Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH MANAJEMEN BK

(Pola-Pola Organisasi Bk Di Sekolah)

Dosen Pengampu: Muhazir, M.Pd.

Di Susun Oleh:
KELOMPOK 1
1. KHAIRUL AMRI (22011612)
2. TIARA WANDINI (22011606)
3. RIYAN WAHYUDI (22011587)
4. DEBYTHA DWI PUTRI (22011613)
5. YOGI DWI LESMANA (22011610)
6. DAYU RIZKY RAMADHAN (22011598)
7. SANDRA PERI RAMADHANI (22011644)
8. DEWI ARIMBI KHAIRUNISSA (22011591)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) BUDIDAYA BINJAI
T.A 2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabaraktuh, segala puji bagi ALLAH


SWT, yang telah memberi rahmat-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan tugas
makalah ini dengan tepat pada waktunya. Sholawat serta salam senantiasa
tercurah kepada junjungan besar Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam,
kepada keluarganya, para sahabat, tabi’it dan tabi’im serta dapat sampai kepada
kita selaku umatnya hingga akhir zaman nanti.
Adapun tujuan dari dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dari bapak Muhazir M.pd, pada bidang studi Manajemen BK selain itu,
penulisan ini juga bertujuan untuk menambah wawasan kita semua tentang
manajemen bk bagi para pembaca maupun penulis.
Kami mengucapkan terimakasih kepada bapak Muhazir M.pd, selaku
dosen di mata kuliah Manajemen BK yang memberikan tugas makalah ini
sehingga menambah pengetahuan dan wawasan kami. Kami selaku penulis
menyadari masih banyak kekurangan yang ada pada makalah ini. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca khususnya pada dosen
bidang studi ini. Demi kesempurnaan dalam membuat makalah pada waktu
mendatang. Untuk itu kami selaku penulis mengucapkan terimakasih.

Binjai, 11 september 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB. I PENDAHULUAN......................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................2

C. Tujuan...........................................................................................................2

BAB. II PEMBAHASAN.......................................................................................3

A. MANAJEMEN BIMBINGAN KONSELING DI SEKOLAH.....................3

1. Perencanaan...............................................................................................3

2. Pengorganisasian.......................................................................................3

3. Actuating...................................................................................................4

4. Monitoring/Evaluasi..................................................................................4

B. POLA ORGANISASI BK DI SEKOLAH....................................................5

C. LANDASAN DASAR POLA ORGANISASI BK DI SEKOLAH..............7

D. PRINSIP-PRINSIP POLA ORGANISASI BK DI SEKOLAH...................8

BAB. III PENUTUP.............................................................................................10

A. Kesimpulan.................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................11

ii
BAB. I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bimbingan dan konseling adalah suatu bantuan yang diberikan
oleh konselor kepada konseli/klien agar klien dapat menyelesaikan
masalah yang dihadapinya dan juga mampu mengembangkan potensi yang
dimilikinya. Manajemen dalam konteks pelayanan bimbingan dan
konseling (BK) dapat berarti proses perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengawasan aktifitas-aktifitas pelayanan bimbingan dan
konseling, serta penggunaan sumber daya lainnya untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
Pelaksanaan manajemen bimbingan konseling harus
dirumuskan secara matang baik dari segi program pelayanan
Bimbingan Konseling, meneliti hal-hal apa sajakah yang dibutuhkan
oleh para peserta didik, satuan layanan dan kegiatan dalam bimbingan
konseling, dapat merumuskan dengan baik pelaksanaan bimbingan dan
konseling, dan mengevaluasi program yang telah dilaksanakan dalam
bimbingan konseling.
Kegiatan manajemen tidak berakhir setelah perencanaan tersusun.
Salah satu kegiatan manajemen dalam pelaksanaan suatu rencana disebut
organisasi atau pengorganisasian. Untuk mencapai tujuan yang optimal
dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah maka
diperlukan suatu organisasi yang baik. Organisasi dalam pengertian umum
adalah suatu badan yang mengatur segala kegiatan untuk mencapai tujuan.
Bimbingan dan konseling tidak akan bisa dilaksanakan tanpa
adanya organisasi yang baik. Di beberapa sekolah sering dijumpai
bahwa pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling tanpa adanya
organisasi yang memadai. Walaupun adanya organisasi tetapi didalam
melaksanakan tugas-tugas pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah
hanya dibebankan kepada guru pembimbing saja. Kepala sekolah, wakil
kepala sekolah, guru mata pelajaran, dan staf sekolah lainnya
1
melimpahkan sepenuhnya dan seluruhnya semua tugas layanan
bimbingan dan konseling kepada guru pembimbing. Sehingga masih
sangat dirasakan seolah-olah guru pembimbing adalah berperan sebagai
jaksa sekolah atau polisi sekolah. Hal ini sudah tentu bertentangan dengan
tujuan dan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling, bahwa kepala
sekolah, wakil kepala sekolah, guru mata pelajaran, wali kelas, dan
staf sekolah lainnya, secara bersama-sama ikut bertanggung jawab
terhadap pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana manajemen BK disekolah?
2. Bagaimana pola organisasi BK di sekolah?
3. Apa yang menjadi landasan dasar pola organisasi BK di sekolah?
4. Apa saja prinsip-prinsip pola organisasi BK di sekolah?

