Anda di halaman 1dari 22

PENGARUH ALAT PERAGA “STATISTICS TRAIN” PADA MATERI

STATISTIKA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII MTS


TAHFIDZ DAARUL KUTUB EL-GONTORI PAGAR ALAM TAHUN
PELAJARAN 2022/2023

Sella Dwi Karolina1, Indah Widyaningrum2, Novi Susanti3


Program Studi Pendidikan Matematika, Sekolah tinggi
E-mail: selladwikarolina0203@gmail.com, indahwidyaningrum14@gmail.com
Novisusanti820@gmail.com
Abstrak
The background of this research is that learning Mathematics in Madrasas is
boring because the teacher delivers learning material only fixated on books and rarely
uses (conventional) media, which makes students less interested in learning
Mathematics. So that students find it difficult to understand mathematical concepts and
result in students being less active and not enthusiastic in the learning process so that
student learning outcomes are low.
The formulation of the problem is: is there a significant effect between the use of
visual aids and students' cognitive in the material of one-variable linear equations in
class VII MTs S Syahbuddin Mustafa Nauli, North Padang Lawas Regency. This study
aims to determine the significant effect between the use of teaching aids and students'
cognitive in the material of one-variable linear equations in class VII MTs S Syahbuddin
Mustafa Nauli, North Padang Lawas Regency.
This research is a quantitative research with an experimental method of pretest-
posttest control experimental design. The population of this study were all students of
class VIII MTs Tahfidz Daarul Pole El-gontori Pagar Alam, totaling 46 students, for the
sample, namely class VIII A (control class) with a total of 21 students and VIII B
(experimental class) consisting of 25 students. The sample in this study was taken by
purposive sampling technique. The experimental class sample was given treatment with
props and the control class without conventional props. The instruments used are
documentation and test. Data processing techniques and data analysis techniques were
carried out using SPSS v. 22.
Based on the normality test and homogeneity test, the two classes are normally
distributed and homogeneous. Cognitive hypothesis testing using SPSS v.
22. tcount > ttable (.659 > .492), then Ha is accepted, so it can be concluded that there
is a significant influence between the use of visual aids on students' cognitive material in
one variable linear equation material in class VIII MTs Tahfidz Daarul Pole El-gontori
Pagar Alam

