Anda di halaman 1dari 15

1. (a).

Demand Grafik
80,000
70,000
60,000
50,000
40,000 Penjualan
30,000
20,000
10,000
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2
ode ode ode ode ode ode ode ode ode de 1 de 1 de 1
ri ri ri ri ri ri ri ri ri io rio erio
Pe Pe Pe Pe Pe Pe Pe Pe Pe Per Pe P

(b). Terdapat beberapa metode peramalan yang dapat digunakan, seperti metode rata-rata
bergerak, eksponensial smoothing, dan regresi linier. Namun, untuk kasus ini, karena data
penjualan menunjukkan tren yang jelas, metode yang paling sesuai adalah metode regresi linier.
Metode ini dapat digunakan untuk menemukan persamaan garis tren yang dapat digunakan untuk
memproyeksikan penjualan di masa depan. Alasan pemilihan metode ini adalah karena data
penjualan menunjukkan tren yang jelas dan metode regresi linier dapat memberikan proyeksi
yang akurat untuk data dengan tren yang jelas.

2. (a). Untuk menentukan perencanaan produksi di 12 periode kedepan, Anda perlu


mempertimbangkan beberapa faktor, seperti proyeksi penjualan, tingkat persediaan, dan biaya
produksi. Berikut adalah langkah-langkah untuk menentukan perencanaan produksi:

1) Hitung kebutuhan bahan baku: Kebutuhan bahan baku dapat dihitung dengan mengalikan
jumlah produksi dengan biaya bahan baku per unit. Misalnya, jika Anda memproduksi
10.000 unit, maka kebutuhan bahan baku adalah 10.000 x Rp 20.000 = Rp 200.000.000.
2) Hitung biaya persediaan: Biaya persediaan dapat dihitung dengan mengalikan jumlah
persediaan dengan biaya persediaan per unit per periode. Misalnya, jika Anda memiliki
persediaan cadangan sebanyak 600 unit, maka biaya persediaan adalah 600 x Rp 3.000 = Rp
1.800.000.
3) Hitung biaya marjin stockout/backlog: Biaya marjin stockout/backlog dapat dihitung dengan
mengalikan jumlah backlog dengan biaya marjin stockout/backlog per unit per periode.
Misalnya, jika Anda memiliki backlog sebanyak 100 unit, maka biaya marjin
stockout/backlog adalah 100 x Rp 6.000 = Rp 600.000.
4) Hitung biaya produksi: Biaya produksi dapat dihitung dengan mengalikan jumlah jam
produksi dengan biaya produksi per jam. Misalnya, jika Anda membutuhkan 5 jam untuk
memproduksi satu unit dan biaya produksi per jam adalah Rp 5.000, maka biaya produksi per
unit adalah 5 x Rp 5.000 = Rp 25.000.
5) Hitung biaya lembur: Biaya lembur dapat dihitung dengan mengalikan jumlah jam lembur
dengan biaya lembur per jam. Misalnya, jika Anda membutuhkan 2 jam lembur dan biaya
lembur per jam adalah Rp 7.000, maka biaya lembur adalah 2 x Rp 7.000 = Rp 14.000
6) Hitung biaya sub kontrak: Biaya sub kontrak dapat dihitung dengan mengalikan jumlah unit
yang disubkontrakkan dengan biaya sub kontrak per unit. Misalnya, jika Anda
mensubkontrakkan 500 unit dan biaya sub kontrak per unit adalah Rp 40.000, maka biaya sub
kontrak adalah 500 x Rp 40.000 = Rp 20.000.000.
7) Hitung total biaya produksi: Total biaya produksi dapat dihitung dengan menjumlahkan
semua biaya yang telah dihitung sebelumnya. Misalnya, jika Anda memproduksi 10.000 unit,
maka total biaya produksi adalah:

