Anda di halaman 1dari 35

TUGAS PAPER PATOFISIOLOGI ASMA

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Patofisiologi


Jurusan Akademi Keperawatan D III

Dosen pengampu:
Ahmad Muzaki, S.Kep, Ns, M.Kep

Disusun oleh:

Alexander Sakti Kuncoro Aji (21006)


Aulia Nur Azizah (21015)
Bernadine Avelia (21016)
Dwi Oktaviyani (21025)
Fahreza Alif Maulana (21033)
Fauziya Dzatul Hidayati (21036)
Iqbal Yusuf Alghifari (21053)
Kriswan Halomoan Munthe (21056)

AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO


2022/ 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan karunia-
Nya, kami dapat menyelesaikan tugas paper tentang “Patofisiologi Asma” ini dengan baik.
Kami berterima kasih kepada Bapak Ahmad Muzaki, S.Kep,Ns, M.Kep selaku dosen
pengajar materi Patofisiologi.
Kami berharap tugas paper ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan dan
pengetahuan kita mengenai penyakit asma. Semoga tugas paper sederhana ini dapat
dipahami bagi siapapun yang membacanya dan berguna bagi kami sendiri maupun orang lain.
Sebelumnya kami mohon maaf bila terdapat kesalahan kata – kata yang kurang berkenan dan
kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Akhir kata kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal hingga akhir. Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu
memberkahi semua usaha kita.

Purworejo, 1 Juni 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................................................3
KONSEP PENYAKIT.............................................................................................................................4
A. DEFINISI.....................................................................................................................................4
B. ANATOMI FISIOLOGIS............................................................................................................6
Proses Terjadinya Pernafasan........................................................................................................16
Mekanika Pernafasan.....................................................................................................................17
C. ETIOLOGI.................................................................................................................................18
D. TANDA DAN GEJALA ASMA...............................................................................................20
E. PATOFISIOLOGI.....................................................................................................................23
Klasifikasi Asma............................................................................................................................24
F. PATHWAY...............................................................................................................................28
Pathway asma dapat dilihat dari bagan berikut:................................................................................28
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK.............................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................34

3
KONSEP PENYAKIT

A. DEFINISI
Asma dalam bahasa Yunani “asthma” yang artinya "terengah", adalah peradangan
kronis yang umum terjadi pada bronkus yang ditandai dengan gejala yang bervariasi dan
berulang, penyumbatan saluran napas yang bersifat reversibel dan spasme bronkus. Gejala
umum meliputi mengi, batuk, dada terasa berat, ekspirasi memanjang, dan sesak napas.

Definisi Asma Menurut Beberapa Ahli


Menurut Nurarif (2012)
Asma adalah suatu keadaan dimana saluran dafas mengalami penyempitan karena
hiperaktivitas terhadap suatu rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan,
penyempitan ini bersifat sementara (Wahyudi 2017).

Menurut Departemen Kesehatan RI (2009)


Asma merupakan kelainan berupa inflamasi kronik saluran nafas yang menyebabkan
hiperaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan yang dapat menimbulkan gejala mengi,
batuk, sesak nafas, dan dada terasa berat terutama pada malam hari yang pada umumnya
bersifat reversible baik dengan atau tanpa pengobatan (Wahyudi 2017).

Menurut Somatri (2007)


Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronchial yang mempunyai ciri-ciri
bronkospasme periodik (kontraksi spasme pada saluran napas) terutama pada percabangan
trakeobronkial yang dapat diakibatkan oleh berbagai stimulasi seperti oleh faktor biokemikal,
endokrin, infeksi otonomik, dan psikologi (Wardani and Rosalina 2018).

Menurut Smeltzer & Bare (2008)


Asma merupakan penyakit jalan napas obstruktif intermiten yang bersifat reversible
dimana trakhea dan bronkus berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu yang di
tandai dengan penyemptitan jalan napas, yang mengakibatkan dispnea, batuk dan mengi
(Wahyudi 2017).

4
Menurut (GINA) Global Initiative for Asthma (2018)
Asma merupakan penyakit heterogen yang ditandai dengan adanya peradangan
saluran napas kronis diikuti dengan gejala pernapasan seperti mengi, sesak napas dan batuk
yang bervariasi dari waktu ke waktu dengan intensitas yang berbeda dan bersamaan dengan
keterbatasan aliran udara saat ekspirasi (Wardani and Rosalina 2018).

Menurut Kowalak, Welsh & Mayer (2003)


Asma adalah gangguan inflamasi pada jalan nafas yang ditandai oleh obstruksi aliran
udara nafas dan respons jalan nafas yang berlebihan terhadap berbagai bentuk rangsangan
(Wardani and Rosalina 2018).

Menurut Welss (2008)


Asma merupakan gangguan inflamasi kronis jalan nafas yang melibatkan berbagai
tipe sel dan merupakan obstruksi saluran nafas yang bersifat reversible, baik secara spontan
atau dengan adanya tindakan pengobatan (Ganong 2014).

Menurut Nugroho (2015)


Asma adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami penyempitan karena
hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu yang menyebabkan peradangan (Ganong 2014).

Menurut McPhee & Ganong (2007)


Asma adalah penyakit peradangan saluran nafas dan penyumbatan saluran nafas yang
ditandai oleh adanya gejala intermiten, termasuk mengi, rasa sesak di dada, kesulitan
bernafas (dispnea), dan batuk bersama dengan hiperresponsivitas bronkus (Ganong 2014).

Menurut International Consensus Report on the Diagnosis and Management of Asthma


(1992)
Asma adalah gangguan inflamasi kronik pada jalan nafas dimana banyak sel yang
memainkan peranannya terutama sel mast, eosinofil, dan limfosit T. Pada individu yang
rentan terhadap penyakit, inflamasi ini menyebabkan episode lanjutan dari mengi, sulit
bernafas, dada terasa sesak, dan batuk terutama pada malam atau pagi hari. Inflamasi ini
menyebabkan peningkatan responsivitas jalan nafas terhadap berbagai rangsangan (Ganong
2014).

5
Berdasarkan pengertian tersebut dapat di simpulkan asma merupakan penyakit pada
saluran napas yang mengalami penyempitan yang di sebabkan oleh hiperaktivitas bronkus
oleh berbagai rangsangan dengan di tandai seperti batuk, sesak napas, dan mengi.
Asma adalah suatu kelainan berupa peradangan kronik saluran napas yang
menyebabkan penyempitan saluran napas (hiperaktifitas bronkus) sehingga menyebabkan
gejala episodik berulang berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat, dan batuk yang
bersifat reversible. Selain itu, asma adalah penyakit kronis pada saluran pernapasan yang
ditandai dengan sesak akibat peradangan dan penyempitan pada saluran napas. asma dapat
diderita oleh semua golongan usia, baik muda maupun tua.
Penderita asma memiliki saluran pernapasan yang lebih sensitif dibandingkan orang
normal. Ketika paru-paru terpapar pemicu asma, maka otot-otot di saluran pernapasan akan
kaku sehingga membuat saluran tersebut menyempit. Selain itu, produksi dahak juga
meningkat. Kondisi ketika saluran udara meradang, sempit dan membengkak, dan
menghasilkan lendir berlebih sehingga menyulitkan bernapas. Kombinasi dari kondisi
tersebut membuat penderita mengalami gejala asma.