Keywords: Statistika, Statistic Train, learning outcomes


1. PENDAHULUAN
Statistika adalah salah satu alat untuk mengumpulkan data, mengolah data, menarik
kesimpulan dan membuat keputusan berdasarkan analisis data yang dikumpulkan,
(Husaini Usman, 2020). Data adalah sebagian kumpulan keterangan informasi yang
diperlukan untuk memecahkan suatu masalah atau mendapatkan gambaran mengenai
suatu keadaan, (Adinawan, 2016). Suatu rangkaian data biasanya memiliki tendensi
(kecenderungan) untuk memusat pada nilai sentral ini. Dari sekumpulan data (distribusi),
ada beberapa harga/nilai yang dapat kita anggap sebagai wakil dari kelompok data. Nilai-
nilai yang biasa digunakan untuk mewakili data tersebut adalah mean dan modus disebut
sebagai nilai tengah (central tendency), (Wahyuning, 2021). Mean atau nilai rata-rata
yakni titik berat dari seperangkat data atau obsevasi sensitive terhadap nilai ekstrim,
median data yaitu ukuran tengah data dari data yang sudah diurutkan dari yang terkecil ke
terbesar, modus ialah data yang sering muncul dari seperangkat data, (Kurniawan, 2017).
Dari beberapa pendapat tersebut menujukan bahwa statistika ialah ilmu yang selalu
berkaitan dengan data yang diperoleh dari suatu pengamatan atau pengukuran. Maka dari
itu siswa perlu pemahaman konsep yang tepat utuk dapat menyelesaikan permasalahan
matematika.
Pemahaman konsep matematika adalah akar atau dasar menuju penguasaan konsep
matematika lainya yang lebih tinggi yang akan menunjang kemampuan koneksi antara
konsep tersebut, (Zakaria & Syamaun, 2017). Landasan penting yang digunakan untuk
berpikir dalam menyelesaikan permasalahn matematika maupun permasalahan nyata
yang relevan dengan matematika yaitu pemahaman konsep matematika, (Hadi & Umi
Kasum, 2015). Apabila siswa memiliki konseptulisasi yang baik maka dapat dipastikan
bahwa mereka akan mampu merekam, memahami serta dapat mengaplikasikan berbagai
variasi permasalahan serta soal matematika, (Lisnani, 2019).
Namun demikian pemahaman konsep matematika yang baik belum sepenuhnya
sampai pada seluruh pelajaran saat ini, (Jeheman et al., 2019). Tidak dapat dipungkiri
bahwa selama ini matematika merupakan pelajaran yang kurang diminati siswa. Banyak
siswa yang langsung bekerja dengan menggunakan rumus-rumus matematika, tanpa
berusaha untuk mempelajari latar belakang falsafah yang mendasarinya, bila saja konsep-
konsep yang bersifat abstrak itu bisa dibuat menjadi nyata, mungkin matematika tidak
sesulit yang dibayangkan selama ini. Pendidikan merupakan upaya untuk membantu jiwa
siswa baik lahir maupun batin, dari sifat kodratinya menuju kearah peradaban manusiawi
dan lebih baik, (Sujana, 2019).
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara, (UU Nasional, 1982). Mengacu pada undang-undang No.20 tahun
2003 tentang sistem pendidikan nasional fungsi pendidikan yaitu Pasal 3 yang
menyatakan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Berakhlak
mulia,sehat, berilmu, cakap, kreatif,man diri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab, (Sujana, 2019). Untuk mencapai tujuan tersebut, kurikulum
menekankan pada proses pembelajaran saintifik yang menganut paradigma
konstruktivisme. Dengan demikian siswa diharapkan dapat memahami konsep sehingga
hasil proses pembelajaran dapat masuk dalam longterm memory dan siswa dapat
memahami esensi belajar, (Setiadi, 2016).
Pada kurikulum 2013 penilaian lebih tegas dan menyeluruh dibanding dengan
pelaksanaan penilaian pada kurikulum sebelumnya, pelaksanaan penilaian pada
kurikulum 2013 secara eksplisit meminta agar guru-guru di sekolah seimbang dalam
melakukan penilaian ditiga ranah domain, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor sesuai
dengan tujuannya yang hendak diukur, (Setiadi, 2016). Berdasarkan hasil penelitian
Ramda et al., (2018) terhadap buku teks Kemendikbud matematika kelas VIII edisi revisi
2017, ditarik kesimpulan bahwa kesesuaian cakupan materi dalam buku teks
Kemendikbud Matematika kelas VIII edisi revisi 2017 dengan cakupan materi dalam
Kurikulum 2013 adalah sebesar 100%.
Kompetensi untuk Kurikulum 2013 dirancang sebagai berikut: (1) Isi atau konten
Kurikulum yaitu kompetensi dinyatakan dalam bentuk Kompetensi Inti (KI) kelas dan
dirinci lebih lanjut dalam Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran. (2) Kompetensi Inti
(KI) merupakan gambaran secara kategorial mengenai kompetensi dalam aspek sikap,
pengetahuan, dan ketrampilan (kognitif dan psikomotor) yang harus dipelajari peserta
didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. Kompetensi Inti adalah
kualitas yang harus dimiliki seorang peserta didik untuk setiap kelas melalui
pembelajaran KD yang diorganisasikan dalam proses pembelajaran siswa aktif. (3)
Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang dipelajari peserta didik untuk suatu
tema untuk SD/MI, dan untuk mata pelajaran di kelas tertentu untuk SMP/MTS,
SMA/MA, SMK/MAK. (4) Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar di jenjang
pendidikan dasar diutamakan pada ranah sikap sedangkan pada jenjang pendidikan
menengah pada kemampuan intelektual (kemampuan kognitif tinggi). (5) Kompetensi
Inti menjadi unsur organisatoris (organizing elements) Kompetensi Dasar yaitu semua
KD dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi dalam
Kompetensi Inti. (6) Kompetensi Dasar yang dikembangkan didasarkan pada prinsip
akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar mata
pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal). (7) Silabus
dikembangkan sebagai rancangan belajar untuk satu tema (SD/MI) atau satu kelas dan
