Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PROGRAM KELUARGA BERENCANA


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Maternitas
DOSEN PENGAJAR : NS. CICI PRATIWI M.KES

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2 :


 ANDINI JUNAID (2022045)
 GINA RAODATUL JANNAH (2022054)
 ISMA NURLAELI ANWAR (2022058)
 MEGAWATI (2022061)
 NURLENA (20220
 RINDI A RAHIM (2022071)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


AKPER SAWERIGADING PEMDA LUWU
JL. K.H.MUH RAZAK, PALOPO
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Alhamdullilah penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang


MahaEsa, karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan
pengetahuansehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya.
Terima kasih juga penulis ucapkan ucapkan kepada teman-teman yang
telah berkontribusi denganmemberikan ide-ide sehingga makalah ini bisa disusun
dengan baik dan rapi.
Penulis berharap semoga makalah ini bisa menambah
pengetahuan
para pembaca. Namun terlepas dari itu, penulis memahami bahwa makalah ini ma
sih jauh dari kata sempurna, sehingga penulis sangat mengharapkan kritik serta
saranyang bersifat membangun demi tercapainya makalah selanjutnya yang lebih
baik lagi
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................
DAFTAR ISI.....................................................................................................
BAB I PAHULUANAN
A. Latar Belakang.........................................................................
...............
B. Pokok – Pokok Materi...............................................................
..............
C. Tujuan Umum...........................................................................
..............
D. Tujuan Khusus..........................................................................
..............
BAB II PEMBAHASANA
A. Pengertian KB
.................................................................................................................................
B. Manfaat KB
.................................................................................................................................
C. Metode Keluarga Berencana Sederhana
.................................................................................................................................
D. Sejarah KB di Indonesia
.................................................................................................................................
E. F a k t o r - f a k t o r y a n g M e m p e n g a r u h i P e r k e m b a n g a n K B d i
I n d o n e s i a .............................................................................................................
F. Organisasi – organisasi KB di Indonesia
.................................................................................................................................
G. R E N C A N A S T R A T E G I S P K B I 2 0 1 0 - 2 0 2 0 .
.................................................................................................................................
H. BKKBN
.................................................................................................................................
BAB IIIPENUTUP
A. Kesimpulan
.................................................................................................................................
B. Saran
.................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan
kesehatan preventif yang paling dasar dan utama bagi wanita, meskipun
tidak selalu diakui demikian. Peningkatan dan peluasan pelayanan
keluarga berencana merupakan salah satu usaha untuk menurunkan angka
kesakitan dan kematian ibu yang sedemikian tinggi akibat kehamilan yang
dialami oleh wanita. Banyak wanita yang harus menentukan pilihan
kontrasepsi yang sulit, tidak hanya karena terbatasnya jumlah metode yang
tersedia tetapi juga karena terbatasnya jumlah metode-metode tertentu
mungkin tidak dapat diterima sehubungan dengan kebijakan nasional KB,
kesehatan individual dan seksualitas wanita atau biaya untuk memperoleh
kontrasepsi.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana sejarah adanya program KB di Indonesia?

2. Bagaimana peran pemerintah dan masyarakat dalam program KB?

3. Bagaimana gambaran program KB di Indonesia?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui sejarah dan pengertian KB


2. Untuk mengetahui peran dari pemerintah dan masyarakat dalam
pelaksanaan program KB
3. Untuk mengetahui gambaran pelaksanaan program KB di Indonesia
BAB II PEMBAHASAN

