MEDIATION
MEDIATION
MEDIATION
Dosen Pengampu:
R Agus Siswanto, S.Kep,Ns,.M.Hum
Disusun oleh:
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Antropologi Kesehatan
Mediation” ini dengan baik. Kami berterima kasih kepada Bapak R Agus
Siswanto, S.Kep,Ns,.M.Hum selaku dosen pengajar materi komunikasi.
Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan dan pengetahuan kita mengenai antropologi kesehatan dan perilaku
budaya-budaya antropologi kesehatan dalam dunia keperawatan. Semoga makalah
sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya dan berguna bagi
kami sendiri maupun orang lain. Sebelumnya kami mohon maaf bila terdapat
kesalahan kata – kata dan kami memohon kritik yang membangun demi perbaikan
di masa depan.
Akhir kata kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal hingga akhir. Semoga
Tuhan Yang Maha Esa selalu memberkahi semua usaha kita.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Interaksi sosial merupakan sebuah hubungan sosial dinamis yang
menyangkut hubungan antara individu dengan invidu, hubungan antara kelompok
dengan kelompok, maupun hubungan antara individu dan kelompok. Interaksi
sosial sendiri tidak akan mungkin bisa terjadi jika tidak ada kontak sosial dan
komunikasi. Ada empat bentuk interaksi sosial, antara lain kerja sama, persaingan,
pertentangan atau pertikaian, dan akomodasi.
Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah:
Tujuan
Makalah ini dibuat dengan berbagai tujuan. Di bagi menjadi tiga tujuan, antara
lain:
Tujuan Khusus: Mengetahui mediasi interaksi sosial menjadi ilmu dalam dunia
antropologi kesehatan.
Tujuan Tambahan : Mengetahui bentuk-bentuk akomodasi terutama mediasi.
BAB II
PEMBAHASAN
Mediasi
Mediasi secara umum adalah upaya penyelesaian konflik yang melibatkan
pihak ke tiga sebagai pihak yang netral, yang tidak memiliki kewenangan
mengambil keputusan yang membantu pihak-pihak yang bersengketa mencapai
penyelesaian yang diterima oleh kedua belah pihak. Mediasi disebut emergent
mediation apabila mediatornya merupakan anggota dari sistem sosial pihak-pihak
yang bertikai,memiliki hubungan lama dengan pihak-pihak yang
bertikai,berkepentingan dengan hasil perundingan, atau ingin memberikan kesan
yang baik misalnya sebagai teman solider.
Contohnya: pasien yang tidak puas karena kinerja perawat tersebut sehingga
Kesehatannya meneyebabkan injury, perlunya dari pihak keluarga untuk
melakukan mediasi terhadap pihak rumah sakit agar mau untuk menggantikan
daripada perawat tersebut untuk yang lainnya.
1. Meduim quod.
Yaitu sesuatu yang sendiri diketahui dan dalam mengetahui sesuatu itu,
sesuatu yang lain yang diketahui. Contoh yang biasa diberikan untuk
mediasi ini adalah premis-premis dalam silogisme. Pengetahuan tentang
premis-premis membawa kita kepada pengetahuan tentang kesimpulan.
Contoh konkretnya yaitu lampu merah lampu lalu lintas yang berwarna
merah harus berhenti, jadi kendaraan harus berhenti.
2. Medium quo.
Yaitu sesuatu yang sendiri tidak disadari tetapi dapat diketahui melalui
sesuatu yang lain. Contohnya lensa kacamata yang kita pakai, kita melihat
benda-benda di sekitar kita tetapi kacamata itu sendiri tidak kita lihat
secara langsung.
3. Medium in quo.
Yaitu sesuatu yang tidak disadari secara langsung dan yang di dalamnya
diketahui sesuatu yang lain. Contohnya kaca spion di mobil, spoir mobil
melihat kendaraan di belakang dan hal-hal lain di sekitarnya dalam kaca
spion itu sendiri secara tidak langsung ia sadari.
1. Tahap pramediasi.
Tahap ini adalah tahap awal dimana mediator menyusun sejumlah langkah
dan persiapan sebelum mediasi dimulai. Pada tahap ini, mediator
melakukan beberapa langkah strategis yaitu membangun kepercayaan diri,
menghubungi para pihak, menggali dan memberikan informasi awal
mediasi, fokus pada masa depan, mengkoordinasikan para pihak yang
bersengketa, mewaspadai perbedaan budaya, menentukan tujuan, para
pihak, serta waktu dan tempat pertemuan, dan menciptakan situasi
kondusif bagi kedua belah pihak.
2. Tahap pelaksanaan mediasi.
Tahap pelaksaan mediasi adalah tahap dimana para pihak yang
bersengketa bertemu dan berunding dalam suatu forum. Dalam tahap ini,
terdapat beberapa langkah penting, yaitu sambutan dan pendahuluan oleh
mediator, presentasi dan pemaparan kondisi-kondisi faktual yang dialami
para pihak, mengurutkan dan mengidentifikasikan secara tepat
permasalahan para pihak, diskusi (negosiasi) masalah-masalah yang
disepakati, mencapai alternatif-alternatif penyelesaian,menemukan butir
kesepakatan dan merumuskan keputusan, mencatat dan menuturkan
kembali keputusan, dan menutup mediasi.