satu mata pelajaran (SMP/MTS, SMA/MA, SMK/MAK). Dalam silabus tercantum
seluruh KD untuk tema atau mata pelajaran di kelas tersebut. dan (8) Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran dikembangkan dari setiap KD yang untuk mata pelajaran dan
kelas tersebut, (Ramda et al., 2018). Tujuan rancangan tersebut untuk mempermudah
keberhasilan guru mencapai tujuan pembelajaran.
Keberhasilan guru dalam menyampaikan materi sangat tergantung pada kelancaran
interaksi timbal balik antara guru dengan siswanya, ketidaklancaran komunikasi
membawa akibat terhadap pesan yang diberikan guru. Guru sebagai peran utama dalam
pembelajaran, hendaknya memiliki strategi pembelajaran yang dapat menunjang
tercapainya tujuan pendidikan. Penggunaan alat peraga dalam proses pembelajaran
diperlukan untuk mengkontekstualisasikan materi dengan benda nyata dari kehidupan
sehari-hari agar memudahkan siswa dalam memahami konsep yang dipelajari dan
dipahami dalam materi statistika siswa. Hal ini diharapkan dapat mendorong minat dan
aktivitas siswa, (Hasan et al., 2021). Fungsi media pembelajaran dapat dikelompokan
menjadi tiga yaitu : 1) membantu guru dalam bidang tugasnya, analisis teknologi
pendidikan menyatakanbahwa penggunaan mdia pembelajaran dapat secara efektif
menyampaikan pesan-pesan pembelajaran yang disajikan, sehingga efisien dalam
penggunaan waktu dan meringankan beban guru bersangkutan. 2) Membantu para
pembelajar (siswa), Dengan menggunakan berbagai media pembelajaran yang dipilih
secara tepat dan berdaya guna dapat membantu para pembelajar untuk mempercepat
pemahaman siswa dalam penerimaan pesan-pesan pembelajaran yang disajikan, dan
aspek-aspek kejiwaan seperti pengamatan, tanggapan, daya ingatan, emosi, berpikir,
fantasi, intelegensia dan sebagainya dapat dibangunkan karena media pembelajaran
memiliki stimulus yang lebih kuat. 3) Memperbaiki proses belajar mengajar. Dengan
penggunaan media pembelajaran yang tepat dan berdayaguna, akan meningkatkan hasil
pembelajaran, (Ramli, 2012). Hal ini dikarenakan berbagai macam media pembelajaran
akan digunakan secara tepat sesuai dengan kebutuhan materi yang diajarkan. Sehingga
penyampaian pesan pembelajaran efektif dan hasil pembelajaran sesuai dengan tujuan,
(Hasan et al., 2021).
Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan pada materi statistik, dimana peserta
didik dituntut untuk memahami konsep berbantu alat peraga. Alat peraga juga dibutuhkan
ketika proses pembelajaran berlangsung, karena belajar yang efektif harus bermula
dengan pengalaman langsung atau pengalaman konkret kemudian menuju kepada
pengalaman yang lebih abstrak. Selain itu, alat peraga dapat berperan sebagai alat bantu
untuk menciptakan suasana belajar yang efektif dan efisien. Tujuannya melalui alat
peraga tersebut, diharapkan peserta didik dapat mengkonstruksi pengetahuan baru dengan
mengorganisir, menginterpretasi, menghubungkan pengertian-pengertian yang dipahami
sendiri dengan bantuan alat peraga sehingga konsep yang dipahami tidak cepat hilang
serta menjadi pembelajaran yang bermakna. Sehingga peneliti membandingkan dengan
penelitian yang telah di teliti oleh peneliti sebelumnya.
Berdasarkan penelitian, (Arifah, 2019) dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran
dengan Penerapan Implementasi pembelajaran Creative Problem Solving berbasis alat
peraga bola statistik pada materi statistika mean, modus, dan median dapat meningkatkan
kreativitas siswa. hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata tingkat kreativitas siswa pada
siklus I sebesar 2,78 dengan kategori baik, kemudian pada siklus II rata-rata tingkat
kreativitas siswa sebesar 2,99 dengan kategori tingkat kreativitas siswa baik. Selanjutnya
hasil penelitian Rosyidah et al., (2022) berdasarkan hasil observasi dan pembahasan,
dapat disimpulkan yaitu Pembelajaran dengan model Problem Based Learning (PBL)
menggunakan alat peraga Pantik, nilai siswa pada kelas eksperimen lebih besar
dibandingkan nilai siswa pada kelas control, dengan analisis data dengan taraf signifikan
5% diperoleh model pembelajaran Problem Based Learning menggunakan alat peraga
pantik efektif terhadap hasil belajar siswa pada materi statisika kelas VIII SMP
Muhammadiyah Pagar Alam Tahun Pelajaran 2021/2022. Kemudian hasil penelitian
peneliti selanjutnya menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa yang
diterapkan dengan menggunakan model pembelajaran tipe Indeks Card Match dengan
berbantuan media alat peraga papan statistika lebih baik daripada yang diterapkankan
dengan menggunakan model pembelajaran konvensional dengan berbantuan media alat
peraga papan statistika di kelas VIII MTsN 1 Bireuen, karena dengan menggunakan kartu
Index Card Macth semua siswa ikut terlibat langsung dalam kegiatan belajar. Oleh
karena itu proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran tipe Indeks
Card Matchdengan berbantuan media alat peraga papan statistika dapat meningkatkan
kemampuan komunikasi matematis siswa dibandingkan dengan menggunakan model
pembelajaran konvensional dengan berbantuan media alat peraga papan statistika, (Nufus
& Isfayani, 2022). Namun pada penerapannya pada proses pembelajaran dibutuhkan
perhatian khusus agar siswa tidak keliru dalam mengguanakan alat peraga yang
digunakan sehingga tidak terjadi kesalahan dalam proses pengerjaan soal.
Berdasarkan hasil observasi awal, peneliti melihat keadaan guru di sekolah dalam
mengajar pembelajarn matematika di kelas.Peneliti melihat metode guru yang digunakan