A. Sejarah Dan Pengertian Keluarga Berencana

1. Sejarah singkat dan pengertian KB


Pelopor gerakan Keluarga Berencana di Indonesia adalah Perkumpulan Keluarga
Berencana Indonesia atau PKBI yang didirikan di Jakarta tanggal 23 Desember
1957 dan diikuti sebagai badan hukum oleh Depkes tahun 1967 yang bergerak
secara silent operation. Dalam rangka membantu masyarakat yang memerlukan
bantuan secara sukarela, usaha Keluarga Berencana terus meningkat terutama
setelah pidato pemimpin negara pada tanggal 16 Agustus 1967 dimana gerakan
Keluarga Berencana di Indonesia memasuki era peralihan jika selama orde lama
program gerakan Keluarga Berencana dilakukan oleh sekelompok tenaga sukarela
yang beroperasi secara diam-diam karena pimpinan negara pada waktu itu anti
kepada Keluarga Berencana maka dalam masa orde baru gerakan Keluarga
Berencana diakui dan dimasukkan dalam program pemerintah. Struktur organisasi
program gerakan Keluarga Berencana juga mengalami perubahan tanggal 17
Oktober 1968 didirikanlah LKBN yaitu Lembaga Keluarga Berencana Nasional
sebagai semi Pemerintah, kemudian pada tahun 1970 lembaga ini diganti menjadi
BKKBN atau Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional yang merupakan
badan resmi pemerintah dan departemen dan bertanggung jawab penuh terhadap
pelaksanaan program Keluarga Berencana di Indonesia.
Keluarga berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan
jumlah anak dan jarak kehamilan dengan memakai alat kontrasepsi. Keluarga
Berencana yaitu membatasi jumlah anak dimana dalam satu keluarga hanya
diperbolehkan memiliki dua atau tiga anak saja. Keluarga berencana yang
diperbolehkan adalah suatu usaha pengaturan atau penjarangan kelahiran atau
usaha pencegahan kehamilan sementara atas kesepakatan suami istri karena situasi
dan kondisi tertentu untuk kepentingan keluarga, masyarakat, maupun negara.
Dengan demikian KB disini mempunyai arti yang sama dengan pengaturan
keturunan. Penggunaan istilah keluarga berencana juga sama artinya dengan
istilah yang umum dipakai di dunia internasional yakni family planning atau
planned parenthood, sepert yang digunakan oleh International Planned Parenthood
Federation (IPPF) nama sebuah organisasi KB internasional yang berkedudukan
di London. KB juga berarti suatu tindakan perencanaan pasangan suami istri
untuk mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur interval kelahiran dan
menentukan jumlah anak sesuai dengan kemampuan serta sesuai dengan situasi
masyarakat dan negara. Dengan demikian KB berbeda dengan birth control yang
artinya pembatasn atau penghapusan kelahiran. Istilah birth control dapat
berkonotasi negatif karena bisa berarti aborsi atau sterilisasi (pemandulan).
Perencanaan keluarga merujuk kepada pengguanaan metode-metode kontrasepsi
oleh suami istri atas persetujuan bersama diantara mereka, untuk mengatur
kesuburan mereka dengan tujuan untuk menghindari kesulitan kesehatan,
kemasyarakatan dan ekonomi dan untuk memungkinkan mereka memikul
tanggung jawab terhadap anak-anaknya dan masyarakat. Ini meliputi hal-hal
sebagai berikut:
a) Menjarangkan anak untuk memungkinkan penyususan daan penjagaan
kesehatan ibu dan anak
b) Pengaturan masa hamil agar terjadi pada waktu yag aman
c) Mengatur jumlah anak, bukan saja untuk keperluan keluarga malainkan juga
untuk kemampuan fisik, financial, pendidikan dan pemeliharaan anak

2. Kelebihan KB
Kelebihan dari program KB disini antara lain sebagai
berikut :

 Mengatur angka kelahiran dan jumlah anak dalam


keluarga serta membantu pemerintah mengurangi
resiko ledakan penduduk atau baby boomer
 Penggunaan kondom akan membantu mengurangi
resiko penyebaran penyakit menular melalui hubungan
seks
 Meningkatkan tingkat kesehatan masyarakat. Sebab,
anggaran keuangan keluarga akhirnya bisa digunakan
untuk membeli makanan yang lebih berkualitas dan
bergizi
 Menjaga kesehatan ibu dengan cara pengaturan waktu
kelahiran dan juga menghindarkan kehamilan dalam
waktu yang singkat.
 Mengkonsumsi pil kontrasepsi dapat mencegah
terjadinya kanker uterus dan ovarium. Bahkan dengan
perencanaan kehamilan yang aman, sehat dan
diinginkan merupakan salah satu faktor penting dalam
upaya menurunkan angka kematian maternal.

Ini berarti program tersebut dapat memberikan


keuntungan ekonomi dan kesehatan Keluarga
Berencana memberikan keuntungan ekonomi pada
pasangan suami istri, keluarga dan masyarakat
Dengan demikian, program KB menjadi salah satu
program pokok dalam meningkatkan status kesehatan
dan kelangsungan hidup ibu, bayi, dan anak. Program
KB menentukan kualitas keluarga, karena program ini
dapat menyelamatkan kehidupan perempuan serta
meningkatkan status kesehatan ibu terutama dalam
mencegah kehamilan tak diinginkan, menjarangkan
jarak kelahiran mengurangi risiko kematian bayi.
Selain memberi keuntungan ekonomi pada pasangan
suami istri, keluarga dan masyarakat, KB juga
membantu remaja mangambil keputusan untuk
memilih kehidupan yang lebih balk dengan
merencanakan proses reproduksinya.

