Anda di halaman 1dari 14

UJI STABILITAS SEDIAAN AMPISILLIN SULBAKTAM

SETELAH REKONSTITUSI

I Gede Edy Sagitha1*, Suharjono2, Yulistiani2, Isnaeni3

1
Prodi Farmasi Klinis dan Komunitas, Institut Teknologi dan Kesehatan Bali, Denpasar,
Indonesia
2
Departemen Farmasi Klinik, Fakultas Farmasi, Universitas Airlangga, Surabaya,
Indonesia
3
Departemen Kimia Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Airlangga, Surabaya,
Indonesia
*Penulis Korespondensi: edysagitha8@gmail.com

ABSTRAK
Penggunaan berulang pada sediaan ampisilin sulbaktam setelah rekonstitusi, sehingga dalam
penyimpanan terdapat berbagai macam faktor yang dapat mempengaruhi kestabilannya antara
lain jenis pelarut yang digunakan, suhu penyimpanan dan lama penyimpanan. Tujuan penelitian
adalah menganalisis stabilitas kimia sediaan ampisilin sulbaktam pada penggunaan berulang
dengan parameter pembeda pelarut dan suhu penyimpanan. Produk sampel ditimbang dan
direkonstitusi menggunakan pelarut Water for Injection (WFI) and Normal Saline (NS),
diencerkan ad 20 ppm dan dimasukkan kedalam vial steril. Kemudian disimpan dalam suhu
kamar (25-30°C) dan suhu refrigerator (4-8°C). Penyimpanan dilakukan selama 24 jam yang
terbagi dalam 4 time series yaitu jam ke-0, 1, 4 dan 24. Ditiap time series dilakukan uji
mikrobiologi dan diinkubasi selama 18 jam diamati zona hambatnya dan diukur diameternya
menggunakan jangka sorong. Hasil penelitian adalah pada jam ke-0 menunjukkan adanya
perbedaan aktifitas pada pelarut yang berbeda. Terlihat bahwa sampel yang dilarutkan dengan
pelarut NS memiliki zona hambat yang lebih besar dibandingkan dengan yang dilarutkan
menggunakan WFI. Hal ini terjadi karena adanya kemungkinan terjadi primary salt effect yaitu
dengan adanya penambahan elektrolit (garam) atau variasi dari ionic strength dapat
mempengaruhi koefisien aktifitasnya sehingga mempengaruhi laju reaksinya. Dari analisis
statistika pada jam ke-1 dan ke -4, suhu penyimpanan yang memberikan pengaruh bermakna,
penyimpanan dalam refrigerator menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan
penyimpanan dalam suhu kamar (p value:0,000 dan 0,023) . Pada jam ke-24 suhu dan pelarut
sudah tidak memberikan pengaruh yang bermakna pada kestabilan sampel ampisilin sulbaktam
(p<0,05). Sehingga didapat kesimpulan pelarut NS memberikan hasil yang lebih baik
dibandingkan pelarut WFI. Sampel lebih stabil jika disimpan dalam refrigerator. Setelah 4 jam
berdasarkan penelitian diatas sampel tidak lagi memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia
edisi V.
Kata Kunci: Ampisilin sulbaktam, Rekonstitusi, Penyimpanan, Stabilitas

ABSTRACT
Repeated use of antibiotic ampicillin sulbactam after reconstitution, therefore in storage various
many factor can affect it stability such as type of solvent used, storage temperature and storage
time. Objective of study is to analyze the chemical stability product of ampicillin sulbactam in
repeated use with the parameters of the solvent and storage temperature. Sample products were
weighed and reconstituted using Water for Injection (WFI) and Normal Saline (NS) solvents,
diluted ad 20 ppm and put into sterile vials. Then stored at room temperature (25-30 ° C) and
refrigerator temperature (4-8 ° C). Storage is carried out for 24 hours which is divided into

PHARMA XPLORE – JURNAL SAINS DAN ILMU FARMASI, Vol. 8, No. 1, Mei 2023 77
4 -time series, namely 0, 1, 4 and 24 hours. Each time series is microbiological tested and after
18 hours of incubation the inhibition zone is observed and its diameter is measured using
calipers. The result of the study at the 0th hour showed a significant difference in different
solvents. Samples dissolved with NS solvents have a greater inhibition zone than those
dissolved using WFI. This happens because there is a primary salt effect that occurs with the
influence of electrolytes (salt) or variations in the strength of ions can affect the coefficient of
activity that affects the reaction rate. From the statistical analysis at the 1st and 4th hours, the
storage temperature provides significant results, storage in the refrigerator produces better
results compared to storage at room temperature (p value:0,000 dan 0,023). At 24 hours the
temperature and solvent did not give a significant result on the stability of the sulbactam
ampicillin sample (p<0,05). The conclusion is NS solvents give better results than WFI
solvents. Samples are more stable if stored in a refrigerator. After 4 hours based on the above
study, the sample no longer meets the requirements of Indonesian Pharmacopoeia 5th edition.
Keywords: Ampicillin Sulbactam; reconstitution; storage; stability

