Anda di halaman 1dari 15

GANGGUAN BELAJAR

DAN RETARDASI MENTAL

Dosen Pengampu : Azizah Batubara, M.Si

Disusun Oleh :
Maisyaroh Attyah Ramadani (22011599)
Tiara Wandini (22011606)
Ahmad Rizky Syaifullah (22011604)

PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING


STKIP BUDIDAYA BINJAI
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-
Nya kami masih diberi kesehatan dan kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Tidak
lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Azizah Batubara, M.Si selaku dosen mata
kuliah Psikologi Abnormal dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam
menyelesaikan makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini, pastinya tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.
Kami selaku penyusun sangat menyadari bahwa penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan, oleh karena itu penulis sangat mengaharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sebagai masukan bagi penyusun. Akhir kata penyusun berharap
makalah ini dapat bermanfaat. Atas segala perhatiannya penulis mengucapkan banyak
terima kasih.

Binjai, 16 september 2023


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................... i

DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1

A. Latar Belakang................................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah........................................................................................................... 1

C. Tujuan Masalah............................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................... 3

A. Gangguan Belajar........................................................................................................... 3

a. Disleksia............................................................................................................... 3

b. Disgrafia.............................................................................................................. 5

c. Diskalkulia........................................................................................................... 7

B. Retardasi Mental............................................................................................................. 9

BAB III PENUTUP........................................................................................................... 11

A. Kesimpulan..................................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 12
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gangguan belajar merupakan suatu kondisi siswa dalam menerima pelajaran
yang akan menimbulkan hambatan dalam suatu proses belajar seseorang. Dimana
dengan adanya hambatan ini dapat menyebabkan seseorang mengalami kegagalan
atau kurang berhasil dalam mencapai tujuannya dalam belajar. Kesulitan belajar ini
akan membuat suatu keadaan yang menyebabkan siswa tidak dapat belajar
sebagaimana mestinya. Beberapa contoh dari gangguan belajar ini adalah Disleksia,
Disgrafia dan Diskalkulia.
Sedangkan, Retardasi mental merupakan suatu kelainan mental seumur
hidup, diperkirakan lebih dari 120 juta orang di seluruh dunia menderita kelainan
ini. Oleh karena itu retardasi mental merupakan masalah di bidang kesehatan
masyarakat, kesejahteraan sosial dan pendidikan baik pada anak yang mengalami
retardasi mental tersebut maupun keluarga dan masyarakat. Retardasi mental
merupakan suatu keadaan penyimpangan tumbuh kembang seorang anak sedangkan
peristiwa tumbuh kembang itu sendiri merupakan proses utama, hakiki, dan khas
pada anak serta merupakan sesuatu yang terpenting pada anak tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Gangguan Belajar ?
2. Apa dan bagaimana penyebab, gejala serta penanganan dari Disleksia ?
3. Apa dan bagaimana penyebab, gejala serta penanganan dari Disgrafia ?
4. Apa dan bagaimana penyebab, gejala serta penanganan dari Diskalkulia ?
5. Apa yang dimaksud dengan Retardasi Mental ?
C. Tujuan
1. Agar memahami maksud dari Gangguan Belajar
2. Agar mengerti bagaimana penyebab, gejala serta penanganan dari Disleksia
3. Agar mengerti bagaimana penyebab, gejala serta penanganan dari Disgrafia
4. Agar mengerti bagaimana penyebab, gejala serta penanganan dari Diskalkulia
5. Agar memahami maksud dari Retardasi Mental.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Gangguan Belajar
Anak kesulitan belajar yaitu masalah belajar primer yang disebabkan karena adanya
deficit atau kekurangan fungsi dalam satu atau lebih area inteligensi. Penyebabnya
gangguan neurologis dan genetik. Istilah kesulitan belajar hanya dikenakan pada anak-anak
yang mempunyai inteligensia normal hingga tinggi. Gangguan ini merupakan gangguan
yang kasat mata, berupa kesalahan dalam hal membaca (disleksia), menulis (disgrafia), dan
berhitung (diskalkulia). Kesalahan yang terjadi akan selalu dalam kesalahan sama secara
terus menerus, dan dibawa seumur hidup.
Gangguan belajar menunjuk pada sekolompok kesulitan yang dimanifestasikan di-
dalam bentuk kesulitan yang nyata dalam kemahiran dan penggunaan kemampuan
mendengarkan, bercakap-cakap, membaca, menulis, menalar atau kemampuan dalam
bidang studi matematika. Gangguan tersebut intrinsik dan diduga disebabkan oleh adanya
disfungsi system saraf pusat.