- Biaya bahan baku: Rp 200.000.000

- Biaya persediaan: Rp 1.800.000

- Biaya marjin stockout/backlog: Rp 600.000

- Biaya produksi: Rp 25.000 x 10.000 = Rp 250.000.000

- Biaya lembur: Rp 14.000 x 10.000 = Rp 140.000.000

- Biaya sub kontrak: Rp 20.000.000

Total biaya produksi = Rp 612.400.000

8) Tentukan perencanaan produksi: Setelah mengetahui total biaya produksi, Anda dapat
menentukan perencanaan produksi dengan mempertimbangkan proyeksi penjualan dan
tingkat persediaan yang diinginkan. Misalnya, jika proyeksi penjualan untuk periode
berikutnya adalah 12.000 unit dan Anda ingin memiliki persediaan cadangan sebanyak 800
unit, maka perencanaan produksi adalah:

- Kebutuhan bahan baku: 12.000 x Rp 20.000 = Rp 240.000.000

- Biaya persediaan: 800 x Rp 3.000 = Rp 2.400.000

- Biaya marjin stockout/backlog: 0 (tidak ada backlog)

- Biaya produksi: Rp 25.000 x 12.000 = Rp 300.000.000

- Biaya lembur: 0 (tidak ada lembur)

- Biaya sub kontrak: 0 (tidak ada sub kontrak)


Total biaya produksi = Rp 542.400.000

Dengan demikian, perencanaan produksi untuk periode berikutnya adalah 12.000 unit. Namun,
perlu diingat bahwa perencanaan produksi harus selalu disesuaikan dengan proyeksi penjualan
dan tingkat persediaan yang diinginkan. Selain itu, faktor-faktor lain seperti biaya rekrut dan
pelatihan, biaya merumahkan pekerja, dan faktor-faktor lainnya juga perlu dipertimbangkan
dalam perencanaan produksi.

3. (a). Untuk melakukan perencanaan produksi di 12 periode ke depan, kita perlu


memperhitungkan beberapa faktor berdasarkan parameter yang diberikan. Beberapa faktor yang
perlu dipertimbangkan antara lain biaya produksi, biaya persediaan, dan persediaan cadangan di
akhir periode.

Berikut adalah perencanaan produksi di 12 periode kedepan berdasarkan parameter yang


diberikan:

Periode 1:

 Produksi: 600 unit

 Biaya produksi: 600 unit * Rp 5,000/jam * 5 jam = Rp 15,000,000

 Biaya bahan baku: 600 unit * Rp 20,000/unit = Rp 12,000,000

 Biaya persediaan: 600 unit * Rp 3,000/unit/periode = Rp 1,800,000

 Total biaya: Rp 15,000,000 + Rp 12,000,000 + Rp 1,800,000 = Rp 28,800,000

Periode 2 hingga 11:

 Produksi: 600 unit

 Biaya produksi: 600 unit * Rp 5,000/jam * 5 jam = Rp 15,000,000

 Biaya bahan baku: 600 unit * Rp 20,000/unit = Rp 12,000,000

 Biaya persediaan: 600 unit * Rp 3,000/unit/periode = Rp 1,800,000

 Total biaya: Rp 15,000,000 + Rp 12,000,000 + Rp 1,800,000 = Rp 28,800,000

Periode 12:

 Produksi: 600 unit

 Biaya produksi: 600 unit * Rp 5,000/jam * 5 jam = Rp 15,000,000


 Biaya bahan baku: 600 unit * Rp 20,000/unit = Rp 12,000,000

 Biaya persediaan: 600 unit * Rp 3,000/unit/periode = Rp 1,800,000

 Biaya persediaan cadangan di akhir periode: 600 unit * Rp 3,000/unit/periode = Rp


1,800,000

 Total biaya: Rp 15,000,000 + Rp 12,000,000 + Rp 1,800,000 + Rp 1,800,000 = Rp


30,600,000

(b). Untuk membuat rencana produksi cadangan berdasarkan proyeksi penjualan dengan
mengganti 4 digit terakhir angka penjualan dengan angka 4126, kita perlu memperhitungkan
beberapa faktor berdasarkan parameter yang diberikan. Beberapa faktor yang perlu
dipertimbangkan antara lain biaya produksi, biaya persediaan, persediaan cadangan di akhir
periode, dan biaya marjin stockout/backlog.