PENDAHULUAN (manufactured date), sedangkan BUD


Stabilitas merupakan keadaan sejak wadah dibuka (USP, 2016). Salah
suatu obat tetap berada pada batas satu sediaan steril parenteral yang
spesifikasi yang telah ditentukan, diuji sering digunakan di rumah sakit adalah
pada penyimpanan dalam periode injeksi antibiotika. Antibiotika adalah
tertentu dan dapat ditentukan umur senyawa kimia yang dihasilkan oleh
penggunaannya (shelf life), sifat mikroorganisme (khususnya dihasilkan
kareteristik fisika kimia obat tersebut oleh fungi) atau dihasilkan secara
tetap seperti saat diproduksi. Sedangkan sintetik yang dapat membunuh atau
waktu kadaluarsa didefinisikan sebagai menghambat perkembangan bakteri dan
satuan waktu suatu produk yang dapat organisme lain. Secara garis besar
dipertahankan atau tetap memiliki sifat antibiotika dibagi menjadi dua jenis
dan karakteristik yang sama dengan saat yaitu yang membunuh kuman
pembuatannya (dalam batas waktu (bakterisidal) dan yang hanya
tertentu) selama periode penyimpanan menghambat pertumbuhan kuman
hingga digunakan. Tanggal kaduluarsa (bakteriostatik) (Utami, 2011).
dapat dibedakan menjadi dua yaitu Injeksi ampisilin sulbaktam
expiration date (ED) atau best before adalah salah satu dari sekian banyak
date dan beyond use date (BUD). ED sediaan parenteral antibiotik. Ampisilin
adalah tanggal yang ditetapkan sulbaktam dipilih untuk penelitian ini
berdasarkan waktu kadaluarsa yang karena ampisilin sulbaktam lazim
dihitung sejak produk dibuat digunakan kembali (re-use) sisanya

PHARMA XPLORE – JURNAL SAINS DAN ILMU FARMASI, Vol. 8, No. 1, Mei 2023 78
terutama untuk pasien di ruang NICU Sediaan ampisilin sulbaktam juga tidak
yang menggunakan dosis kecil mengandung pengawet. Sediaan
sedangkan harga relatif mahal sehingga ampisilin sulbaktam biasanya dilarutkan
saat penyimpanan rentan terjadinya dalam normal saline. Dosis 0-1,5 gram
ketidakstabilan pada sediaan yang dilarutkan dalam 50 ml sedangkan lebih
mungkin akan berpengaruh pada dari 1,5 gram dilarutkan dalam 100 ml.
potensinya (Fitriani, 2011). Ampisilin Sediaan ampisilin sulbaktam dapat
sulbaktam merupakan kombinasi diberikan melalui intravena (IV)
antibiotik ampisilin dan sulbaktam, maupun intramuskular (IM). Untuk IV,
ampisilin merupakan golongan penisilin dosis dapat diberikan dengan injeksi
sedangkan sulbaktam merupakan intravena lambat selama 10-15 menit
golongan penghambat beta laktamase. atau dapat diberikan dalam larutan yang
Penggunaannya untuk infeksi tulang lebih besar yaitu 50-100 ml pelarut yang
dan persendian, infeksi intra abdominal, sesuai sebagai infusi IV selama 15-30
infeksi ginekologi, infeksi saluran menit (McAuley, 2017), hal ini
pernafasan, infeksi kulit, infeksi dikarenakan pH ampisilin sulbaktam
gonorea, meningitis dan sebagai yang basa yaitu 8-10 (Cobaugh et al.,
antibiotika profilaksis preoperatif 2021) Sehingga cara dan waktu
(McEvoy, 2011). Ampisilin sulbaktam penyuntikan ampisilin sulbaktam
berbentuk serbuk berwarna putih yang berkaitan dengan dosis dan besar
dikemas dalam vial. Ampisilin volume pelarutnya.
sulbaktam dikemas dalam bentuk Sterile water for injection (WFI),
serbuk karena tidak stabil dalam air. normal saline, 5% dextrosa, ringer
Kerusakan penisilin biasanya terjadi laktat, 5% dextrosa dalam 0,45% salin
karena hidrolisis dan proses ini sangat adalah pelarut yang stabil untuk
dipengaruhi oleh pH larutan. Dalam ampisilin sulbaktam dalam periode
suasan basa ion OHˉ atau air waktu tertentu. Dalam normal saline
menyebabkan serangan nukleofil pada atau WFI konsentrasi maksimum 45
gugus karbonil cincin β- lactam, mg/ml stabil dalam 8 jam pada 25ºC, 48
terbentuk asam penisiloat yang tidak jam pada 4 ºC dan konsentrasi
aktif dan relatif stabil dalam suasana maksimum 30 mg/ml stabil dalam 72
basa atau netral (Siswandono, 2016). jam pada 4 ºC. Dalam dextrosa 5%,

