Anda di halaman 1dari 5

TOR (Term Of Reference)

Pelatihan Relawan Pos Gizi Dompet Dhuafa


Di Kabupaten Garut Tanggal 12-13 Desember 2022

A. Latar Belakang

Stunting adalah masalah kesehatan yang banyak ditemukan di negara berkembang,


termasuk Indonesia (UNICEF, 2017). Stunting atau pendek merupakan masalah kekurangan gizi
kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga
mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau
pendek dari standar usianya.

Keadaan pendek (stunting) berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang standar antropometri penilaian status
gizi anak adalah suatu keadaan dimana hasil pengukuran Panjang BAdan menurut Umur (PB/U)
atau tinggi badan menurut Umur (TB/U) berada diantara -3 SD sampai -2 SD. Jika hasil
pengukuran PB/U atau TB/U berada dibawah -3SD disebut juga sangat pendek (severe stunting).

Laporan global World Health Organization (WHO) pada tahun 2021 angka prevalensi
stunting sebesar 22 % atau 149 juta anak di bawah usia lima tahun mengalami stunting
pertumbuhan dan perkembangan karena kekurangan nutrisi penting yang kronis dalam makanan.
Indonesia termasuk ke dalam Negara ke 27 besar kasus stunting di dunia setelah Tanzania.
Adapun kasus tertinggi stunting ditemukan di wilayah Burundi Afrika (WHO, 2022).

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menyatakan bahwa persentase sangat
pendek pada balita usia 0-23 bulan (baduta) di Indonesia adalah 12,8%, sedangkan persentase
pendek adalah 17,1%. Kondisi ini meningkat dari tahun sebelumnya dimana persentase sangat
pendek yaitu sebesar 6,9% dan pendek sebesar 13,2%. Pada balita usia 0-59 bulan, persentase
sangat pendek adalah 11,5%, sedangkan persentase pendek adalah 19,3%. Kondisi ini meningkat
dari tahun sebelumnya yaitu persentase balita usia 0-59 bulan sangat pendek sebesar 9,8% dan
balita pendek sebesar 19,8% (Kemenkes, 2020).

Berdasarkan data Studi Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) tahun 2019, prevalensi
stunting saat ini masih berada pada angka 27,7%. Data World Bank tahun 2020 menunjukkan,
prevalensi stunting Indonesia berada pada urutan ke 115 dari 151 negara di dunia. Hasil
pemantauan status gizi pada tahun 2017 menunjukkan bahwa bahwa prevalensi stunting di
Provinsi Jawa Barat sebesar 29,2%. Khusus Kabupaten Garut, terjadi peningkatan 24,9% dari
tahun 2016 menjadi 43,2% di tahun 2017 (Rikesda 2017).

Provinsi Jawa Barat termasuk salah satu provinsi prioritas dalam percepatan
penurunan stunting. Pasalnya, provinsi ini termasuk provinsi dengan angka
Balita stunting terbanyak di Indonesia. Data SSGI 2021 menyebutkan
prevalensi stunting Provinsi Jawa Barat mencapai 24,5 persen, sedikit di atas rata-rata
angka stunting nasional, yaitu 24,4 persen. Data SSGI menyebutkan dari 27 kabupaten/kota di
Jawa Barat, terdapat 4 kabupaten/kota yang memiliki angka prevalensi stunting tinggi (30%-
39,9%) dan Kabupaten Garut merupakan data stunting tertinggi di Jawa Barat.

Kabupaten Garut tercatat sebagai wilayah di Jawa Barat dengan prevalensi Balita
Stunting tertinggi mencapai 35,3% pada SSGI tahun 2021. Berdasarkan data dari Dinas
Kesehatan Kabupaten Garut, rekap data stunting bulan Agustus 2022 terdapat 7.391 anak yang
stunting (17,3%) dari 216.967 anak. Oleh karena itu Garut menjadi salah satu kabupaten yang
mendapatkan prioritas penanggulanan stunting di Indonesia.

Balita dengan stuting memiliki kondisi Kesehatan yang buruk secara kronis, dan
berdampak yang cukup membahayakan apabila tidak ditangani. Dampak buruk dalam jangka
pendek adalah terganggunya perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik, dan
gangguan metabolisme dalam tubuh (Adistie et al., 2018). Peningkatan resiko kesakitan dan
kematian akbat stunting dan dampak serius yang mengancam generasi stunting perlu menjadi
perhatian khusus (UNICEF, 2021; WHO, 2010 (HENDRAWATI, 2018).

