Anda di halaman 1dari 50

Laporan Kasus

Oleh:
Andreas Natanael Siagian, S.Ked

Pembimbing :
Dr. Sevina Marisya, M.Ked(Ped), Sp.A

Kepanitraan Klinik Senior


SMF. Ilmu Kesehatan Anak
RSU. Royal Prima Medan
Identitas Pasien

Nama Pasien Assauqi arfah

Umur 6 bulan 8 hari

Jenis Kelamin Laki-laki

Tanggal Masuk 16 April 2023

DPJP Dr. Sri Yanti Harahap, M.Ked(Ped), Sp.A


Anamnesis pasien
Keluhan Utama : Kejang
Keluhan Tambahan : Demam

Telaah : Alloanamnesis
Pasien dibawa orang tuanya ke IGD RSU. Royal Prima Medan dengan keluhan kejang. Kejang
didahului dengan adanya demam yang timbul 2 hari sebelum kejang terjadi. Demam mendadak
tinggi dengan suhu 39,7C. Kejang terjadi pada jam 06.00 pagi hari kejang berlangsung dengan bola
mata mengahadap keatas, kaki dan tangan menyentak dengan durasi kejang 3 menit dan hanya
dialami sekali tanpa pengulangan. Pasien juga mengeluhkan diare yang dialam 1 hari SMRS, diare
dengan konsistensi cair dengan frekuensi 5 kali dalam sehari. Riwayat berpergian, batuk, pilek,
muntah, diare, disangkal

Riwayat penggunaan obat : Norages


Riwayat Penyakit Terdahulu : -
Riwayat Alergi : -
Pemeriksaan fisik umum
• Kondisi umum : Sedang, nilai 6 pada skala nyeri

• Sensorium : Compos mentis, GCS 15

• Tanda-tanda vital
• TD :-
• HR : 120 x/i
• RR : 24 x/i
• SpO2 : 99 %
• T : 39,7 C

• Antropometri
• Berat badan : 7,2 kg
• Tinggi badan : 71 cm
Pemeriksaan Antropometri
• Berat badan : 7,2 kg
• Tinggi badan : 71 cm
• Usia : 6 bulan

BB/U
-2 SD s/d +2 SD
BB cukup
• Berat badan : 7,2 kg
• Tinggi badan : 71 cm
• Usia : 6 bulan

BB/TB
-3 SD s/d -2 SD
Gizi Kurang
• Berat badan : 7,2 kg
• Tinggi badan : 71 cm
• Usia : 6 bulan

PB/U
-2 SD s/d +2 SD
Normal
RDA (RECOMMENDED DIETARY ALLOWANCE)
RDA
BBI : 8 kg
Kalori : 1, 5 x 8 = 12 g/hari
Protein : 98 x 8 = 784 kkal/hari
Cairan : Min 125 x 8 = 1.000 ml/hari
Max 145 x 8 = 1.160 ml/hari

Holiday Segar
BB : 7,2 kg
< 10 kg : 100 x BB
: 100 x 7,2 = 720 ml/hari
Mikro : 720 / 24 = 30 gtt/i
Makro : 720 / (24x3) = 10 gtt/i
Pemeriksaan fisik Khusus
Kepala : Normosefali
Kulit • Sianosis (-)
• Ikterus (-)
• Pucat (-)
• Turgor < 2 detik
• Edema (-)
Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut
Mata • Konjungtiva anemis (-/-)
• Sklera anikterik
• Pupil isokor
• Refleks cahaya direct (+/+)
Hidung : Sekret (-), deviasi septum (-), massa (-)
Telinga : Sekret (-/-), benda asing (-/-), ekimosis (-/-)
Mulut : Mukosa bibir kering, lidah bersih, palatum normal, pembesaran tonsil (-), gusi
normal
Leher : Trakea di tengah, pembesaran KGB (-), Tiroid dalam batas normal
THORAX
Pemeriksaan fisik Khusus
Paru – Paru
• Inspeksi : simetris fusiformis
• Palpasi : Stremfremitus paru kanan dan kiri sama
• Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
• Auskultasi : Vesikular, Wheezing (-/-), Ronki (+/-)
Jantung
• Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
• Palpasi : Ictus Cordis tidak teraba
• Perkusi • Batas kiri atas : ICS III linea parasternal sinistra
• Batas kanan atas : ICS III linea parasternal dextra
• Batas kiri bawah : 1 cm ICS V linea anterior axillaris sinistra
• Batas kanan bawah : ICS IV linea parasternal dextra