dalam mengajar masih konvensional atau tradisional, guru belum menerapkan atau
menggunakan media berupa alat peraga dalam pembelajaran matematika khususnya pada
mata pelajaran statistika, sehingga siswa cenderung pasif dan menyebabkan siswa kurang
nyaman dalam belajar. Sehingga pembelajaran kadang tidak efektif, (Observasi, 2022).
Permasalahan-permasalahan tersebut yang kemudian melatarbelakangi dan menarik serta
mendorong peneliti untuk mengadakan penelitian tentang Pengaruh Alat Peraga
“Statistics Train” Pada Materi Statistika Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VIII
MTs Tahfidz Daarul Kutub El-Gontori Pagar Alam Tahun Pelajaran 2022/2023
2. SUMBER PUSTAKA
2.1 Pengertian Alat Peraga
Kata “Alat Peraga” diperoleh dari dua kata alat dan peraga. Kata utamanya adalah
peraga yang artinya bertugas “meragakan” atau membuat bentuk “raga” atau bentuk
“fisik” dari suatu arti/ pengertian yang dijelaskan. Bentuk fisik itu dapat berbentuk benda
nyatanya atau benda tiruan dalam bentuk model atau dalam bentuk gambar visual/audio
visual, (Cahyadi, 2019). Alat peraga matematika dapat diartikan sebagai suatu perangkat
benda konkrit yang dirancang, dibuat, dan disusun secara sengaja yang digunakan untuk
membantu menanamkan dan memahami konsep-konsep atau prinsipprinsip dalam
matematika. Jadi alat peraga ialah media pengajaran yang diartikan sebagai semua benda
yang menjadi perantara terjadinya proses pembelajaran sesuai dengan tujuan yang
diharapkan, (Annisah, 2017). Dari kedua pernytaan tersebut maka alat peraga adalah alat
yang digunakan untuk memperagakan fakta, konsep, prinsip atau prosedur tertentu agar
tampak lebih nyata/konkret.
Alat peraga merupakan suatu alat yang dipakai untuk membntu dalam proses belajar-
mengajar yang berperan besar sebagai pendukung kegiatan belajar-mengajar yang
dilakukan oleh pengajar atau guru, (Suwardi, Masni Erika Firmiana, 2014). Penggunaan
alat peraga ini mempunyai bertujuan untuk memberikan wujud yang riil terhadap bahan
yang dibicarakan dalam materi pembelajaran. Alat peraga yang dipakai dalam proses
belajar-mengajar dalam garis besarnya memiliki manfaat menambahkan kegiatan belajar
para siswa, rumus atau
teorema, dan dapat menarik
suatu kesimpulan dari
hasil pengamatannya,
(Suwardi, Masni Erika Firmiana,
2014).
Dalam Penelitian ini peneliti menggunakan alat peraga “Statistics Train” ialah suatu
alat peraga yang dirancang untuk membantu siswa memahami konsep-konsep dalam sub
matematika yaitu statistika.
Gambar 1. Alat Peraga StaticsTrain
2.2 Fungsi Alat Peraga
Menurut Cahyadi, (2019) dalam bukunya Fungsi utama alat peraga yaitu untuk
meurunkan keabstrakan konsep agar siswa mampu menangkap arti konsep tersebut. Sifat-
sifat atau fungsi alat peraga adalah: 1) Membantu meningkatkan persepsi, 2) Membantu
meningkatkan transfer belajar, 3) Membantu meningkatkan pemahaman, dan 4)
Memberikan penguatan atau pengetahuan tentang hasil yang diperoleh, (Telaumbanua,
2020). Fungsi dari alat peraga “Statistics Train” sebagai alat bantu siswa memahami
materi matematika khusus mengenai Mean/Quartil, Median, Modus secara nyata.
2.3 Penggunaan Media Pembelajaran Pada Materi Yang Akan Diteliti
Materi yang akan diteliti oleh peneliti yaitu materi statistika, statistik adalah
pengetahuan yang berhubungan dengan cara-cara pengumpulan fakta, pengolahan serta
penganalisisannya, penarikan kesimpulan serta pembuatan keputusan yang cukup
beralasan berdasarkan fakta dan penganalisisan yang dilakukan, (Wahyuning, 2021).
Data adalah sebagian kumpulan keterangan informasi yang diperlukan untuk
memecahkan suatu masalah atau mendapatkan gambaran mengenai suatu keadaan,
(Adinawan, 2016). Mengukur pemusatan data dilakukan pengukuran Mean,
Median/Quartil, Modus. Ukuran Pemusatan data adalah nilai tunnga yang dapat
memberikan gambaran yang lebih jelas dan singkat tentang pusat data yang juga
mewakili seluruh data, (Kariadinata, 2012). Berdasarkan pengertian di atas, maka materi
yang akan dibahas dengan menggunakan alat peraga yaitu Mean, Median/Quartil, Modus.
Maka dari itu peneliti menggambarkan langkah-langkah penggunaan alat peraga “
Statistic Train “ pada materi statistikan yang akan diteliti oleh peneliti.
Pada suatu hari terdapat setiap daerah memproduksi batu bara untuk keperluan
bersama. Terdapat 7 daerah yang setiap bulannya mengirimkan batu bara ke pusat
pemerintah, ada beberapa tahapan yang harus dilewati oleh batu bara tersebut sebelum
dikirim kedaerah di negara tersebut.
Hasil batu bara dari setiap daerah jumlahnya berbeda-beda Setiap gerbong diisi
dengan maik-maik sebagai batu bara minimal 1 buah, misalnya 3,6,5,6,4,4,7 kemudian
gerbong-gerbong kereta diurutkan dari gerbong dengan jumlah manik terkecil dan
gerbong dengan jumlah manik terbanyak dibelakangnya. Gerbong A berisi 3 kuintal,
Gerbong B berisi 6 kuintal, Gerbong C berisi 5 kuintal, Gerbong D berisi 6 kuintal,
Gerbong E berisi 4 kuintal, Gerbong F berisi 4 kuintal, Gerbong berisi 7 kuintal.
a. Mencari Quartil/ Median
a) Gunakan pita
quartil untuk menent ukan nilai Q1 ,
Q2 , Q3. Bagian pita yang digunakan sama
banyaknya dengan gerbong yang
digunakan.
b) Cari Q2 atau median dengan melipat pita menjadi dua bagian yang sama. Beri tanda
bagian tengah yang terlipat dengan klip, tanda tersebut merupakan Q2.
c) Cari Q1 dan Q3 dengan melipat pita menjadi empat bagian yang sama. Beri tanda
yang terlipat dengan klip untuk keterangan Q1 dan Q3.
d) Jika bagian yang terlipat terletak pada tengah data, maka quartilnya dari jumlah
kedua data dibagi dua.
e) Nilai quartil dapat ditulis pada papan keterangan.