B. Peran Pemerintah Dan Masyarakat Dalam Program KB

1. Peran Pemerintah
Usaha pemerintah dalam menghadapi kependudukan salah
satunya adalah keluarga berencana. Visi program keluarga
berencana nasional telah di ubah mewujudkan keluarga
yang berkualitas tahun 2015. Keluarga yang berkualitas
adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri,
memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan,
bertanggung jawab, harmonis (Saifudin, 2003). Program
Keluarga Berencana Nasional merupakan salah satu
program dalam rangka menekan laju pertumbuhan
penduduk. Salah satu pokok dalam program Keluarga
Berencana Nasional adalah menghimpun dan mengajak
segenap potensi masyarakat untuk berpartisipasi aktif
dalam melembagakan dan membudayakan Norma Keluarga
Kecil Bahagia Sejahtera dalam rangka meningkatkan mutu
sumber daya manusia Indonesia. Cara yang digunakan
untuk mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia
Sejahtera yaitu mengatur jarak kelahiran anak dengan
menggunakan alat kontrasepi (Wiknjosastro, 2005).
Macam-macam metode kontrasepsi adalah intra uterine
devices (IUD), implant, suntik, kondom, metode operatif
untuk wanita (tubektomi), metode operatif untuk pria
(vasektomi), dan kontrasepsi pil (Saifudin, 2003).Kurangnya
peran pemerintah dalam menggalakkan program KB
mengakibatkan tingginya pertambahan pendudukan yang
akan meningkatnya tingginya pertambahan penduduk yang
akan menyebabkan meningkatnya kebutuhan pelayanan
kesehatan, pendidikan, lapangan pekerjaan yang cukup,
berdampak pada naiknya angka pengangguran dan
kemiskinan (Herlianto, 2008). Cara yang baik dalam
pemilihan alat kontrasepsi yaitu ibu mencari informasi
terlebih dahulu tentang cara-cara KB berdasarkan informasi
yang lengkap, akurat dan benar. Untuk itu dalam
memutuskan suatu cara konstrasepsi sebaiknya
mempertimbangkan penggunaan kontrasepsi yang rasional,
efektif dan efisien.
KB merupakan program yang berfungsi bagi pasangan untuk
menunda kelahiran anak pertama (post poning),
menjarangkan anak (spacing) atau membatasi (limiting)
jumlah anak yang diinginkan sesuai dengan keamanan
medis serta kemungkinan kembalinya fase kesuburan
(ferundity) ( Sheilla, 2000 ). Penyuluhan kesehatan
merupakan aspek penting dalam pelayanan keluarga
berencana dan kesehatan reproduksi karena selain
membantu klien untuk memilih dan memutuskan jenis
kontrasepsi yang akan digunakan sesuai pilihannya, juga
membantu klien dalam menggunakan kontrasepsinya lebih
lama sehingga klien lebih puas dan pada akhirnya dapat
meningkatkan keberhasilan program KB. Penyuluhan
kesehatan tidak hanya memberikan suatu informasi, namun
juga memberikan keahlian dan kepercayaan diri yang
berguna untuk meningkatkan kesehatan (Efendy, 2003).
Dengan kesadaran karena adanya informasi tentang
berbagai macam alat kontrasepsi dengan kelebihannya
masing-masing, maka ibu-ibu akan termotivasi untuk
menggunakan alat kontrasepsi. Karena Motivasi merupakan
dorongan untuk melakukan suatu perbuatan atau tingkah
laku, motivasi bisa berasal dari dalam diri maupun luar
(Moekijat, 2002).
Media adalah salah satu cara untuk menyampaikan
informasi. Salah satu contoh media adalah flip chart yang
sering disebut sebagai bagan balik yang merupakan
kumpulan ringkasan, skema, gambar, tabel yang dibuka
secara berurutan berdasarkan topik materi pembelajaran
yang cocok untuk pembelajaran kelompok kecil yaitu 30
orang (Nursalam, 2008 ). Selain itu bagan ini mampu
memberikan ringkasan butir-butir penting dari suatu
presentasi untuk menyampaikan pesan atau kesan tertentu
akan tetapi mampu untuk mempengaruhi dan memotivasi
tingkah laku seseorang (Syafrudin, 2008).