a. Disleksia
baca adalah kegiatan mendengar agar mendapat arti dari sebuah tulisan. Kegiatan
tersebut terdiri dari beberapa langkah, yaitu langkahmemberikan makna pada kata-kata, dan
biasanya disebut dengan teknik membaca, juga langkah-langkah dalam memahaminya.
Teknik membaca yaitu langkah-langkah dalam memahami antara mengeja dan melafalkan
huruf atau sejenisnya.
Sulit mengeja dan melafalkan huruf yaitu Disleksia, sedangkan hilangnya
kesanggupan dalam mengeja dan melafalkan kata-kata tertulis atau tercetak adalah Aleksia.
Terdapat beberapa materi dalam mengeja dan melafalkan huruf seperti mengeja dan
melafalkan huruf dasar, menyebutkan juga memahami dari tulisan atau kata. Ada dua tipe
disleksia diantaranya adalah masalah dalam mendengarkan bunyi pelafalan huruf dan
masalah dalam menyebutkan huruf.
Peserta didik yang mendapat masalah dalam mengeja atau melafalkan huruf,
mendapat masalah ketika menjelaskan dan mengetahui susunan kalimat (contohnya kata
dan bunyi yang semestinya gak disebutkan, kata sambung, kata ganti danl awan kata) juga
mengerti (seperti, mengerti kejadian-kejadian awal, pendapat, pertama, runtut kejadian, dan
inti dari sebuah tulisan). Orang-orang selalu merasakan masalah lain misalnya selalu tidak
ingat tentang tulisan yang dilafalkannya.

Penyebab-penyebab dari peserta didik yang mengalami masalah dalam Disleksia


dengan melihat yaitu terdiri dari :
1) Tendensi terbalik.
2) Kesulitan diskriminasi, menyalahkan tulisan atau kata yang sama.
3) Sulit melafalkan dan ingat mengenai huruf atau tulisan yang dilihatnya.
4) Memori visual terganggu.
5) Kecepatan persepsi lambat.
6) Masalah dalam menganalisa dan melafalkan tulisan yang dilihatnya.
7) Nilai ujian mengeja dan melafalkan huruf tidak bagus.

Peserta didik yang bermasalah dalam Disleksia mempunyai gejala-gejala


seperti dibawah ini:
1) Tidak lancar dalam membaca,
2) Selalu keliru pada kegiatan mengeja dan melafalkan huruf,
3) Kesanggupan mengerti maksud dari tulisan tidak tinggi,
4) Susah mengenali tulisan atau kata mirip.

Cara mengatasi kesulitan belajar Disleksia pada anak diantaranya adalah :


1. Menggunakan media belajar, usaha memperbaiki masalah mempelajari huruf pada
peserta didik yang mengalami masalah dalam mengeja dan melafalkan huruf yang pertama
adalah dengan menggunakan media belajar.
2. Meningkatkan semangat menghafal untuk anak, usaha memperbaiki masalah menghafal
kepada peserta didik yang tidak bisa mengeja atau melafalkan huruf dan selanjutnya yaitu
untuk meningkatkan motivasi belajar pada anak.
3. Tingkatkan rasa percaya diri anak, keadaan peserta didik yang bermasalah dalam
pengenalan huruf akan menjadikan beberapa peserta didik yang tidak bisa mengeja dan
melafalkan huruf menjadi susah juga menjadi tidak percaya diri akibat masalah dalam ikut
kegiatan pembelajaran di kelas juga kadang-kadang disingkirkan kawan-kawannya.
4. Tidak selalu menuduh peserta didik dengan keadaan yang dialaminya.
5. Selalu dampingi anak dalam belajar.