Gambar 2. Median/Quartil

b. Mencari Modus
a) Tarik tutup bagian bawah gerbong sehingga semua manik-manik dalam gerbong
jatuh ke dalam balok modus (bagian tengah).
b) Kita dapat melihat modus dari data dengan cara melihat manik-manik yang
berjumlah sama. Sehingga nilai modusnya adalah banyak manik-manik tesebut.
c) Nilai modus dapat ditulis pada papan keterangan.

Gambar 3. Modus
c. Mencari Mean/ Rata- rata
a) Buka setiap penutup pada balok modus, sehingga manik-manik menggelinding ke
wadah yang telah disiapkan.
b) Rata-rata dapat dilihat memasukkan satu persatu manik-manik pada setiap tiang yang
telah disediakan.
c) Tiang yang dipakai sama banyak dengan gerbong kereta yang dipakai.

Gambar 4. Mean
2.4 Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan
perubahan perilaku secara keseluruhan bukan
hanya salah satu aspek potensi
kemanusiaan saja, artinya hasil belajar yang dikategorisasi oleh para pakar pendidikan
sebagaimana tersebut di atas tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah, melainkan
komprehensif, (Suprijono, 2015) Menurut Hamalik, (2011). Hasil belajar adalah
keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi), pengolahan,
penafsiran dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang
dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan.
Berdasarkan uraian di atas, hasil belajar ialah bukti keberhasilan siswa dalam
memahami suatu materi pelajaran yang berupa nilai yang dinyatakan dengan simbol
angka atau huruf, nilai tersebut diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi
pelajaran tertentu. Pada penelitian ini hasil belajar dilihat dari nilai tes siswa setelah
melalui proses pembelajaran dengan menggunakan alat peraga Statistic Train.
3 METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah kuantitatif, jenis True
Eksperimen Design. Penelitian dilaksanakan di Mts Tahfidz Daarul Kutub Elgontori
Pagar Alam tahun pelajaran 2022/2023. Desain yang digunakan didalam penelitian ini
adalah Pretest-Posttest Control Group Desain dimana dalam desain ini terdapat dua
kelas yang masing-masing dipilih secara acak. Kelas pertama diberi perlakuan (X) dan
kelas lain tidak. Kelas yang diberi perlakuan adalah kelas eksperimen dan kelas yang
tidak diberi perlakuan dinamakan kelas kontrol. Kelas eksperimen (E) diberi perlakuan
dengan alat peraga statistic train sedangan kelas kontrol (K) diberikan perlakuan
pembelajaran konvensional, kedua pembelajaran dilihat dari hasil akhir belajar siswa.

R O1 × O2
× (Sugiyono,
R O3 O4
2022:76)
Melalui desain ini, peneliti akan memberikan perlakuan atau treatment ( X )
menggunakan penerapan media pembelajaran menggunakan aplikasi sketchup berbasis
virtual reality pada materi balok. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas dan
hasil belajar siswa setelah di adakannya perlakuan, yaitu dengan cara melakukan
pengukuran terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa tersebut berupa tes dan observasi (
O ) selama proses pembelajaran dan pemberian tes di akhir pembelajaran.
3.2 Variabel Penelitian
Menurut Arikunto, (2019) dalam bukunya mendefinisikan variabel sebagai gejala
yang bervariasi misalnya jenis kem lamin, karena jenis kelamin mempunyai variasi
seperti laki-laki atau perempuan. Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau
nilai dari orang, objek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya, (Sugiyono, 2022).
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Variabel bebas Penerapan menggunakan alat peraga statistic train pada
(x) : materi statistika
Variabel terikat Hasil belajar siswa menggunakana alat peraga Statistic
(y): Train pada materi statistika
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
a. Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek/ subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti, (Sugiyono,
2022). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII MTs Tahfidz Daarul
Kutub El-Gontori Pagara Alam.
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII MTs Tahfidz
Daarul Kutub El-Gontori Pagar Alam yang berjumlah 62 siswa. adapun jumlah populasi
dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini yaitu:
Tabel 2. Populasi Penelitian

Kelas Siswa
VIII A 21
VIII B 25
IX A 16
Jumlah 62
Sumber: Data Jumlah Siswa Kelas VIII MTs Tahfidz Daarul Kutub El-Gontori

b. Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut, (Sugiyono, 2022). Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti,
(Arikunto, 2013). Sampel pada penelitian ini adalah siswa Kelas VIII MTs Tahfidz
Daarul Kutub El-Gontori Pagara Alam Tahun Pelajaran 2022/2023. yang terdiri dari dua
kelas yaitu sebagai kelas eksperimen (kelas VIII B) dan sebagai kelas kontrol (kelas VIII
A).
Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel. Jenis teknik sampling yang
akan digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik pemilihan dengan pemilihan Purposive
Sampling. Purposive Sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
tertentu. Peneliti mempertimbangkan kemampuan yang dimiliki antara kelas VIII A dan
kelas VIII B yaitu sama, sehingga memudahkan peneliti nantinya dalam melaksanakan
kegiatan penelitian dan hasil yang didaptkan juga akan lebih maksimal. Teknik sampling
ini menggunakan teknik pemilihan purposive sampling. Tekniknya yaitu dengan cara
peneliti akan memberikan soal pretest kepada siswa kelas VIII di MTs Tahfidz Daarul
Kutub El-Gontori Pagara Alam yaitu pada kelas VIII B sebagai kelas eksperimen yang
berjumlah 25 orang dan kelas VIII A sebagai kelas kontrol yang berjumlah 21 orang.
Jumlah sampel penelitian dapat disajikan pada tabel 3 yaitu:
Tabel 3. Sampel Penelitian

Kelas Perlakuan Siswa Sampel


VIII A Krontrol 21 21 siswa
VIII B Eksperimen 25 25 siswa
Jumlah 46 46 siswa
Sumber: Data Jumlah Siswa Kelas VIII MTs Tahfidz Daarul Kutub El-Gontori

3.4 Uji Coba Instrumen


3.4.1 Uji Validitas
Uji Validitas adalah suatu pengukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau
kesahian instrument. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan
data dari variabel yang diteliti secara tepat. Pengujian validitas alat ukur digunakan untuk
menentukan rumus product moment. Rumus yang digunakan untuk menentukan koefisien
sebagai berikut:
r xy =N ∑ XY −¿ ¿ ¿ (Arikunto, 2014)
Keterangan:
𝑟𝑥𝑦 : Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang di
korelasikan (x = X - X dan y = Y - Y )
∑ 𝑥𝑦 : Jumlah perkalian x dan y
∑ X2 : Jumlah kuadrat dari x
∑ 𝑌2 : Kuadrat dari y
∑X : Jumlah dari x
∑𝑌 : Jumlah dari y
N : Banyaknya data
Kriteria jika 𝑟𝑥𝑦 > 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka item soal tersebut diartikan valid, dengan taraf
signifikan 5%.
Tabel 4. Kriteria Uji Validitas
Nilai Tes Kategori Penelitian
0,800 – 1,00 Sangat Tinggi
0,600 – 0,800 Tinggi
0,400 – 0,600 Cukup
0,200 – 0,400 Rendah
0,00 – 0,200 Sangat Rendah
(Arikunto, 2012:89)