Badan dari pemerintah yang mengurus program keluarga


berencana adalah BKKBN (Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional. Badan ini mempunyai tugas
melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pengendalian
penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana. Dalam
melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
43, BKKBN menyelenggarakan fungsi:

 Perumusan kebijakan nasional di bidang pengendalian


penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana
 Penetapan norma, standar, prosedur, dan kriteria di
bidang pengendalian penduduk dan penyelenggaraan
keluarga berencana;
 Pelaksanaan advokasi dan koordinasi di bidang
pengendalian penduduk dan penyelenggaraan
keluarga berencana;
 Penyelenggaraan komunikasi, informasi, dan edukasi
di bidang pengendalian penduduk dan
penyelenggaraan keluarga berencana;
 Penyelenggaraan pemantauan dan evaluasi di bidang
pengendalian penduduk dan penyelenggaraan
keluarga berencana;
 Pembinaan, pembimbingan, dan fasilitasi di bidang
pengendalian penduduk dan penyelenggaraan
keluarga berencana.

2. Peran masyarakat
Berbicara tentang partisipasi masyarakat Indonesia
terhadap pelaksanaan KB, pastinya terdapat kelebihan
serta kekurangan dalam partisipasinya. Partisipasi
bersentuhan langsung dengan peran serta masyarakat, baik
dalam mengikuti program tersebut ataupun sebagai aktor
pendukung program Keluarga Berencana. Untuk itu kita
akan berbicara mengenai kedua hal tersebut, serta
bagaimana seharusnya kita berperan dalam mendukung
kesuksesan KB juga akan sedikit kita bahas. Pertama,
berbicara terkait partisipasi masyarakat terhadap
pelaksanaan KB yang ternyata kenaikannya hanya sedikit
bahkan bisa juga disebut dengan stagnan.
Dalam media massa kompas.com disebutkan bahwa: Dalam
lima tahun terakhir, jumlah peserta keluarga berencana
hanya bertambah 0,5 persen, dari 57,4 persen pasangan
usia subur yang ada pada 2007 menjadi 57,9 persen pada
tahun 2012. Sementara itu jumlah rata-rata anak tiap
pasangan usia subur sejak 2002-2012 stagnan di angka 2,6
per pasangan. Rendahnya jumlah peserta KB dan tingginya
jumlah anak yang dimiliki membuat jumlah penduduk
Indonesia pada tahun 2030 diperkirakan mencapai 312,4
juta jiwa. Padahal jumlah penduduk saat itu sebenarnya
bisa ditekan menjadi 288,7 juta jiwa. Tingginya jumlah
penduduk ini mengancam pemanfaatan jendela peluang
yang bisa dialami Indonesia pada tahun 2030. Jendela
peluang adalah kondisi negara dengan tanggungan
penduduk tidak produktif, oleh penduduk produktif paling
sedikit. Kondisi ini hanya terjadi sekali dalam sejarah tiap
bangsa. Agar jendela peluang termanfaatkan, angka
ketergantungan penduduk maksimal adalah 44 persen.
Artinya, ada 44 penduduk tidak produktif, baik anak-anak
maupun orangtua, yang ditanggung 100 penduduk usia
produktif berumur 15 tahun hingga 60 tahun.
Menurut Julianto, untuk mencapai angka ketergantungan 44
persen, jumlah peserta KB minimal harus mencapai 65
persen dari pasangan usia subur yang ada pada tahun 2015.
Sementara itu jumlah anak per pasangan usia subur juga
harus ditekan hingga menjadi 2,1 persen anak pada 2014.
Akan tetapi, target ini masih jauh dari kondisi yang ada.
Angka ketergantungan pada 2010 masih mencapai 51,33
persen, turun 2,43 persen dibandingkan dengan tahun 2000.
Provinsi yang memiliki angka ketergantungan 44 persen
pada tahun 2000 ada lima provinsi, tetapi pada 2010 hanya
tinggal satu provinsi, yaitu DKI Jakarta. Sebaliknya, laju
pertumbuhan penduduk justru naik dari 1,45 persen pada
tahun 2000 menjadi 1,49 persen pada 2010. Persentase
kehamilan pada ibu berumur 15-49 tahun pun naik dari 3,9
persen pada 2007 menjadi 4,3 persen pada 2012. Jumlah
pasangan usia subur yang ikut KB pada 2012 hanya 57,9