C. Tujuan
1. Mengetahui manajemen BK di sekolah
2. Mengetahui pola organisasi BK di sekolah
3. Mengetahui landasan dasar pola organisasi bimbingan dan konseling di
sekolah
4. Mengetahui prinsip-prinsip pola organisasi BK di sekolah

2
BAB. II
PEMBAHASAN

A. MANAJEMEN BIMBINGAN KONSELING DI SEKOLAH


Dalam manajemen Bimbingan Konseling pun diperlukan perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan. Adapun rinciannya adalah
sebagai berikut :

1. Perencanaan
Pada saat melaksanakan proses perencanaan BK dimulai
dengan menganalisis kebutuhan, dalam merencanakan program BK
dengan menggunakan ITP yang kemudian dianalisis tugas
perkembangannya atau ATP maka dijadikan rencana kegiatan
tahunan dan dibuat program semester setiap kelas sesuai dengan
aspek perkembangan individu. Rencana kegiatan berdasar pada
kompetensi dasar pelayanan dasar bimbingan, pelayanan responsive,
perencanaan individual dan dukungan system.

2. Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah sebagai kegiatan pembagian tugas-
tugas pada orang yang terlibat dalam kerjasama sebuah
kegiatan.Sedangkan menurut Fauzi, I. (2012:39): “Organizing atau
pengorganisasian adalah mengelompokkan dan menentukan berbagai
kegiatan penting dan memberikan kekuasaan untuk melaksanakan
kegiatan itu”. Dengan demikian organisasi merupakan alat dalam
mencapai tujuan dengan visi dan misi tertentu. Sesuai dengan struktur
organisasi di tiap sekolah, personil BK adalah segenap unsur yang
terkait di dalam organisasi layanan bimbingan konseling dengan
coordinator dan guru BK/konselor sebagai pelaksana utama.
Uraian tugas kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru
pembimbing/konselor, wali kelas, dan guru mata pelajaran.
Koordinator BK dipilih dan diberi SK sama dengan Wakasek selain

3
sebagai guru BK dengan minimal kewajiban mengajar atau
membimbing per minggu 24 jam.

3. Actuating
Penggerakan berhubungan dengan peranan pemotivasian.
Peranan pemotivasian menurut Sagala.S (2011:60) adalah:”
menggerakkan dalam organisasi sekolah adalah merangsang guru dan
personal sekolah lainnya melaksanakan tugas-tugas dengan
antusiasme dan kemauan yang baik untuk mencapai tujuan dengan
penuh semangat.” Artinya pemimpin atau manajer atau dalam
organisasi sekolah kepala sekolah mengemban hampir semua
tanggung jawab untuk melembagakan arahan. Mekanisme kerjanya
bahwa bila peserta didik ada masalah di kelas maka masalah
diselesaikan oleh guru mata pelajaran, bila masaalah belum selesai
maka diselesaikan oleh wali kelas dan apabila masalahnya belum
tuntas maka diserahkan kepada guru BK/konselor. Apabila
menyangkut masalah di luar sekolah maka perlu kerja sama dengan
instansi lain seperti dokter, polisi, psikhiater, psikolog atau orang tua
peserta didik.

4. Monitoring/Evaluasi
Monitoring dan evaluasi kepada guru BK dilakukan oleh
coordinator BK dan Kepala sekolah untuk mengetahui apakah keempat
rencana pelayanan sudah terlaksana semua atau tidak. Pelayanan dasar,
pelayanan resposif, perencanaan individual dan dukungan system,
waktunya sesuai tidak, guru pembimbing sebagai pelaksana
melaksanakannya sesuai rencana. Berapa orang peserta didik yang
sudah dilayanani maka dilihat dalam evaluasi proses, program dan
hasilnya setiap bulan atau setiap semester. Sekolah telah melaksanakan
program, proses dan hasil monitoringnya yang dilaksanakan oleh
coordinator BK dan Kepala sekolah serta oleh Pengawas bidang

4
umum maupun bimbingan konseling, yaitu keseluruhan antara
program dan pelaksanaan untuk dipindahkan ke evaluasi,
keterlaksanaan program, hambatan – hambatan yang dijumpai,
dampak layanan bimbingan terhadap kegiatan belajar mengajar,
respon peserta didik, personal sekolah, orang tua, dan masyarakat
terhadap layanan bimbingan, perubahan kemajuan peserta didik
dilihat dari pencapaian tujuan layanan bimbingan, pencapaian tugas
perkembangan, hasil belajar dan keberhasilan peserta didik setelah
menamatkan sekolah.

B. POLA ORGANISASI BK DI SEKOLAH


Manajemen bimbingan dan konseling di sekolah agar bisa berjalan
seperti yang diharapkan antara lain perlu didukung oleh adanya
organisasi yang jelas dan teratur. Organisasi yang demikian itu secara
tegas mengatur kedudukan, tugas dan tanggung jawab para personil sekolah
yang terlibat. Demikian pula, organisasi tersebut tergambar dalam struktur
atau pola organisasi yang bervariasi yang tergantung pada keadaan dan
karakteristik sekolah masing-masing. Sebagai contoh, untuk sebuah sekolah
yang jumlah siswanya sedikit dengan jumlah guru yang terbatas maka
pola organisasinya biasanya bersifat sederhana. Sebaliknya, jika sekolah
tersebut siswanya jumlah banyak dengan didukung oleh personil sekolah
yang memadai diperlukan sebuah pola oraganisasi bimbingan dan
konseling yang lebih kompleks.Namun demikian, pada umumnya pola
organisasi bimbingan dan konseling yang dewasa ini banyak disarankan
adalah seperti tampak pada gambar berikut ini:

5
Gambar pola organisasi BK di Sekolah Keterangan :
a. Unsur Kan Depdiknas, adalah personil yang bertugas melakukan
pengawasan dan terhadap penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan
konseling di sekolah. Dalam hal ini adalah pengawas sebagaimana
dimaksudkan dalam petunjuk pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di
sekolah.
b. Kepala sekolah (bersama Wakil Kepala Sekolah) adalah penanggung
jawab pendidikan pada satuan pendidikan (SLTP, SMA, SMK) secara
keseluruhan, termasuk penanggung jawab dalam membuat kebijakan
pelayanan bimbingan dan konseling.
c. Koordinator Bimbingan dan Konseling (bersama guru
pembimbing/konselor sekolah) adalah pelaksanaan utama pelayanan
bimbingan dan konseling.
d. Guru (mata Pelajaran atau Praktik) adalah pelaksanaan pengajaran dan
praktik /latihan.
e. Wali Kelas, adalah guru yang ditugasi secara khusus untuk mengurusi
pembinaan dan adminitrasi (seperti nilai rapor, kenaikan kelas, kehadiran
siswa) satu kalas tertentu.
f. Siswa, adalah peserta didik yang menerima pelayanan pengajaran,
praktik/latihan, dan bimbingan di SLTP, SMA, dan SMK.
g. Tata Usaha, adalah pembantu Kepala Sekolah dalam penyelenggara
adminitrasi dan ketatausahaan.

6
h. Komite Sekolah, adalah organisasi yang terdiri dari unsure sekolah,
orang tua dan tokoh masyarakat, yang berperan membantu
penyelenggaraan satuan pendidikan yang bersangkutan.

