Pertemuan Mikroba Dengan Sel Fagositik
Pertemuan Mikroba Dengan Sel Fagositik
Encounter of Microbes
with Phagocytic Cells
PERTEMUAN MIKROBA
DENGAN SEL FAGOSITIK
Disusun Oleh :
Farah Al Farisi (114122504)
Erwin Sutejo (114122508)
M. Hasan Andryanto (114122505)
Outline
1. Introduction
2. Cell biology of phagocytosis
3. Phagocytosis in polymorphonuclear leucocytes
4. Phagocytosis in macrophages
5. Microbial strategy in relation to phagocytes
6. Growth in the phagocytic cell
7. Killing the phagocyte
8. Entry into host cell other than by phagocytosis
9. Consequences of defects in the phagocytic
cell
1. INTRODUCTION
Neutrofil
Makrofag (70%)
Fagositosis
•Fagositosis (partikel besar)
•Tidak bergantung dengan clathrin
•Bergantung pada aktin
•Prosesnya melibatkan detail molekular
Fagositosis adalah peristiwa yang
dimediasi aktin yang melibatkan deteksi
pola molekul terkait patogen (PAMP) oleh
reseptor pengenalan pola (PRR) yang
terletak di membran plasma fagosit.
PAMP dapat berupa karbohidrat,
Serum, plasma lipopolisakarida (LPS) atau lipoprotein dan
membran & Pattern recognition ditemukan pada bakteri dan jamur, atau
sitoplasma dari receptors (PRRs) dsRNA yang berasosiasi dengan virus. PRR
fagosit ditemukan dalam serum, pada membran
plasma dan dalam sitoplasma fagosit.
Detection of
Actin mediated Pathogenassociated
Fagositosis
event molecular patterns
(PAMPs)
Capcase 1
Setelah aktivasi, inflammosom
memicu caspase-1 untuk menjalani
pembelahan autokatalitik yang pada
IL-1B IL-18
gilirannya membelah bentuk pro IL-1b
dan IL-18, yang mengarah ke asal-usul
sitokin proinflamasi. Selain itu,
caspase-1 juga dapat menginduksi 1. Pro inflammatory
suatu bentuk kematian sel inflamasi sitokin
yang disebut piroptosis. 2. Piroptosis
3. Fagositosis Pada Leukosit
Polimorfonuklear
1. Neutrofil (70%)
2. Eosinofil (1%)
3. Basofil (0,5%)
NEUTROFIL
Tidak memiliki mitokondria namun memiliki cukup
banyak glikogen sebagai sumber energi yang dapat
digunakan pada kondisi anaerobik
Terdiri 2 atau 3 tipe granul yang memiliki enzim,
antara lain: peroksidase, alkalin fosfatase, asam
fosfatase, ribonuklease, deoksi-ribonuklease,
nukleotidase, glucuronidase, lisosim, dan cathepsins Primary
Neutrofil mengandung peptida kationik dengan (Azurphil)
komposisi 30-33 asam amino (kaya akan sistein dan
arginin) dan memiliki aktivitas seperti AB (disebut Tipe dari Secondary
defensin) Granul (Spesific)
Tersier
Neutrofil (Geatinase)
(70%)
Kation Activity
Peptida Antibiotic
Neutrofil terdiri dari 70% dari total leukosit dalam darah. Aktif melawan berbagai
patogen seperti Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, E. coli, Cryptococcus
neoformans, virus Herpes simplex, virus Influenza dan HIV.
EOSINOFIL
Kurang efektif dalam proses fagositosis dan membunuh
bakteri namun secara aktif memfagositosis kompleks
imun
Terdapat 300-500 eosinofil pada jaringan
ekstravaskular, terutama jaringan submukosa intestinal
dan saluran pernafasan
Granul eosinofil mengandung berbagai enzim,
penghambat mediator inflamasi (histamin, kinin, dan
serotonin), 5 kationik protein, dan protein dasar Histamin
Peningkatan jumlah eosinofil à infeksi parasit dan alergi.
Eosinofil menuju jaringan karena adanya faktor Blocker
kemotaktik dari sel mast Mediator Kinin
Memiliki 2 reseptor yaitu C3b dan Fc untuk membunuh
Inflamasi
bakteri dengan komplek imun
Beberapa Serotonin
macam enzim
Eosinofil (1%)
5 Protein
kation
Major basic
protein
Eosinofil mengandung 1% leukosit
BASOFIL
Granul basofil kaya akan kandungan histamin
dan heparin. Basofil ini mirip dengan sel mast
pada jaringan submukosa dan pembuluh
darah.
Basofil memiliki reseptor Fc untuk antibodi
IgE à reaksi alergi
Histamin
Allergic
Basofil (0,5%) Inflamatory
Changes
Heparin
Oksigen
Dependent
Biokimia
Oksigen
Independent
Oksigen Dependent
Mycoplasma hominis
● Penelitian secara in vitro menunjukkan bakteri tersebut berada pada ekstrasel polimorf
manusia dan tidak ada adsorpsi bakteri ke permukaan polimorf.
● Mekanisme kegagalan adsorpsi belum jelas, tetapi diduga akibat kerusakan polimorf
karena peningkatan oksidasi glukosa dan kerusakan pembunuhan E. coli yang
difagositosis.
Toxoplasma gondii
● Ketika polimorf manusia ditambahkan pada protozoa secara in vitro, polimorf yg menuju
toxoplasma tersebut terlihat menyimpang yang menunjukkan kegagalan penempelan.
● Sebaliknya, toxoplasma gondii yang dilapisi antibodi atau mati berhasil difagositosis dan
dicerna oleh polimorf.
C. Inhibisi Fagosit - Opsonins
Streptococcus
● Protein M (komponen dinding sel) pada permukaan dan filia memiliki mekanisme yang berbeda
termasuk pengikatan faktor H yang mengganggu jalur komplemen, dan pengikatan IgG melalui
daerah Fc non-spesifiknya yang menghasilkan antibodi amobil yang merupakan orientasi yang
salah untuk dikenali oleh reseptor Fc pada fagosit yang bersirkulasi. Dengan cara yang sama,
protein staphylococcal A mengikat wilayah Fc IgG melalui 4 atau 5 domain pengikat IgG dan
mungkin menjadi faktor signifikan dalam kurangnya keberhasilan hingga saat ini dalam
menginduksi respon imun protektif pada manusia terhadap infeksi S. aureus.
Pneumococci, Haemophilus influenzae, E. coli, Salmonella typhii
● Kapsul polisakarida diperkirakan karena sifat polisakarida yg berlendir sehingga proses
fagositosis sulit terjadi
S. typhimurium
● Menghambat penggabungan lisosom dan membelah dalam vakuola yang tidak menyatu.
● Virulen Salmonella typhimurium juga menghambat fusi dan membelah dalam vakuola yang
tidak digunakan.
D. Penghambatan Penggabungan dari Lysosom
dengan vakuola Fagosit
Toxoplasma gondii
● Parasit protozoa intrasel Toxoplasma gondii difagositosis oleh makrofag, menginduksi
sendiri dengan cara aktif yaitu memasukkan silinder ke dalam makrofag. Tetapi dalam
proporsi yang besar vakuola tidak ada fusi lisosom, sehingga toksoplasma berkembang
biak dan akhirnya membunuh sel.
B. Pertussis
● B. pertussis yang meningkatkan cAMP intraseluler menghambat fusi fagolisosom dan
menyebabkan peningkatan pertumbuhan makrofag.
● Beberapa virus berhasil menginfeksi setelah menghindari killing dan digesti di fagolisosom.
● Pada Reoviruses, paparan terhadap enzim lisosom dapat menyebabkan uncoating dari virus
dan membantu multiplikasi.
● Mycobacteria, Brucella, Listeria, Trypanosoma, Nocardia, dan Yersinia pestis menjadikan
makrofag tempat untuk tumbuh.
● Mycobacterium lepraemurium, Listeria monocytogenes, Y. Pestis, dan strain virulent dari
Salmonella thypimurium dapat berkembang di fagosom selain lisosomal fusion.
● Katalase, menghancurkan H2O2 sehingga dapat melindungi bakteri. Bakteri yang kaya akan
katalase adalah Staphylococci dan Listeria monocytogenes.
● Banyak bakteri patogen menunjukkan tingkat resistensi dan juga digesti pada fagolisosom.
● SOD diproduksi oleh Streptococci, menghasilkan H2O2, yang dapat memiliki efek
penghambatan pada staphylococci yang bersaing menginfeksi di nasofaring.
● Dalam kasus Salmonella, resistensi terhadap pembunuhan intraseluler sebagian dimediasi oleh
produksi faktor seperti SOD, yang menghambat oksigen dan nitrogen.