3. Tahap akhir implementasi mediasi.
Tahap ini merupakan tahap dimana para pihak menjalankan kesepakatan-
kesepakatan yang telah mereka tuangkan bersama dalam satu perjanjian
tertulis. Para pihak menjalankan hasil kesepakatan berdasarkan komitmen
yang telah mereka tunjukkan selama dalam proses mediasi. Pelaksanaan
(implementasi) mediasi umumnya dijalankan oleh para pihak sendiri,
tetapi pada beberapa kasus, pelaksanannya dibantu oleh pihak lain.
Selain itu, untuk menghindari ketidak nyamanan saat mediasi perlu di perhatikan
beberapa hal yang harus dihindari dalam mediasi, antara lain:
1. Ketidaksiapan mediator.
2. Kehilangan kendali oleh mediator.
3. Kehilangan netralitas.
4. Mengabaikan emosi.
Komponen-Komponen Mediasi
Proses mediasi melibatkan konselor dan klien, yaitu dua pihak atau lebih yang
sedang mengalami masalah berupa ketidak cocokan diantara mereka.
1. Konselor.
Dalam mediasi melibatkan konselor yang bertugas sebagai mediator,
maksudnya bahwa mediator adalah pihak netral yang membantu para
pihak dalam proses perundingan guna mencari barbagai kemungkinan
penyelesaian sangketa tanpa menggunakan cara memutuskan atau
memaksakan sebuah penyelesaian. Konselor adalah seorang yang
menyelesaikan permasalahan yang terjadi antara pihak yang bermasalah
dan berusaha membangun jembatan pihak yang bersalah tersebut.
2. Klien.
Beberapa dari konseling perorangan, pada mediasi konselor menghadapi
klien yang terdiri dari dua pihak atau lebih, dua orang individu atau lebih,
dua kelompok atau lebih atau kombinasi sejumlah individu dan kelompok.
klien yang dihadapi oleh konselor ini sedang mengalami ketidakcocokan,
dan mereka sepakat untuk meminta bantuan konselor untuk menangani
permsalahan itu. Dengan adanya mediasi ini diharapkan pihak-pihak yang
bertikai dapat mencapai kesesuain dan hubungan yang baik tanpa adanya
saling bermusuhan lagi.
3. Masalah klien.
Masalah klien yang dibahas dalam mediasi pada dasarnya adalah masalah
hubungan yang terjadi diantara individu dan kelompok-kelompok yang
sedang bertikai, yang sekarang meminta bantuan konselor untuk
mengatasinya. Masalah-masalah tersebut dapat berpangkalan pada
pertikaian atas kepemilikan sesuatu, kejadian diadakan (seperti
perkelahian), persaingan, memperbuatkan sesuatu, perasaan tersinggung,
dendam dan sakit hati, tuntutan atas hak dan sebagainya.Pokok
permasalahan tersebut menjadikan kedua belah pihak (atau lebih) menjadi
tidak harmonis atau bahkan antagonis yang selanjutnya dapat
menimbulkan suasana eksposif yang dapat membawa malapetaka atau
bahkan korban.
Dasar Hukum Mediasi
Adapun dasar hukum mediasi adalah:
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Mediasi secara umum adalah upaya penyelesaian konflik yang melibatkan pihak
ke tiga sebagai pihak yang netral, yang tidak memiliki kewenangan mengambil
keputusan yang membantu pihak-pihak yang bersengketa mencapai penyelesaian
yang diterima oleh kedua belah pihak. Mediasi sendiri juga dibagi menjadi tiga
jenis yaitu medium quod, medium quo, dan medium in quo. Mediasi juga
memiliki komponen-komponen yang berperan sebagai konselor, klien, dan
masalah klien. Selain itu, mediasi pun memiliki fungsi dan tujuan yang sangat
membantu untuk menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi.
Saran
Perbanyaklah membaca dan mencari referensi mengenai antropologi
kesehatan, guna meningkatkan dan menambah wawasan para pembaca mengenai
materi tentang pemahaman dasar antropologi kesehatan yang mana dapat
diterapkan dalam berbagai bidang dan kehidupan sehari–hari.
Sebagai penulis kami menyadari bahwa banyak sekali kekurangan kami, maka
dari itu kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa
depan.
DAFTAR PUSTAKA
Universitas Gajah Mada. 2015. ”Konflik Dokter dan Pasien Wajib Gunakan
Mediasi”, https://www.ugm.ac.id/id/berita/10262-konflik-dokter-dan-pasien-
wajib-gunakan-mediasi, diakses pada 12 Oktober 2021 pukul 21.00 .