Kejang Demam Anak (Andreas Natanael Siagian)
Kejang Demam Anak (Andreas Natanael Siagian)
Oleh:
Andreas Natanael Siagian, S.Ked
Pembimbing :
Dr. Sevina Marisya, M.Ked(Ped), Sp.A
Telaah : Alloanamnesis
Pasien dibawa orang tuanya ke IGD RSU. Royal Prima Medan dengan keluhan kejang. Kejang
didahului dengan adanya demam yang timbul 2 hari sebelum kejang terjadi. Demam mendadak
tinggi dengan suhu 39,7C. Kejang terjadi pada jam 06.00 pagi hari kejang berlangsung dengan bola
mata mengahadap keatas, kaki dan tangan menyentak dengan durasi kejang 3 menit dan hanya
dialami sekali tanpa pengulangan. Pasien juga mengeluhkan diare yang dialam 1 hari SMRS, diare
dengan konsistensi cair dengan frekuensi 5 kali dalam sehari. Riwayat berpergian, batuk, pilek,
muntah, diare, disangkal
• Tanda-tanda vital
• TD :-
• HR : 120 x/i
• RR : 24 x/i
• SpO2 : 99 %
• T : 39,7 C
• Antropometri
• Berat badan : 7,2 kg
• Tinggi badan : 71 cm
Pemeriksaan Antropometri
• Berat badan : 7,2 kg
• Tinggi badan : 71 cm
• Usia : 6 bulan
BB/U
-2 SD s/d +2 SD
BB cukup
• Berat badan : 7,2 kg
• Tinggi badan : 71 cm
• Usia : 6 bulan
BB/TB
-3 SD s/d -2 SD
Gizi Kurang
• Berat badan : 7,2 kg
• Tinggi badan : 71 cm
• Usia : 6 bulan
PB/U
-2 SD s/d +2 SD
Normal
RDA (RECOMMENDED DIETARY ALLOWANCE)
RDA
BBI : 8 kg
Kalori : 1, 5 x 8 = 12 g/hari
Protein : 98 x 8 = 784 kkal/hari
Cairan : Min 125 x 8 = 1.000 ml/hari
Max 145 x 8 = 1.160 ml/hari
Holiday Segar
BB : 7,2 kg
< 10 kg : 100 x BB
: 100 x 7,2 = 720 ml/hari
Mikro : 720 / 24 = 30 gtt/i
Makro : 720 / (24x3) = 10 gtt/i
Pemeriksaan fisik Khusus
Kepala : Normosefali
Kulit • Sianosis (-)
• Ikterus (-)
• Pucat (-)
• Turgor < 2 detik
• Edema (-)
Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut
Mata • Konjungtiva anemis (-/-)
• Sklera anikterik
• Pupil isokor
• Refleks cahaya direct (+/+)
Hidung : Sekret (-), deviasi septum (-), massa (-)
Telinga : Sekret (-/-), benda asing (-/-), ekimosis (-/-)
Mulut : Mukosa bibir kering, lidah bersih, palatum normal, pembesaran tonsil (-), gusi
normal
Leher : Trakea di tengah, pembesaran KGB (-), Tiroid dalam batas normal
THORAX
Pemeriksaan fisik Khusus
Paru – Paru
• Inspeksi : simetris fusiformis
• Palpasi : Stremfremitus paru kanan dan kiri sama
• Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
• Auskultasi : Vesikular, Wheezing (-/-), Ronki (+/-)
Jantung
• Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
• Palpasi : Ictus Cordis tidak teraba
• Perkusi • Batas kiri atas : ICS III linea parasternal sinistra
• Batas kanan atas : ICS III linea parasternal dextra
• Batas kiri bawah : 1 cm ICS V linea anterior axillaris sinistra
• Batas kanan bawah : ICS IV linea parasternal dextra
Inferior : Akral Hangat, CRT < 2 detik, Pulsasi teraba (+/+), Edema (-/-)
Diagnosa Terapi IGD
Diagnosa Banding :
Gastroenteritis
Disentri basiler/amoeba
01
Pemeriksaan penunjang
HEMATOLOGI 18 APRIL 2023
Pemeriksaan Nilai Satuan Nilai Normal
Hemoglobin 11,2 mg/dL 12,5 - 14,5
Leukosit 8,38 g/dL 5,0 - 11,0
Trombosit 180 103 /uL 140 - 450
Hematokrit 41 % 30,5 - 45
Eritrosit 4.88 106/uL 3,5 - 5,5
MCV 65.8 um3 75-95
MCH 23.0 pg/cell 27-31
MCHC 35.0 g/dL 32-34
RDW 15.6 % 11,5 - 14,5
PDW 15.4 fl 15 - 53