B. ANATOMI FISIOLOGIS

Gambar 2.1 Anatomi Sistem Pernapasan

Pernapasan atau respirasi adalah mekanisme yang terjadi ketika tubuh kekurangan
oksigen dan kemudian menghirup oksigen yang ada di luar melalui organ-organ pernapasan.
Pada keadaan tertentu bila tubuh kelebihan karbondioksida, maka tubuh berusaha untuk
mengeluarkannya dari dalam tubuh dengan cara menghembuskan napas (ekspirasi) sehingga

6
terjadi suatu keseimbangan antara oksigen dengan karbondioksida dalam tubuh. Berikut ini
adalah organ-organ sistem pernapasan manusia yaitu:

1. Hidung (Naso/ Nasal)

Gambar 2.2 Anatomi Hidung/ Nasal

Hidung berfungsi sebagai alat pernapasan dan indra penciuman. Merupakan saluran
udara yang pertama, mempunyai dua lubang yang disebut kavum nasi dan dipisahkan oleh
sekat hidung yang disebut septum nasi. Vestibulum (rongga) hidung berisi serabut-serabut
halus epitel (silia/bulu hidung) yang berfungsi untuk mencegah masuknya benda-benda asing
yang mengganggu proses pernapasan. Bagian-bagian hidung terdiri atas:
1) batang hidung,
2) dinding depan hidung,
3) septum (sekat hidung),
4) dinding lateral rongga hidung.
5)
Fungsi dari hidung, yaitu:
1) Tempat masuknya udara.
2) Penyaring udara melalui rambut-rambut halus dan lendir di dalam hidung.
3) Sebagai indra penciuman.

7
2. Faring/ Tekak
Faring dibentuk oleh otot rangka dan dilapisi oleh membran mukosa yang
berkelanjutan dengan rongga hidung dan memiliki bentuk menyerupai tabung, faring dibagi
menjadi tiga bagian utama seperti nasofaring, orofaring, dan laringofaring.

Terdiri atas tiga bagian yaitu nasofaring, orofaring, dan laringgo faring.
a. Nasofaring
Bagian faring ini terdapat di dorsal kavum nasi dan terhubung dengan kavum
nasi melalui konka dinding lateral yang di bentuk oleh M. tensor platini, M. levator
villi platini, serta M. konstruktor faringis superior.

b. Orofaring
Orofaring terletak di belakang kavum oris dan terbentang dari palatum molle
sampai tepi atas epiglottis. Orofaring mempunyai atap, dasar, dinding anterior,
dinding posterior dan dinding lateral.

c. Laringo faring
Bagian ini terhubung dengan laring melalui mulut, yaitu melalui saluran
auditus laringeus. Dinding depan laringo faring memiliki plika laringisi epiglotika.

Gambar 2.3 Anatomi Faring dan Laring

8
3. Laring

Laring atau pangkal tenggorokan merupakan jalinan tulang rawan yang di lengkapi
dengan otot, membrane jaringan ikat, dengan ligamentum. Bagian atas laring membentuk tepi
epiglottis. Rangka laring teriri atas berbagai bagian yaitu kartilago tiroidea, kartilago
krioidea, kartilago aritenoidea dan kartilago epiglotika.
Laring terdiri dari tulang rawan dan otot yang terlapisi selaput lender, laring memiliki
tiga bagian utama yaitu :
1) Supraglotis: area atas pita suara
2) Glotis: area tengah tempat pita suara berada
3) Subglotis: area bawa pita suara yang terhubung ke tenggorokan

Laring terletak di dalam leher yang posisinya sejajar dengan jakun pada laki-laki.
Mengingat laring termasuk dalam bagian tenggorokan, organ tubuh ini membantu proses
pernapasan.
Adapun fungsi laring yaitu :
1) Memproduksi udara
2) Menyalurkan suara
3) Mencegah tersedak
4) Menghasilkan suara
5) Melindungi saluran pernafasan
6) Penghubung faring dan trakea
7) Repirasi

9
4. Trakea

Gambar 2.4 Anatomi Trakea

Trakea adalah saluran pernapasan berbentuk pipa/ tabung yang menghubungkan


tenggorokan dengan paru-paru. Terdiri dari tulang rawan dan otot serta dilapisi oleh
pseudostratified columnar cilliated epithelium (epitel PCC). Sepertiga bagian trakea terletak
di leher, dan selebihnya terletak di mediastinum, dengan panjang 10 cm sampai 12 cm dan
diameter 2,5 cm serta terletak di atas permukaan anterior esofagus yang memisahkan trakhea
menjadi bronkhus kiri dan kanan. Trakea dilapisi epitelium fespiratorik (kolumnar bertingkat
dan bersilia) yang mengandung banyak sel goblet. Sel-sel bersilia ini berfungsi untuk
mengelurkan benda-benda asing yang masuk bersam-sama dengan udara saat bernafas.

Fungsi trakea :
1) Menyaring, melembabkan, dan mengatur suhu udara agar sesuai dengan suhu
tubuh.

10
2) Sebagai penyedia saluran napas atau jalan napas, trakea menghubungkan laring dan
paru-paru agar udara bisa masuk dan keluar dari paru-paru.
3) Menghasilkan lendir yang dapat menangkap debu dan kontaminan lain dan
mencegahnya mencapai/masuk ke paru-paru.
4) Untuk membagi dan dialihkan ke kedua paru-paru dan berakhir di dua bronkus
utama.

5. Bronkus

Gambar 2.5 Anatomi Bronkus

Bronkus mempunyai struktur yang sama dengan trakea dan terletak mengarah ke
paru-paru. Bronkus terdiri atas bronkus prinsipalis dekstra dan bronkus prinsipalis sinistria.
Baik bronkus kanan maupun bronkus kiri tersusun atas tulang rawan dan otot-otot halus yang
diselubungi oleh membran mukusa atau selaput lendir. Dari trakea, bronkus akan bercabang
ke bagian atas, bagian tengah, dan bagian bawah paru-paru sehingga membentuk struktur
pohon bronkial (tracheobronchial tree). Percabangan bronkus ini akan mengarah pada banyak
percabangan saluran udara yang lebih sempit yaitu bronkiolus.

Fungsi bronkus :
1) Menghubungkan saluran pernapasan atas dengan paru-paru.
2) Memastikan suplai oksigen ke dalam tubuh.
3) Menghalau masuknya partikel asing ke dalam paru-paru (Anon n.d.).

11
6. Bronkiolus

Gambar 2.6 Anatomi Bronkiolus

Bronkiolus merupakan cabang dari bronkus yang adalah cabang batang tenggorokan
yang terletak setelah tenggorokan (trachea) sebelum paru-paru. Bronkiolus berfungsi untuk
menyalurkan udara dari bronkus ke alveoli. Selain itu, bronkiolus juga berfungsi untuk
mengontrol jumlah udara yang masuk dan keluar saat proses bernapas berlangsung. Udara
yang lewat di bronkiolus, akan diatur intensitasnya oleh mekanisme dilatasi dan kontraksi
atau sistem buka-tutup. Bronkiolus memiliki jaringan otot halus yang akan membuka dan
menutup saluran bronkiolus, kapanpun dibutuhkan. Udara yang lewat di bronkiolus, akan
diatur intensitasnya oleh mekanisme dilatasi dan kontraksi atau sistem buka-tutup.
Bronkiolus memiliki jaringan otot halus yang akan membuka dan menutup saluran
bronkiolus, kapanpun dibutuhkan (Anon n.d.).