• Auskultasi S1 dan S2 (+) normal, gallop (-), murmur (-), S4 (-)


Pemeriksaan fisik Khusus
ABDOMEN
Inspeksi Datar simetris, massa (-), jejas (-)
Palpasi • Soepel
• Nyeri tekan (+) epigastrium
• Hepatomegali (-)
• Splenomegali (-)
• Turgor < 2 detik
• Ascites (-)

Perkusi : Timpani (+), tapping pain (-/-)


Auskultasi : Bising usus (+) Hiperperistaltik

Genitalia : Tidak dilakukan Pemeriksaan


Pemeriksaan fisik Khusus
EKSTREMITAS
Superior : Akral Hangat, CRT < 2 detik, Pulsasi teraba (+/+)

Inferior : Akral Hangat, CRT < 2 detik, Pulsasi teraba (+/+), Edema (-/-)
Diagnosa Terapi IGD

Diagnosa Sementara : - IVFD RL 20 gtt/I Mikro

Kejang Demam Sederhana + Gastroenteritis Akut - Paracetamol 100 mg extra

Diagnosa Banding :

Kejang Demam Sederhana

Kejang Demam Kompleks

Gastroenteritis

Disentri basiler/amoeba
01
Pemeriksaan penunjang
HEMATOLOGI 18 APRIL 2023
Pemeriksaan Nilai Satuan Nilai Normal
Hemoglobin 11,2 mg/dL 12,5 - 14,5
Leukosit 8,38 g/dL 5,0 - 11,0
Trombosit 180 103 /uL 140 - 450
Hematokrit 41 % 30,5 - 45
Eritrosit 4.88 106/uL 3,5 - 5,5
MCV 65.8 um3 75-95
MCH 23.0 pg/cell 27-31
MCHC 35.0 g/dL 32-34
RDW 15.6 % 11,5 - 14,5
PDW 15.4 fl 15 - 53
MPV 7.8 fl 6,5 - 9,5
PCT 0.18 % 0,1 - 0,5
LUC - % 0-4
LED - mm/jam < 20
HITUNG JENIS
Eosinofil 0.7 % 1,0 - 3,0
Basofil 0.5 % 0-1
Monosit 11.9 % 2,0 - 8,0
Neutrofil 72.1 % 50 - 70
Limfosit 18.3 % 20 - 40
IMMUNOSEROLOGI INFEKSI

Immunoserologi infeksi
Pemeriksaan Nilai Satuan Nilai Normal
COVID Ag (-) Negatif

GLUKOSA ad RANDOM

GLUKOSA
Pemeriksaan Nilai Satuan Nilai Normal
Glukosa ad
89 mg/dL < 200
Random

18 APRIL 2023
Faeces Routine
Detail Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Nilai Normal
Warna Kuning \N-\N
Konsistensi Lembek Lembek
Lendir Negative -
Darah Negative -
Karbohidrat Negative -
Serat Negative -
Lemak 2-4 2-1
leukosit Negative 0-0
Eritrosit Negative 0-0
Telur Cacing Tidak Ditemukan \N-\N
Parasite Tidak Ditemukan \N-\N
Jamur Tidak Ditemukan \N-\N
Lain-lain Bakteri : Normal -
Pemeriksaan Radiologi

Thorax PA

Kondisi foto cukup. Posisi relatif


simetris. Inspirasi kurang. Jantung
kesan tidak membesar dengan
apeks. Aorta baik. Trakea ditengah.
Mediastinum superior tidak
melebar. Hilus tidak meneal.
Tampak infiltrat pada perihiler dan
parakardial bilateral. Sinus
kostofrenikus dan diafragma baik

Kesimpulan : Jantung Kesan


Normal. Bronkopneumonia
02
Follow up pasien
Hari/Tanggal S O A P
Senin 17 April • Demam (+) • Sensorium: CM - Cefotaxime 350 mg/ 8 jam
2023 • Diare 5 kali • HR: 110 x/i KDS + GEA - Diazepam 3 x 0,2 mg
• Gelisah (+) • RR: 43 x/i - Paracetamol 80 mg/ 6 jam
• T: 37,7 ˚C - Ranitidin 5 mg/12 jam
• BAK dbn
• TD : - - Ondansentron 0,5 mg/12
• SpO2: 9 8 % jam
- Zinc 1 x 20 mg

Selasa 18 April • Demam (+) • Sensorium: CM KDS + GEA +DRS


2023 • Diare 6 kali • HR: 90 x/i + Pneumonia - Cefotaxime 350 mg/ 8 jam
• BAK dbn • RR: 34 x/I - Paracetamol 80 mg/ 6 jam
• T: 37 ˚C - Ranitidin 5 mg/12 jam
• TD : - - Ondansentron 0,5 mg/12
• SpO2: 99% jam
- Diazepam 3 x 0,2 mg
- Zinc 1 x 20 mg
Hari/Tanggal S O A P
Rabu 19 April • Demam (-) • Sensorium: CM KDS + GEA +DRS - Cefotaxime 350 mg/ 8
2023 • Diare 4 kali • HR: 108 x/i + Pneumonia jam
• BAK dbn • RR: 38 x/i - Paracetamol 80 mg/ 6
• T: 36,8˚C jam
• TD : - - Ranitidin 5 mg/12 jam
• SpO2: 9 4 % - Ondansentron 0,5 mg/12
jam
- Zinc 1 x 20 mg

Kamis 20 April • Demam (-) • Sensorium: CM KDS + GEA +DRS - Cefotaxime 350 mg/ 8
2023 • BAB (+) • HR: 91 x/i + Pneumonia jam
• Mencret (-) • RR: 28x/i - Paracetamol 80 mg/ 6
• T: 37,4˚C jam
• BAK dbn
• TD : - - Ranitidin 5 mg/12 jam
• SpO2: 1 0 0 % - Ondansentron 0,5 mg/12
jam
- Zinc 1 x 20 mg
- Rencana PBJ Besok tanpa
tunggu dokter
Diagnosa akhir
kejang demam sederhana + gastroenteritis
akut + dehidrasi ringan-sedang + pneumonia
03
Tinjauan pustaka
Kejang demam
Definisi
• Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada ke- naikan suhu tubuh (suhu
rektal di atas 38C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.

Penjelasan
• Kejang demam terjadi pada 2-4% anak berumur 6 bulan – 5 tahun.
• Anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam, kemudian kejang demam kembali
tidak termasuk dalam kejang demam
• Kejang disertai demam pada bayi berumur kurang dari 1 bulan tidak termasuk dalam
kejang demam.
• Bila anak berumur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun mengalami kejang
didahului demam, pikirkan kemungkinan lain misalnya infeksi SSP, atau epilepsi yang
kebetulan terjadi bersama demam.
Klasifikasi

Kejang Demam Sederhana Kejang Demam Kompleks

Kejang demam yang berlangsung singkat, Kejang demam dengan salah satu ciri berikut
kurang dari 15 menit, dan umumnya akan ini:
berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum 1. Kejang lama > 15 menit
tonik dan atau klonik, tanpa gerakan fokal. 2. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang
Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam. umum didahului kejang parsial
Kejang demam sederhana merupakan 80% di 3. Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam
antara seluruh kejang demam.
Gambaran klinis
Kejang Demam Sederhana Kejang Demam Kompleks
Faktor yang menyebabkan berulangnya kejang demam

Faktor risiko berulangnya kejang demam adalah :

1. Riwayat kejang demam dalam keluarga


2. Usia kurang dari 12 bulan
3. Temperatur yang rendah saat kejang
4. Cepatnya kejang setelah demam

Bila seluruh faktor di atas ada, kemungkinan berulangnya kejang


demam adalah 80%, sedangkan bila tidak terdapat faktor tersebut
kemungkinan berulangnya kejang demam hanya 10%-15%. Kemungkinan
berulangnya kejang demam paling besar pada tahun pertama.
patofisiologi
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada kejang demam, tetapi
dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab demam, atau keadaan
lain misalnya gastroenteritis dehidrasi disertai demam. Pemeriksaan labora- torium
yang dapat dikerjakan misalnya darah perifer

Pungsi lumbal
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan
kemungkinan meningitis. Risiko terjadinya meningitis bakterialis adalah 0,6%-6,7%.
Pada bayi kecil seringkali sulit untuk menegakkan atau meny- ingkirkan diagnosis
meningitis karena manifestasi klinisnya tidak jelas. Oleh karena itu pungsi lumbal
dianjurkan pada:
1. Bayi kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan dilakukan
2. Bayi antara 12-18 bulan dianjurkan 3. Bayi > 18 bulan tidak rutin
Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan pungsi lumbal.
Pemeriksaan penunjang
Elektroensefalografi
Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat memprediksi berulangnya kejang,
atau memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi pada pasien kejang demam. Oleh
karenanya tidak direkomendasikan

Pencitraan
Foto X-ray kepala dan pencitraan seperti computed tomography scan (CT-scan) atau
magnetic resonance imaging (MRI) jarang sekali dikerjakan, tidak rutin dan hanya atas
indikasi seperti:
1. Kelainan neurologik fokal yang menetap (hemiparesis)
2. Paresis nervus VI
3. Papiledema
tatalaksana
• Biasanya kejang demam berlangsung singkat dan pada waktu pasien datang kejang
sudah berhenti. Apabila datang dalam keadaan kejang obat yang paling cepat untuk
menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan secara intravena. Dosis
diazepam intravena adalah 0,3-0,5 mg/kg perlahan-lahan dengan kecepatan 1-2
mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit, dengan dosis maksimal 20 mg.

• Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orang tua atau di rumah adalah
diazepam rektal. Dosis diazepam rektal adalah 0,5-0,75 mg/kg atau diazepam
rektal 5 mg untuk anak dengan berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk
berat badan lebih dari 10 kg. Atau diazepam rektal dengan dosis 5 mg untuk anak
dibawah usia 3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak di atas usia 3 tahun (lihat bagan
penatalaksanaan kejang demam).
tatalaksana
• Bila setelah pemberian diazepam rektal kejang belum berhenti, dapat diulang lagi
dengan cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit.
• Bila setelah 2 kali pemberian diazepam rektal masih tetap kejang, dianjurkan ke rumah
sakit. Di rumah sakit dapat diberikan diazepam intravena dengan dosis 0,3-0,5 mg/kg.
• Bila kejang tetap belum berhenti diberikan fenitoin secara intravena dengan dosis awal
10-20 mg/kg/kali dengan kecepatan 1 mg/kg/menit atau kurang dari 50 mg/menit. Bila
kejang berhenti dosis selanjutnya adalah 4-8 mg/kg/hari, dimulai 12 jam setelah dosis
awal.
• Bila dengan fenitoin kejang belum berhenti maka pasien harus dirawat di ruang rawat
intensif.
• Bila kejang telah berhenti, pemberian obat selanjutnya tergantung dari jenis kejang
demam apakah kejang demam sederhana atau kompleks dan faktor risikonya.
tatalaksana
• Antipiretik

Tidak ditemukan bukti bahwa penggunaan antipiretik mengurangi risiko


terjadinya kejang demam, namun para ahli di Indonesia sepakat bahwa
antipiretik tetap dapat diberikan. Dosis parasetamol yang digunakan adalah
10 –15 mg/kg/kali diberikan 4 kali sehari dan tidak lebih dari 5 kali. Dosis
Ibuprofen 5-10 mg/ kg/kali ,3-4 kali sehari.
tatalaksana
• Antikonvulsan

Pemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam pada saat
demam menurunkan risiko berulangnya kejang pada 30%- 60% kasus,
begitu pula dengan diazepam rektal dosis 0,5 mg/ kg setiap 8 jam pada
suhu > 38,5 0C. Dosis tersebut cukup tinggi dan menyebabkan ataksia,
iritabel dan sedasi yang cukup berat pada 25-39% kasus. Fenobarbital,
karbamazepin, dan fenitoin pada saat demam tidak berguna untuk
mencegah kejang demam.
tatalaksana
Indikasi pemberian obat rumat
Pengobatan rumat hanya diberikan bila kejang demam menunjukkan ciri sebagai
berikut (salah satu):
• Kejang lama > 15 menit
• Adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya
hemiparesis, paresis Todd, cerebral palsy, retardasi mental, hidrosefalus.
• Kejang fokal

Jenis antikonvulsan untuk pengobatan rumat


Pemberian obat fenobarbital atau asam valproat setiap hari efektif dalam
menurunkan risiko berulangnya kejang . Dosis asam valproat 15-40 mg/kg/hari
dalam 2-3 dosis, dan fenobarbital 3-4 mg/kg per hari dalam 1-2 dosis.

Lama pengobatan rumat


Pengobatan diberikan selama 1 tahun bebas kejang, kemudian dihentikan secara
bertahap selama 1-2 bulan.
Edukasi orang tua
• Menyakinkan bahwa kejang demam umumnya mempunyai prognosis baik.
• Memberitahukan cara penanganan kejang
• Memberikaninformasimengenaikemungkinankejang kembali
• Pemberian obat untuk mencegah rekurensi memang efektif tetapi harus diingat adanya
efek samping

Beberapa hal yang harus dikerjakan bila kembali kejang


• Tetap tenang dan tidak panik
• Kendorkan pakaian yang ketat terutama disekitar le- her
• Bila tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan kepala miring. Bersihkan muntahan
atau lendir di mu- lut atau hidung. Walaupun kemungkinan lidah tergigit, jangan
memasukkan sesuatu kedalam mulut.
• Ukur suhu, observasi dan catat lama dan bentuk kejang.
• Tetap bersama pasien selama kejang
• Berikan diazepam rektal. Dan jangan diberikan bila kejang telah berhenti.
• Bawa kedokter atau rumah sakit bila kejang berlang- sung 5 menit atau lebih
04
Diare + drs
1. Apa yang dimaksud dengan diare?
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi
lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering
(biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari.

2. Apa penyebab diare?


Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam 6 golongan besar yaitu
infeksi (disebabkan oleh bakteri, virus atau infestasi parasit), malabsorpsi, alergi,
keracunan, imunodefisiensi dan sebab-sebab lainnya. Penyebab yang sering
ditemukan di lapangan ataupun secara klinis adalah diare yang disebabkan infeksi
dan keracunan.

3. Apa saja jenis-jenis Diare ?


Jenis diare ada dua, yaitu Diare akut, Diare persisten atau Diare kronik. Diare akut
adalah diare yang berlangsung kurang dari 14 hari, sementara Diare persisten atau
diare kronis adalah diare yang berlangsung lebih dari 14 hari.
4. Apa saja derajat dehidrasi dalam
Diare ?

Ada tiga derajat dehidrasi, yaitu:


a) Diare tanpa dehidrasi
b) Diare dengan dehidrasi ringan/
sedang
c) Diare dengan Dehidrasi berat.
5. Bagaimana cara menilai anak diare? Lihat:
Tanya, lihat tanda-tanda dehidrasi pada - Bagaimana keadaaan umum anak?
anak - Sadar atau tidak sadar?
- Lemas atau terlihat sangat
Tanya: mengantuk?
- Berapa lama anak sudah mengalami diare? - Apakah anak gelisah?
- Berapa kali anak buang air besar dalam - Berikan minum, apakah dia mau
satu hari? minum?Jika iya, apakah ketika minum
- Apakah tinjanya ada darah? ia tampak sangat haus atau malas
- Apakah dia muntah? minum?
- Apakah ada penyakit lainnya? - Apakah matanya cekung atau tidak
cekung?
- Lakukan cubitan kulit perut (turgor).
Apakah kulitnya kembali segera,
lambat, atau sangat lambat (lebih dari 2
detik) ?
tatalaksana
tatalaksana
1. Apa itu oralit?
Oralit merupakan campuran garam elektrolit,
seperti natrium klorida (NaCl), kalium klorida
(KCl), dan trisodium sitrat hidrat, serta glukosa
anhidrat.

2. Kapan oralit perlu diberikan?


Segera bila anak diare, sampai diare berhenti.