Sifat hubungan seperti pada gambar di atas dapat diartikan secara variatif.
Hubungan antara Unsur Kandepiknas dengan Kepala Sekolah dan Koordinator
BK adalah hubungan administratif . Hubungan antara Koordinator BK dengan
Guru dan Wali Kelas adalah hubungan kerjasama sekaligus koordinatif bila
ditinjau dari garis administrasi Kepala Sekolah ke bawah. Sedangkan
hubungan Koordinator BK (dan Guru Pembimbing/Konselor Sekolah), Guru
Mata Pelajaran, Wali Kelas dengan Siswa adalah hubungan dalam layanan.

C. LANDASAN DASAR POLA ORGANISASI BK DI SEKOLAH


Organisasi bimbingan dan konseling di sekolah mutlak diperlukan, hal itu
jelas disebabkan karena hal-hal sebagai berikut:
1. Pelayanan bimbingan dan konseling adalah merupakan bagian yang
tidak terpisahkan (integral) dari keseluruhan program pendidikan. Ini
berarti bahwa seluruh staf sekolah apakah itu kepala sekolah , wakil
kepala sekolah, guru mata pelajaran, wali kelas, dan staf sekolah
lainnya perlu melibatkan diri dalam usaha layanan bimbingan dan
konseling.
2. Pembinaan bimbingan dan konseling di sekolah berada pada kepala
sekolah sebagai administrator sekolah yang memegang peran kunci.
Maka dari itu guru yang diberi tugas tambahan sebagai kepala
sekolah harus memiliki cukup keterampilan dan pemahaman dalam
bidang bimbingan dan konseling agar dapat memberikan pimpinan,
bantuan, dan pengentasan yang diperlukan oleh guru pembimbing dan
staf bimbingan lainnya.
3. Tanggung jawab langsung dalam melaksanakan bimbingan dan
konseling di sekolah hendaknya dilimpahkan kepada staf yang
berwenang yang memiliki kompetensi dan kualifikasi tertentu baik
dalam pendidikan formal, sifat, sikap, kepribadian, keterampilan,
7
dan pengalaman, serta mempunyai cukup waktu untuk melakukan tugas
kepembimbingan. Dalam beberapa hal, terutama sekolah yang tidak
terlalu besar kepala sekolah sendiri dapat memegang tanggung jawab.
4. Program bimbingan dan konseling merupakan suatu bentuk kegiatan
yang cukup luas bidang geraknya. Untuk dapat mewujudkan secara
nyata bidang gerak bimbingan dan konseling yang cukup luas ini
diperlukan mekanisme yang mantap.
5. Program pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah perlu
hendaknya diadakan penilaian (evaluasi) untuk mengetahui efektivitas
dan efisiensi program bimbingan dan konseling, dan selanjutnya
digunakan sebagai bahan revisi program pelayanan bimbingan dan
konseling selanjutnya.
6. Petugas-petugas yang diserahi tanggung jawab bimbingan yang bersifat
khusus, seperti kegiatan konseling atau tes psikologis hendaknya
ditangani oleh petugas profesional dan kompeten mengerjakan jenis
tugas tersebut, berkompeten dari aspek keahliannya maupun dari aspek
pribadinya.
7. Petugas-petugas bimbingan dan konseling dan seluruh staf bimbingan
dan konseling mutlak perlu diberikan pelatihan dan atau pendidikan
dalam jabatan (inservice training), sebagai suatu sarana untuk
memperbaiki layanan bimbingan dan konseling di sekolah.

D. PRINSIP-PRINSIP POLA ORGANISASI BK DI SEKOLAH


Sekolah adalah organisasi formal, yang di dalamnya terdapat usaha
usaha administrasi dalam usaha mencapai tujuan pendidikan dn
pengajaran nasional. Adapun bimbingan dan konseling adalah suborganisasi
dari organisasi sekolah.Dalam organisasi bimbingan dan konseling di sekolah
perlu diperhatikan beberapa prinsip organisasi untuk menjamin kelancaran
pelaksanaan program layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Adapun
prinsip-prinsip organisasi, secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut

8
1. Organisasi harus mempunyai tujuan yang jelas Organisasi dibentuk
atas dasar adanya tujuan yang ingin dicapai,sehingga tidak
mungkin suatu organisasi tanpa adanya tujuan.
2. Prinsip skala Hierarki Dalam suatu organisasi, harus ada garis
kewenangan yang jelas dari pimpinan, pembantu pimpinan sampai
pelaksana, sehinnga dapat mempertegas ddalam pendelegasian
wewenang dan pertanggung jawaban, dan akan menunjang efektifitas
jalannya organisasi secara keseluruhan.
3. Prinsip kesatuan perintah Dalam hal ini seseorang hanya menerima
perintah atau bertanggung jawab kepada seseorang atasan saja.
4. Prinsip pendelegasian wewenang Dalam pendelegasian, wewenang
yang dilimpahkan meliputi kewenangan dalam pengambilan
keputusan, melakukan hubungan dengan orang lain, dan
mengadakan tindakan tanpa meminta persetujuan lebih dahulu kepada
atasannya.
5. Prinsip pertanggung jawaban Dalam menjalankan tugasnya, setiap
pegawai harus bertanggung jawab sepenuhnya kepada atasan 6.
Prinsip pembagian pekerjaan Adanya kejelasan dalam pembagian
tugas akan memperjels dalam pendelegasian wewenang,
pertanggungjawaban, serta menunjang efektifitas jalannya organisasi.
6. Prinsip rentang pengendalian Artinya bahwa jumlah bawahan atau staf
yang harus dikendalikan oleh seorang atasan perlu dibatasi secara
rasional. Rentang kendali ini sesuai dengan bentuk dan tipe
organisasi.
7. Prinsip fungsional Secara fungsional, tugas dan wewenag, kegiatan,
hubungan kerja, serta tanggungjawab seorang pegawai hgarus jelas.
8. Prinsip pemisahan Tanggung jawab tugas pekerjaan seseorang tidak
dapat dibebankan kepada orang lain.
9. Prinsip keseimbangan Keseimbangan disini adalah keseimbangan
antara struktur organisasi yang efektifdan tujuan organisasi.
10. Prinsip fleksibilitas Organisasi harus senantiasa melakukan
pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan dinamika organisasi

9
sendiri (inter factor) dank arena adanya pengaruh di luar organisasi
(external factor), sehingga organisasi mampu menjalankan fungsi
dalam mencapai tujuan.
11. Prinsip kepemimpinan Dalam organisasi apapun
bentuknya,diperlukan pemimpinatau dengan kata lain organisasi
mampun menjalankan aktifitasnya karena adanya proses
kepemimpinan yang di gerakkan oleh pemimpin organisasi tersebut.

10
BAB. III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Manajemen bimbingan dan konseling di sekolah merupakan upaya
dengan. berbagai cara yang digunakan untuk mendayagunakan secara
optimal dan efektif, semua komponen atau sumber daya (tenaga, dana,
sarana dan prasarana) dan sistem informasi yang meliputi himpunan data
bimbingan dalam melaksanakan pelayanan bimbingan dan konseling
untuk mencapai tujuan. Manajemen bimbingan dan konseling yang baik
haruslah diwadahi oleh sebuah organisasi bimbingan dan konseling yang
baik pula. Organisasi bimbingan dan konseling diperlukan untuk tujuan
pembagian tugas dan wewenang setiap personil baik di tingkat birokrasi di
atas sekolah maupun di dalam sekolah itu sendiri. Di samping itu, dengan
adanya organisasi yang tugas dan dan baik, strukturnya akan
menghindarkan dari tumpang tindih tugas dan fungsi setiap personal,
dengan demikian jelas garis komando dan koordinasinya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Burhanuddin. (1994). Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan


Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Djumhur, Moh Surya. (1981). Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah.Bandung:


ILMU Nurichsan

A.J. (2006). Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan.


Bandung: Refika Aditama.

Dewa Ketut Sukardi. (2000). Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan


Konseling di Sekolah. Jakarta: Rincka Cipta

Munandir. (1996). Program Bimbingan Karir di Sekolah Jakarta: Dirijen Dikti


Depdikbud.

Shetzer, Bruce dan Stone, Shelly, (1981). Fundamental of Guidance. Boston:


Haoughton Mifflin Company.

Thantawy R. (1998). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Pamator


Pressindo.

12

Anda mungkin juga menyukai