12
7. Alveolus

Gambar 2.7 Anatomi Alveolus

Alveolus merupakan saluran akhir dari alat pernapasan yang berupa gelembung-
gelembung udara. Gelembung tersebut diselimuti pembuluh kapiler darah .Alveolus adalah
kantung berdinding tipis, lembap didalam paru-paru yang mengandung udara dan berlekat
erat dengan kapiler-kapiler darah, melalui seluruh dinding inilah terjadi pertukaran gas.
Alveolus terdiri atas satu lapis sel epitelium pipih dan di sinilah darah hampir langsung
bersentuhan dengan udara.Epitel pipih yang melapisi alveoli memudahkan darah di dalam
kapiler-kapiler darah mengikat oksigen dari udara dalam rongga alveolus.
Pertukaran gas yang terbentuk pada paru-paru bersifat difusi pasif, dimana pada saat
organ tersebut bukan memerlukan energi untuk dibakar. Gas-gas akan mendapat proses
pertukaran atas gerakan melalui gradien konsentrasi / dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi
yang lebih rendah. Mekanisme pertukaran gas yaitu Oksigen (O2) dan karbondioksida (CO2)
yang terbetuk pada tubuh manusia di dalam proses pernapasan manusia dan akan dilakukan
pada alveolus.
Fungsi alveolus :
1. Mengambil oksigen yang masuk ke tubuh
2. Melepas karbon dioksida
3. Tempat pertukaran oksigen dan karbon dioksida (Anon n.d.)

13
8. Paru-Paru

Gambar 2.8 Anatomi Organ Paru-Paru

Paru-paru adalah salah satu organ paling penting dalam sistem pernapasan. Organ ini
berada dalam kantong yang berbentuk oleh pleura perietalis dan pleura viseralis. Kedua paru-
paru ini sangat lunak elastis, sifatnya ringan dan terapung dalam air, serta berada dalam
rongga toraks. Paru terbagi dalam dua segmen, yaitu:
a. Paru-paru kanan terdiri dari tiga lobus yaitu lobus superior, medius, dan inferior.
b. Paru kiri terdiri dari dua lobus yaitu superior dan inferior (Anon n.d.).

Fungsi paru-paru:
1. tempat pertukaran gas dalam tubuh manusia.
2. Menjaga suhu dan tingkat kelembaban dalam tubuh tetap normal.
3. Melindungi tubuh dari zat berbahaya, dengan adanya batuk dan bersin.
4. Mendukung fungsi dari indra penciuman.

14
9. Pleura

Gambar 2.9 Anatomi Pleura

Pleura adalah suatu membrane serosa yang halus dan membentuk suatu kantong
tempat dimana terdapat dua paru yaitu kiri dan kanan yang tidak saling bersentuhan. Pleura
mempunyai dua lapisan yaitu permukaan parietalis dan permukaan viseralis. Sesuai letaknya
pleura parietalis memiliki empat bagian yaitu:
a. Pleura kostalis, yaitu bagian plura yang menghadap bagian lengkung kosta dan otot-
otot yang terdapat diantaranya. Bagian depan pada pleura kostalis mencapai sternum,
sedangkan bagian belakangnya melewati iga-iga di samping verterbra. Bagian ini
merupakan bagian yang paling kuat dan tebal dalam dinding toraks.
b. Pleura servikalis, yaitu bagian pleura yang melewati apartura torasis superior,
memiliki dasar lebar, berbentuk seperti kubah dan di perkuat oleh membrane supra
pleura.
c. Pleura diafragmatika, yaitu bagian pleura yang berada di atas diafragma.
d. Diafragma mediastinalis, yaitu bagian pleura yang meliputi permukaan lateral
mediastinum serta susunan yang terletak di dalamnya.

15
Proses Terjadinya Pernafasan
Berikut proses pernapasan secara sederhana, yaitu:
1) Saat bernapas, manusia menghirup udara melalui hidung. Udara yang dihirup
mengandung oksigen dan gas lainnya.
2) Dari hidung, udara masuk ke tenggorokan dan sampai ke dalam paru-paru.
3) Di dalam paru-paru, udara mengalir hingga alveoli.
4) Oksigen yang ada di alveolus kemudian bertukar dengan karbondioksida yang
terkandung dalam darah yang ada di pembuluh alveoulus melalui proses difusi.
5) Dalam darah, oksigen diikat oleh hemoglobin.
6) Darah yang ada telah mengandung oksigen mengalir ke seluruh tubuh.
7) Di sisi lain, darah mengangkut karbondioksida untuk dikembalikan ke alveolus paru-
paru dan akan dike luarkan saat hidung mengeluarkan napas.
Proses pernapasan meliputi dua proses yaitu, mmemasukan/ menarik (inspirasi) dan
mengeluarkan (ekspirasi). Sewaktu menarik napas, otot diafragma berkontraksi, dari posisi
melengkung ke atas menjadi lurus. Bersamaan dengan itu, otot tulang rusuk juga
berkontraksi, akibatnya rongga dada mengembang. Saat mengeluarkan napas, otot diafragma
dan otot tulang rusuk melemas, sehingga rongga dada mengecil (Anon n.d.).
Pernafasan adalah proses inspirasi udara kedalam paru-paru dan ekspirasi udara dari
paru-paru ke lingkungan luar tubuh. Inspirasi terjadi bila muskulus diafragma telah dapat
rangsangan dari nervus pernikus lalu mengkerut datar. Saat ekspirasi otot akan kendor lagi
dan dengan demikian rongga dada menjadi kecil kembali maka udara di dorong keluar. Jadi
proses respirasi terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara rongga pleura dan paru-paru.
Fungsi paru–paru adalah sebagai tempat pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida.
Pada pernapasan melalui paruparu atau pernapasan eksterna, oksigen di pungut melalui
hidung dan mulut pada waktu bernapas, oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronkial ke
alveoli, dan dapat berhubungan erat dengan darah di dalam kapiler pulmonaris. Oksigen
menembus membran ini dan di pungut oleh hemoglobin sel darah merah dan dibawa ke
jantung. Dari sini di pompa di dalam arteri ke semua bagian tubuh. Darah meninggalkan
paru– paru pada tekanan oksigen 100 mmHg dan pada tingkat ini hemoglobinnya 95 persen
jenuh oksigen. Di dalam paru-paru, karbondioksida salah satu hasil buangan metabolisme
menembus membran alveoler kapiler, dari kapiler darah ke alveoli dan setelah melalui pipa
bronkial dan trakea, di napaskan keluar melalui hidung dan mulut.

