Gout Arthritis Fix
Gout Arthritis Fix
KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Artritis Gout atau artritis pirai adalah suatu peradangan sendi sebagai
manifestasi dan akumulasi endapan kristal monosodium urat, yang terkumpul di
dalam sendi sebag akibat dari tingginya kadar asam urat di dalam darah
(hiperurisemia). (Z. Noor, 2016)
Gout Arthritis adalah penyakit sendi yang diakibatkan oleh tingginya kadar
Asam Urat dalam darah. Kadar Asam Urat yang tinggi dalam darah melebihi batas
normal yang menyebabkan penumpukan Asam Urat di dalam persendian dan
organ lainnya
Dalam tubuh, asam urat dibuat oleh pemecahan enzim pada jaringan dan purin
dari makanan. Hiperurisemia berkembang kerena ekskresi yang kurang atau
produksi yang berlebih dari asam urat. Selain diakumulasikan pada darah, asam
urat juga dikonsentrasikan pada cairan sinovial miokardium; ginjal, dan telinga.
Ketika kadar asam urat meraih kadar tertentu, mereka mengkristal, dan kristal
(tofi) akan didepositkan pada jaringan penyambung. Oleh karena kristal
didepositkan pada jaringan penyambung, gout dapat diklasifikasikan menjadi
bentuk artritis
2. Etiologi
Penyakit ini dikaitkan dengan adanya abnormalitas kadar asam urat dalam
serun darah dengan akumulasi endapan kristal monosodium urat, yang terkumpul
di dalam sendi, Keterkaitan antara gout dengan hiperurisemia yaitu adanya
produksi asam yang berlebih, menurunnya ekskresi asam urat melalui ginjal, atau
mungkin karena keduanya.
3. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik dibagi atas dua jenis yaitu artritis gout tipikal dan artritis gout:
1) Artritis Gout Tipikal
Gambaran klinik sangat khas dengan sifat-sifat sebagai berikut.
1. Beratnya serangan artritis mempunyai sifat tidak bisa berjalan, tidak dapat
memakai sepatu dan mengganggu tidur. Rasa nyeri digambarkan sebagai
excraciating mencapai puncak dalam 24 jam. Tanpa pengobatan pada
serangan permulaande sembuh dalam 3-4 hari.
2. Serangan biasanya bersifat monoartikuler dengan tanda inflamasi yang
jelas merah, bengkak, nyeri, terasa panas, dan sakit jika digerakkan.
3. Remisi sempurna antara serangan akut.
4. Hiperurisemia. Biasanya berhubungan dengan serangan artritis gout akut,
tetapi diagnosis artritis tidak harus disertai hiperurikemia. Fluktuasi asam
urat serum dapat empresipitasi serangan gout.
5. Faktor pencetus. Faktor pencetus adalah trauma sendi, alkohol, obat-
obatan dan sindakan pembedahan. Biasanya faktor-faktor ini sudah
diketahui penderita.
4. Patofisiologi
Secara normal, metabolism purin menjadi asam urat dapat diterangkan sebagai
berikut.
1) Jalur de novo melibatkan sintesis purin dan kemudian asam urat melalui
prekursor npurin, Substrat awalnya adalah ribosa-5-fosfat, yang diuhah
melalui serangkaian at antara menjadi nukleotida purin (asam inosinat, asam
guanilat, asam adenilat). Jalur ini dikendalikan oleh serangkaian mekanisme
yang kompleks, dan terdapat beberapa enzim yang mempercepat reaksi yaitu:
5-fosforibosilpirofosfat (PRPP) sintetase dan amidofosforibosiltransferase
(amido-PRT). Terdapat suatu mekanisme inhibisi umpan balik oleh nukleotida
purin yang terbentuk, yang fungsinya untuk mencegah pembentukan yang
berlebihan.
Asam urat yang terbentuk dari hasil metabolisme purin akan difiltrasi
secara bebas oleh glomerulus dan diresorpsi di tubulus proksimal ginjal.
Sebagian kecil asam urat yang diresorpsi kemudian dickskresikan di nefron
distal dan dikeluarkan melalui urine.