PHARMA XPLORE – JURNAL SAINS DAN ILMU FARMASI, Vol. 8, No. 1, Mei 2023 79
konsentrasi maksimum yang dapat pada vial kaca dengan konsentrasi 20
digunakan adalah 30 mg/ml dan stabil ppm dan disimpan dalam suhu ruang
dalam 2 jam pada 25ºC, 4 jam pada 4 dan refrigerator dalam 24 jam yang
ºC. Dalam ringer laktat konsentrasi terbagi menjadi 4 time series.
maksimum 45 mg/ml stabil dalam 8 jam Penggunaan ampisilin sulbaktam untuk
pada 25ºC, 24 jam pada 4 ºC (McAuley, neonatus yang memerlukan dosis kecil,
2017). Kedua pelarut ini dipilih karena harganya yang relatif mahal dan sediaan
dibandingkan pelarut lainnya memiliki hasil rekonstitusi yang tidak stabil
stabilitas dan kompatibilitas yang lebih dalam waktu lama pada suhu kamar
baik setelah rekonstitusi (Cobaugh et memunculkan permasalahan akan
al., 2021). stabilitas dan potensi obat yang
Extended stability dari ampisilin mungkin turun.
sulbaktam dalam berbagai wadah,
konsentrasi, pelarut dan suhu METODE PENELITIAN
penyimpanan sangat beragam, antara Waktu dan Tempat Penelitian
lain dalam wadah polyvinyl chloride Tempat penelitian dilakukan di
(PVC) pada konsentrasi 20 mg/ml Laboratorium Mikrobiologi Fakultas
dalam pelarut NS ampisilin sulbaktam Farmasi Universitas Airlangga dan
stabil pada suhu ruang selama 32 jam, penelitian dilakukan pada bulan
sedangkan pada suhu refrigerator stabil Agustus-September 2018.
selama 62 jam. Pada wadah syringe
plastik pada konsentrasi 8,3; 16,7; 33,33 Jenis dan Rancangan Penelitian
mg/ml pada pelarut NS ampisillin Penelitian ini merupakan studi
sulbaktam stabil pada suhu ruang eksperimental dengan desain
selama 2 jam, dan pada suhu berdasarkan time series yaitu uji
refrigerator selama 4 jam. Sedangkan aktivitas antimikroba sediaan parenteral
dalam wadah kaca pada konsentrasi 30 ampisillin sulbactam.
mg/ml ampisilin sulbaktam stabil dalam
suhu ruang selama 8 jam dan pada suhu Sampel Penelitian
refrigator selama 48 jam (Bing and Sampel penelitian yang digunakan
Nowobilski-Vasilios, 2017). Pada adalah sediaan ampisilin sulbaktam 1,5
penelitian ini sampel akan disimpan g yang telah direkonstitusi dengan WFI