3.4.2 Reliabilitas
Reliabilitas adalah suatu instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan
sabagai alat pengumpulan data karena instrument tersebut sudah baik. Untuk
menguji reliabilitas instrument dalam bentuk tes subjektif digunakan rumus Alpha, yaitu:

r 11 = [ ][
n
n−1
∑ σ 2b
2
σt ] (Arikunto, 2014)

Keterangan:
r 11 = Reliabilitas yang dicari
n = Banyaknya butir pertanyaan atau butir soal
∑σ 2b = Jumlah varians skor tiap-tiap item
2
σt = Varians total
Kriteria: Jika r 11 > r tabel , maka butir soal dikatakan realibel, dengan taraf
signifikan a = 5% dan dk = K – 1.
Tabel 5. Kriteria Reliabilitas Soal

(P) Proporsi Jenis Soal


0,00 ≤ r < 0,20 Sangat Rendah
0,20 ≤ r < 0,40 Rendah
0,40 ≤ r < 0,60 Cukup
0,60 ≤ r < 0,80 Tinggi
0,80 ≤ r < 1,00 Sangat Tinggi
(Arikunto, 2012:241)

3.4.3 Taraf Kesukaran


Menurut Arikunto, (2012), soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah
atau tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa mempertinggi
usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa
menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar
jangkauannya. Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya sesuatu soal disebut
indeks kesukaran (diffuclty index). Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan
1,00. Untuk perhitungan butir soal apakah termasuk mudah, sedang, atau sukar
digunakan rumus:

Pi=
∑ xi (Rasyid dan Mansur, 2012)
Smi N
Keterangan:
𝑃i = Tingkat kesukaran butir i
∑xi = Jumlah skor butir yang dijawab oleh testee (peserta didik)
𝑆mi = Skor maksimum
N = jumlah testee (peserta didik)

Tabel 6. Klasifikasi Interprestasi Tingkat Kesukaran


(P) Proporsi Jenis Soal
0,00 Sangat sukar
0,00 < P ≤ 0,30 Sukar
0,30 < P ≤ 0,70 Sedang
0,70 < P ≤ 1,00 Mudah
1,00 Sangat mudah
(Arikunto, 2012)

3.4.4 Daya Pembeda


Menurut Arikunto, (2012), daya pembeda soal adalah kemampuan
sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkembang tinggi) dengan
siswa yang bodoh (berkembang rendah). Untuk membedakan daya pembeda soal
ditentukan dengan rumus sebagai berikut:
D=P A−P B (Suryanto & Djadmiko, 2014)
Keterangan :
D = Indeks daya pembeda butir soal
P A = Proporsi kelompok atas yang menjawab benar
PB = Proporsi kelompok bawah yang menjawab benar
Tabel 7. Klasifikasi Interprestasi Daya Pembeda

D Daya Pembeda
0,00 – 0,20 Jelek
0,20 – 0,40 Cukup
0,40 – 0,70 Baik
0,70 – 1,00 Baik Sekali
(Arikunto, 2012)

3.5 Uji Persyaratan Analisis


Sebelum dilakukan uji hipotesis, dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas
terlebih dahulu, yaitu sebagai berikut :
3.5.1 Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui normal atau tidaknya suatu data. Uji
normalitas diperlukan untuk menentukan statistika uji hipotesis yang akan diteliti
dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan rumus chi kuadrat.
k
x 2= ∑ ¿ ¿ ¿ ¿ (Sudjana, 2013)
i=1

Keterangan:
𝑥2 = Harga chi kuadrat
O1 = Frekuensi hasil pengamatan
E1 = Frekuensi yang diharapkan
Rumusan Hipotesis :
Ho: Data berdistribusi normal
Ha: Data tidak berdistribusi normal
Jika 𝑥2 hitung ≥ 𝑥2 tabel berarti Distribusi data tidak normal, dan Jika 𝑥2 hitung ≤ 𝑥2tabel,
berarti Distribusi data normal.
Perhitungan uji normalitas dalam penelitian ini dibantu dengan menggunakan
software SPSS versi 22
3.5.2 Uji Homogenitas
Uji homogenitas varians digunakan untuk mengetahui apakah kedua kelas yaitu
eksperimen dan kontrol sama atau beda. Jika kedua kelompok mempunyai varians yang
sama maka dikatakan kedua kelompok homogen. Dengan menggunakan uji varians dua
peubah penuh bebas. Hipotesis yang akan di uji yaitu:
a) Ho: Hipotesis pembanding .
b) Ha: Hipotesis alternativ.
Untuk mengetahui kesamaan varians tersebut, Uji statistic menggunakan uji-F dengan
rumus yaitu:

F=
Dimana :
F = Homogenitas varians
Dengan kriteria sebagai berikut:
Jika Fhitung ≥ Ftabel, berarti tidak homogen
Jika Fhitung ≤ Ftabel, berarti homogen
Perhitungan uji Homogenitas dalam penelitian ini dibantu dengan menggunakan
software SPSS versi 22
3.5.3 Uji Hipotesis
Untuk medapatkan data yang dibutuhkan dari hasil penelitian membuktikan
kebenaran hipotesis dan mendapatkan kesimpulan maka terlebih dahulu data akan
dianalisis. Data yang dianalisis adalah data dari hasil tes yang di berikan kepada siswa
yang belajar menggunkan media pembelajran alat peraga statistic train di mana hipotesis
akan di uji.
Adapun langka-langka yang digunakan adalah sebagai berikut:
Langkah I : Mencari rata-rata (mean) nilai dengan data tunggal

