perempuan
(Weber
Telinga Normal
Normal)
Tidak ada Lateralisasi
Weber AD sama
(Bunyi garpu tala terdengar
dengan AS
seimbang di kedua telinga).
(AD = AS)
17
Telinga Normal
(Dengungan garputala yang
(Schwabach
sudah tidak bisa didengar
Normal)
Schwabach oleh pasien, juga tidak bisa
BC penderita =
didengar oleh orang yang
BC pemeriksa
Kelamin : pendengarannya normal).
Laki-Laki
(Weber
Telinga Normal
Normal)
Tidak ada Lateralisasi
Weber AD sama
(Bunyi garpu tala terdengar
dengan AS
seimbang di kedua telinga).
(AD = AS)
Tabel 3.1 Data Hasil Laporan Pemeriksaan Pendengaran Bioakustik
B. Pembahasan
1. Hasil Tes Rinne
Berdasarkan data hasil percobaan yang dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa delapan mahasiswa Akper Pemkab Purworejo mendengar suara setelah
perpindahan posisi dari hantaran tulang (Bone Conduction /BC) melalui planum
mastoid ke posisi hantaran udara (Air Conduction /AC) melalui meatus akustukus
eksternus.
Hasil data seluruhnya adalah AC > BC, dapat diartikan mahasiswa Akper
Pemkab Purworejo memiliki pendengaran yang normal.
18
3. Hasil Tes Weber
Berdasarkan data hasil percobaan yang dilakukan, terdapat dua mahasiswa
yang mengalami Weber Lateralisasi Kanan. Jika dua mahasiswa tersebut tidak
mengalami lateralisasi, maka dua mahasiswa tersebut dapat dikatakan normal.
Aural Dextra lebih besar dari Aural Sinistra (AD > AS) Lateralisasi
Kanan, dapat diartikan bahwa mahasiswa yang mengalami lateralisasi kanan
tersebut mengalami conductive hearing loss aural dextra (CHL AD) atau
sensorineural hearing loss aural sinistra (SNHL AS).
BAB IV
PENUTUP
19
Kesimpulan
Jadi dapat disimpulkan berdasarkan hasil percobaan menggunakan
garputala, bahwa delapan mahasiswa Akper Pemkab Purworejo memiliki
pendengaran normal karena hasil tes rinne positif dan tes schwabach dimana bone
conduction (BC) penderita sama dengan bone conduction (BC) pemeriksa.
Sementara itu, enam dari delapan mahasiswa Akper Pemkab Purworejo tersebut
memiliki pendengaran normal karena hasil tes weber yang didapat, yaitu aural
dextra (AD) sama dengan aural sinistra (AS) dan sisa mahasiswanya mengalami
lateralisasi kanan dimana aural dextra (AD) lebih besar dari aural sinistra (AS).
DAFTAR PUSTAKA
20
Mengenal Tes Rinne dan Weber Untuk Deteksi Gangguan Pendengaran. (n.d.).
Retrieved December 31, 2021, from https://hellosehat.com/tht/telinga/tes-
rinne-weber-gangguan-pendengaran/
21