b. Disgrafia
Gangguan belajar yang banyak terjadi di sekolah salah satunya adalah gangguan belajar
menulis (disgrafia). Santrock (dalam Sa’adati, 2015) mendefinisikan disgrafia sebagai
gangguan belajar yang ditandai dengan adanya kesulitan dalam mengungkapkan pemikiran
dalam susunan tulisan. Di sekolah, anak-anak disgrafia sering dianggap sebagai anak yang
bodoh, anak yang malas belajar, anak yang nakal oleh guru. Pada kenyataannya, anak-anak
disgrafia juga ingin dapat mengekpsresikan dan mentransfer pikiran dan perasaannya ke
dalam bentuk tulisan dengan baik seperti anak-anak normal lain.
Anak-anak disgrafia ini mengalami hambatan dalam mengungkapkannya ke dalam
bentuk tulisan. Dengan demikian, seharusnya guru sadar bahwa anak-anak penderita
disgrafia bukanlah anak yang tingkat intelegensi rendah, bukan anak malas, atau bukan
anak yang tidak mau belajar. Guru harus yakin bahwa anak-anak disgrafia bisa dibantu
dalam hal menulis asalkan guru memiliki pengetahuan yang cukup tentang strategi
pembelajaran menulis bagi anak-anak disgrafia ini.
Penyebab-penyebab dari peserta didik yang mengalami masalah dalam Disgrafia
yaitu terdiri dari :

Selain faktor keturunan (yang tentu saja telah dibawa di dalam DNA seseorang),
disgrafia juga disebabkan oleh beberapa hal lain. Yaitu:
1. Cedera pada otak. Dapat disebabkan oleh kecelakaan, benturan keras, atau tumor.
Kondisi ini biasanya terjadi pada orang dewasa.
2. Kondisi kesehatan mental anak. Anak yang mengalami ADHD, ADD, autisme, atau
disleksia dapat mengalami disgrafia juga.

Peserta didik yang bermasalah dalam Disgrafia mempunyai gejala-gejala seperti


dibawah ini:
1. Jarak Antar Huruf dan Kata Tidak Konsisten. tulisan anak jarak antar huruf tidak
konsisten, sehingga hal ini membuat tulisannya sulit untuk dibaca.
2. Banyak Coretan Pada Tulisan dan Ukuran Huruf Tidak Konsisten. Hal ini
dikarenakan anak tidak mampu mengomunikasikan suatu ide, pengetahuan, atau
pemahamannya lewat tulisan.
3. Terjadi Unfinished. Hal ini juga disebabkan oleh ketidakmampuan anak dalam
mengomunikasikan ide ke dalam tulisannya.
4. Tidak Mengikuti Alur Garis yang Tepat dan Proporsional. menulis tidak mengikuti
alur garis yang tepat, tulisannya tidak sejajar, kadang naik dan kadang turun.

Cara mengatasi kesulitan belajar Disgrafia pada anak diantaranya adalah :


1. Strategi kegiatan pra menulis, apapun perbedaan ciri kesulitan anak dalam menulis,
strategi pertama yang dilakukan tetap sama, yaitu kegiatan pra menulis.
2. Kegiatan menjiplak huruf. Contoh pelaksanaan kegiatan ini adalah mula-mula anak
diperintahkan untuk menarik garis mengikuti pola garis putus-putus
berbentuk huruf.
3. Kegiatan menulis huruf balok, kegiatan pembelajaran ini dilakukan untuk melatih
berbagai indra (multisensori).
4. Kegiatan menulis bersambung, setelah diajarkan menulis huruf balok, secara
bertahap anak-anak diajarkan juga menulis bersambung.

c. Diskalkulia
Salah satu bentuk kesulitan belajar siswa yang berkaitan dengan akademik adalah
kesulitan dalam belajar matematika. Kesulitan belajar matematika ini merupakan
kesulitan belajar yang paling banyak ditemukan pada siswa sekolah dasar. Berdasarkan
hasil penelitian yang dilakukan oleh (Kenedi, Helsa, Ariani, Zainil, & Hendri, 2019)
membuktikan bahwa kemampuan koneksi matematika pada siswa sekolah dasar dalam
menyelesaikan permasalahan matematika masih rendah.
Kesulitan anak dalam belajar matematika sering disebut sebagai diskalkulia. Siswa
yang mengalami diskalkulia merupakan representasi dari lemahnya penggunaan strategi
pemecahan masalah siswa yang belum matang atau tidak efisien, sehingga siswa
dengan gangguan diskalkulia tidak dapat belajar aritmetika dengan baik, sehingga
memorinya tidak dapat mengingat dengan lancar.