MPV 7.8 fl 6,5 - 9,5
PCT 0.18 % 0,1 - 0,5
LUC - % 0-4
LED - mm/jam < 20
HITUNG JENIS
Eosinofil 0.7 % 1,0 - 3,0
Basofil 0.5 % 0-1
Monosit 11.9 % 2,0 - 8,0
Neutrofil 72.1 % 50 - 70
Limfosit 18.3 % 20 - 40
IMMUNOSEROLOGI INFEKSI
Immunoserologi infeksi
Pemeriksaan Nilai Satuan Nilai Normal
COVID Ag (-) Negatif
GLUKOSA ad RANDOM
GLUKOSA
Pemeriksaan Nilai Satuan Nilai Normal
Glukosa ad
89 mg/dL < 200
Random
18 APRIL 2023
Faeces Routine
Detail Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Nilai Normal
Warna Kuning \N-\N
Konsistensi Lembek Lembek
Lendir Negative -
Darah Negative -
Karbohidrat Negative -
Serat Negative -
Lemak 2-4 2-1
leukosit Negative 0-0
Eritrosit Negative 0-0
Telur Cacing Tidak Ditemukan \N-\N
Parasite Tidak Ditemukan \N-\N
Jamur Tidak Ditemukan \N-\N
Lain-lain Bakteri : Normal -
Pemeriksaan Radiologi
Thorax PA
Kamis 20 April • Demam (-) • Sensorium: CM KDS + GEA +DRS - Cefotaxime 350 mg/ 8
2023 • BAB (+) • HR: 91 x/i + Pneumonia jam
• Mencret (-) • RR: 28x/i - Paracetamol 80 mg/ 6
• T: 37,4˚C jam
• BAK dbn
• TD : - - Ranitidin 5 mg/12 jam
• SpO2: 1 0 0 % - Ondansentron 0,5 mg/12
jam
- Zinc 1 x 20 mg
- Rencana PBJ Besok tanpa
tunggu dokter
Diagnosa akhir
kejang demam sederhana + gastroenteritis
akut + dehidrasi ringan-sedang + pneumonia
03
Tinjauan pustaka
Kejang demam
Definisi
• Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada ke- naikan suhu tubuh (suhu
rektal di atas 38C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.
Penjelasan
• Kejang demam terjadi pada 2-4% anak berumur 6 bulan – 5 tahun.
• Anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam, kemudian kejang demam kembali
tidak termasuk dalam kejang demam
• Kejang disertai demam pada bayi berumur kurang dari 1 bulan tidak termasuk dalam
kejang demam.
• Bila anak berumur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun mengalami kejang
didahului demam, pikirkan kemungkinan lain misalnya infeksi SSP, atau epilepsi yang
kebetulan terjadi bersama demam.
Klasifikasi
Kejang demam yang berlangsung singkat, Kejang demam dengan salah satu ciri berikut
kurang dari 15 menit, dan umumnya akan ini:
berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum 1. Kejang lama > 15 menit
tonik dan atau klonik, tanpa gerakan fokal. 2. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang
Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam. umum didahului kejang parsial
Kejang demam sederhana merupakan 80% di 3. Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam
antara seluruh kejang demam.
Gambaran klinis
Kejang Demam Sederhana Kejang Demam Kompleks
Faktor yang menyebabkan berulangnya kejang demam
Pungsi lumbal
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan
kemungkinan meningitis. Risiko terjadinya meningitis bakterialis adalah 0,6%-6,7%.
Pada bayi kecil seringkali sulit untuk menegakkan atau meny- ingkirkan diagnosis
meningitis karena manifestasi klinisnya tidak jelas. Oleh karena itu pungsi lumbal
dianjurkan pada:
1. Bayi kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan dilakukan
2. Bayi antara 12-18 bulan dianjurkan 3. Bayi > 18 bulan tidak rutin
Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan pungsi lumbal.