16
Empat proses yang berhubungan dengan pernapasan pulmoner atau pernapasan
eksterna yaitu:
1) Ventilasi pulmoner, atau gerak pernapasan yang menukar udara dalam alveoli dengan
udara luar.
2) Arus darah melalui paru–paru. Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian
sehingga dalam jumlah tepat dapat mencapai semua bagian tubuh.
3) Difusi gas yang menembusi membran pemisah alveoli dan kapiler. CO2 lebih mudah
berdifusi dari pada oksigen
4) Pefusi, yaitu pernapasan jaringan atau pernapasan interna. Darah yang telah
menjenuhkan hemoglobinnya dengan oksigen (oksihemoglobin) megintari seluruh
tubuh dan akhirnya mencapai kapiler, di mana darah bergerak sangat lambat. Sel
jaringan memungut oksigen dari hemoglobin untuk memungkinkan oksigen
berlangsung, dan darah menerima, sebagai gantinya, yaitu karbondioksida. Semua
proses ini diatur sedemikian sehingga darah yang meninggalkan paru-paru menerima
jumlah tepat CO2 dan O2. Pada waktu gerak badan, lebih banyak darah datang di
paru–paru membawa terlalu banyak CO2 dan terlampau sedikit O2 : jumlah CO2 itu
tidak dapat di keluarkan, maka konsentrasinya dalam darah arteri bertambah. Hal ini
merangsang pusat pernapasan dalam otak untuk memperbesar kecepatan dan
dalamnya pernapasan. Penambahan ventilasi ini mngeluarkan CO2 dan memungut
lebih banyak O2. Perubahan– perubahan berikut terjadi pada komposisi udara dalam
alveoli, yang disebabkan pernapasan eksterna dan pernapasan interna atau pernapasan
jarigan.

Mekanika Pernafasan
Pernapasan memiliki ritme yang teratur dan ritme pernapasan dihasilkan dari pusat
pernapasan yang terletak di pons dan medula oblongata (pneumotaxic center). Kontraksi otot
inspirasi akan menimbulkan tekanan negatif, menyebabkan terjadinya aliran udara dari luar
masuk ke dalam paru. Kedalaman dan frekuensi pernapasan sangat penting karena komponen
pernapasan ini akan membantu mempertahankan homeostasis kadar oksigen, karbondioksida
dan ion H+ dalam darah arteri. Struktur saluran nafas atas sangat berperan agar udara dapat
masuk dan keluar dari paru. Saluran napas atas yang paten sangat tergantung struktur
anatomis daerah tersebut. Ukuran konka nasalis yang besar, lidah atau uvula yang besar, dan
palatum molle yang lemah dapat mengobstruksi saluran nafas atas. Otot genioglosus (untuk

17
menjulurkan lidah), serta styloglosus dan hyoglosus (untuk menarik lidah) mempunyai
interaksi kompleks agar jalan nafas tetap terbuka.

C. ETIOLOGI
Etiologi merupakan studi yang mempelajari tentang kausalitas (penyebab) dan asal-
muasal sesuatu. Kata ini berasal dari bahasa Yunani “aitiologia” yang artinya "memberi
alasan untuk".
Dalam dunia medis, “etiologi” diartikan sebagai penyebab dari suatu gangguan atau
penyakit yang timbul. .Selain itu, definisi lain etiologi adalah penetapan sebab dari fenomena
meliputi identifikasi faktor-faktor yang menimbulkan penyakit.

Etiologi Asma Menurut Smeltzer & Bare (2016) Ada beberapa yang merupakan
faktor presdiposisi dan presipitasi timbulnya serangan asma yaitu:
a. Faktor Presdisposisi
Berupa Genetik dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun
belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit
alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga yang menderita penyakit alergi.
Karena adanya bakat penyakit ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma jika
terpapar dengan faktor pencetus. Selain itu hipersensitifitas saluran pernapasan juga
bisa diturunkan.

b. Faktor Presipitasi
Fakor Pertama Alergen dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis yaitu:
1) Inhalan yaitu yang masuk melalui saluran pernapasan misalnya debu, bulu
binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri, dan polusi.
2) Ingesti yaitu yang masuk melalui mulut misalnya makananminuman dan obat-
obatan.
3) Kontaktan yaitu yang masuk melalui kontak dengan kulit misalnya perhiasan,
logam dan jam tangan.

Faktor Kedua Perubahan Cuaca


(Rachmawati, 2013)
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asam.
Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma.

18
Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti musim hujan, musim kemarau,
musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan debu.

Faktor Ketiga Stress


(Smeltzer & Bare, 2016)
Stress atau gangguan emosi menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa
memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus
segera diobati penderita asma yang alami stres perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan
masalah pribadinya, jika stresnya belum diatasi maka gejala asma belum bisa diobati.

Faktor Keempat Lingkungan


(Mansjoer, 2014)
Lingkungan sekitar misalnya rumah, apakah rumahnya dekat dengan pabrik, jalan
raya, atau dekat dengan pembuangan limbah itu juga dapat menimbulkan polusi, sehingga
lingkungan juga merupakan pencetus penyebab penyakit asma dapat kambuh. Lingkungan
yang bersih, tidak kumuh, pencahayaan yang cukup, ventilasi yang memadahi dapat
memperlancar untuk pertukaran oksigen sehingga penderita asma dapat menghirup udara
yang bersih.

Faktor Kelima Olah Raga atau Aktivitas yang Berat


Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan asma jika melakukan 11 aktifitas
jasmani atau olahraga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma.
Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.

Menurut NANDA (2013) etiologi asma adalah dari :


a. Lingkungan, yaitu berupa debu, asap kendaraan, asap pabrik dan asap rokok,
b. Jalan napas, yaitu berupa spasme inhalasi asap, perokok aktif, perokok pasif,
sekresi yang tertahan, dan sekresi di bronkus,
c. Fisiologi, yaitu berupa inhalasi dan penyakit paru obstruksi kronik.

19
D. TANDA DAN GEJALA ASMA
Asma dapat ditandai dengan gejala yang beragam. Gejala tersebut dapat berlangsung
secara terus-menerus, hilang timbul, atau hanya terjadi di waktu tertentu. Tingkat keparahan
gejalanya juga bervariasi, mulai ringan hingga berat. Tanda-tanda serangan asma perlu
diketahui agar penderita diberikan penanganan paling tepat.

Berikut ini tanda-tanda serangan asma berdasarkan tingkatannya:


a. Tanda-Tanda Awal
Penderita akan terganggu aktivitasnya saat mengalami tanda-tanda awal. Selain
itu, perlu penanganan dan pengobatan yang tepat pada tingkatan ini. Berikut ini berbagai
tanda-tanda awal serangan asma:
1) Sulit bernapas/ Sesak napas
Gejala yang paling banyak dialami para penderita asma adalah sulitnya untuk
bernapas. Pada umumnya ini menjadikan penderitanya menjadi sesak nafas. Napas
penderita akan menjadi tidak teratur dan tidak utuh sehingga menyebabkan penderitanya
terganggu saat melakukan aktivitas (Anon n.d.).

2) Batuk parah
Batuk asma dapat berupa batuk kering maupun berdahak. Batuk yang jadi ciri-ciri
penyakit asma muncul karena saluran udara (bronkus) membengkak dan menyempit,
sehingga paru-paru tidk mendapat cukup oksigen. Umumnya batuk karena asma
cenderung semakin parah setelah beraktivitas.

3) Pilek dan bersin-bersin


Pilek dan bersin pada penderita asma paling sering disebabkan oleh rhinitis alergi.
Baik asma maupun rhinitis alergi sama-sama merupakan penyakit atopik, yang
dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan (Anon n.d.).