Penyebab-penyebab dari peserta didik yang mengalami masalah dalam


Diskalkulia yaitu terdiri dari :
1. Faktor genetik
2. Kelahiran bayi prematur
3. Ada masalah pada ibu maupun bayi saat dalam kandungan dan atau setelah
melahirkan
4. Ibu mengonsumsi obat-obatan, minuman beralkohol, merokok atau makanan yang
berdampak pada perkembangan bayi sejak di kandungan.

Peserta didik yang bermasalah dalam Diskalkulia mempunyai gejala-gejala


seperti dibawah ini:
1. Masalah dengan menghitung angka, baik lisan maupun tulisan
2. Mengalami kesulitan mengingat konsep matematika sebelumnya atau kesulitan
dalam mengingat aritmatika dasar
3. Lambat dalam melakukan perhitungan
4. Mengalami peningkatan kecemasan saat harus berhubungan dengan pelajaran
aritmatika
5. Mengalami kesulitan melacak waktu
6. Tidak dapat memahami bahkan persamaan matematika yang paling sederhana
7. Tidak dapat membaca nilai numerik atau nilai operasional
8. Menggunakan jari untuk menghitung sederhana atau kesulitan dalam menghitung
mundur
9. Kurangnya koordinasi dan gerakan dalam keterampilan motorik.

Cara mengatasi kesulitan belajar Disgrafia pada anak diantaranya adalah :


1. Memperkenalkan teknik instruksi multi-indera. Ini termasuk menggunakan sensor
yang berhubungan dengan penglihatan, sentuhan, gerakan, dan pendengaran.
2. Menggunakan teknologi bantu. Ada beragam alat dan aplikasi yang tersedia untuk
mengajar anak matematika. Orangtua dapat menggunakannya untuk membantu
anak berlatih di rumah.
3. Melakukan permainan DIY. Menambahkan permainan papan ke kegiatan akhir
pekan anak dapat bermanfaat. Selain itu, melacak kemajuan anak di catatan dapat
membantu menyesuaikan perawatan dengan kebutuhan anak.
4. Konsultasikan dengan psikolog. Sebelum berasumsi tentang kondisi anak, selalu
konsultasikan dengan profesional. Dokter akan melakukan tes evaluasi untuk
menentukan akar penyebab masalah anak.
5. Mengunduh permainan bertema memori. Mengunduh teka-teki atau permainan
memori di ponsel cerdas menjadi salah satu cara untuk mengatasi gangguan ini.
B. Retardasi Mental
Menurut Grossman retardasi mental adalah penurunan fungsi intelektual yang
menyeluruh secara bermakna dan secara langsung menyebabkan gangguan adaptasi sosial,
dan bermanifestasi selama masa perkembangan. Menurut definisi ini penurunan fungsi
intelektual yang bermakna berarti pada pengukuran uji intelegensia berada pada dua deviasi
standar di bawah rata-rata. Berdasarkan kriteria ini ternyata kurang dari 3% populasi yang
dapat digolongkan sebagai retardasi mental. Periode perkembangan menurut definisi ini
adalah mulai dari lahir sampai umur 18 tahun. Gangguan adaptasi sosial menurut definisi
ini secara langsung disebabkan oleh penurunan fungsi intelektual.

retardasi mental dibagi menjadi 4 golongan yaitu :


•Mild retardation (retardasi mental ringan), IQ 50-69. Anak mengalami gangguan
berbahasa tetapi masih mampu menguasainya untuk keperluan bicara sehari-hari dan untuk
wawancara klinik
•Moderate retardation (retardasi mental sedang), IQ 35-49. Pada kelompok ini anak
mengalami keterlambatan perkembangan pemahaman dan penggunaan bahasa, serta
pencapaian akhirnya terbatas.
• Severe retardation (retardasi mental berat), IQ 20-34. Pada retardasi mental berat ini
biasanya mengalami kerusakan motorik yang bermakna atau adanya defisit neurologis
• Profound retardation (retardasi mental sangat berat), IQ <20. Retardasi mental sangat
berat berarti secara praktis anak sangat terbatas kemampuannya dalam mengerti dan
menuruti permintaan atau instruksi.