persen. Adapun masyarakat yang ingin ber-KB tetapi tidak
terjangkau layanan KB hanya turun dari 9,1 persen pada
2007 ke 8,5 persen pada 2012.
Terbatasnya dana untuk program KB dan kependudukan
menjadi penyebab utamanya. "BKKBN menargetkan angka
ketergantungan 44 persen dapat dicapai pada 2020. Dengan
demikian, jika hasilnya tidak tercapai, masih ada waktu
perbaikan menuju 2030," tambahnya. Ketua Umum
Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia Nurdadi
Saleh mengatakan, jika jumlah penduduk tak dikendalikan,
persoalan fasilitas pendidikan dan fasilitas kesehatan yang
berkualitas dan penyediaan lapangan kerja akan terus
menjadi masalah. Karena itu, semua pihak harus
mendorong kembali agar pelaksanaan KB di Indonesia bisa
sukses kembali seperti pada dekade 1990-an.
Angka kenaikan yang cukup stagnan ini tentunya menjadi
sebuah pertanyaan besar, sebenarnya apa yang menjadi
permasalahan sehingga partisipasi masyarakat untuk ikut
KB sangat minim. Kita sudah tahu permasalahan yang akan
muncul ketika laju pertumbuhan penduduk tidak dapat
dibendung, mulai dari masalah kemiskinan, SDM rendah dan
lain sebagainya. Kalau kita lihat proses sosialisasi KB
sendiri masih menemui banyak kendala, mulai dari
masyarakat yang tidak atau kurang peduli dengan program
tersebut sampai pada pelaksanaan program KB tersebut.
Saat ini peran Petugas Lapangan Keluarga Berencana
(PLKB) masih minim dalam menjalankan tugasnya. Hal ini
juga ada kaitannya dengan jumlah petugas yang hanya
sedikit, sampai-sampai satu orang harus menghandle 3-4
desa dengan jumlah penduduk yang mencapai ratusan
bahkan ribuan. Seharusnya ada peran dari masyarakat,
missal Ibu-ibu PKK dalam mendukung terwujudnya program
ini. Ada pula indikasi bahwa metode KB yang diterapkan
saat ini kurang tepat, sehingga tidak berjalan maksimal.
Untuk mengatasi permasalahan KB tersebut perlu peran
dari semua lapisan kehidupan, baik pemerintah (dari pusat-
kota) hingga masyarakat itu sendiri. Kepedulian akan tujuan
bersama harus ditingkatkan. Perlu juga pelaksanaan KB
yang aman dengan sosialisasi yang baik dari satu keluarga
ke keluarga lain. Penyediaan tempat untuk informasi dan
layanan KB yang baik. Pemberian reward and punishment
juga perlu dijalankan dengan baik, agar peraturan yang ada
tidak dilanggar dengan seenaknya saja. Akan tetapi yang
paling penting adalah kesadaran masyarakat itu sendiri
dalam melaksanakan program KB bagi dirinya, keluarga,
serta masyarakat. Sebenarnya ada beberapa faktor yang
dapat mendorong terlaksananya program KB dengan baik,
diantaranya : faktor ideology, penyediaan alat kontrasepsi,
faktor ekonomi, faktor lokasi sosialisasi program KB, dan
faktor kebijakan negara.
Kedua, kita akan berbicara terkait partisipasi masyarakat
terhadap program KB sebagaimana mereka bertindak
sebagai aktor pendukung. Aktor pendukung bisa berasal
dari kalangan mahasiswa, akademisi, medis, sampai aparat
pemrintah (kota sampai desa). Partisipasi mereka dalam
meyerukan program KB demi menekan laju pertumbuhan
penduduk serta masalah lain yang mungkin timbul masih
belum maksimal. Seharusnya bekal pendidikan juga bisa
dimaksimalkan untuk sosialisasi, demi partisipasi aktif
berbagai elemen dalam mendukung pelaksanaan program
Keluarga Berencana. Sedangkan peran yang perlu kita
lakukan dalam mendukung peningkatan partisipasi
masyarakat dalam program KB diantaranya ; Peran kita
dalam mensosialisasikan program KB mulai dari keluarga
sendiri, sampai tetangga kita. Memaksimalkan organisasi
masyarakat seperti Karang Taruna dan PKK untuk
mendukung sosialisasi KB di masyarakat dan terakhir kita
perlu membangun jaringan kuat yang mampu berinergi
mendukung program KB agar terlaksana dengan efektif dan
efisien.

Anda mungkin juga menyukai