Menurut UNICEF (1998), faktor yang menyebabkan kurang gizi terdiri dari penyebab
langsung, yaitu konsumsi makanan anak dan penyakit infeksi yang mungkin diderita anak,
sedangkan penyebab tidak langsungnya, yaitu ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan
anak, serta pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan.

Untuk menurunkan prevalensi kurang gizi pada balita khususnya di kabupaten Garut,
Dompet Dhuafa melakukan upaya melalui Pelatihan Relawan Pos Gizi pada tenaga Kesehatan
supaya bisa melanjutkan program Pos Gizi.

Pos Gizi merupakan salah satu inovasi gizi untuk mencegah stunting dengan sebuah
pendekatan yang memungkinkan perubahan perilaku gizi yang baik. Pendekatan ini dapat
menanggulangi angka kekurangan gizi. Pos Gizi adalah bahwa kemiskinan bukanlah penyebab
utama kekurangan gizi, dditemukan beberapa keluarga miskin yang anaknya sehat (gizi baik)
dengan menerapkan pola asuh yang baik. Kekurangan gizi pada umumnya disebabkan oleh
praktik pemberian makan atau pola asuh yang tidak benar. Dengan adanya program Pos Gizi
maka diharapkan kurang gizi bisa teratasi dengan perubahan perilaku.

Kegiatan Pelatihan Relawan Pos Gizi akan dilaksanakan selama 2 hari, dimana tenaga
Kesehatan akan belajar mengenai tahapan Pos Gizi dan melakukan simulasi secara langsung
untuk kegiatan Pos Gizi.
B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Terlaksananya program Pos Gizi di setiap Desa yang dipantau langsung oleh
Puskesmas setempat.

2. Tujuan Khusus

a. Terlatihnya tenaga Kesehatan untuk melakukan Program Pos Gizi


b. Terlaksananya program Pos Gizi di wilayah desa masing-masing

C. PELAKSANAAN PELATIHAN RELAWAN POS GIZI

1. Waktu Pelaksanaan : Senin-Selasa, 12-13 Desember 2022


2. Tempat Pelaksanaan : Hotel Tirta Kencana
3. Sasaran Peserta :
Tenaga Kesehatan, yang terdiri dari :
a. Bidan Koordinator : 4 orang
b. Bidan Desa : 12 orang
c. Ahli Gizi : 4 orang
D. RENCANA KEGIATAN

1. Melakukan Advokasi kepada steak holder terkait program yang akan dilaksanakan.
2. Melakukan Pelatihan Relawan Pos Gizi kepada Tenaga Kesehatan selama 2 hari
3. Pelatihan hari ke-1 membahas tahap 1 s.d tahap 4 kegiatan Pos Gizi
4. Pelatihan hari ke-2 membahas tahap 5 s.d tahap 6 serta simulasi kegiatan Pos Gizi.
E. RENCANA ANGGARAN

N
o Nama Anggaran Vol Part Dur Sat Jumlah Total
1 Advokasi

a Transport 1 4 1 kali 50,000 200,000

b ATK 1 1 1 paket 100,000 100,000


Pelatihan Relawan Tenaga
2 Kesehatan -

a ATK 1 1 1 paket 400,000 400,000


Konsumsi Pelatihan dan
b sewa Gedung 1 30 2 hari 130,000 7,800,000

c Spanduk 1 1 1 paket 100,000 100,000

d Sertifikat 1 1 1 paket 100,000 100,000

e Honor Narasumber 1 7 1 hari 250,000 1,750,000

f Hotel Narasumber 1 7 2 hari 500,000 7,000,000


Transport dan Akomodasi
g Narasumber 1 7 2 hari 300,000 4,200,000

h Transport Peserta 1 25 2 hari 50,000 2,500,000

TOTAL 24,150,000

F. TIMELINE KEGIATAN

N November Desember
Kegiatan
O I II III IV I II III IV

1 Advokasi
12
Pelatihan Relawan POS sd 13
2 Gizi Nakes

G. PENUTUP

Demikian TOR (Term Of Reference) Pelatihan Relawan Pos Gizi Dompet Dhuafa ini kami
susun sebagai acuan kegiatan dalam mendukung pencegahan stunting di Kabupaten Garut-
Jawa Barat. Dengan bersinergi kita dapat mempercepat dalam Eliminasi Stunting di
Indonesia.
Penyusun, Diperiksa,

Ressa Puspita Rahayu, SST Hafizoh


Project Kemitraan & Pemberdayaan

Mengetahui, Disetujui,

Sifing Lestari
dr. Yeni Purnamasari, MKM
SO.Edukasi dan Promosi Kesehatan GM. Divisi Kesehatan Dompet Dhuafa

Anda mungkin juga menyukai