Berikut adalah rencana produksi dengan menggunakan hasil proyeksi penjualan yang telah
dimodifikasi:

Periode 1:

 Penjualan: 4126 unit

 Produksi: 4126 unit

 Biaya produksi: 4126 unit * Rp 5,000/jam * 5 jam = Rp 103,150,000

 Biaya bahan baku: 4126 unit * Rp 20,000/unit = Rp 82,520,000

 Biaya persediaan: 4126 unit * Rp 3,000/unit/periode = Rp 12,378,000

 Total biaya: Rp 103,150,000 + Rp 82,520,000 + Rp 12,378,000 = Rp 198,048,000

Periode 2 hingga 11:

 Penjualan: 4126 unit

 Produksi: 4126 unit

 Biaya produksi: 4126 unit * Rp 5,000/jam * 5 jam = Rp 103,150,000

 Biaya bahan baku: 4126 unit * Rp 20,000/unit = Rp 82,520,000

 Biaya persediaan: 4126 unit * Rp 3,000/unit/periode = Rp 12,378,000

 Total biaya: Rp 103,150,000 + Rp 82,520,000 + Rp 12,378,000 = Rp 198,048,000

Periode 12:
 Penjualan: 4126 unit

 Produksi: 4126 unit

 Biaya produksi: 4126 unit * Rp 5,000/jam * 5 jam = Rp 103,150,000

 Biaya bahan baku: 4126 unit * Rp 20,000/unit = Rp 82,520,000

 Biaya persediaan: 4126 unit * Rp 3,000/unit/periode = Rp 12,378,000

 Biaya persediaan cadangan di akhir periode: 600 unit * Rp 3,000/unit/periode = Rp


1,800,000

 Total biaya: Rp 103,150,000 + Rp 82,520,000 + Rp 12,378,000 + Rp 1,800,000 = Rp


199,848,000

(c). Jika pada tahun 2023 biaya rekrut dan pelatihan serta biaya merumahkan pekerja akan
dinaikkan menjadi Rp 800,000/pekerja, maka perlu melakukan penyesuaian terhadap
perencanaan produksi sebelumnya. Berikut adalah perencanaan produksi di 12 periode ke depan
dengan penyesuaian biaya rekrut dan pelatihan serta biaya merumahkan pekerja:

Periode 1:

 Produksi: 600 unit

 Biaya produksi: 600 unit * Rp 5,000/jam * 5 jam = Rp 15,000,000

 Biaya bahan baku: 600 unit * Rp 20,000/unit = Rp 12,000,000

 Biaya persediaan: 600 unit * Rp 3,000/unit/periode = Rp 1,800,000

 Biaya rekrut dan pelatihan: Rp 800,000/pekerja * 0 pekerja = Rp 0

 Biaya merumahkan pekerja: Rp 800,000/pekerja * 0 pekerja = Rp 0

 Total biaya: Rp 15,000,000 + Rp 12,000,000 + Rp 1,800,000 + Rp 0 + Rp 0 = Rp


28,800,000

Periode 2 hingga 11:

 Produksi: 600 unit

 Biaya produksi: 600 unit * Rp 5,000/jam * 5 jam = Rp 15,000,000

 Biaya bahan baku: 600 unit * Rp 20,000/unit = Rp 12,000,000

 Biaya persediaan: 600 unit * Rp 3,000/unit/periode = Rp 1,800,000


 Biaya rekrut dan pelatihan: Rp 800,000/pekerja * 0 pekerja = Rp 0

 Biaya merumahkan pekerja: Rp 800,000/pekerja * 0 pekerja = Rp 0

 Total biaya: Rp 15,000,000 + Rp 12,000,000 + Rp 1,800,000 + Rp 0 + Rp 0 = Rp


28,800,000

Periode 12:

 Produksi: 600 unit

 Biaya produksi: 600 unit * Rp 5,000/jam * 5 jam = Rp 15,000,000

 Biaya bahan baku: 600 unit * Rp 20,000/unit = Rp 12,000,000

 Biaya persediaan: 600 unit * Rp 3,000/unit/periode = Rp 1,800,000

 Biaya persediaan cadangan di akhir periode: 600 unit * Rp 3,000/unit/periode = Rp


1,800,000

 Biaya rekrut dan pelatihan: Rp 800,000/pekerja * 0 pekerja = Rp 0

 Biaya merumahkan pekerja: Rp 800,000/pekerja * 0 pekerja = Rp 0

 Total biaya: Rp 15,000,000 + Rp 12,000,000 + Rp 1,800,000 + Rp 1,800,000 + Rp 0 +


Rp 0 = Rp 30,600,000

(d). Untuk menentukan strategi perencanaan produksi yang tepat, perlu mempertimbangkan
beberapa faktor yang relevan berdasarkan parameter yang diberikan. Beberapa faktor yang perlu
dipertimbangkan antara lain biaya produksi, biaya persediaan, biaya marjin stockout/backlog,
dan persediaan cadangan di akhir periode. Strategi perencanaan produksi yang tepat akan
memaksimalkan efisiensi produksi dan mengoptimalkan pengelolaan biaya.

Berikut adalah beberapa strategi perencanaan produksi yang dapat dipertimbangkan berdasarkan
parameter yang diberikan:

a. Perencanaan Persediaan:

 Memastikan persediaan bahan baku mencukupi untuk memenuhi permintaan


dengan menghitung dengan cermat kebutuhan bahan baku dan melakukan
pengadaan secara tepat waktu.

 Mengoptimalkan tingkat persediaan dengan meminimalkan biaya persediaan yang


terjadi dari kelebihan stok atau kekurangan stok.

 Memonitor persediaan cadangan di akhir periode untuk menghindari kekurangan


stok atau stockout yang dapat menyebabkan biaya marjin stockout/backlog.
b. Perencanaan Produksi:

 Mencocokkan tingkat produksi dengan permintaan pelanggan untuk menghindari


kelebihan produksi yang dapat meningkatkan biaya persediaan dan biaya
produksi.

 Menggunakan informasi proyeksi penjualan dan permintaan pasar untuk mengatur


tingkat produksi secara akurat.

 Mempertimbangkan penggunaan lembur jika diperlukan untuk memenuhi


peningkatan permintaan pelanggan, dengan memperhatikan biaya lembur yang
diberikan.

c. Manajemen Pekerja:

 Mengoptimalkan penggunaan tenaga kerja dengan mempertimbangkan jumlah


pekerja yang diperlukan untuk produksi yang efisien.

 Menyusun jadwal kerja yang efektif untuk memaksimalkan produktivitas pekerja


dan menghindari biaya merumahkan pekerja yang tidak perlu.

 Mengestimasi biaya rekrut dan pelatihan yang tepat untuk mempertahankan


kualitas dan ketersediaan tenaga kerja yang optimal.

d. Evaluasi Biaya dan Kualitas:

 Melakukan analisis biaya-produksi secara reguler untuk mengidentifikasi area


yang dapat ditingkatkan dan mengurangi biaya yang tidak perlu.

 Memantau kualitas produk untuk memastikan bahwa biaya produksi dan biaya
persediaan tidak meningkat karena cacat atau kekurangan kualitas.