(Susanto, 2013)
5. Pemeriksaan Diagnosis
Untuk dapat menegakkan diagnose keperawatan dapat digunakan cara:
a) Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan cairan sinova didapatkan adanya kristal monosodium
urat intraselular
2) Pemeriksaan serum asam urat meningkat >7mg/dL
3) Urinalisis 24 jam didapatkan ekskresi >800 mg asam urat
4) Urinalisis untuk mendeteksi risiko batu asam urat
5) Pemeriksan kimia darah untuk mendeteksi fungsi ginjal, hati,
hipertrigliseridemin, tingginya LDL, dan adanya diabetes melitus
b) Pemeriksaan Radiodiagnostik
1) Radiografi untuk mendeteksi adanya klasifikasi sendi
2) Radiografi didapatkan adanya erosi pada permukaan sendi dan kapsul
sendi (Z. Noor, 2016)
6. Penatalaksanaan
Secara umum, penanganan gout artritis adalah memberikan edukasi,
pengaturan diet, istirahat sendi dan pengobatan. Pengobatan dilakukan secara dini
agar tidak terjadi kerusakan sendi ataupun komplikasi lain. Pengobatan gout
arthritis akut bertujuan menghilangkan keluhan nyeri sendi dan peradangan dengan
obat-obat, antara lain: kolkisin, obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS),
kortikosteroid atau hormon ACTH.
Obat penurun asam urat seperti alupurinol atau obat urikosurik tidak dapat
diberikan pada stadium akut. Namun, pada pasien yang secara rutin telah
mengkonsumsi obat penurun asam urat, sebaiknya tetap diberikan. Pada stadium
interkritik dan menahun, tujuan pengobatan adalah menurunkan kadar asam urat,
sampai kadar normal, guna mencegah kekambuhan. Penurunan kadar asam urat
dilakukan dengan pemberian diet rendah purin dan pemakaian obat alupurinol
bersama obat urikosurik yang lain
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
Identitas klien meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia muda).
Jenis klamin (banyak laki-laki karena sering ngebut-ngebutan dengan motor
tanpa memakai pengaman helm, Pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku
bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor registrasi, diagnosis medis.
f. Riwayat Psikososial
1) Persepsi dan harapan klien terhadap masalahnya
Sesuai dengan tahap perkembanganya anak akan merasa takut dan
menangis.
2) Persepsi dan harapan keluarga terhadap masalah klien
Keluarga klien untuk kesehatan dan kesembuhan pada klien.
3) Pola interasksi dan komunikasi
Klien tidak dapat berinteraksi dan berkomunikasi seperti biasanya, klien
akan merasa lemas.
4) Pola nilai dan kepercayaan klien anak biasanya akan lebih sering
menangis dan merasa lemas
5) Pengkajian konsep diri
1) Harga diri : anak biasanya akan selalu mendapat perhatian penuh dari
orangtua atau keluarga.
2) Ideal diri : anak yang mempunyai penyakit seperti akan merasa ingin
cepat sembuh dan beraktivitas kembali,
3) Identitas diri : anak adalah seorang anak yang masih dalam
perlindungan dan pengawasan orangtua maupun keluarga.
4) Gambaran diri : seorang anak akan merasa bosan saat tidak bisa
bermain dan beraktivitas seperti biasanya.
5) Peran diri : klien adalah seorang anak yang masih dalam perlindungan
orangtua atau keluarga
g. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Keadaan umum klien adalah keadaan yang paling umum terjadi pada klien
yang meliputi keadaan klien baik,lemah,atau sedang.
2) Tanda –tanda vital ( TTV) yang meliputi : tekanan darah, nadi, dengan suhu
39-40 derajat celcius, respirasi.
3) Pemeriksaan Fisik
a) Pemeriksaan mata
Inspeksi : pada anak mata anak terlihat lebih cowong karena adanya
penurunan berat badan.
Palpasi : palpasi pada daerah mata untuk meraba apakah ada
benjolan atau nyeri tekan pada anak.
b) Pemeriksaan Hidung
Inspeksi : pada anak bronchopneumonia akan terlihat ada sianosis
pada area hidung, dan adanya pernafasan cuping hidung.
Palpasi : palpasi dilakukan untuk memastikan ada tidaknya oedema
dan nyeri tekan pada daerah hidung.
c) Pemeriksaan Mulut
Inspeksi : pada daerah mulut akan terlihat adanya sianosis, terlihat
lebih pucat,mukosa bibir yang tampak kering.
Palpasi : ada tidaknya oedema atau nyeri teka pada area mulut.
d) Pemeriksaan thorak
Inspeksi : melihat bentuk thorak normal atau tidak.