4) Mengi/napas bunyi
Gejala asma mengi, atau wheezing, adalah suara khas yang dihasilkan ketika
udara mengalir melalui saluran napas yang menyempit. Suara mengi (napas berbunyi),
yang terdengar seperti siulan yang sangat lirih, akan jadi semakin keras saat
mengembuskan atau menghirup napas.

20
5) Perubahan dalam pola pernapasan (napas pendek dan tidak teratur)
Ketidaklancaran pernapasan penderita asma karena terjadinya penyempitan
saluran udara, penebalan lapisan dalam dan sekresi sputum ke saluran udara
menyebabkan oksigen yang masuk dan keluar tidak lancar. Karena reaksi penderita asma
akan mengalami perubahan dalam pola pernapasan dan menjadi tidak teratur.

6) Menghilangnya suara
Gejala penyakit asma dalam tahap yang parah adalah kehilangan suara, ini
diakibatkan karena batuk secara terus-meneru,s sehingga dalam jangka waktu tertentu
penderita asma bisa saja kehilangan suaranya. Selain itu, jika melakukan pembicaraan
dalam waktu keadaan normal, suara orang tersebut akan terdengar serak (Anon n.d.).

7) Dada terasa sesak nyeri, dan seperti tertekan


Nyeri dada sebenarnya merupakan gejala dari banyak penyakit, salah satunya
adalah asma. Nyeri dada yang muncul akibat serangan asma bisa berbeda-beda. Ada yang
seperti terhantam benda tumpul dan ada pula yang terasa seperti hujaman tajam (Anon
n.d.).

8) Mudah merasa lelah dan lesu


Para penderita asma juga akan sering mengalami rasa lelah dan lesu walaupun
hanya melakukan aktivitas yang sederhana. Lelah dan lesu ini disebabkan oleh adanya
kekurangan oksigen di dalam tubuh karena memang sirkulasi oksigen mengalami
gangguan atau tidak lancar karena adanya penyempitan di saluran pernafasan (Anon n.d.).

9) Rasa gatal pada tenggorokan


Selain batuk dan bersin, para penderita penyakit asma juga akan mengalami gatal-
gatal pada tenggorokan akibat adanya udara yang masuk dan keluar tidak lancar sehingga
menyebabkan adanya gangguan di dalamnya (Anon n.d.).

10) Susah Tidur (Insomnia)


Gejala lainnya yang akan dialami oleh para penderita penyakit asma adalah susah
tidur. Karena adanya gangguan pada pernafasan akan mengakibatkan para penderita

21
penyakit asma akan mengalami sulit tidur. Sulit tidur ini menjadi faktor lain yang
mengakibatkan para penderita asma menjadi lelah dan lesu (Anon n.d.).

11) Gugup, Tegang dan Gelisah


Adanya permasalahan pada bagian pernapasan disertai dengan rasa sakit di dada
dapat memicu rasa gugup dan tegang pada penderitanya, sehingga penderitanya akan
merasakan rasa yang sangat tidak nyaman terutama pada saat asma mulai
menyerang. Selain itu, sulit bernapas lega dapat memicu panik dan kegelisahan (Anon
n.d.).

12) Berkeringat
Gejala lain yang mungkin akan dialami oleh para penderita penyakit asma adalah
keluarnya keringat dingin terutama pada bagian kening (Anon n.d.).

13) Perubahan suasana hati (mudah marah/ moodiness)


Asma bisa memicu masalah kesehatan mental, seperti suasana hati yang buruk,
kecemasan, dan depresi, karena rasa sakit dan sesak disaat bernapas, sehingga sangat erat
kaitannya dengan kontrol emosi (Anon n.d.).

b. Tanda-Tanda Serangan Asma Parah/ Berat


Serangan asma parah/ berat akan sangat berisiko mengancam jiwa apabila tidak
segera ditangani.
Akan tetapi, jika obat-obatan dan penanganan lainnya gagal dilakukan dalam waktu 10-15
menit, lalu akan muncul tanda-tanda berikut ini:
1) Sianosis (kondisi ketika jari tangan, kuku, dan bibir tampak berwarna kebiruan atau
abu-abu karena kurangnya oksigen dalam darah)
2) Kesusahan bernapas ekstrim, dimana leher dan dada terasa “terhisap” setiap kali
bernapas
3) Kesulitan berbicara atau berjalan
4) Kebingungan
5) Cemas berlebihan
6) Demam
7) Sakit dada
8) Detak jantung cepat (Takikardia)

22
E. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang gangguan fungsi-fungsi mekanis,
fisik dan biokimia, baik disebabkan oleh suatu penyakit, gejala atau kondisi abnormal yang
tidak layak disebut sebagai suatu penyakit.
Patofisiologi asma merupakan proses inflamasi dan hipereaktivitas saluran napas yang
akan mempermudah terjadinya obstruksi jalan napas. Kerusakan epitel saluran napas,
gangguan saraf otonom, dan adanya perubahan pada otot polos bronkus juga diduga berperan
pada proses hipereaktivitas saluran napas.
Pencetus serangan asma dapat disebabkan oleh sejumlah faktor, antara lain alergen,
virus, dan iritan yang dapat menginduksi respon inflamasi akut. Asma dapat terjadi dalam 2
jalur, yaitu jalur imunologis dan saraf otonom. Jalur imunologis didominasi oleh antibodi
IgE, merupakan reaksi hipersensitivitas tipe 1 (tipe alergi), terdiri dari fase cepat dan fase
lambat. Reaksi alergi timbul pada orang dengan kecenderungan untuk membentuk sejumlah
antibodi IgE abnormal dalam jumlah besar, golongan ini disebut atopi. Pada asma alergi,
antibodi IgE terutama melekat pada permukaan sel mast pada intestitial paru, yang
berhubungan erat dengan bronkiolus dan bronkus kecil.
Darah mengandung antibodi yang dibuat oleh sistem kekebalan untuk melindungi
tubuh dari serangan bakteri, virus dan alergen. Cek Imunoglobulin E (IgE) total adalah salah
satu pemeriksaan darah untuk mengukur kadar antibodi imunoglobulin E. Secara medis,
pemeriksaan antibodi IgE dilakukan untuk mendeteksi penyakit alergi dan infeksi parasit.
Bila seseorang menghirup allergen, terjadi fase sensitisasi, antibodi IgE yang melekat pada
sel mast dan menyebabkan sel ini berdegenerasi mengeluarkan berbagai macam mediator.
Beberapa mediator yang dikeluarkan adalah histamin, leukotrein, faktor kemotaktik eosinofil
dan 14 bradikinin. Hal itu akan menimbulkan efek edema lokal pada dinding bronkiolus
kecil, sekresi mukus yang kental dalam lumen bronkiolus, sehingga menyebabkan inflamasi
saluran napas (Anon n.d.).
Pada alergi fase cepat, obstruksi saluran napas terjadi segera yaitu 10-15 menit setelah
pajanan alergen. Spasme bronkus yang terjadi merupakan respon terhadap mediator sel mast
terutama histamin yang bekerja merupakan respon terhadap mediator sel mast terutama
histamin yang bekerja langsung pada otot polos bronkus. Pada fase lambat, reaksi terjadi
setelah 6-8 jam pajanan alergen dan bertahan selama 16-24 jam, bahkan kadang-kadang
sampai beberapa minggu.