x=
∑ f i xi (Sudjana, 2013)
ni
Keterangan :
x=Rata−rata hitug dari hasil tes
∑ f i xi =¿ ¿ Jumlah nilai dari tes siswa
ni =Jumlah siswa
Langkah II : Menghitung simpangan baku
S =n ∑ f i xi −¿ ¿¿ ¿ ¿
2
2 (Sudjana, 2013)
Keterangan :
2
S = Simpangan baku
∑ f i xi =¿ ¿Jumlah tes siswa
n = Jumlah sampel
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Peneliti melaksanakan pembelajaran di kelas VIII B MTs Tahfidz Daarul Kutub El-
Gontori Pagar Alam dengan jumlah 25 siswa. Pembelajaran di kelas eksperimen ini
menggunakan alat peraga statistic train pada materi statistika. Pembelajaran di kelas
eksperimen menggunakan alat peraga statistic train ( kereta statistika ) pada materi
atatistika. Jumlah pertemuan tatap muka di kelas sebanyak 2 kali pertemuan. Pada
tanggal 24 dan25 Mei 2023 di kelas eksperimen dan kontrol. Pertemuan pertama tanggal
24 mei 2023 jam ke 3 dan 4 peneliti melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas VIII B
dan peneliti memberikan pretest pada kelas yang diteliti dan menganalisis data hasil
pretest tersebut setelat melakukan literasi pada buku pelajaran. Selanjutnya pada
pertemuan kedua tanggal 25 mei 2023 jam ke 1,2 dan 3 Penelitian dilaksanakan di kelas
VIII B untuk melanjutkan kelas ekperimen menggunakan alat peraga statistic train
dengan materi statistika dan memberikan posttest atau tes akhir pada kelas yang diteliti
dan menganalisis data hasil posttest tersebut. Penelitian dilaksanakan di MTs Tahfidz
Daarul Kutub El-Gontori Pagar Alam dan kegiatan ini berlangsung selama dua hari.
4.1 Uji Coba Instrumen
4.1.1 Uji Validitas
Untuk mengetahui suatu butir soal digunakan korelasi product mement. Dan uji
validitas ini diambil dari data sebelum penelitian nomor n yang dilakukan di kelas IX A
MTs Tahfidz Daarul Kutub El-Gontori Pagar Alam, yang diikuti 16 siswa. Data dari uji
coba instrument ini dapat dilihat dari tabel berikut ini.
4.2 Analisis Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian adalah data berupa hasil belajar
matematika siswa di kelas VIII B (kelas eksperimen) dan VIII A (kelas kontrol) MTs
Tahfidz Daarul Kutub El-Gontori Pagar Alam pada statistika dengan menggunakan alat
peraga statistic tarain. Teknik pengumpulan data pada penelitian ni adalah berupa tes.
Tes digunakan untuk melihat ada tidaknya pengaruh belajar siswa menggunakan alat
peraga Statistic Train. Tes terdiri dari 5 butir soal.
Tabel . Hasil Posttest Siswa Kelas VIII B

Nama Tes Tes


No.
Inisial Awal Akhir
1 S.1 55 77
2 S.2 60 78
3 S.3 65 75
4 S.4 80 82
5 S.5 67 80
6 S.6 80 90
7 S.7 70 85
8 S.8 65 82
9 S.9 60 70
10 S.10 60 82
11 S.11 70 82
12 S.12 60 80
13 S.13 65 85
14 S.14 60 85
15 S.15 51 70
16 S.16 58 75
17 S.17 65 78
18 S.18 70 85
19 S.19 55 75
20 S.20 70 85
21 S.21 70 81
22 S.22 63 76
23 S.23 70 80
24 S.24 60 75
25 S.25 80 92
Jumlah rata-rata 65.16 80.2
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa pada Tes Awal, nilai tertinggi adalah
nilai 80 dan nilai terendah 51. Dari nilai siswa pada tes awal hingga tes akhir siswa selalu
mengalami peningkatan dari hasil belajar mengajar.
Selama diterapkan media pembelajaran menggunakan alat peraga statistic train
pada materi statistika. Hasil belajar siswa rata-rata nilai lebih besar dengan menggunakan
alat peraga statistic tarain dibandingkan tanpa alat peraga. Dengan demikian, aktivitas
Hasil posttest menggunakan uji t diperoleh < 0,05 pada taraf signifikan 5%.
Sehingga hipotesis dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang
menggunakan alat peraga statistic train (kelas eksperimen) lebih tinggi dari kelas yang
tidak menggunakan alat peraga (kelas kontrol) pada statistika terhadap hasil belajar siswa
di kelas X SMA Muhammadiyah Pagaralam tahun pelajaran 2022/2023.
5 KESIMPULAN
Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa :
a. Hasil nilai rata-rata pretest pada materi statistika di kelas eksperimen
yaitu 65,8 dan nilai rata-rata pretest kelas kontrol yaitu 63,7. Hal ini
menyatakan bahwa nilai pretest kelas eksperimen kontrol
b. Hasil nilai rata-rata posttest pada materi persamaan linear satu variabel
di kelas eksperimen yaitu 80,2 dan nilai rata-rata posttest kelas kontrol
yaitu77,5. Hal ini menyatakan bahwa nilai posttest kelas eksperimen
lebih besar dari kelas kontrol. Terdapat Pengaruh Yang Signifikan
Antara Penggunaan Alat Peraga. Sehingga terdapat pengaruh yang
signifikan antara penggunaan alat peraga

DAFTAR PUSTAKA

Adinawan, M. C. (2016). Matematika Untuk SMP/MTs Kelas VII Semester 2. Erlangga.


