Tugas Kelompok 3 Hermeneutik PB
Tugas Kelompok 3 Hermeneutik PB
Pembahasan Tentang:
Semantik:
MAKNA ADALAH INTI DARI KOMUNIKASI. Kata-kata menyediakan bangunan dari makna, tata
bahasa, dan sintaksis menyediakan rancangannya. Akan tetapi, akhir-akhir ini semantik (menentukan
makna kata) lebih merupakan suatu seni ketimbang ilmu. Johannes Louw (1982:1-4) mengatakan
bahwa sejak tahun 1950-an studi kata dan makna- nya telah menjadi perhatian utama di kalangan
akademik (untuk survei historis yang baik, lihat Black. 2001:230-52). Selain itu, sejak abad kedua
puluh semantik telal: benar-benar diakui sebagai ilmu linguistik yang dapat berdiri sendiri. Karya
monumental James Barr The Semantics of Biblical Lan- guage (1961) pertama kali menerapkan
prinsip-prinsip linguistik secara ilmiah dalam studi Alkitab. Hasilnya sangat menakjubkan, jika mau
dikata- kan demikian. para ahli berpikir bahwa makna dari suatu kata dapat ditemukan dalam
perkembangan historisnya (tesis volume pertama mengenal semantika pertama kali diterbitkan oleh
Michel Breal pada tahun 1897). Sekarang kita mengetahui bahwa untuk menemukan makna kata
yang benar jauh lebih rumit dari itu. Moisés Silva mengungkapkan sulitnya tugas menangani bidang
ini. "suatu tugas yang tidak dapat dituntaskan dalam satu jilid tanpa terlalu menyederhanakan
materi (1983:9). Betapa lebih sulit lagi untuk menuntaskan masalah ini dalam satu bab! Pada waktu
yang sama Max Turner mengatakan di samping peringatan Barr, "linguistik modern secara relatif
memiliki sedikit pengaruh pada eksegesis Perjanjian Baru. karena eksegesis Perjanjian Baru masih
didominasi oleh pemahaman pra-ilmiah yang terlihat di dalam tafsiran-tafsiran dan tata bahasa yang
lebih tua (1995-147). Studi kata memang sudah menjadi aspek yang paling populer dari ekse grais.
Melihat sekilas pada buku-buku tafsiran standar, dengan struktur yang tersusun secara kata per kata
membahas teks, akan membuktikan hal tersebut. Demikian pula dengan ruang kelas akademi atau
seminari secara umum, di mana kuliah eksegesis sering kali menghabiskan waktunya pada studi kata.
Ini sangat terlihat dalam kuliah kuliah Perjanjian Lama, di mana tata bahana Irani yang kurang
dikuasai menyebabkan sang profesor berpusat pada studi kata sebagai faktor yang paling penting
dalam eksegesis. Ten- tu saja, seperti yang saya katakan dalam bab 2, tata bahasa dapat memberi
sumbangsih besar, tetapi saya juga akan mengulanginya di sini bahwa kata tidak dapat benar-benar
memisahkan keduanya. Tanpa hubungan secara tata bahasa dengan kata-kata lain, sebuah kata
tidak akan ada maknanya Jika saya mengucapkan istilah counter, orang yang mendengar tidak
mema- hami apa yang saya maksudkan. Tanpa suatu konteks di dalam suatu kall- mat yang bertata
bahasa, suatu kata tidak bermakna. Hanya ketika saya mengatakan, "Lihatlah counter (meja kasir)
itu" atau "Counter (Melawan) pen- dapatnya maka istilah itu memiliki makna.
Pada umumnya para ahli bahasa modern menyadari sentralitas dari konteks sastra dan
sejarah, yaitu, dimensi-dimensi lingustik dan ekstra- linguistik, bagi semua masalah makna (lihat
Thiselton 1977.75). Dengan kata lain, analisis semantik atas suatu konsep tidak hanya melibatkan
sin- taksis melainkan juga latar belakang sejarah dan budaya di balik suatu pernyataan. Analisis
merupakan bagian dari dan mengasumsikan suatu paket hermeneutika yang menyeluruh. Seseorang
tidak melakukan langkah- langkah ini sesekali atas suatu perikop. Melainkan, ada suatu tindakan ber-
spiral yang konstan di mana satu aspek (seperti tata bahasa atau latar bela- kang) menginformasikan
aspek lainnya (seperti semantik) dan kemudian aspek tersebut oleh hasil yang dicapai.
Sintaksis
JANGKAUAN MAKNA dari istilah sintaksis memiliki konotast sempit dan luas. Dalam
pengertian yang sempit, istilah tersebut menunjuk kepada relasi antara kata-kata dari satu kalimat
dan bisa dikatakan sama de- ngan tata bahasa. Beberapa buku tata bahasa (seperti Williams)
memasuk- kan sintaksis dalam judul mereka. Dalam pengertian luasnya, sintaksis me- nunjuk kepada
semua relasi timbal balik di dalam kalimat sebagai suatu sarana untuk menentukan makna dari suatu
unit sebagai suatu keseluruh- an Dalam pengertian yang lebih luas ini, sintaksis mencakup pola-pola
komposisi, tata bahasa dan semantik, dan dengan demikian membentuk suatu kesimpulan yang
valid atas tiga bab sebelumnya.
Saya menggunakan sintaksis di dalam pengertian yang lebih luas int dan oleh karena itu saya
ingin melukiskan dalam bab ini bagaimana ketiga aspek eksegesis ini (struktur, tata bahasa, studi
leksikal) dapat digunakan bersamaan ketimbang secara terpisah. Pola-pola retoris menangani relasi
di antara unit-unit kalimat dan dengan demikian menyediakan dasar bagi studi sintaksis. Tata bahasa
memperhatikan relasi antara setiap istilah dan frasa dan oleh karena itu menyediakan tahap kedua
dari analisis sintaksis. Semantik menyelidiki relasi semotaksis antara makna-makna dari istilah- istilah
di dalam struktur lahir yang lebih besar dan oleh karena itu menye- diakan bagian bangunan terakhir
dari analisis sintaktis. Satu hal yang ineng- hubungkan ketiga aspek eksegesis ini adalah struktur. Di
dalam mempelajari teknik-teknik komposisi, saya menemukan fakta bahwa teknik-teknik terse- but
membentuk suatu pola yang menyatukan keseluruhan besar dari suatu paragraf. Setiap keputusan
gramatika juga didasarkan pada perkembangan dari keseluruhan pernyataan. Terakhir, kita memakai
pendekatan struktural untuk semantik, dengan mengingat bahwa kata-kata hanya memiliki makna
ketika menjadi bagian dari suatu konteks yang lebih besar. Oleh karena itu, sintaksis intinya adalah
struktural. Tidak satu pun elemen dari suatu struktur lahir (surface structure) berani menjadi suatu
tu- Juan. Kita terutama tidak mencari kiasme atau klimaks. Kita tidak hanya mencari genitif-genitif
subjektif atau partisipel-partisipel adverbial. Kita tidak ingin memusatkan perhatian pada studi kata
atas istilah-istilah tertentu seolah-olah makna dari keseluruhan paragraf dapat dipersempit kepada
isti lah tertentu. Melainkan kita ingin menjelaskan perkembangan pemi kiran dan makna dari
keseluruhan kalimat. Dalam komunikasi, setiap kita tidak pernah menyisihkan kata-kata atau
pernyataan-pernyataan tertentu sebagai makna keseluruhan. Kita jarang berlama-lama pada satu
bagian dari sebuah kalimat atau paragraf lalu melalaikan yang selebihnya. Sebaliknya kita ingin
makna dikomunikasikan terutama dengan seluruh ucapan sebagai suatu keutuhan.
Penyelidikan terbaru dalam teori komunikasi berurusan dengan masa- lah interferensi
informasi, yaitu aspek-aspek komunikasi yang menyembu nyikan pengalihan makna ketinibang
melancarkannya. Istilah-istilah yang ambigu atau tidak dikenal, kekeliruan-kekeliruan tata bahasa
atau agenda- agenda yang tersembunyi di dalam proses komunikasi sering kali mengham- bat
ketimbang melancarkan makna. Inilah sebabnya mengapa manusia sangat sering gagal untuk
berkomunikasi satu dengan yang lain. Mereka mendefinisikan istilah secara berbeda, tidak sengaja
(atau sengaja) menye satkan atau memang berbicara dari suatu perspektif yang sama sekali ber-
beda dari perspektif pendengar atau pembaca. Tugas eksegesis adalah me nyingkapkan kekeliruan
komunikasi suatu teks dan berusaha memulihkan makna asli yang dimaksud penulisnya. Sintaksis
memadukan berbagai as pek dari tugas hermeneutika dan memampukan kita untuk menyelidiki
lebih jauh ke dalam teks Alkitab dalam suatu usaha untuk menemukan berita dari Allah.
2. Sintaksis adalah cabang liguistik yang menyelidiki satuan- satuan kata dan satuan-satuan lain di
atas kata, hubungan satu dengan yang lainnya, serta penyusunan sehingga menjadi satuan ujaran
(Abdul Chaer).
3. Kata sintaksis (Inggris=Syintax) berasal dari Bahasa Yunani sun artinya “dengan” dan tattien
artinya “menempatkan”. Secara etimologis, istilah tersebut berarti menempatkan atau menyusun
secara bersama-sama antara kata dengan kata atau kata kelompok kata.
Terus dapat disimpulkan kedua ini melalui definisinya ialah Sintaksis merupakan istilah
yang mencakup pola-pola komposisi, tata bahasa dan semantik yang dapat menghasilkan suatu
kesimpulan yang tepat dan benar. Pola-pola komposisi menangani hubungan disetiap kalimat
dengan menyediakan dasar studi Sintaksis. Tata bahasa menangani hubungan di setiap frase dan
istilah yang menyediakan tabah kedua dari Analisis Sintaksis.
Kesalahan sintaksis ialah kekeliruan atau penyimpangan struktur frasa, klausa, atau kalimat
(Junus, 2010: 103). Kesalahan sintaksis berkaitan dengan fungsi-fungsi sintaksis dalam
bahasa, yakni predikat, subjek, objek, pelengkap, dan keterangan.