23
Sel-sel eosinofil, sel T, sel mast dan Antigen Presenting Cell (APC) merupakan sel-sel
kunci dalam patogenesis asma. Pada jalur saraf otonom, inhalasi alergen akan mengaktifkan
sel mast dan makrofag alveolar, nervus vagus dan mungkin juga epitel saluran napas.
Peregangan vagal menyebabkan reflek bronkus, sedangkan mediator inflamasi yang
dilepaskan oleh sel mast dan makrofag akan membuat epitel jalan napas lebih permeabel dan
memudahkan alergen masuk ke dalam submukosa, sehingga meningkatkan reaksi asma dapat
terjadi tanpa melibatkan sel mast misalnya pada hiperventilasi, inhalasi udara dingin, asap,
kabut dan SO2.
Pada keadaan tersebut reaksi asma terjadi melalui reflek saraf. Ujung saraf eferen
vagal mukosa yang terangsang menyebabkan dilepasnya neuropeptid sensorik senyawa P,
neuropeptida A dan Calcitomin Gene-Related Peptide (CGRP). Neuropeptida itulah yang
dapat menyebabkan terjadinya bronkokontriksi, edema bronkus, eksudasi plasma,
hipersekresi lendir, dan aktivitas sel-sel inflamasi. Hiperaktivitas bronkus merupakan ciri
khas asma, besarnya hiperaktivitas bronkus tersebut dapat diukur secara tidak langsung, yang
merupakan parameter objektif beratnya hiperaktivitas bronkus. Berbagai cara digunakan
untuk mengukur hiperaktivitas bronkus tersebut, antara lain dengan uji provokasi beban
kerja, inhalasi udara dingin, maupun inhalasi zat non spesifik.

Klasifikasi Asma
Menurut GINA/ Global Initiative for Asthma (2017)
Klasifikasi asma berdasarkan tingkat keparahannya dibagi menjadi empat yaitu :
a. Step 1 (Intermitten)
 Gejala perhari ≤ 2X dalam seminggu.
 Nilai PEF normal dalam kondisi serangan asma.
 Exacerbasi: Bisa berjalan ketika bernapas, bisa mengucapkan kalimat penuh.
 Respiratory Rate (RR) meningkat.
 Biasanya tidak ada gejala retraksi dinding dada ketika bernapas.
 Gejala malam ≤ 2X dalam sebulan.
 Fungsi paru PEF atau PEV 1 Variabel PEF ≥ 80% atau < 20%

b. Step 2 (Mild Intermitten)


 Gejala perhari ≥ 2X dalam seminggu, tapi tidak 1X sehari.
 Serangan asma diakibatkan oleh aktivitas.

24
 Exaserbasi: membaik ketika duduk, bisa mengucapkan kalimat frase,
 RR meningkat, kadang-kadang menggunakan retraksi dinding dada ketika bernapas.
 Gejala malam ≥ 2X dalam sebulan.
 Fungsi paru PEF tau PEV1 Variabel PEF ≥ 80% ATAU 20%-30%

c. Steep 3 (Moderate Persistent)


 Gejala perhari bisa setiap hari, serangan asma diakibatkan oleh aktivitas.
 Exaserbasi: Duduk tegak ketika bernapas, hanya dapat mengucapkan kata per kata,
 RR 30x/menit, biasanya menggunakan retraksi dinding dada ketika bernapas.
 Gejala malam ≥ 1X dalam 12 seminggu.
 Fungsi paru PEF atau PEV1 Variabel PEF 60%-80% atau > 30%

d. Step 4 (Severe Persistent)


 Gejala perhari, sering dan aktivitas fisik terbatas.
 Eksacerbasi: Abnormal pergerakan thoracoabdominal.
 Gejala malam sering muncul.
 Fungsi paru PEF atau PEV1 Variabel PEF ≤60% atau >30%

Eksaserbasi akut yaitu terjadi suatu perburukan gejala pernapasan pasien yang bersifat
akut diluar variasi harian normal sehingga pasien memerlukan perubahan pengobatan
(Riyanto dan Hisyam, 2014). Perburukan gejala pernapasan ditandai dengan sesak
meningkat, produksi sputum meningkat, dan perubahan warna sputum (Wardani and Rosalina
2018).

Peak Expiratory Flow (PEF)


Aliran terbesar yang dapat dikeluarkan dari manuver forced expiratory maksimum dari posisi
inflasi paru maksimal. PEF diukur dengan liter per detik, dengan tujuan untuk menilai usaha
yang dikeluarkan pasien (Anon n.d.).

Forced Expiratory Volume 1 (FEV1)


Volume udara yang diekspirasi pada detik pertama saat melakukan manuver FVC.
Normalnya, seseorang dapat mengeluarkan 70-80% FVC pada detik pertama manuver
ekspirasi (Anon n.d.).

25
Rasio FEV1/FVC
Perbandingan nilai FEV1 dan FVC, dimana FEV1 diperkirakan 3 liter dan FVC diperkirakan
4 liter, berarti cut off FEV1/FVC adalah >0,70 atau 70%. Pada anak-anak, nilai rasio
FEV1/FVC lebih tinggi. Hal ini karena diameter saluran napas pada anak yang relatif lebih
lebar dengan volume paru yang lebih kecil, sehingga waktu ekspirasi akan lebih pendek dan
pengosongan paru lebih cepat. Oleh karena itu, lebih tepat menggunakan FEV0,75 pada anak
sampai dengan usia 8 tahun.

Menurut Francis (2008)


Asma akut dapat diklarifikasikan kedalam tiga kelompok sebagai berikut:
1) Ringan sampai sedang: mengi atau batuk tanpa distress berat, dapat berbicara atau
mengobrol secara normal, nilai aliran pendek lebih dari 50% nilai terbaik.
2) Sedang sampai berat: mengi atau batuk dengan distress, berbicara dalam kalimat
atau frasa pendek, nilai aliran puncak kurang dari 50% dan beberapa derajat saturasi
oksigen jika diukur dengan oksimetri nadi. Didapatkan nilai saturasi 90% - 95% jika
diukur dengan oksimetri nadi perifer.
3) Berat, mengancam nyawa: Distress pernapasan berat, kesulitan berbicara, sianosis,
lelah dan bingung, usaha respirasi buruk, sedikit mengi (silent chest) dan suara napas
lemah, takipnea, bradikardi, hipotensi, aliran puncak kurang dari 30% angka prediksi
atau angka terbaik, saturasi oksigen kurang dari 90%. Jika diukur dengan oksimetri
perifer.

Tipe Asma Menurut Somantri (2007)


Tipe asma berdasarkan penyebabnya terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu:
a. Asma Alergik atau ekstrinsik
Merupakan suatu bentuk asma dengan alergen seperti bulu binatang, debu, tepung sari,
makanan, amarah dan jamur. Alergen terbanyak adalah airbone dan musiman (seasonal).
Pasien dengan asma alergik biasanya mempunyai riwayat keluarga yang alergik.

b. Idiopatik atau nonalergik asma atau intrinsik


Asma idiopatik atau nonalergik tidak ada hubungan dengan alergen spesifik faktor-
faktor, seperti common cold, infeksi traktus respiratorius, latihan, emosi, dan polutan
lingkungan yang dapat mencetuskan rangsangan. Agen farmokologis seperti aspirin dan

26
alergen anti inflamasi non steroid lainnya, pewarna rambut dan agen sulfit (pengawet
makanan juga menjadi faktor). Serangan asma idiopatik atau nonalergik menjadi lebih
berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dapat berkembang menjadi bronkitis
kronis dan empizema.

c. Asma Campuran (Mixed Asma)


Merupakan bentuk asma yang paling sering. Dikarakteristikkan dengan bentuk kedua
jenis asma alergi dan idiopatik atau nonalergi.