3. Bagaimana cara pemberian oralit?


Satu bungkus oralit dimasukkan ke dalam satu
gelas air matang (200 cc).
- Anak kurang dari 1 tahun diberi 50-100 cc
cairan oralit setiap kali buang air besar.
- Anak lebih dari 1 tahun diberi 100-200 cc cairan
oralit setiap kali buang air besar.
05
pneumonia
Etiologi
Definisi
Pneumonia adalah inflamasi yang
mengenai parenkim paru. Sebagian besar
disebabkan oleh mikroorganisme
(virus/bakteri) dan sebagian kecil
disebabkan oleh hal lain (aspirasi, radiasi
dll). Pada pneumonia yang disebabkan oleh
kuman, menjadi pertanyaan penting adalah
penyebab dari Pneumonia (virus atau
bakteri).
Gejala klinis
Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak bergantung pada berat-
ringannya infeksi, tetapi secara umum adalah sebagai berikut:

Gejala infeksi umum, yaitu demam, sakit kepala, gelisah, malaise,


penurunan napsu makan, keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah
atau diare; kadang-kadang ditemukan gejala infeksi ekstrapulmoner.

Gejala gangguan respiratori, yaitu batuk, sesak napas, retraksi dada,


takipnea, napas cuping hidung, air hunger, merintih, dan sianosis.
diagnosa
Anamnesa Pemeriksaan Fisik

Pada anamnesis dapat ditemukan keluhan yang Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan sejumlah
dialami penderita, meliputi: demam, batuk, gelisah, tanda fisik patologis, terutama adanya nafas cepat
rewel dan sesak nafas, nyeri dada. (takipnea) dan kesulitan bernafas (dyspnea).

Pada bayi, gejala tidak khas, seringkali tanpa gejala Demam dapat mencapai suhu 38,5 o C sampai
demam dan batuk. Anak besar, kadang mengeluh menggigil, Gejala distress pernapasan seperti
nyeri kepala, nyeri abdomen, muntah. takipneu, dispneu, adanya retraksi (suprasternal,
interkosta, subkosta)
Pada anak balita, dapat ditemukan batuk Napas cuping hidung, dapat ditemukan pada pasien
produktif/ non produktif dan dipsnea. jika oksigenasi paru sudah berkurang.

Sebaliknya, pada anak sekolah dan remaja: gejala Pada pemeriksaan auskultasi dada dapat dijumpai
lain yang sering dijumpai adalah: nyeri kepala, suara napas bronkial / ronkhi.
nyeri dada, dan lemas.
Gambaran Klinis dan Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Penunjang

1. Darah perifer lengkap


2. C-Reactive Protein (CRP)
3. Uji serologis
4. Pemeriksaan mikrobiologis
5. Pemeriksaan Rontgen toraks
tatalaksana
Pneumonia rawat jalan

Pada pneumonia ringan rawat jalan dapat diberikan antibiotik lini


pertama secara oral, misalnya amoksisilin atau kotrimoksazol. Pada
pneumonia ringan berobat jalan, dapat diberikan antibiotik tunggal oral
dengan efektifitas yang mencapai 90%. Penelitian multisenter di Pakistan
menemukan bahwa pada pneumonia rawat jalan, pemberian amoksisilin
dan kotrimoksazol dua kali sehari mempunyai efektifitas yang sama. Dosis
amoksisilin yang diberikan adalah 25 mg/kgBB, sedangkan kotrimoksazol
adalah 4 mg/kgBB TMP−20 mg/kgBB sulfametoksazol).
tatalaksana
Pneumonia rawat inap

Berbagai RS di Indonesia memberikan antibiotik beta- laktam,


ampisilin, atau amoksisilin, dikombinasikan dengan kloramfenikol.
Feyzullah dkk. melaporkan hasil perbandingan pemberian antibiotik
pada anak dengan pneumonia berat berusia 2–24 bulan. Antibiotik
yang dibandingkan adalah gabungan penisilin G intravena (25.000
U/kgBB setiap 4 jam) dan kloramfenikol (15 mg/kgBB setiap 6 jam),
dan seftriakson intravena (50 mg/kgBB setiap 12 jam). Keduanya
diberikan selama 10 hari, dan ternyata memiliki efektifitas yang sama.

Anda mungkin juga menyukai