PHARMA XPLORE – JURNAL SAINS DAN ILMU FARMASI, Vol. 8, No. 1, Mei 2023 80
dan NS lalu disimpan pada suhu kamar presisi pada estimasi rata-rata treatment.
(25ºC) dan refrigerator (4ºC). Sampel Variansi experimental error tidak dapat
memenuhi 5 titik time series. Sampel diestimasi dengan hanya satu replikasi,
dihitung menggunakan rumus Federer, minimal diperlukan 3 kali replikasi.
replikasi penelitian diperkirakan dengan
rumus sebagai berikut: Prosedur Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dan uji
(n-1) (k-1) = 15
(n-1) (16-1) = 15 mikrobiologi mengacu pada (Arret and
n = 1
Kirshbaum, 1971) yang dimodifikasi.
Pertama sampel ditimbang
Keterangan:
menggunakan timbangan analitik
n : banyaknya replikasi tiap kelompok
sebanyak 100 mg dan dibagi menjadi 2
yang dicari
grup yaitu grup yang dilarutkan dengan
k : banyaknya kelompok perlakuan
pelarut WFI dan grup yang dilarutkan
dengan pelarut NS kemudian
Banyaknya kelompok perlakuan
diencerkan menjadi 20 ppm dan
yaitu 16 kelompok, dengan masing-
disimpan pada vial steril.
masing kelompok terdapat total 5
subkelompok. Total kelompok yang
Tahapan Uji Mikrobilogi Antibiotika
digunakan menggunakan total
Uji potensi senyawa antibiotik
subkelompok yaitu 20. Maka,
ampisilin sulbktam dilakukan dengan
berdasarkan hasil perhitungan
metode difusi disk. Adapun tahapan
didapatkan 1,18 replikasi, dibulatkan
kerja uji potensi dengan metode difusi
menjadi 1 tiap subkelompok. Dengan
disk sebagai berikut:
kriteria drop out 10%, maka banyak
1. Penyiapan Alat dan Bahan
replikasi yang digunakan menjadi 2 tiap
a. Alat-alat: Petridisk, pinset, pipet
subkelompok. Replikasi adalah repetisi
volume steril. Seluruh alat yang
(pengulangan) independen pada
akan digunakan dicuci bersih,
eksperimen dasar. Replikasi dalam
dikeringkan, dan dibungkus
suatu penelitian diperlukan untuk
dengan kertas lalu disterilisasi
menjamin terhadap hasil penelitian yang
dalam autoclave selama 15
aberrant, mengestimasi variansi
menit pada suhu sebesar 121°C
experimental error, dan meningkatkan

PHARMA XPLORE – JURNAL SAINS DAN ILMU FARMASI, Vol. 8, No. 1, Mei 2023 81
dengan mengatur tekanan udara b. Sampel diteteskan sebanyak 1
sebesar 1,5 atm. Sterilisasi untuk tetes pada disk blank pada jam
LAF dengan cara menyalakan ke-0, 1, 4 dan 24
sinar UV selama 15 menit c. Secara Aseptik, dipipet 10 µl
kemudian di swab dengan menggunakan mikropipet dan
alkohol teteskan pada paper disk yang
b. Kultur murni bakteri uji telah disusun sebelumnya di
Staphylococcus aureus ATCC media MHA
25923 dalam media Mueller d. Inkubasi selama 16-18 jam.
Hinton Agar (MHA) umur 24 Amati zona keruh dan jernih di
jam tiap petri
c. Disk blank e. Amati, foto pertumbuhannya
d. Sampel berupa antibiotik f. dan ukur diameter zona jernih
ampisillin sulbaktam 20 ppm yang terbentuk di sekitar paper
e. Media Mueller Hinton Agar disk dengan jangka sorong
(MHA) g. Dimasukkan ke dalam tabel data
f. WFI dan NS sebagai pelarut
senyawa uji HASIL DAN PEMBAHASAN
g. Alkohol 70% Hasil pengukuran zona hambat dan
2. Pengujian Potensi Antibiotik secara prosentase penurunan daya hambat
difusi disk untuk pengujian potensi antibiotik dapat
a. Setelah semua sampel siap untuk dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2 secara
diuji, sampe dibagi kembali berurutan.
menjadi 2 grup.yaitu grup
disimpan pada suhu kamar dan
grup disimpan pada suhu
refrigerator yang masing masing
terdiri dari 2 sampel (sampel
yang dilarutkan dengan pelarut
WFI dan sampel yang dilarutkan
dengan pelarut NS)

PHARMA XPLORE – JURNAL SAINS DAN ILMU FARMASI, Vol. 8, No. 1, Mei 2023 82
Tabel 1. Rata – rata dan Standar Deviasi Zona Hambat (mm)
Suhu Penyimpanan Lama Penyimpanan (Jam)
Pelarut
0 1 4 24
Rata-
16.55 17.50 15.28 15.58
Suhu Kamar Rata
St Dev 0.21 2.26 0.88 0.53
WFI
Rata-
Suhu 17.18 17.20 16.83 15.85
Rata
Refrigerator
St Dev 0.39 0.85 0.46 0.07
Rata-
19.98 16.00 14.70 15.48
Suhu Kamar Rata
St Dev 1.10 0.07 0.42 0.04
NS
Rata-
Suhu 20.83 16.70 15.95 15.93
Rata
Refrigerator
St Dev 1.03 0.07 0.21 0.04

Tabel 2. Prosentase Penurunan Daya Hambat (%)


Lama Penyimpanan (Jam)
Pelarut Suhu
0 1 4 24
Suhu Kamar 100.00 105.74 92.30 94.11
WFI Suhu
100.00 100.12 97.93 92.26
Refrigerator
Suhu Kamar 100.00 80.08 73.57 77.45
NS Suhu
100.00 80.17 76.57 76.45
Refrigerator

Analisis Hasil Penelitian Uji Stabilitas dibuat grafik zona hambat versus waktu
Sediaan Ampisililin Sulbaktam
dengan pelarut dan suhu penyimpanan
A. Analisa Sampel Terhadap Pelarut
dan Suhu Penyimpanan yang yang berbeda dapat dilihat pada Gambar
Berbeda
1, dan Tabel 2 dapat dibuat grafik
Dari data hasil Tabel 1 agar dapat persentase penurunan konsentrasi dapat
dibandingkan dengan lebih mudah maka dilihat pada Gambar 2.

PHARMA XPLORE – JURNAL SAINS DAN ILMU FARMASI, Vol. 8, No. 1, Mei 2023 83
22.00 WFI-SUHU KAMAR
21.00 WFI-SUHU REFRIG
20.00

ZONA HAMBAT (mm)


NS-SUHU KAMAR
19.00 NS-SUHU REFRIG
18.00
17.00
16.00
15.00
14.00
13.00
12.00
0 1 4 24
JAM KE-

Gambar 1. Grafik Zona Hambat Versus Waktu Dengan Pelarut Dan Suhu
Penyimpanan yang Berbeda.

110.00 WFI-SUHU KAMAR


PROSENTASE PENURUNAN

WFI-SUHU REFRIG
100.00 NS-SUHU KAMAR
NS-SUHU REFRIG
(%)

90.00

80.00

70.00
0 1 4 24
JAM KE-

Gambar 2. Grafik Persentase Penurunan Zona Hambat Versus Waktu Dengan


Pelarut dan Suhu Penyimpanan yang Berbeda.

Dari grafik zona hambat (Gambar 1) zona hambat antar pelarut tidak jauh
dapat dilihat bahwa pada jam ke 0 berbeda sehingga pada grafik
(belum terdapat penyimpanan) sampel persentase penurunan zona hambat
ampisilin sulbaktam sudah (gambar 2) terlihat perbedaaan yang
menunjukkan adanya perbedaan sangat mencolok karena zona hambat
aktifitas pada pelarut yang berbeda. jam ke-0 yang dianggap 100% terlalu
Terlihat bahwa sampel yang jauh berbeda. Hal ini terjadi karena
dilarutkan dengan pelarut NS adanya kemungkinan terjadi primary
memiliki zona hambat yang lebih salt effect yaitu dengan adanya
besar dibandingkan dengan yang penambahan elektrolit (garam) atau
dilarutkan menggunakan WFI variasi dari ionic strength dapat
sedangkan pada jam 1,4 dan 24 besar mempengaruhi koefisien aktifitasnya

PHARMA XPLORE – JURNAL SAINS DAN ILMU FARMASI, Vol. 8, No. 1, Mei 2023 84
sehingga mempengaruhi laju pengaruh yang signifikan atau
reaksinya (Bakshi, 2018). bermakna, dan dari masing-masing
Penambahan ampisilin sulbaktam variabel yang memberikan pengaruh
pada cairan elektrolit mempercepat yang bermakna di tiap waktu maka
laju penguraian ampisilin sulbaktm dapat ditentukan grup yang terbaik
menjadi bentuk yang tidak aktif. melalui hasil mean (rata-rata) yang
terbesar yang dapat dilihat dalam
B. Analisa Penurunan Persentase Tabel 4.
Zona Hambat Tabel 3. Uji Efek Antar
Subjek
Berdasarkan Tabel 2 dapat
Signifikasi
disimpulkan pada jam ke 4 sampel Jam Ke-
Suhu Pelarut
produk ampisilin sulbaktam yang 0 0.253 0.003*
1 0.000* 0.417
menggunakan pelarut NS tidak lagi
4 0.023* 0.137
memenuhi persyaratan FI edisi V 24 0.129 0.951
*signifikan
sehingga tidak layak untuk diberikan ke
pasien.
Tabel 4. Grup Terbaik Tiap Waktu
dan Variabel yang Signifikan
Variabel
C. Analisa Zona Hambat Dengan Jam yang Grup Mean
Metode Statistika Ke-
Signifikan
Berdasarkan Tabel 1 dianalisa WFI 16.86
0 Pelarut
NS 20.40
secara statistika menggunakan tes
Kamar 16.50
Two Way Anova. Tes ini digunakan 1 Suhu
Refrigerator 16.70
karena data memiliki 1 variabel Kamar 14.98
4 Suhu
Refrigerator 16.38
tergantung (zona hambat) dan lebih
24 - -
dari 1 variabel bebas (pelarut dan
suhu penyimpanan). Mengikuti tes Berdasarkan data Tabel 4 dapat
normalitas sebelumnya tes ini juga disimpulkan pada jam ke-0 pelarut
dibagi berdasarkan waktu yaitu jam yang memberikan pengaruh
ke-0, 1, 4 dan 24. Tes Two Way bermakna, sampel yang dilarutkan
Anova menghasilkan tabel efek antar menggunakan NS memberikan zona
subjek (Tabel 3). Signifikasi <0.05 hambat lebih baik dibandingkan
dapat diinterprestasikan bahwa terjadi dengan pelarut WFI sedangkan untuk