Penyebab dan gejala biologis atau sering disebut retardasi mental tipe
klinismempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
• Pada umumnya merupakan retardasi mental sedang sampai sangat berat
• Tampak sejak lahir atau usia dini
• Secara fisik tampak berkelainan/aneh
• Mempunyai latar belakang biomedis baik pranatal, perinatal maupun postnatal
• Tidak berhubungan dengan kelas sosial.
Penyebab dan gejala psikososial atau sering disebut tipe sosiokultural mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut:
• Biasanya merupakan retardasi mental ringan
• Diketahui pada usia sekolah
• Tidak terdapat kelainan fisis maupun laboratorium
• Mempunyai latar belakang kekurangan stimulasi mental (asah)

Cara mengatasi Retardasi Mental pada anak diantaranya adalah :


 Pelajari segala hal yang berhubungan dengan retardasi mental. Semakin banyak
orangtua tahu mengenai kondisi ini, maka akan semakin baik pula orangtua
memahami kondisi yang dialami Si Kecil.
 Dorong kemandirian Si Kecil. Biarkan anak mencoba hal-hal baru dan mendorong
mereka untuk melakukan sesuatu sendiri layaknya anak pada umumnya. Berikan
panduan saat dibutuhkan dan berikan umpan balik positif ketika anak melakukan
sesuatu dengan baik atau menguasai sesuatu yang baru.
 Libatkan anak dalam kegiatan kelompok. Mengambil kelas seni atau berpartisipasi
dalam Pramuka akan membantu anak membangun keterampilan sosialnya.
 Tetap terlibat. Dengan tetap berhubungan dengan guru Si Kecil, orangtua dapat
mengikuti kemajuan yang telah diperoleh anak dan memperkuat apa yang dipelajari
anak di sekolah melalui latihan di rumah.
 Kenali orang tua lain dari anak-anak dengan retardasi mental. Mereka dapat menjadi
sumber nasihat dan dukungan emosional yang baik.

Pencegahan terhadap Retardasi Mental yang dapat dilakukan adalah sebagai


berikut:
Pencegahan retardasi mental dapat primer (mencegah timbulnya retardasi
mental), atau sekunder (mengurangi manifestasi klinis retardasi mental). Sebab-sebab
retardasi mental yang dapat dicegah antara lain infeksi, trauma, intoksikasi, komplikasi
kehamilan, gangguan metabolisme, kelainan genetik.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Gangguan belajar merupakan salah satu kondisi siswa dalam menerima
pelajaran yang akan menimbulkan hambatan dalam suatu proses belajar seseorang.
Dimana dengan adanya hambatan ini dapat menyebabkan seseorang mengalami
kegagalan atau kurang berhasil dalam mencapai tujuannya dalam belajar.
Sedangkan, Retardasi mental merupakan kelainan mental seumur hidup,
diperkirakan lebih dari 120 juta orang diseluruh dunia menderita kelainan ini.
Retardasi merupakan suatu keadaan penyimpangan tumbuh kembang seorang anak
sedangkan peristiwa tumbuh kembang itu sendiri merupakan proses
utama,hakiki,dan khas pada anak serta merupakan sesuatu terpenting anak tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Utami, Ayu Putri. “KESULITAN BELAJAR: GANGGUAN PSIKOLOGI PADA SISWA


DALAM MENERIMA PELAJARAN”. Vol. II, no. 2 (2019): 92
Safarina, Eka Sri. “PENANGANAN ANAK KESULITAN BELAJAR DISLEKSIA MELALUI
PERMAINAN BOWLING KEBERANIAN”. Vol. I, no. 2 (2018): 35-38
Muchtar, Roza. “GANGGUAN BELAJAR MENULIS PADA ANAK DISGRAFIA”. Vol. IX,
no. 1 (2022): 1-9
Patricia, Firda Alfiana. “DISKALKULIA (KESULITAN MATEMATIKA)
BERDASARKAN GENDER PADA SISWA SEKOLAH DASAR DI KOTA MALANG”.
Vol. VIII, no. 2 (2019): 288-290
Pediatri, Sari. “RETARDASI MENTAL”. Vol. II, no. 3 (2000): 170-176.

Anda mungkin juga menyukai