Annisah, S. (2017). Alat Peraga Pembelajaran Matematika. Tarbawiyah: Jurnal Ilmiah
Pendidikan, 11(1), 1–15.
Arifah, I. U. (2019). Impelentasi Model Pembelajaran Creative Problem Solving berbasis
Alat Peraga Bola Statistik Untuk Meningkatkan Kreativitas siswa pokok. Axioma
Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika UIJ, 4(1), 12–22.
Arikunto Suharsimi. (2013). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. In Jakarta:
Rineka Cipta (p. 172).
http://r2kn.litbang.kemkes.go.id:8080/handle/123456789/62880
Cahyadi, A. (2019). Media dan Sumber Belajar Teori dan Prosedur. Laksita indonesia
Faradiba. (2020). Penggunaan Aplikasi Spss Untuk Analisis Statistika Program. SEJ
(School Education Journal, 10(1), 65–73.
Hadi, S., & Umi Kasum, M. (2015). Pemahaman Konsep Matematika Siswa SMP
Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Memeriksa Berpasangan
(Pair Checks). EDU-MAT: Jurnal Pendidikan Matematika, 3(1), 59–66.
https://doi.org/10.20527/edumat.v3i1.630
Hasan, M., Milawati, Darodjat, Khairani, H., & Tahrim, T. (2021). Media Pembelajaran.
In Tahta Media Group.
Harys. (2020). State Of The Art. JOPGlass, 1(1), 1.
Husaini Usman, R. P. S. A. (2020). Pengantar Statistika:Cara Mudah Memahami
Statistika. PT.Bumi Aksara.
Jeheman, A. A., Gunur, B., & Jelatu, S. (2019). Pengaruh Pendekatan Matematika
Realistik terhadap Pemahaman Konsep Matematika Siswa. Mosharafa: Jurnal
Pendidikan Matematika, 8(2), 191–202.
https://doi.org/10.31980/mosharafa.v8i2.454
Kariadinata. (2012). Buku Dasar-Dasar Statistik Pendidikan. Pustaka Setia.
Kurniawan. (2017). Matematika Untuk SMP/MTs kelas VIII (Taryo (ed.)). Erlangga.
Lisnani, L. (2019). Pemahaman Konsep Awal Calon Guru Sekolah Dasar Tentang
Pecahan. Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika, 8(1), 61–70.
https://doi.org/10.31980/mosharafa.v8i1.388
Nufus, H., & Isfayani, E. (2022). Model Pembelajaran Tipe Indeks Card Match Dengan
Berbantuan Media Alat Peraga Papan Statistika Di Kelas VIII MTsN 1 Bireuen
Improvement Of Mathematic Comunication Ability Students Using Type Learning
Models Indeks Card Match With Assistance Statistics BOA. 8(2), 133–144.
Ramda, A. H., Kurnila, V. S., & Jundu, R. (2018). Implementasi Kurikulum 2013 pada
Standar Isi Buku Teks Matematika Kelas VIII. Jurnal Eksakta Pendidikan (Jep),
2(2), 162. https://doi.org/10.24036/jep/vol2-iss2/231
Ramli, M. (2012). Media Teknlogi Pembelajaran. In IAIN Antasari Press. IAIN Antasari
Press.
Ridhahani. (2020). Metodologi Penelitian Dasar. In Journal of Experimental Psychology:
General (Vol. 136, Issue 1). https://idr.uin-antasari.ac.id/14146/
Rasyid, H., & Mansur. (2012). Penilaian Hasil Belajar. CV Wacana Prima.
Rosyidah, A. S., Widyaningrum, I., Indrayati, H., Belajar, H., & Learning, P. B. (2022).
Efektivtas Model Pbl Menggunakan Alat Peraga Pantik Pada Materi The
Effectiveness Of Pbl Using Visual Aids In Class VIII Statistics Material. Jurnal
Equation Teori Dan Penelitian Pendidikan Matematika, 5(2).
Setiadi, H. (2016). Pelaksanaan Penilaian Pada Kurikulum 2013 The Implementation Of
Assessment In The Curriculum 2013 Pendahuluan Pada tahun pelajaran 2014 / 2015
telah mulai diberlakukan Kurikulum 2013 di selu- ruh Indonesia yang merupakan
pembaharu- an dan penyempurnaan Ku. Jurnal Penelitian Dan Evaluasi
Pendidikan, 20(2), 166–178.
Siregar, S. (2014). Statistik Parametik untuk Penelitian Kuantitatif (F. Hutari (ed.); 2nd
ed.). Bumi Aksara.
Sudjana. (2013). METODA STATISTIKA. PT Tarsito Bandung.
Sugiyono. (2022). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R & D (Sugiyono (ed.);
2nd ed.). 2022.
Sujana, I. W. C. (2019). Fungsi Dan Tujuan Pendidikan Indonesia. Adi Widya: Jurnal
Pendidikan Dasar, 4(1), 29. https://doi.org/10.25078/aw.v4i1.927
Susanti, S., & Kuswidyanarko, A. (2022). Pengaruh Model Pembelajaran Discovery
Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V SD. JIKAP PGSD: Jurnal Ilmiah
Ilmu Kependidikan, 6(1), 65–70.
Suwardi, Masni Erika Firmiana, R. (2014). Pengaruh Penggunaan Alat Peraga terhadap
Hasil Pembelajaran Matematika pada Anak Usia Dini. 2(4), 297–305.
UU Nasional, U. S. P. (1982). Introduction and Aim of the Study. Acta Pædiatrica, 71,
6–6. https://doi.org/10.1111/j.1651-2227.1982.tb08455.x
Wahyuning, S. (2021). Statistik Dasar-Dasar.
Zakaria, E., & Syamaun, M. (2017). The Effect of Realistic Mathematics Education
Approach on Students’ Achievement And Attitudes Towards Mathematics.
Mathematics Education Trends and Research, 2017(1), 32–40.
https://doi.org/10.5899/2017/metr-00093

Anda mungkin juga menyukai