PHARMA XPLORE – JURNAL SAINS DAN ILMU FARMASI, Vol. 8, No. 1, Mei 2023 85
suhu menunjukkan pengaruh yang dan penyimpanan yaitu waktu dimana
tidak signifikan karena jam ke-0 suatu produk tetap memenuhi
sampel belum dilakukan spesifikasinya jika disimpan dalam
penyimpanan. Pada jam ke-1 dan ke - wadahnya sesuai dengan kondisi
4, suhu penyimpanan yang penjualan di pasaran (Carstensen and
memberikan pengaruh bermakna, Rhodes, 2000). Akan tetapi dalam
penyimpanan dalam refrigerator penelitian ini lebih fokus pada BUD
menunjukkan hasil yang lebih baik (Beyond use date) yaitu tanggal yang
dibandingkan dengan penyimpanan ditetapkan pada produk steril yang
dalam suhu kamar sedangkan pelarut telah dibuka dimana kondisi produk
sudah tidak lagi menunjukkan adanya tersebut masih dalam rentang stabil
perbedaan yang bermakna. dan dapat diberikan kepada pasien.
Hasil ini sesuai karena stabilitas BUD dipengaruhi oleh stabilitas
larutan injeksi ampisilin sulbaktam masing-masing produk steril tersebut.
setelah direkonstitusi dengan NaCl Terdapat lima macam stabilitas yang
0,9% oleh staf perawat di ruangan umum diketahui yaitu stabilitas kimia,
NICU RSU Haji Surabaya mengalami fisika, mikrobiologi, terapetik, dan
penurunan dan bisa digunakan hingga toksikologi. Stabilitas mikrobiologi
18 jam (Avi, 2018). Pada jam ke-24 harus mempertahankan sterilitas atau
suhu penyimpanan dan pelarut masing resistensi terhadap pertumbuhan
masing tidak memberikan pengaruh mikroba yang dapat dipertahankan
yang bermakna pada kestabilan hingga batas persyaratan waktu
sampel ampisilin sulbaktam. Stabilitas tertentu. Bahan-bahan antimikroba
obat dapat dicerminkan oleh yang ada di dalamnya tetap efektif
expiration date yaitu waktu yang dalam batas-batas yang ditentukan.
tertera pada kemasan yang Penurunan stabilitas akibat adanya
menunjukkan batas waktu degradasi, pada antibiotik β-laktam
diperbolehkannya obat tersebut yang mempunyai rantai siklik amida
dikonsumsi karena diharapan masih atau laktam dapat mengalami
memenuhi spesifikasi yang hidrolisis sehingga mengalami
ditetapkan. Sedangkan waktu simpan pembukaan cincin cepat (Yoshioka,
(shelf-life) adalah periode penggunaan 2002).