Palpasi : memastikan tidak ada nyeri tekan pada thorak.
e) Pemeriksaan paru
Inspeksi : retraksi dada, anak akan terlihat sulit bernafas.
Palpasi : ada atau tidaknya nyeri tekan
Perkusi : redup pada daerah yang terjadi konsolidasi, adanya
sputum.
Auskultasi : terdengar wheezing atau ronchi, takipnea,batuk
produktif
f) Pemeriksaan jantung
Pada pemeriksaan jantung klien bronchopneumonia akan terjadi
takikardi, irritability.
g) Pemeriksaan abdomen
inspeksi : bentuk abdomen simetris atau tidak, ada lesi atau tidak
pada area abdomen.
Auskultasi : auskultasi dilakukan untuk mengetahui bising usus.
Palpasi : ada atau tidaknya nyeri tekan pada abdomen.
Perkusi : suara normal timpani
h) Pemeriksaan integumen
Inspeksi : untuk mengetahui warna kulit, membrane mukosa kering,
adanya sianosis, tampak pucat.
Palpasi : akral hangat, ada atau tidaknya nyeri tekan.
i) Pemeriksaan ekstermitas
Pada klien bronchopneumonia terjadi penurunan tonus otot, merasa
lemah.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif
Definisi : ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan napas
untuk mempertahankan jalan napas tetap paten.
Penyebab :
Fisiologis
Situasional
1) Merokok aktif
2) Merokok Pasif
3) Terpajan polutan
Subjektif
(Tidak tersedia)
Objektif
1) Batuk tidk efektif
2) Tidak mampu batuk
3) Sputum berlebih
4) Mengi, wheezing dan ronkhi kering
5) Mekonium dan jalan napas
b. Gangguan Pertukaran Gas
Definisi : Kelebihan atau kekurangan oksigenasi dan/atau eleminasi
karbondioksida pada membran alveolar – kapiler.
Penyebab :
1) Ketidak seimbangan ventilasi – perfusi
2) Perubahan membran alveolus – kapiler
Objektif
1) Sianosis
2) Diaforesis
3) Gelisah
4) Napas cuping hidung
5) Pola napas abnormal (cepat/lambat, regular/ireguler, dalam/dangkal)
6) Warna kulit abnormal (mis. Pucat, kebiruan)
7) Kesadaran menurun
Kondisi Klinis Terkait
1) Penyakit paru obstruksi kronis (PPOK)
2) Gagal jantung kongestif
3) Asma
4) Pneumonia
5) Tuberculosis paru
6) Penyakit membran hialin
7) Asfiksia
8) Persistent pulmonary hypertension of newborn (PPHN)
9) Prematuritas
10) Infeksi saluran nafas. (PPNI, 2016, hal. 22).
b. Hipertermi
Definisi
Suhu tubuh meningkat di atas rentang normal tubuh
Penyebab
1) Dehidrasi
2) Terpapar lingkungan panas
3) Proses penyakit (mis. infeksi, kanker)
4) Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan
5) Peningkatan laju metabolisme
6) Respon trauma
7) Aktivitas berlebihan
8) Penggunaan inkubator
c. Defisit Nutrisi
Definisi
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
Penyebab
1) Ketidakmampuan menelan makanan
2) Ketidakmampuan mencerna makanan
3) Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
4) Peningkatan kebutuhan metabolisme
5) Faktor ekonomi (misalnya finansialtidak mencukupi)
6) Faktor psikologis (misalnya stress, keengganan untuk makan)
5. Evaluasi
Evaluasi adalah mengkaji respon pasien terhadap standart atau kriteria yang
ditentukan oleh tujuan yang ingin dicapai. Penulisan pada tahap evaluasi proses
keperawatan yaitu terdapat jam melakukan tindakan, data perkembangan pasien
yang mengacu pada tujuan, keputusan apakah tujuan tercapai atau tidak, serta ada
tanda atau paraf. Kegiatan yang dilakukan meliputi menggunakan standart
keperawatan yang tepat, mengumpulkan dan mengorganisasi data,
membandingkan dengan kriteria dan menyimpulkan hasil yang kemudian ditulis
dalam daftar masalah.
DAFTAR PUSTAKA
Susanto, T. (2013). Asam Urat Deteksi, Pencegahan, Pengobatan. Medika Salemba.
Z. Noor. (2016). Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal (p. Lestari (ed.); Edisi 2). Salemba
Medika.