Pemeriksaan penunjang
Elektroensefalografi
Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat memprediksi berulangnya kejang,
atau memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi pada pasien kejang demam. Oleh
karenanya tidak direkomendasikan
Pencitraan
Foto X-ray kepala dan pencitraan seperti computed tomography scan (CT-scan) atau
magnetic resonance imaging (MRI) jarang sekali dikerjakan, tidak rutin dan hanya atas
indikasi seperti:
1. Kelainan neurologik fokal yang menetap (hemiparesis)
2. Paresis nervus VI
3. Papiledema
tatalaksana
• Biasanya kejang demam berlangsung singkat dan pada waktu pasien datang kejang
sudah berhenti. Apabila datang dalam keadaan kejang obat yang paling cepat untuk
menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan secara intravena. Dosis
diazepam intravena adalah 0,3-0,5 mg/kg perlahan-lahan dengan kecepatan 1-2
mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit, dengan dosis maksimal 20 mg.
• Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orang tua atau di rumah adalah
diazepam rektal. Dosis diazepam rektal adalah 0,5-0,75 mg/kg atau diazepam
rektal 5 mg untuk anak dengan berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk
berat badan lebih dari 10 kg. Atau diazepam rektal dengan dosis 5 mg untuk anak
dibawah usia 3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak di atas usia 3 tahun (lihat bagan
penatalaksanaan kejang demam).
tatalaksana
• Bila setelah pemberian diazepam rektal kejang belum berhenti, dapat diulang lagi
dengan cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit.
• Bila setelah 2 kali pemberian diazepam rektal masih tetap kejang, dianjurkan ke rumah
sakit. Di rumah sakit dapat diberikan diazepam intravena dengan dosis 0,3-0,5 mg/kg.
• Bila kejang tetap belum berhenti diberikan fenitoin secara intravena dengan dosis awal
10-20 mg/kg/kali dengan kecepatan 1 mg/kg/menit atau kurang dari 50 mg/menit. Bila
kejang berhenti dosis selanjutnya adalah 4-8 mg/kg/hari, dimulai 12 jam setelah dosis
awal.
• Bila dengan fenitoin kejang belum berhenti maka pasien harus dirawat di ruang rawat
intensif.
• Bila kejang telah berhenti, pemberian obat selanjutnya tergantung dari jenis kejang
demam apakah kejang demam sederhana atau kompleks dan faktor risikonya.
tatalaksana
• Antipiretik
Pemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam pada saat
demam menurunkan risiko berulangnya kejang pada 30%- 60% kasus,
begitu pula dengan diazepam rektal dosis 0,5 mg/ kg setiap 8 jam pada
suhu > 38,5 0C. Dosis tersebut cukup tinggi dan menyebabkan ataksia,
iritabel dan sedasi yang cukup berat pada 25-39% kasus. Fenobarbital,
karbamazepin, dan fenitoin pada saat demam tidak berguna untuk
mencegah kejang demam.
tatalaksana
Indikasi pemberian obat rumat
Pengobatan rumat hanya diberikan bila kejang demam menunjukkan ciri sebagai
berikut (salah satu):
• Kejang lama > 15 menit
• Adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya
hemiparesis, paresis Todd, cerebral palsy, retardasi mental, hidrosefalus.
• Kejang fokal
Pada anamnesis dapat ditemukan keluhan yang Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan sejumlah
dialami penderita, meliputi: demam, batuk, gelisah, tanda fisik patologis, terutama adanya nafas cepat
rewel dan sesak nafas, nyeri dada. (takipnea) dan kesulitan bernafas (dyspnea).
Pada bayi, gejala tidak khas, seringkali tanpa gejala Demam dapat mencapai suhu 38,5 o C sampai
demam dan batuk. Anak besar, kadang mengeluh menggigil, Gejala distress pernapasan seperti
nyeri kepala, nyeri abdomen, muntah. takipneu, dispneu, adanya retraksi (suprasternal,
interkosta, subkosta)
Pada anak balita, dapat ditemukan batuk Napas cuping hidung, dapat ditemukan pada pasien
produktif/ non produktif dan dipsnea. jika oksigenasi paru sudah berkurang.
Sebaliknya, pada anak sekolah dan remaja: gejala Pada pemeriksaan auskultasi dada dapat dijumpai
lain yang sering dijumpai adalah: nyeri kepala, suara napas bronkial / ronkhi.
nyeri dada, dan lemas.
Gambaran Klinis dan Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang