Anda di halaman 1dari 22

A.

KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Artritis Gout atau artritis pirai adalah suatu peradangan sendi sebagai
manifestasi dan akumulasi endapan kristal monosodium urat, yang terkumpul di
dalam sendi sebag akibat dari tingginya kadar asam urat di dalam darah
(hiperurisemia). (Z. Noor, 2016)
Gout Arthritis adalah penyakit sendi yang diakibatkan oleh tingginya kadar
Asam Urat dalam darah. Kadar Asam Urat yang tinggi dalam darah melebihi batas
normal yang menyebabkan penumpukan Asam Urat di dalam persendian dan
organ lainnya
Dalam tubuh, asam urat dibuat oleh pemecahan enzim pada jaringan dan purin
dari makanan. Hiperurisemia berkembang kerena ekskresi yang kurang atau
produksi yang berlebih dari asam urat. Selain diakumulasikan pada darah, asam
urat juga dikonsentrasikan pada cairan sinovial miokardium; ginjal, dan telinga.
Ketika kadar asam urat meraih kadar tertentu, mereka mengkristal, dan kristal
(tofi) akan didepositkan pada jaringan penyambung. Oleh karena kristal
didepositkan pada jaringan penyambung, gout dapat diklasifikasikan menjadi
bentuk artritis

2. Etiologi
Penyakit ini dikaitkan dengan adanya abnormalitas kadar asam urat dalam
serun darah dengan akumulasi endapan kristal monosodium urat, yang terkumpul
di dalam sendi, Keterkaitan antara gout dengan hiperurisemia yaitu adanya
produksi asam yang berlebih, menurunnya ekskresi asam urat melalui ginjal, atau
mungkin karena keduanya.
3. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik dibagi atas dua jenis yaitu artritis gout tipikal dan artritis gout:
1) Artritis Gout Tipikal
Gambaran klinik sangat khas dengan sifat-sifat sebagai berikut.
1. Beratnya serangan artritis mempunyai sifat tidak bisa berjalan, tidak dapat
memakai sepatu dan mengganggu tidur. Rasa nyeri digambarkan sebagai
excraciating mencapai puncak dalam 24 jam. Tanpa pengobatan pada
serangan permulaande sembuh dalam 3-4 hari.
2. Serangan biasanya bersifat monoartikuler dengan tanda inflamasi yang
jelas merah, bengkak, nyeri, terasa panas, dan sakit jika digerakkan.
3. Remisi sempurna antara serangan akut.
4. Hiperurisemia. Biasanya berhubungan dengan serangan artritis gout akut,
tetapi diagnosis artritis tidak harus disertai hiperurikemia. Fluktuasi asam
urat serum dapat empresipitasi serangan gout.
5. Faktor pencetus. Faktor pencetus adalah trauma sendi, alkohol, obat-
obatan dan sindakan pembedahan. Biasanya faktor-faktor ini sudah
diketahui penderita.

2) Artritis Gout Atipikal


Gambaran klinik sangat khas dengan sifat-sifat sebagai berikut
1. Artritis gout akut.
Manifestasi serangan akut memberikan gambaran yang khas dan dapat
langsung menegakkan diagnosis. Sendi yang paling sering terkena adalah
sendi metatarsophalangeal pertama (75%). Pada sendi yang terkena jelas
terlihat gejala infamasi yang lengkap.
2. Artritis gout interkritikal
Fase ini adalah fase antara dua serangan akut tanpa gejala klinik.
Walaupun tanpa gjala, kristal monosodium dapat ditemukan pada cairan
yang diaspirasi dari sendi. Kristal ini dapat ditemukan pada sel sinovia,
pada vakuola sel sinovia, dan pada vakuola sel mononuklear leukosit.(Z.
Noor, 2016)

4. Patofisiologi

Peningkatan kadar asam urat serum dapat disebabkan oleh pembentukan


berlebihan atau penurunan eksresi asam urat, ataupun keduanya. Asam urat adalah
produk akhir metabolism purin.

Secara normal, metabolism purin menjadi asam urat dapat diterangkan sebagai
berikut.

1) Jalur de novo melibatkan sintesis purin dan kemudian asam urat melalui
prekursor npurin, Substrat awalnya adalah ribosa-5-fosfat, yang diuhah
melalui serangkaian at antara menjadi nukleotida purin (asam inosinat, asam
guanilat, asam adenilat). Jalur ini dikendalikan oleh serangkaian mekanisme
yang kompleks, dan terdapat beberapa enzim yang mempercepat reaksi yaitu:
5-fosforibosilpirofosfat (PRPP) sintetase dan amidofosforibosiltransferase
(amido-PRT). Terdapat suatu mekanisme inhibisi umpan balik oleh nukleotida
purin yang terbentuk, yang fungsinya untuk mencegah pembentukan yang
berlebihan.

2) Jalur penghematan adalah jalur pembentukan nukleotida purin melalui basa


purin bebasnya, pemecahan asam nukleat, atau asupan makanan. Jalur ini tidak
melalui zat-zat perantara seperti pada jalur de novo. Basa purin bebas (adenin,
guanin, hipoxantin) berkondensasi dengan PRPP untuk membentuk prekursor
nukleotida purin dari asam urat. Reaksi ini dikatalisis oleh dua enzim:
hipoxantin guanin fosforibosiltransferase (HGPRT) dan adenin
fosforibosiltransferase (APRT).

Asam urat yang terbentuk dari hasil metabolisme purin akan difiltrasi
secara bebas oleh glomerulus dan diresorpsi di tubulus proksimal ginjal.
Sebagian kecil asam urat yang diresorpsi kemudian dickskresikan di nefron
distal dan dikeluarkan melalui urine.

Pada penyakit artritis gout, terdapat gangguan keseimbangan


metabolisme (pembentukan dan ekskresi) dari asam urat tersebut, meliputi hal-
hal berikut.

a. Penurunan ekskresi asam urat secara idiopatik.

b. Penurunan eksreksi asam urat sekunder, misalnya karena gagal ginjal.

3) Peningkatan produksi asam urat, misalnya disebabkan oleh tumor (yang


meningkatkan titular turnover) atau peningkatan sintesis purin (karena defek
enzim-enzim atau mekanisme umpan abalik inhibisi yang berperan).

4) Peningkatan asupan makanan yang mengandung purin. Peningkatan produksi


atau hambatan ekskresi akan meningkatkan kadar asam urat dalam tubuh.
Asam urat ini merupakan suatu zat yang kelarutannya sangat rendah sehingga
cenderung membentuk kristal. Penimbunan asam urat paling banyak terdapat
di sendi dalam bentuk kristal mononatrium urat. Mekanismenya hingga saat ini
masih belum diketahui.

Penimbunan kristal urat dan serangan yang berulang akan menyeba


terbentuknya endapan seperti kapur putih yang disebut tofi/tofus (rophus) d
rawan dan kapsul sendi. Pada tempat tersebut endapan akan memicu reaksi
perada granulomatosa, yang ditandai dengan massa urat amorf (kristal)
dikelilingi oleh maks limfosit, fibroblas, dan sel raksasa benda asing.
Peradangan kronis yang persisten menyebabkan fibrosis sinovium, erosi tulang
rawan, dan dapat diikuti oleh ful (ankilosis). Tofus dapat terbentuk di tempat
lain (misalnya: tendon, bursa ja lunak). Pengendapan kristal asam urat dalam
tubulus ginjal dapat mengaki penyumbatan dan nefropati gout (Z. Noor, 2016)

