Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH ANTROPOLOGI KESEHATAN

MEDIATION

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Antropologi Kesehatan


Jurusan Akademi Keperawatan D III

Dosen Pengampu:
R Agus Siswanto, S.Kep,Ns,.M.Hum

Disusun oleh:

Alexander Sakti Kuncoro Aji (21006)


Andi Arsyad Amiruddin (21010)
Aulia Nur Azizah (21015)
Bernadine Avelia Riana Pramesthi (21016)
Dwi Oktaviani (21025)
Iqbal Yusuf Alghifari (21053)
Jum’ati Wahyu Eka Agustina (21055)
Kriswan Halomoan Munthe (21056)

AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO


2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Antropologi Kesehatan
Mediation” ini dengan baik. Kami berterima kasih kepada Bapak R Agus
Siswanto, S.Kep,Ns,.M.Hum selaku dosen pengajar materi komunikasi.
Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan dan pengetahuan kita mengenai antropologi kesehatan dan perilaku
budaya-budaya antropologi kesehatan dalam dunia keperawatan. Semoga makalah
sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya dan berguna bagi
kami sendiri maupun orang lain. Sebelumnya kami mohon maaf bila terdapat
kesalahan kata – kata dan kami memohon kritik yang membangun demi perbaikan
di masa depan.
Akhir kata kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal hingga akhir. Semoga
Tuhan Yang Maha Esa selalu memberkahi semua usaha kita.

Purworejo, 11 Oktober 2021

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Interaksi sosial merupakan sebuah hubungan sosial dinamis yang
menyangkut hubungan antara individu dengan invidu, hubungan antara kelompok
dengan kelompok, maupun hubungan antara individu dan kelompok. Interaksi
sosial sendiri tidak akan mungkin bisa terjadi jika tidak ada kontak sosial dan
komunikasi. Ada empat bentuk interaksi sosial, antara lain kerja sama, persaingan,
pertentangan atau pertikaian, dan akomodasi.

Kerja sama sendiri merupakan usaha bersama antara individu atau


kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Sedangkan kebalikannya, persaingan
adalah proses sosial di mana setiap orang atau pun kelompok manusia berlomba-
lomba untuk mencapai suatu target tertentu. Pertentangan (konflik) merupakan
suatu proses sosial di mana seorang individu atau kelompok manusia berusaha
untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai
dengan ancaman dan kekerasan. Sedangkan akomodasi adalah suatu
keseimbangan dalam interaksi antara individu dan kelompok sehubungan dengan
norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku di dalam masyarakat.

Adapun tujuan-tujuan akomodasi antara lain untuk mengurangi


pertetangan antara individu atau kelompok sebagai akibat perbedaan paham,
untuk mencegah meledaknya suatu pertentangan untuk sementara waktu, dan
mengusahakan peleburan antara kelompok-kelompok yang terpisah. Selain itu ada
bentuk-bentuk akomodasi yang terbagi menjadi delapan bentuk yaitu coercion,
compromise, arbitration, mediation, conciliation, toleration, stalemate,
adjudication.
Rumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam masalah ini adalah:

1. Apa pengertian mediasi?


2. Bagaimana contoh penggunaan mediasi di dalam dunia keperawatan?
3. Apa yang menjadi fungsi dan tujuan mediasi?
4. Apa saja jenis-jenis mediasi?
5. Apa saja tahapan mediasi dan hal-hal yang perlu dihindari dalam mediasi?
6. Siapa saja komponen-komponen mediasi?
7. Apa yang menjadi dasar hukum mediasi?

Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah:

1. Memahami pengertian mediasi dalam antropologi kesehatan.


2. Mengetahui contoh-contoh penggunaan mediasi dalam dunia keperawatan.
3. Mengetahui fungsi dan tujuan mediasi.
4. Memahami jenis-jenis mediasi.
5. Mengetahui tahap-tahapan mediasi dan hal-hal yang dihindari dalam
medasi.
6. Mengetahui komponen-komponen mediasi.
7. Memahami dasar-dasar hukum mediasi.

Tujuan
Makalah ini dibuat dengan berbagai tujuan. Di bagi menjadi tiga tujuan, antara
lain:

Tujuan Umum: Memahami pengertian mediasi interaksi social.

Tujuan Khusus: Mengetahui mediasi interaksi sosial menjadi ilmu dalam dunia
antropologi kesehatan.
Tujuan Tambahan : Mengetahui bentuk-bentuk akomodasi terutama mediasi.

BAB II
PEMBAHASAN

Mediasi
Mediasi secara umum adalah upaya penyelesaian konflik yang melibatkan
pihak ke tiga sebagai pihak yang netral, yang tidak memiliki kewenangan
mengambil keputusan yang membantu pihak-pihak yang bersengketa mencapai
penyelesaian yang diterima oleh kedua belah pihak. Mediasi disebut emergent
mediation apabila mediatornya merupakan anggota dari sistem sosial pihak-pihak
yang bertikai,memiliki hubungan lama dengan pihak-pihak yang
bertikai,berkepentingan dengan hasil perundingan, atau ingin memberikan kesan
yang baik misalnya sebagai teman solider.

Menurut drg.Joko Supriyanto, M.Hum salah satu dokter di Lapas


Narkotika Kelas IIA Yogyakarta, mediasi merupakan alat penyelesian sengketa
medis antara tenaga kesehatan dengan pasien. Melalui perundingan atau
musyawarah untuk mencapai mufakat dengan bantuan pihak ketiga yang netral
dan tidak memiliki wewenang untuk memutus. Dengan jalan mediasi, dapat
ditemukan hasil yang baik dan tidak meninggalkan keretakan dan ketidakserasian
serta ketidakharmonisan hubungan antara tenaga kesehatan dengan pasiennya.
Terjadi win-win solution, karena kesepakatan yang dihasilkan bersifat netral dan
mengikat para pihak.

Contoh Penggunaan Mediasi di Dalam Dunia Keperawatan


Dalam dunia keperawatan juga terdapat sengketa antara perawat dan keluarga
pasien/klien dalam upaya pemeliharaan Kesehatan dan melahirkan hubungan
medik maupun hubungan hukum. Dalam hal ini bisa terjadi karena ketidakpuasan
pasien dengan pihak medis dalam rangka upaya pengobatan karena kelalaian
dalam melaksanakan keperawatan yang menyebabkan pihak pasien dimana hal
tersebut terjadi apabila dalam transaksi teraupetik tidak terpenuhi atau dilanggar.

Contohnya: pasien yang tidak puas karena kinerja perawat tersebut sehingga
Kesehatannya meneyebabkan injury, perlunya dari pihak keluarga untuk
melakukan mediasi terhadap pihak rumah sakit agar mau untuk menggantikan
daripada perawat tersebut untuk yang lainnya.

Fungsi dan Tujuan Mediasi


Mediasi akan memiliki berbagai macam fungsi dan tujuan yang sangat berguna
dalam kegiatan menyelesaikan konflik, antara lain:

1. Mediasi diharapkan dapat menyelesaikan sengketa secara tepat dan relatif


murah dibandingkan dengan membawa perselisihan tersebut ke
pengadilan.
2. Mediasi akan memfokuskan perhatian para pihak pada kepentingan
mereka secara nyata dan pada kebutuhan emosi atau psikologis mereka,
sehingga mediasi bukan hanya tertuju pada hak-hak hukumnya.
3. Mediasi memberikan kesempatan para pihak untuk berpatisipasi secara
langsung dan secara informal dalam menyelesaikan perselisihan mereka.
4. Medasi memberikan para pihak kemampuan untuk melakakukan kontrol
terhadap proses dan hasilnya.
5. Mediasi memberikan hasil yang tahan uji dan akan mampu menciptakan
saling pengertian yang lebih baik di antara para pihak yang bersengketa
karena mereka sendiri yang memutuskannya.
6. Mediasi mampu menghilangkan konflik atau permusuhan yang hamper
selalu mengringi setiap putusan yang bersifat memaksa yang dijatuhkan
oleh hakim di pengadilan.
7. Mediasi dapat mencegah kembali munculnya pertentangan dan
mempersatukan pihak baik itu antar kelompok atau individu.
Jenis-Jenis Mediasi
Mediasi sendiri di bagi menjadi tiga jenis, yaitu:

1. Meduim quod.
Yaitu sesuatu yang sendiri diketahui dan dalam mengetahui sesuatu itu,
sesuatu yang lain yang diketahui. Contoh yang biasa diberikan untuk
mediasi ini adalah premis-premis dalam silogisme. Pengetahuan tentang
premis-premis membawa kita kepada pengetahuan tentang kesimpulan.
Contoh konkretnya yaitu lampu merah lampu lalu lintas yang berwarna
merah harus berhenti, jadi kendaraan harus berhenti.
2. Medium quo.
Yaitu sesuatu yang sendiri tidak disadari tetapi dapat diketahui melalui
sesuatu yang lain. Contohnya lensa kacamata yang kita pakai, kita melihat
benda-benda di sekitar kita tetapi kacamata itu sendiri tidak kita lihat
secara langsung.
3. Medium in quo.
Yaitu sesuatu yang tidak disadari secara langsung dan yang di dalamnya
diketahui sesuatu yang lain. Contohnya kaca spion di mobil, spoir mobil
melihat kendaraan di belakang dan hal-hal lain di sekitarnya dalam kaca
spion itu sendiri secara tidak langsung ia sadari.

Tahapan Mediasi dan Hal-Hal yang Perlu Dihindari


Adapun tahap-tahapan dalam suatu mediasi, antara lain:

1. Tahap pramediasi.
Tahap ini adalah tahap awal dimana mediator menyusun sejumlah langkah
dan persiapan sebelum mediasi dimulai. Pada tahap ini, mediator
melakukan beberapa langkah strategis yaitu membangun kepercayaan diri,
menghubungi para pihak, menggali dan memberikan informasi awal
mediasi, fokus pada masa depan, mengkoordinasikan para pihak yang
bersengketa, mewaspadai perbedaan budaya, menentukan tujuan, para
pihak, serta waktu dan tempat pertemuan, dan menciptakan situasi
kondusif bagi kedua belah pihak.
2. Tahap pelaksanaan mediasi.
Tahap pelaksaan mediasi adalah tahap dimana para pihak yang
bersengketa bertemu dan berunding dalam suatu forum. Dalam tahap ini,
terdapat beberapa langkah penting, yaitu sambutan dan pendahuluan oleh
mediator, presentasi dan pemaparan kondisi-kondisi faktual yang dialami
para pihak, mengurutkan dan mengidentifikasikan secara tepat
permasalahan para pihak, diskusi (negosiasi) masalah-masalah yang
disepakati, mencapai alternatif-alternatif penyelesaian,menemukan butir
kesepakatan dan merumuskan keputusan, mencatat dan menuturkan
kembali keputusan, dan menutup mediasi.
3. Tahap akhir implementasi mediasi.
Tahap ini merupakan tahap dimana para pihak menjalankan kesepakatan-
kesepakatan yang telah mereka tuangkan bersama dalam satu perjanjian
tertulis. Para pihak menjalankan hasil kesepakatan berdasarkan komitmen
yang telah mereka tunjukkan selama dalam proses mediasi. Pelaksanaan
(implementasi) mediasi umumnya dijalankan oleh para pihak sendiri,
tetapi pada beberapa kasus, pelaksanannya dibantu oleh pihak lain.

Selain itu, untuk menghindari ketidak nyamanan saat mediasi perlu di perhatikan
beberapa hal yang harus dihindari dalam mediasi, antara lain:

1. Ketidaksiapan mediator.
2. Kehilangan kendali oleh mediator.
3. Kehilangan netralitas.
4. Mengabaikan emosi.

Komponen-Komponen Mediasi
Proses mediasi melibatkan konselor dan klien, yaitu dua pihak atau lebih yang
sedang mengalami masalah berupa ketidak cocokan diantara mereka.
1. Konselor.
Dalam mediasi melibatkan konselor yang bertugas sebagai mediator,
maksudnya bahwa mediator adalah pihak netral yang membantu para
pihak dalam proses perundingan guna mencari barbagai kemungkinan
penyelesaian sangketa tanpa menggunakan cara memutuskan atau
memaksakan sebuah penyelesaian. Konselor adalah seorang yang
menyelesaikan permasalahan yang terjadi antara pihak yang bermasalah
dan berusaha membangun jembatan pihak yang bersalah tersebut.
2. Klien.
Beberapa dari konseling perorangan, pada mediasi konselor menghadapi
klien yang terdiri dari dua pihak atau lebih, dua orang individu atau lebih,
dua kelompok atau lebih atau kombinasi sejumlah individu dan kelompok.
klien yang dihadapi oleh konselor ini sedang mengalami ketidakcocokan,
dan mereka sepakat untuk meminta bantuan konselor untuk menangani
permsalahan itu. Dengan adanya mediasi ini diharapkan pihak-pihak yang
bertikai dapat mencapai kesesuain dan hubungan yang baik tanpa adanya
saling bermusuhan lagi.
3. Masalah klien.
Masalah klien yang dibahas dalam mediasi pada dasarnya adalah masalah
hubungan yang terjadi diantara individu dan kelompok-kelompok yang
sedang bertikai, yang sekarang meminta bantuan konselor untuk
mengatasinya. Masalah-masalah tersebut dapat berpangkalan pada
pertikaian atas kepemilikan sesuatu, kejadian diadakan (seperti
perkelahian), persaingan, memperbuatkan sesuatu, perasaan tersinggung,
dendam dan sakit hati, tuntutan atas hak dan sebagainya.Pokok
permasalahan tersebut menjadikan kedua belah pihak (atau lebih) menjadi
tidak harmonis atau bahkan antagonis yang selanjutnya dapat
menimbulkan suasana eksposif yang dapat membawa malapetaka atau
bahkan korban.
Dasar Hukum Mediasi
Adapun dasar hukum mediasi adalah:

1. Dasar Hukum Mediasi Menurut UU No. 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase


dan Alternatif Penyelesaian Sengketa. Menurut UU No. 30 Tahun 1999,
bahwa pengertian mediasi yang berbunyi dalam undang-undang tersebut
adalah "Dalam hal sengketa atau beda pendapat setelah diadakan
pertemuan langsung oleh para pihak (negosiasi) dalam 14 (empat belas)
hari juga tidak dapat diselesaikan, maka dengan kesepakatan tertulis dari
para pihak sengketa atau yang beda pendapat diselesaikan melalui bantuan
seorang atau lebih penasehat ahli maupun juga melalui seorang mediator.
2. Dasar Hukum Mediasi Menurut PERMA No. 1 Tahun 2008. Menurut
PERMA tersebut yang juga memberikan definisi tentang mediasi dalam
pasal 1 ayat 7 yang berbunyi "mediasi adalah cara penyelesaian sengketa
melalui proses perundingan untuk memperoleh kesepkatan para pihak
dengan dibantu oleh mediator."
3. Dasar Hukum Mediasi Menurut Badan Mediasi Asuransi Indonesia
(BMAI). Menurut BMAI dalam Pasal 1 Peraturan BMAI bahwa pengertian
mediasi adalah proses penyelesaian sengketa dengan melakukan upaya
musyawarah dan juga mufakat antara pemohon dan juga anggota yang
diberikan fasilitas oleh mediator.
4. Dasar Hukum Mediasi Menurut Mahkamah Agung. Menurut Mediasi
Menurut Mahkamah Agung No. 1 Tahun 2008 tentang Mediasi dimana
dalam aturan tersebut menuturkan bahwa pengertian mediasi adalah salah
satu alternatif penyelesaian sengketa yang terdiri atas dua jenis yakni
mediasi yang berada di dalam pengadilan dan dilaur pengadilan. Diluar
pengadilan akan ditangi oleh mediator swasta, perorangan ataupun lembaga
independen alternatif dalam penyelesaian sengketa yang dikenal dengan
PMN atau Pusat Mediasi Nasional.
5. Pancasila sebagai dasar ideologi negara RI yang memiliki salah satu azas
musyawarah untuk mufakat.
6. UUD 1945 adalah konstitusi negara Indonesia yang menjelaskan azas
musyawarah untuk mufaat yang menjiwai pasal-pasal didalamnya.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Mediasi secara umum adalah upaya penyelesaian konflik yang melibatkan pihak
ke tiga sebagai pihak yang netral, yang tidak memiliki kewenangan mengambil
keputusan yang membantu pihak-pihak yang bersengketa mencapai penyelesaian
yang diterima oleh kedua belah pihak. Mediasi sendiri juga dibagi menjadi tiga
jenis yaitu medium quod, medium quo, dan medium in quo. Mediasi juga
memiliki komponen-komponen yang berperan sebagai konselor, klien, dan
masalah klien. Selain itu, mediasi pun memiliki fungsi dan tujuan yang sangat
membantu untuk menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi.

Saran
Perbanyaklah membaca dan mencari referensi mengenai antropologi
kesehatan, guna meningkatkan dan menambah wawasan para pembaca mengenai
materi tentang pemahaman dasar antropologi kesehatan yang mana dapat
diterapkan dalam berbagai bidang dan kehidupan sehari–hari.
Sebagai penulis kami menyadari bahwa banyak sekali kekurangan kami, maka
dari itu kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa
depan.
DAFTAR PUSTAKA

Universitas Gajah Mada. 2015. ”Konflik Dokter dan Pasien Wajib Gunakan
Mediasi”, https://www.ugm.ac.id/id/berita/10262-konflik-dokter-dan-pasien-
wajib-gunakan-mediasi, diakses pada 12 Oktober 2021 pukul 21.00 .

Wikipedia. 2021. ”Mediasi”,


https://id.wikipedia.org/wiki/Mediasi#Mediasi_di_Indonesia, diakses pada 12
Oktober pukul 20.50 .

Mahkamah Agung Republik Indonesia Pengadilan Negeri Karanganyar Kelas II.


2015. ”Mediasi di Pengadilan”,
https://pnkaranganyar.go.id/main/index.php/berita/artikel/978-mediasi-di-
pengadilan, diakses pada 12 Oktober pukul 21.15 .

Kelas Pintar. 2021. ”Mengenal Pengertian dan Fungsi dari Mediasi”,


https://www.kelaspintar.id/blog/tips-pintar/mengenal-pengertian-dan-fungsi-dari-
mediasi-11420/ , diakses pada 12 Oktober pukul 21.40 .

Bakhtiar Handar Subhandi. 2014 .”Tujuan dan Manfaat mediasi”,


http://handarsubhandi.blogspot.com/2014/11/tujuan-dan-manfaat-mediasi.html,
diakses pada 12 Oktober pukul 22.10 .
Universitas Islam Negri. 2021. “Tinjauan Pustaka” ,
http://repository.uinsuska.ac.id/17001/7/07.BAB%20II.pdf , diakses pada 12
Oktober pukul 23.00 .

Anda mungkin juga menyukai