PHARMA XPLORE – JURNAL SAINS DAN ILMU FARMASI, Vol. 8, No. 1, Mei 2023 86
BUD dihasilkan karena degradasi seperti oksidasi, reduksi,
terjadinya proses rekonstitusi. hidrolisis atau rasemisasi, yang dapat
Rekonstitusi sediaan parenteral memainkan peran penting dalam
merupakan salah satu pelayanan stabilitas produk farmasi, juga
farmasi klinik yang ada di rumah sakit. tergantung pada kondisi seperti
Sediaan parenteral harus memenuhi konsentrasi reaktan, pH, radiasi, dan
persyaratan antara lain adalah steril, katalis, serta bahan baku digunakan
bebas dari kontaminasi pirogen dan lamanya waktu antara pembuatan
(endotoxin), larutan jernih dan bebas dan penggunaan produk (Bajaj et al.,
dari partikel. Larutan sedapat mungkin 2012).
dibuat isotonis dengan plasma darah, Setiap sampel diuji mikrobiologi
stabil secara kimia, fisika, dan pada jam ke 0, 1, 4 dan 24. Hasil uji
mikrobiologi (USP, 2016). Salah satu stabilitas antimikroba dari masing-
sediaan parenteral yang banyak masing perlakuan dapat dilihat setelah
digunakan di rumah sakit adalah diinkubasi selama 17-18 jam di
antibiotik. Rekonstitusi antibiotik perlu inkubator dengan suhu 37°C. Hasil
memperhatikan aspek stabilitas, pengamatan berupa diameter zona
kondisi apeptis, dan kompatibilitas hambat, yaitu zona bening di sekitar
(Kemenkes RI, 2011). lingkaran. Setelahnya data zona
Pengujian stabilitas melibatkan hambat dikumpulkan dan dianalisa.
berbagai faktor yang mempengaruhi Pertama dibuat grafik antara zona
stabilitas produk farmasi. Faktor-faktor hambat versus waktu pada tiap pelarut
yang berpengaruh terhadap stabilitas dan suhu penyimpanan lalu dicari
produk farmasi antara lain stabilitas persentase penurunan konsentrasi yang
bahan aktif, interaksi antara bahan aktif didapat dari rata – rata zona hambat
dan eksipien, proses manufaktur, jenis dengan asumsi bahwa jam ke-0 adalah
bentuk sediaan, sistem 100% kemudian dibuat grafik dan
wadah/penutupan yang digunakan diinterprestasikan. Berdasarkan grafik,
untuk pengemasan, cahaya, panas dan pada pelarut WFI dan penyimpanan
kondisi kelembaban yang ditemui suhu kamar dapat terlihat grafik zona
selama pengiriman, penyimpanan dan hambat dan persentase terlihat identik
penanganan. Selain itu, reaksi karena pada jam ke-0 zona hambat

PHARMA XPLORE – JURNAL SAINS DAN ILMU FARMASI, Vol. 8, No. 1, Mei 2023 87
relatif pada titik yang berdekatan. Injeksi ampisilin sulbaktam harus
Dengan pelarut WFI dan pada mengandung ampisilin,
penyimpanan suhu kamar tidak ada C16H19N3O4S, dan sulbaktam,
sampel yang berada dibawah 80%. C8H11NO5S, setara dengan tidak
Pada penyimpanan suhu refrigerator kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari
dapat terlihat tidak ada sampel dari 115,0% dari jumlah yang tertera pada
yang berada dibawah 90% dan grafik etiket. Pada jam ke 4 sampel produk
sampel dan baku menunjukkan slope ampisilin sulbaktam tidak lagi
yang lebih landai hal ini terjadi karena memenuhi persyaratan FI edisi V
pengaruh suhu yang menyebabkan sehingga tidak layak untuk
antibiotik lebih lambat untuk diadministrasikan ke pasien.
terdegradasi. Tes normalitas kolmagorov-
Berikutnya dengan menggunakan smirnov digunakan untuk mengetahui
pelarut NS pada penyimpanan suhu data penelitian terdistribusi normal
kamar dapat terlihat grafik zona atau tidak. Data penelitian dibagi
hambat dan persentase tidak terlihat berdasarkan waktu yaitu jam ke0, 1, 4
identik karena pada jam ke-0 zona dan 24 kemudian masing-masing dites
hambat tidak pada titik yang normalitas. Dengan syarat signifikasi
berdekatan. Hal ini terjadi >0,05 maka dapat interprestasikan data
kemungkinan karena formulasi, berdistribusi normal, data jam ke-0
kesalahan peneliti atau variable sampai jam ke-24 menghasilkan data
pengganggu lainnya, perlu dilakukan yang berdistribusi tidak normal. Akan
penelitian lebih lanjut dan lebih banyak tetapi berdasarkan pengalaman empiris
replikasi. Sedangkan dengan ahli statistika data yang banyak
menggunakan pelarut NS pada sampelnya melebihi 30 (n > 30) sudah
penyimpanan suhu refrigerator tidak dapat diasumsikan bahwa data
terjadi terlalu banyak perbedaan berdistribusi normal karena terdolong
dengan pelarut WFI. Untuk persentase sampel besar (Cahyono, 2018). Karena
penurunan zona hambat karena dalam data sudah tergolong data yang
konteks ini disetarakan dengan berdistribusi normal maka dapat
persentase penurunan potensi dilanjutkan menggunakan tes Two
antibiotika maka merujuk FI edisi V Way Anova. Tes ini digunakan karena