(Susanto, 2013)
5. Pemeriksaan Diagnosis
Untuk dapat menegakkan diagnose keperawatan dapat digunakan cara:
a) Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan cairan sinova didapatkan adanya kristal monosodium
urat intraselular
2) Pemeriksaan serum asam urat meningkat >7mg/dL
3) Urinalisis 24 jam didapatkan ekskresi >800 mg asam urat
4) Urinalisis untuk mendeteksi risiko batu asam urat
5) Pemeriksan kimia darah untuk mendeteksi fungsi ginjal, hati,
hipertrigliseridemin, tingginya LDL, dan adanya diabetes melitus
b) Pemeriksaan Radiodiagnostik
1) Radiografi untuk mendeteksi adanya klasifikasi sendi
2) Radiografi didapatkan adanya erosi pada permukaan sendi dan kapsul
sendi (Z. Noor, 2016)

6. Penatalaksanaan
Secara umum, penanganan gout artritis adalah memberikan edukasi,
pengaturan diet, istirahat sendi dan pengobatan. Pengobatan dilakukan secara dini
agar tidak terjadi kerusakan sendi ataupun komplikasi lain. Pengobatan gout
arthritis akut bertujuan menghilangkan keluhan nyeri sendi dan peradangan dengan
obat-obat, antara lain: kolkisin, obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS),
kortikosteroid atau hormon ACTH.
Obat penurun asam urat seperti alupurinol atau obat urikosurik tidak dapat
diberikan pada stadium akut. Namun, pada pasien yang secara rutin telah
mengkonsumsi obat penurun asam urat, sebaiknya tetap diberikan. Pada stadium
interkritik dan menahun, tujuan pengobatan adalah menurunkan kadar asam urat,
sampai kadar normal, guna mencegah kekambuhan. Penurunan kadar asam urat
dilakukan dengan pemberian diet rendah purin dan pemakaian obat alupurinol
bersama obat urikosurik yang lain
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
Identitas klien meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia muda).
Jenis klamin (banyak laki-laki karena sering ngebut-ngebutan dengan motor
tanpa memakai pengaman helm, Pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku
bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor registrasi, diagnosis medis.

b. Status Kesehatan Saat Ini


1) Keluhan utama
Saat dikaji biasanya penderita bronchopneumonia akan mengeluh sesak
nafas, disertai batuk ada secret tidak bisa keluar.
2) Riwayat penyakit sekarang
Penyakit bronchitis mulai dirasakan saat penderita mengalami batuk
menetap dengan produksi sputum setiap hari terutama pada saat bangun
pagi selama minimum 3 bulan berturut-turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun
produksi sputum (hijau, putih/ kuning) dan banyak sekali. Penderita
biasanya menggunakan otot bantu pernfasan, dada terlihat hiperinflasi
dengan peninggian diameter AP, bunyi nnafas krekels, warna kulit pucat
dengan sianosis bibir, dasar kuku.

c. Riwayat Kesehatan terdahulu


1) Riwayat penyakit dahulu
Biasanya penderita bronchopneumonia sebelumnya belum pernah
menderita kasus yang sama tetapi mereka mempunyai riwayat penyakit
yang dapat memicu terjadinya bronchopneumonia yaitu riwayat merokok,
terpaan polusi kima dalam jangka panjang misalnya debu/ asap.
2) Riwayat penyakit keluarga
Biasanya penyakit bronchopneumonia dalam keluarga bukan merupakan
faktor keturunan tetapi kebiasaan atau pola hidup yang tidak sehat seperti
merokok.
d. Riwayat Imunisasi
Jadwal pemberian imunisasi dasar (Smeltzer, 2011).

Tabel 2.2 Riwayat Imunisasi


Umur bayi Jenis imunisasi
0 bulan Hepatitis B (Hb) 0
1 bulan BCG,Polio 1
2 bulan DPT-HB-HiB 1, polio 2
3 bulan DPT-HB-HiB 2,polio 3
4 bulan DPT-HB-HiB 3,POLIO 4
9 bulan Campak

e. Riwayat perkembangan dan pertumbuhan


Pada tingkat perkembangan toleransi atau kemampuan memahami tindakan
mekanisme koping, pengalaman berpisah dari keluarga atau orangtua bisa
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak secara psikogolis.
1) Perkembangan
a) Anak akan merasa lemas dan tidak dapat beraktivitas seperti biasanya.
b) Anak akan merasa mudah bosan karena tidak dapat beraktivitas.
c) Anak pasti akan memiliki keinginan untuk sembuh biasanya.
2) Pertumbuhan untuk nutrisi

a) A (Antropometri) meliputi BB,TB,LILA, LD, IMT). Kecenderungan


berat badan anak akan mengalami penurunan karena anak akan
mengalami anorexia,mual,muntah.
b) B (Biochemical) meliputi data laboratorium yang abnormal menurut
(Behrman, Kliegman, & Arvin, 2012) angka sel darah putih (leukosit)
biasanya naik 15.000-40.000 sel/mm. Kadar Hb biasanya normal atau
hanya sedikit mengalami penurunan, sampel darah arteri biasanya
menunjukan hipoksia atau hiperkapnia.
c) C (Clinical) meliputi tanda-tanda klinis rambut, turgor kulit, mukosa
bibir, conjungtiva anemis atau tidak.

1) Warna kulit tampak pucat


2) Terjadi sianosis
3) Suhu anak biasanya mencapai 38-40° celcius
4) Turgor kulit menurun karena dehidrasi.
d) D (Diet) meliputi nafsu makan, jenis, frekuensi makanan yang diberikan
selama sakit. Anak bronchopneumonia biasanya mengalami anorexia
(akibat respon sistemik melalui control saraf pusat) mual, muntah karena
adanya peningkatan rangsangan gester sebagai dampak peningkatan toksik
metabolism.

f. Riwayat Psikososial
1) Persepsi dan harapan klien terhadap masalahnya
Sesuai dengan tahap perkembanganya anak akan merasa takut dan
menangis.
2) Persepsi dan harapan keluarga terhadap masalah klien
Keluarga klien untuk kesehatan dan kesembuhan pada klien.
3) Pola interasksi dan komunikasi
Klien tidak dapat berinteraksi dan berkomunikasi seperti biasanya, klien
akan merasa lemas.
4) Pola nilai dan kepercayaan klien anak biasanya akan lebih sering
menangis dan merasa lemas
5) Pengkajian konsep diri
1) Harga diri : anak biasanya akan selalu mendapat perhatian penuh dari
orangtua atau keluarga.
2) Ideal diri : anak yang mempunyai penyakit seperti akan merasa ingin
cepat sembuh dan beraktivitas kembali,
3) Identitas diri : anak adalah seorang anak yang masih dalam
perlindungan dan pengawasan orangtua maupun keluarga.
4) Gambaran diri : seorang anak akan merasa bosan saat tidak bisa
bermain dan beraktivitas seperti biasanya.
5) Peran diri : klien adalah seorang anak yang masih dalam perlindungan
orangtua atau keluarga
g. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Keadaan umum klien adalah keadaan yang paling umum terjadi pada klien
yang meliputi keadaan klien baik,lemah,atau sedang.

2) Tanda –tanda vital ( TTV) yang meliputi : tekanan darah, nadi, dengan suhu
39-40 derajat celcius, respirasi.

3) Pemeriksaan Fisik
a) Pemeriksaan mata
Inspeksi : pada anak mata anak terlihat lebih cowong karena adanya
penurunan berat badan.
Palpasi : palpasi pada daerah mata untuk meraba apakah ada
benjolan atau nyeri tekan pada anak.

b) Pemeriksaan Hidung
Inspeksi : pada anak bronchopneumonia akan terlihat ada sianosis
pada area hidung, dan adanya pernafasan cuping hidung.
Palpasi : palpasi dilakukan untuk memastikan ada tidaknya oedema
dan nyeri tekan pada daerah hidung.

c) Pemeriksaan Mulut
Inspeksi : pada daerah mulut akan terlihat adanya sianosis, terlihat
lebih pucat,mukosa bibir yang tampak kering.
Palpasi : ada tidaknya oedema atau nyeri teka pada area mulut.

d) Pemeriksaan thorak
Inspeksi : melihat bentuk thorak normal atau tidak.
Palpasi : memastikan tidak ada nyeri tekan pada thorak.

e) Pemeriksaan paru
Inspeksi : retraksi dada, anak akan terlihat sulit bernafas.
Palpasi : ada atau tidaknya nyeri tekan
Perkusi : redup pada daerah yang terjadi konsolidasi, adanya
sputum.
Auskultasi : terdengar wheezing atau ronchi, takipnea,batuk
produktif
f) Pemeriksaan jantung
Pada pemeriksaan jantung klien bronchopneumonia akan terjadi
takikardi, irritability.

g) Pemeriksaan abdomen
inspeksi : bentuk abdomen simetris atau tidak, ada lesi atau tidak
pada area abdomen.
Auskultasi : auskultasi dilakukan untuk mengetahui bising usus.
Palpasi : ada atau tidaknya nyeri tekan pada abdomen.
Perkusi : suara normal timpani

h) Pemeriksaan integumen
Inspeksi : untuk mengetahui warna kulit, membrane mukosa kering,
adanya sianosis, tampak pucat.
Palpasi : akral hangat, ada atau tidaknya nyeri tekan.

i) Pemeriksaan ekstermitas
Pada klien bronchopneumonia terjadi penurunan tonus otot, merasa
lemah.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif
Definisi : ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan napas
untuk mempertahankan jalan napas tetap paten.

Penyebab :
Fisiologis

1) Spasme jalan napas


2) Hipersekresi jalan napas
3) Disfungsi neuromuskuler
4) Benda asing dalam jalan napas
5) Adanya jalan napas buatan
6) Sekresi yang tertahan
7) Hiperplasia dinding jalan napas
8) Proses infeksi
9) Respon alergi
10) Efek agen farmakologis

Situasional

1) Merokok aktif
2) Merokok Pasif
3) Terpajan polutan

Gejala dan tanda mayor

Subjektif
(Tidak tersedia)
Objektif
1) Batuk tidk efektif
2) Tidak mampu batuk
3) Sputum berlebih
4) Mengi, wheezing dan ronkhi kering
5) Mekonium dan jalan napas
b. Gangguan Pertukaran Gas
Definisi : Kelebihan atau kekurangan oksigenasi dan/atau eleminasi
karbondioksida pada membran alveolar – kapiler.

Penyebab :
1) Ketidak seimbangan ventilasi – perfusi
2) Perubahan membran alveolus – kapiler

Gejala dan tanda mayor :


Subyektif
1) Dispnea
Objektif
1) PCO2 meningkat/menurun
2) PO2 menurun
3) Takikardia
4) pH arteri meningkat/menurun
5) Bunyi napas tambahan

Gejala dan Tanda Mayor


Subyektif
1) Pusing
2) Penglihatan Kabur

Objektif
1) Sianosis
2) Diaforesis
3) Gelisah
4) Napas cuping hidung
5) Pola napas abnormal (cepat/lambat, regular/ireguler, dalam/dangkal)
6) Warna kulit abnormal (mis. Pucat, kebiruan)
7) Kesadaran menurun
Kondisi Klinis Terkait
1) Penyakit paru obstruksi kronis (PPOK)
2) Gagal jantung kongestif
3) Asma
4) Pneumonia
5) Tuberculosis paru
6) Penyakit membran hialin
7) Asfiksia
8) Persistent pulmonary hypertension of newborn (PPHN)
9) Prematuritas
10) Infeksi saluran nafas. (PPNI, 2016, hal. 22).

b. Hipertermi
Definisi
Suhu tubuh meningkat di atas rentang normal tubuh

Penyebab
1) Dehidrasi
2) Terpapar lingkungan panas
3) Proses penyakit (mis. infeksi, kanker)
4) Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan
5) Peningkatan laju metabolisme
6) Respon trauma
7) Aktivitas berlebihan
8) Penggunaan inkubator

Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
1) Suhu tubuh diatas nilai normal

Gejala dan Tanda Minor


Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
1) Kulit merah
2) Kejang
3) Takikardi
4) Takipnea
5) Kulit terasa hangat

Kondisi Klinis Terkait


1) Proses infeksi
2) Hipertiroid
3) Stroke
4) Dehidrasi
5) Trauma
6) Prematuritas (PPNI, 2017, hal. 284)

c. Defisit Nutrisi
Definisi
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme

Penyebab
1) Ketidakmampuan menelan makanan
2) Ketidakmampuan mencerna makanan
3) Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
4) Peningkatan kebutuhan metabolisme
5) Faktor ekonomi (misalnya finansialtidak mencukupi)
6) Faktor psikologis (misalnya stress, keengganan untuk makan)

Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
1) Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
1) Cepat kenyang setelah makan
2) Kram/nyeri abdomen
3) Nafsu makan menurun
Objektif
1) Bising usus hiperaktif
2) Otot pengunyah lemah
3) Otot menelan lemah
4) Membran mukosa pucat
5) Sariawan
6) Serum albumin turun
7) Rambut rontok berlebihan
8) Diare

Kondisi Klinis Terkait


1) Stroke
2) Cerebral palsy
3) Cleft lip
4) Cleft palate
5) Amytropic lateral sclerosis
6) Kerusakan neuomuskular
7) Luka bakar
8) Kanker
9) Infeksi
10) AIDS
11) Enterokolitis
12) Fibrous kistik. (PPNI, 2016, hal. 56)

d. Intoleran Aktivitas (PPNI T. P., 2016, p. 128)


Definisi : ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Penyebab : Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, Tirah
baring, Klemahan, Imobilitas, Gay hidup monoton

Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif
1) Mengeluh lelah
Objektif
1) Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat

Gejala dan Tanda Minor


Subjektif
1) Dispnea saat/setelah aktivitas, Merasa lemah
Objektif
1) Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat, Gambaran EKG
menunjukkan aritmia saat/setelah aktivitas, Gambaran EKG menunjukkan
iskemia, Sianosis

Kondisi Klinis Terkait


1) Anemia
2) Gagal jantung kongestif
3) Penyakit jantung coroner
4) Penyakit katup jantung.
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi (SIKI)
(SDKI) Hasil (SLKI)
Bersihan jalan napas tidak Setelah dilakukan Manajemen jalan napas
efektif tindakan keperawatan Observasi :
diharapkan bersihan  Monitor bunyi napas
jalan napas meningkat tambahan (gurgling,
kriteria hasil : wheezing, ronchi)
1. produsksi sputum  Monitor sputum (jumlah,
menurun warna, aroma)
2. mengi menurun Teraupetik
3. wheezing menurun  Posisikan semi fowler atau
4. dispnea menurun fowler
5. gelisah menurun  Berikan minum hangat
6. frekuensi napas  Lakukan fisioterapi dada,
membaik jika perlu
 Lakukan penghispaan lendir
kurang dari 15 detik
 Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
 Anjurkan asupan airan 2000
ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
 Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik jika perlu
Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan Pemantauan respirasi
tindakan keperawatan, Observasi :
diharapkan pertukaran  Monitor frekuensi, irama,
gas membaik kedalaman dan upaya napas
Kriteria hasil :  Monitor pola napas
1. Dispnea menurun (bradipnea, takipnea, dll)
2. Bunyi napas  Monitor adanya produksi
tambahan menurun sputum
3. PCO2 membaik  Monitor adanya sumbatan
4. PO2 membaik jalan napas
5. Takikardi  Monitor kesimetrisan
membaik ekspensi paru
6. Ph Arteri membaik  Auskultasi bunyi napas
 Monitor saturasi oksigen
Teraupetik
 Atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi
pasien
 Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
 Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
Defisit nutrisi Tujuan : Manajemen nutrisi
Setelah dilakukan Observasi :
tindakan keperawatan  Identifikasi status nutrisi
diharapkan status  Identifikasi alergi dan
nutrisi membaik intoleransi makanan
Kriteria Hasil :  Identifikasi perlunya
1. Porsi makan yang penggunaan selang
dihabiskan nasogastrik
meningkat  Monitor asupan makanan
2. Berat badan atau  Monitor berat badan
IMT membaik
Teraupetik
3. Frekuensi makan
 Lakukan oral hygiene
membaik
4. Nafsu makan sebelum makan, jika perlu
membaik  Sajian makanan secara
5. Perasaan cepat menarik dan suhu yang
kenyang menurun sesuai
 Hentikan pemberian
makanan melalui selang
nasogastrik jika asupan oral
dapat ditoleransi
Edukasi
 Anjuran posisi duduk jika
mampu
Hipertemia Setelah dilakukan Manajemen Hipertermia
tindakan keperawatan, Observasi
diharapkan  Identifikasi penyebab
termoregulasi pasien hipertermia
membaik  Monitor suhu tubuh
Kriteria hasil :  Monitor kadar elektrolit
1. Menggigil menurun  Monitor keluaran urine
2. Suhu tubuh  Monitor komplikasi akibat
membaik
hipertermia
3. Suhu kulit
Terapautik
membaik
 Sediakan lingkungan yang
dingin
 Longgarkan atau lepaskan
pakaian
 Basahi dan kipasi permukaan
tubuh
 Berikan cairan oral
 Ganti linen setiap hari atau
lebih sering jika mengalami
hiperhidrosis (keringat
berlebih)
 Hindari pembrian antipiretik
atau aspirin
 Berikan oksigen, bila perlu
Edukasi
 Anjurkan klien untuk tirah
baring
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian cairan
dan elektrolit intravena
Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Pemantauan elektrolit
tindakan keperawatan, Observasi
diharapkan aktivitas  Identifikasi gangguan fungsi
sehari-hari pasien tubuh yang mengakibatkan
membaik kelelahan
Kriteria hasil :  Monitor kelelahan fisik dan
1. Frekuensi nadi emosional
meningkat Teraupetik
2. Tidak mengeluh  Sediakan lingkungan rendah
lelah stimulus
3. Tidak merasa  Berikan aktivitas distraksi
lemah yang menenangkan
4. Tidak terjadi Edukasi
dispnea saat  Anjurkan tirah baring
aktivitas maupun  Anjurkan menghubungi
setelah beraktivitas perawat jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang
Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan
4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah melaksanakan tindakan keperawatan
berdasarkan asuhan keperawatan yang telah disusun. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam melaksanakan tindakan keperawatan yaitu mengamati keadaan
bio-psiko-sosio-spiritual pasien, sesuai dengan waktu yang telah ditentukan,
mencuci tangan sebelum dan sesudah melaksanakan kegiatan atau tindakan,
menerapkan etika keperawatan serta mengutamakan kenyamanan dan keselamatan
pasien. Kegiatan yang dilakukan meliputi, melihat data dasar, mempelajari
rencana, menyesuaikan rencana, menentukan kebutuhan bantuan, melaksanakan
tindakan keperawatan sesuai rencana yang telah disusun, analisa umpan balik,
mengkomunikasikan hasil asuhan keperawatan.

5. Evaluasi
Evaluasi adalah mengkaji respon pasien terhadap standart atau kriteria yang
ditentukan oleh tujuan yang ingin dicapai. Penulisan pada tahap evaluasi proses
keperawatan yaitu terdapat jam melakukan tindakan, data perkembangan pasien
yang mengacu pada tujuan, keputusan apakah tujuan tercapai atau tidak, serta ada
tanda atau paraf. Kegiatan yang dilakukan meliputi menggunakan standart
keperawatan yang tepat, mengumpulkan dan mengorganisasi data,
membandingkan dengan kriteria dan menyimpulkan hasil yang kemudian ditulis
dalam daftar masalah.
DAFTAR PUSTAKA
Susanto, T. (2013). Asam Urat Deteksi, Pencegahan, Pengobatan. Medika Salemba.

Z. Noor. (2016). Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal (p. Lestari (ed.); Edisi 2). Salemba
Medika.

Anda mungkin juga menyukai