27
F. PATHWAY
Pathway asma dapat dilihat dari bagan berikut:

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

28
Pemeriksaan diagnostik pada pasien asma menurut Muttaqin, 2010 adalah sebagai
berikut:
a. Pengukuran Spirometri
Spirometri adalah salah satu metode pemeriksaan untuk mengevaluasi fungsi dan
mendiagnosis kondisi paru-paru. Pengukuran ini dilakukan sebelum dan sesudah
pemberian bronkodilator aerosol golongan adrenergik. Peningkatan FEV atau FVC
sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asma (Anon n.d.).

Forced Vital Capacity (FVC)


Volume udara yang diekspirasi dengan paksa dan tuntas, setelah melakukan inspirasi
yang dalam (Anon n.d.).

Forced Expiratory Volume 1 (FEV1)


Volume udara yang diekspirasi pada detik pertama saat melakukan manuver FVC
(Anon n.d.).

b. Tes Provokasi Bronkus


Tes provokasi bronkial adalah pemeriksaan hiperresponsivitas saluran napas
terhadap stimulus yang dapat digunakan dalam penegakan diagnosis asthma. Tes ini 16
dilakukan pada spirometri internal. Penurunan FFV sebesar 20% atau lebih setelah tes
provokasi dan denyut jantung 80-90% dari maksimum dianggap bermakna bila
menimbulkan penurunan PER 10% atau lebih (Anon n.d.).

c. Pemeriksaan Kulit
Pemeriksaan untuk menunjukkan adanya antibody IgE hipersensitif yang spesifik
dalam tubuh.

d. Pemeriksaan Laboratorium yang terdiri dari:


1) Analisis Gas Darah
Analisis gas darah (AGD) atau arterial blood gas (ABG) test adalah tes untuk
mengukur kadar oksigen, karbon dioksida, dan tingkat asam basa (pH) di dalam darah.
Analisis gas darah umumnya dilakukan untuk memeriksa fungsi organ paru yang menjadi
tempat pertukaran oksigen dan karbon dioksida. Pemeriksaan hanya dilakukan pada
serangan asma berat karena terdapat

29
a. Hipoksemia
Hipoksemia adalah kondisi di mana kadar oksigen di dalam darah di bawah batas
normal.

b. Hiperkapnea
Hiperkapnia atau gagal napas merupakan kondisi ketika aliran darah dalam tubuh
mengandung terlalu banyak karbon dioksida. Kondisi ini juga dikenal dengan nama
hypercarbia.

c. Asidosis respiratorik
Asidosis respiratorik atau dapat juga disebut asidosis karbon dioksida atau
hiperkapnia asidosis ialah penyakit paru-paru yang terjadi akibat kelebihan karbon
dioksida dalam tubuh (Anon n.d.).

2) Sputum
Kultur dahak (sputum) adalah pemeriksaan dahak untuk mendeteksi adanya
bakteri penyebab infeksi saluran pernafasan, terutama infeksi paru-paru (pneumonia).
Dahak merupakan cairan yang diproduksi oleh saluran pernafasan, dan dikeluarkan dari
saluran pernafasan saat batuk. Pewarnaan gram penting utnuk melihat adanya bakteri,
cara tersebut kemudian diikuti dan uji resistensi terhadap antibiotik.

3) Sel Eosinofil
Eosinofil merupakan salah satu jenis sel darah putih yang memiliki peranan
penting bagi sistem kekebalan tubuh. Dalam keadaan tertentu, kadar eosinofil dalam
tubuh bisa menunjukkan gambaran kesehatan seseorang. Eosinofil diproduksi di sumsum
tulang belakang. peran eosinofil dalam peradangan yang berkaitan dengan asma, eksim,
dan alergi. Cek hitung eosinofil merupakan pemeriksaan darah yang mengukur jumlah
kadar eosinofil dalam tubuh. Kadar eosinofil yang abnormal kerap ditemui saat
melakukan pemeriksaan perhitungan darah lengkap secara rutin.
Sel eosinofil pada klien dengan asmatikus mencapai 1000-1500/mm3 baik asma
intrinsik ataupun ekstrinsik, sedangkan hitungan sel eosinofil normal antara
100-200/mm3. Perbaikan fungsi paru disertai penurunan hitung jenis sel eosinofil
menunjukkan obat telah tepat.

30
4) Pemeriksaan Darah Rutin Dan Kimia
Tes kimia darah adalah pemeriksaan untuk mengukur kadar beberapa zat kimia di
dalam darah Anda. Dengan tes ini, Anda dapat mengetahui seberapa baik kerja organ-
organ tubuh Anda serta mencari tahu bila ada masalah-masalah kesehatan tertentu.

Pemeriksaan darah rutin meliputi 6 jenis pemeriksaan


1) Hemoglobin / Haemoglobin (Hb)
Hemoglobin (Hb) yaitu protein dalam sel darah merah yang bertugas
mengangkut oksigen dari paru ke bagian tubuh lain.

2) Hematokrit (Ht)
Hematokrit (Ht atau HCT) mengukur persentase sel darah merah dalam
seluruh volume darah.

3) Leukosit: hitung leukosit (leukocyte count) dan hitung jenis (differential count)
Sel darah putih yang berperan melindungi tubuh dari infeksi penyebab
penyakit. Saat penyebab penyakit atau infeksi terjadi, tubuh akan merespons, salah
satunya dengan cara peningkatan produksi sel darah putih.
Jumlah sel leukosit lebih dari 15.000/mm3 terjadi karena infeksi. SGOT dan
SGPT meningkat disebabkan kaerusakan hati akibat hipoksia atau hiperkapnea.

4) Hitung trombosit / platelet count.


Trombosit atau platelet merupakan kepingan darah yang diproduksi oleh
sumsum tulang. Trombosit berperan dalam proses pembekuan darah. Ketika terjadi
perdarahan, kepingan darah ini bekerja dengan cara saling menempel untuk
membentuk gumpalan, sehingga perdarahan tersebut berhenti. Jumlah trombosit
normal dalam darah adalah sekitar 150.000–450.000 trombosit per mikroliter darah.

5) Laju endap darah (LED) / erythrocyte sedimentation rate (ESR)


Erythrocyte sedimentation rate (disingkat ESR) atau yang lebih dikenal
dengan tes laju endap darah atau disingkat LED adalah pemeriksaan yang bertujuan
mengukur seberapa cepat eritrosit (sel darah merah) menggumpal. Semakin cepat sel
darah merah menggumpal, artinya tubuh Anda sedang bermasalah karena mengalami
peradangan (Anon n.d.).

31
6) Hitung eritrosit (di beberapa instansi)
Hitung eritrosit adalah salah satu pemeriksaan yang dapat menggambarkan
parameter penting dari fungsi dan struktur eritrosit. Metode yang digunakan untuk
menghitung jumlah eritrosit adalah Haemocytometer dengan larutan Hayem yang
berfungsi sebagai pengencer. Pria dewasa memiliki sel darah merah antara 4,3–5,6
juta/mikroliter, sementara itu wanita memiliki sel darah merah antara 3,9–5,1
juta/mikroliter.

Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi merupakan jenis pemeriksaan medis yang dilakukan dengan
menggunakan teknologi pencitraan. Tes radiologi umumnya dilakukan untuk mendiagnosis
dan mengobati suatu penyakit. Pemeriksaan ini dilakukan untuk membantu dokter melihat
dan mengamati kondisi bagian dalam tubuh.
Ada beberapa jenis pemeriksaan radiologi, baik untuk mendiagnosis penyakit maupun
membantu prosedur medis, yaitu:
1) Foto Rontgen
Rontgen atau dikenal dengan sinar x merupakan pemeriksaan yang
memanfaatkan peran sinar x untuk melakukan skrining dan mendeteksi kelainan pada
berbagai organ diantaranya jantung, paru-paru, abdomen, ginjal, ureter, kandung
kemih, tenggorokan dan rangka.

2) Fluoroskopi
Fluoroskopi menggunakan sinar-X untuk menampilkan gambar organ tubuh
pasien dalam format video. Umumnya, dokter menjalankan pemeriksaan fluoroskopi
dengan terlebih dulu memberikan zat pewarna kontras.

3) Ultrasonografi (USG)
USG merupakan suatu prosedur diagnosis yang dilakukan di atas permukaan
kulit/ di rongga tubuh menghasilkan suatu ultrasound di dalam jaringan. Pemeriksaan
ini digunakan untuk melihat struktur jaringan tubuh, untuk mendeteksi berbagai
kelainan pada abdomen, otak, jantung, paru-paru, dan ginjal.

4) Computed Tomography/Computerized Axial Tomography (CT/CAT) Scan

32
Pemeriksaan spesifik/khusus untuk melihat organ yang lebih dalam dan
terlokalisir serta khusus.
Contoh : organ dalam tengkorak dan organ dalam abdomen

5) Magnetic Resonance Imaging (MRI) Scan


Magnetic resonance imaging (MRI) bertujuan untuk menghasilkan gambar
organ di dalam tubuh pasien secara detail. Pemeriksaan MRI dapat berlangsung
selama 15 menit sampai lebih dari 1 jam.

MRI menggunakan teknologi medan magnet dan gelombang radio, sehingga


aman dari radiasi. Gambar yang dihasilkan dari MRI juga lebih detail dan jelas jika
dibandingkan dengan jenis pemeriksaan radiologi lain.

6) Pemeriksaan Nuklir, seperti Positron Emission Tomography (PET) Scan


Pemeriksaan kedokteran nuklir dilakukan menggunakan mesin yang
dilengkapi kamera gamma. Kamera gamma tersebut berfungsi mendeteksi sinar
gamma di dalam tubuh pasien.

Sinar gamma di dalam tubuh pasien berasal dari cairan radioaktif yang
disuntikkan ke pasien sebelum pemeriksaan. Sinar tersebut kemudian diolah oleh
komputer menjadi gambar 3 dimensi untuk selanjutnya dianalisis oleh dokter.

Hasil pemeriksaan radiologi pada pasien asma biasanya normal, tetapi terapi ini harus
tetap dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya proses patologi di paru atau
komplikasi asma seperti pneumotoraks, pneumomediastinum, atelektasis, dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA

Anon. n.d. “Analisis Gas Darah Dan Hal-Hal Penting Yang Ada Di Dalamnya - Alodokter.”

33
Retrieved June 5, 2022a (https://www.alodokter.com/analisa-gas-darah-dan-hal-hal-
penting-yang-ada-di-dalamnya).

Anon. n.d. “Asma Dapat Sebabkan Nyeri Dada, Ini Penjelasan Medisnya.” Retrieved June 5,
2022b (https://www.halodoc.com/artikel/asma-dapat-sebabkan-nyeri-dada-ini-
penjelasan-medisnya).

Anon. n.d. “Cek IgE Total.” Retrieved June 5, 2022c


(https://www.halodoc.com/kesehatan/cek-ige-total).

Anon. n.d. “Gejala Penyakit Asma Dan Cara Pengobatannya.” Retrieved June 5, 2022d
(http://dinkes.sumutprov.go.id/artikel/gejala-penyakit-asma-dan-cara-pengobatannya).

Anon. n.d. “Laju Endap Darah Tinggi Setelah Dites, Apa Artinya?” Retrieved June 5, 2022e
(https://hellosehat.com/kelainan-darah/darah-lainnya/laju-endap-darah/).

Anon. n.d. “Mengenal Fungsi Bronkiolus Pada Sistem Pernapasan, Wajib Tahu |
Merdeka.Com.” Retrieved June 5, 2022f (https://www.merdeka.com/jabar/mengenal-
fungsi-bronkiolus-pada-sistem-pernapasan-wajib-tahu-kln.html).

Anon. n.d. “Paru-Paru: Kapasitas, Proses, Dan Jenis Pernapasan Halaman All -
Kompas.Com.” Retrieved June 5, 2022g

(https://www.kompas.com/skola/read/2020/04/08/160000869/paru-paru-kapasitas-proses-
dan-jenis-pernapasan?page=all).

Anon. n.d. “Pentingnya Mengontrol Emosi Pada Pengidap Asma.” Retrieved June 5, 2022h
(https://www.halodoc.com/artikel/pentingnya-mengontrol-emosi-pada-pengidap-asma).

Anon. n.d. “Pilek Dan Bersin Pada Penderita Asma - Tanya Alodokter.” Retrieved June 5,
2022i (https://www.alodokter.com/komunitas/topic/sakit-asma-karena-pilek).

Anon. n.d. “Struktur Bronkus : Pengertian, Bagian Dan Fungsinya | RuangBiologi.Co.Id.”

34
Retrieved June 5, 2022j (https://www.ruangbiologi.co.id/struktur-bronkus/).

Anon. n.d. “Teknik Spirometri - Alomedika.” Retrieved June 5, 2022k


(https://www.alomedika.com/tindakan-medis/paru-dan-pernapasan/spirometri/teknik).

Anon. n.d. “Tes Provokasi Bronkial - Patofisiologi, Diagnosis, Penatalaksanaan -


Alomedika.” Retrieved June 5, 2022l
(https://www.alomedika.com/tindakan-medis/paru-dan-pernapasan/tes-provokasi-
bronkial).

Anon. n.d. “Website Resmi RSUD Dr. H. Soewondo Kendal.” Retrieved June 5, 2022m
(https://www.rsudkendal.kendalkab.go.id/fasilitas_instalasi/detail/instalasi_radiologi).

Ganong. 2014. “ASMA-Program Spesialis Pulmonologi Dan Ilmu Kedokteran.” (2008):6–28.

Wahyudi, N. A. 2017. “Penerapan Posisi Semi Fowler Untuk Mengurangi Sesak Nafas Pada
Pasien Asma Di Ruang Igd Rumah Sakit Roemani Semarang.” Journal of Chemical
Information and Modeling 01(01):1689–99.

Wardani, and Risty Rosalina. 2018. “Upaya Ibu Dalam Mencegah Kekambuhan Anak
Dengan Asma.” Jurnal Universitas Muhammadiyah 4(2):9–23.

35

Anda mungkin juga menyukai