6. PERTUMBUHAN DI SEL FAGOSITIK
● Bakteri cenderung tetap hidup jika mereka difagositosis oleh neutrofil, tetapi secara
intraseluler pertumbuhan umumnya sedikit dibandingkan dengan pertumbuhan bakteri
dalam cairan ekstraseluler.
● Bakteri memanfaatkan makrofag sebagai perlindungan dan memberi makan,
dibandingkan menghancurkan dan mencernanya.
● Terkadang mitokondria dan ribosom direkrut ke tepi fagosom, di mana mereka mungkin
berperan sebagai nutrisi dan pertumbuhan bakteri. Kemampuan tumbuh di makrofag bisa
sebagai kunci keberhasilan mikroorganisme invasif.
● Bakteri, jamur dan protozoa sering berkembang biak di dalam vakuola fagositik.
● Makanan bergizi parasit terjadi di membran vakuola, dan bahan inang harus tersedia
untuk parasit.
● Coccidias tertentu, misalnya menginduksi sel inang menjadi extrude material ke dalam
vakuola dan kemudian mengambilnya dengan endocytosis
7. Membunuh Fagosit
1. Streptococcus patogenik melepaskan hemolisin (streptoisin), akan melisiskan sel darah merah
pada neutrofil (butiran neutrofil meledak dan isinya dibuang ke sitoplasma sel).
2. Enzim lisosomona => terbatas pada vakuola fagostik, Dilepaskan pada sitoplasma sel, Menyerang
sel komponen => mencairkan sitoplasma => sel mati.
8. Masuk ke Dalam Sel Host Selain Dengan
Fagositosis
1. Meskipun cara biasa sebuah partikel memasuki sel adalah dengan fagositosis, sehingga
partikel tersebut tertutup dalam vakuola fagosit, ada metode masuk lainnya.
2. Ada sebuah penelitian yang menunjukkan sebagian bakteri dapat diserap permukaan sel
dan masuk ke sitoplasma secara langsung dengan menginduksi pemecahan lokal dari
membran plasma tetapi membran tersebut akan dibentuk lagi dengan segera, contohnya
pada shigella maupun salmonella yang patogen.
3. Protozoa memiliki struktur yang kompleks dan dapat memanfaatkan enzim lisosomnya
sendiri untuk menembus sel inang. Trypanosomes, Eimeria, T. gondii dan E. histolytica
memasuki sel yang rentan dengan cara penetrasi, dan ujung aktif parasit memiliki vesikel
yang mengandung enzim lisosom yang membantu proses penetrasi.
9. Konsekuensi Cacat Pada Sel Fagositik
2. Kekurangan neutrofil yang serius dengan, 1000 μm3 dalam darah (normal 2000-5000
mm3), terlihat pada leukemia akut.
3. Anak-anak dengan penyakit granulomatosa kronis memiliki neutrofil yang terlihat normal
dan menunjukkan kemotaksis dan fagositosis normal, tetapi ada pembunuhan bakteri
intraseluler yang rusak, terlihat pada kode komponen penting dalam sistem oksidase
NADPH fagosit sehingga rentan terkena infeksi bakteri staphylococci dan bakteri gram
negatif serta infeksi supuratif berulang dengan bakteri virulensi tingkat rendah seperti E.
coli, Klebsiella spp, staphylococcus dan micrococcus.
1. Pertemuan antara mikroorganisme dan sel fagositik adalah ciri utama infeksi dan
patogenitas.
2. Phagocytes dirancang untuk menelan, membunuh, dan mencerna mikroorganisme asing
dan jalannya infeksi tergantung pada keberhasilan yang dilakukan sel fagosit.
3. Meskipun zat yang dihasilkan oleh mikroba pada pelekatan pertama tampaknya memiliki
fungsi yang berguna, tidak semua akan terbukti menjadi sangat penting dalam sel host yang
terinfeksi.
4. Pembunuhan mikroba dan pencernaan pada fagosit masih hanya sebagian dipahami, tetapi
penting untuk memahami secara logis dari cara-cara mikroorganisme mana yang dapat
terhindar dari sel fagosit dibunuh dan dicerna.
5. Sebagian besar virus tidak menginfeksi fagosit, dan kecuali dengan cara dengan endositosis
atau fusi, bukan fagositosis.
DAFTAR PUSTAKA
● Anthony. A. N., Robert. G. D., J. Ross. F., 2017, Mims’ Pathogenesis of Infectious
Disease, Ed. VI., Elsevier. Page 67-93. University of Edinburgh, Scotland, UK.
THANK YOU