PHARMA XPLORE – JURNAL SAINS DAN ILMU FARMASI, Vol. 8, No. 1, Mei 2023 88
data memiliki 1 variabel tergantung masa penyimpanan suhu memberikan
(zona hambat) dan lebih dari 1 variabel andil yang signifikan akan tetapi setelah
bebas (pelarut dan suhu penyimpanan). 24 jam suhu tidak lagi memberikan
Mengikuti tes normalitas sebelumnya pengaruh. Ampisilin subaktam lebih
tes ini juga dibagi berdasarkan waktu stabil jika disimpan dalam refrigerator.
yaitu jam ke-0, 1, 4 dan 24. Hasilnya Setelah 4 jam berdasarkan data tabel 2
dapat disimpulkan pada jam ke-0 sampel produk ampisilin sulbaktam
sampel dan pelarut yang memberikan tidak lagi memenuhi persyaratan FI
pengaruh bermakna,. Pada jam ke-1 edisi V sehingga tidak layak untuk
seluruh sampel memberikan hasil yang diadministrasikan ke pasien. Adanya
sama dengan jam ke-0. Pada jam ke-4 perbedaan antara hasil penelitian dan
sampel dan suhu penyimpanan yang brosur dari sampel ampisilin sulbaktam
memberikan pengaruh bermakna, pada akan kestabilannya perlu dilakukan lagi
suhu penyimpanan refrigerator. Pada penelitian lebih lanjut seperti
jam ke-24 sampel, suhu penyimpanan menggunakan metode lain contohnya
dan pelarut memberikan pengaruh HPLC.
yang bermakna. Hasil yang tidak
konsisten kemungkinan disebabkan DAFTAR PUSTAKA
tidak dilakukan dalam satu petri Arret, B., Johnson, D.P., and
sehingga hasilnya lebih bias atau ada Kirshbaum, A. Outline of details
for microbiological assays of
faktor lain yang tidak diketahui ikut antibiotics: second
memberikan andil pada hasil revision. Journal of
pharmaceutical sciences. 1971,
penelitian. Replikasi diperbanyak 60(11): 1689-1694.
sehingga menghasilkan data yang lebih
Avi. 2018. Stabilitas mikrobiologi
valid. ampisilin sulbaktam setelah
direkonstitusi. Universitas
Airlangga. Surabaya.
KESIMPULAN
Pada awal proses rekonstitusi Bajaj, S., Singla, D., and Sakhuja,
N. Pengujian stabilitas produk
pemilihan pelarut sangat mempengaruhi farmasi. Jurnal Ilmu farmasi
kestabilan sampel ampisilin sulbaktam. Terapan. 2012, 2(3): 129-138.

Pelarut NS memberikan hasil yang lebih Bakshi, A.K. Physical Chemistry-II


baik dibandingkan pelarut WFI. Dalam (Statistical, Thermodynamics,
Chemical Dynamics.

PHARMA XPLORE – JURNAL SAINS DAN ILMU FARMASI, Vol. 8, No. 1, Mei 2023 89
Electrochemistry and Siswandono, E. Kimia Medisinal 1
Macromolecules, New Delhi: Edisi 2. Airlangga University
SGTB Khalsa Collage, University Press. 2016. Halaman 133.
of New Delhi. 2018.
USP. The United States Pharmacopeia
Bing, C.D and Nowobilski-Vasilios, A. 39th Edition, Rockville: United
Extended stability or parenteral States Pharmacopeial Convention.
drugs six edition. Maryland: 2016, Inc Page 2214-2215.
American Society of Health
System Pharmacist. 2017. Utami, E. R. Antibiotika, Resistensi dan
Rasional Terapi. El-Hayah. 2011,
Cahyono, T. 2018. Statistika Terapan 1(4): 191-198.
dan Indikator Kesehatan.
Yogyakarta: Deepublish. Yoshioka, S., and Stella, V.J. 2000.
Stability of drugs and dosage
Carstensen, J.T and Rhodes, C.T. Drug forms. Springer Science and
stability principles and practice. Business Media.
Marcel Dekker.Inc, New York,
USA. 2000.

Cobaugh, D., Lisa, M and Elizabeth, P.


ASHP injectable drug
information. ASHP.
Bethesda:USA. 2021.

Fitriani, V.Y. Studi penggunaan


antibiotika pada neonatus di
NICU Dr Ramelan Surabaya. J.
Trop. Pharm. Chem. 2011, 1(2):
158-164.

Kemenkes RI. 2011. Pedoman


pelayanan kefarmasian untuk
terapi antibiotik. Jakarta:
Kemenkes RI.

McAuley, David. 2017. Unasyn -


Ampicillin Sulbactam.
https://globalrph.com/dilution/una
syn-ampicillin-sulbactam/ diakses
tanggal 16 Agustus 2018.

McEvoy, K.G. AHFS Drug Essentials-


Ampicillin Sulbactame. Bethesda,
Maryland: American Society of
Health-System Pharmacists. 2011.

PHARMA XPLORE – JURNAL SAINS DAN ILMU FARMASI, Vol. 8, No. 1, Mei 2023 90

Anda mungkin juga menyukai