3. a) Untuk menentukan besar dan waktu pelaksanaan promosi yang tepat, perlu dilakukan
perhitungan terlebih dahulu. Berdasarkan riset pasar, pemberian diskon 4% akan meningkatkan
tingkat konsumsi sebesar 15% dan memicu aktivitas pembelian di depan sebesar 30% pada dua
periode kedepan. Sedangkan, pemberian diskon 5% akan mengubah tingkat konsumsi sebesar
30% dan aktivitas forward buy sebesar 30% pada dua periode. Oleh karena itu, perlu dilakukan
perhitungan untuk menentukan besar dan waktu pelaksanaan promosi yang tepat.

Misalnya, jika proyeksi penjualan untuk periode berikutnya adalah 10.000 unit dan harga jual
normal adalah Rp 100.000 per unit, maka total pendapatan penjualan adalah Rp 1.000.000.000.
Jika diberikan diskon 4%, maka harga jual menjadi Rp 96.000 per unit. Dengan asumsi tingkat
konsumsi meningkat 15%, maka proyeksi penjualan menjadi 11.500 unit. Jika aktivitas forward
buy meningkat 30%, maka proyeksi penjualan untuk dua periode kedepan menjadi 14.950 unit.
Dengan demikian, total pendapatan penjualan menjadi Rp 1.436.200.000.
Sedangkan jika diberikan diskon 5%, maka harga jual menjadi Rp 95.000 per unit. Dengan
asumsi tingkat konsumsi meningkat 30%, maka proyeksi penjualan menjadi 13.000 unit. Jika
aktivitas forward buy meningkat 30%, maka proyeksi penjualan untuk dua periode kedepan
menjadi 16.900 unit. Dengan demikian, total pendapatan penjualan menjadi Rp 1.605.500.000.

Berdasarkan perhitungan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pemberian diskon 5% lebih efektif
dalam meningkatkan penjualan. Namun, perlu diperhatikan juga bahwa pemberian diskon terlalu
besar dapat merusak citra perusahaan dan mengurangi keuntungan.

Untuk menentukan waktu pelaksanaan promosi yang tepat, perlu dipertimbangkan faktor-faktor
seperti musim, event khusus, dan kondisi pasar. Misalnya, jika perusahaan bergerak di bidang
fashion, maka waktu pelaksanaan promosi dapat dilakukan pada saat pergantian musim atau saat
event fashion besar seperti fashion week. Selain itu, perlu juga dipertimbangkan kondisi pasar
saat itu, apakah sedang mengalami penurunan atau kenaikan permintaan.

b) Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan untuk menentukan program produksi antara lain:

1) Proyeksi penjualan: Proyeksi penjualan harus menjadi dasar dalam menentukan program
produksi. Proyeksi penjualan dapat digunakan untuk menghitung kebutuhan produksi,
persediaan, dan biaya produksi.
2) Tingkat persediaan: Tingkat persediaan yang diinginkan harus dipertimbangkan dalam
menentukan program produksi. Persediaan yang terlalu banyak dapat mengakibatkan
biaya persediaan yang tinggi, sedangkan persediaan yang terlalu sedikit dapat
mengakibatkan stockout dan backlog.
3) Biaya produksi: Biaya produksi harus dipertimbangkan dalam menentukan program
produksi. Biaya produksi meliputi biaya bahan baku, biaya produksi, biaya lembur, dan
biaya sub kontrak.
4) Kapasitas produksi: Kapasitas produksi perusahaan harus dipertimbangkan dalam
menentukan program produksi. Kapasitas produksi harus disesuaikan dengan kebutuhan
produksi dan tingkat persediaan yang diinginkan.
5) Ketersediaan tenaga kerja: Ketersediaan tenaga kerja harus dipertimbangkan dalam
menentukan program produksi. Jumlah tenaga kerja harus disesuaikan dengan kebutuhan
produksi dan kapasitas produksi perusahaan.
6) Ketersediaan bahan baku: Ketersediaan bahan baku harus dipertimbangkan dalam
menentukan program produksi. Jumlah bahan baku harus disesuaikan dengan kebutuhan
produksi dan tingkat persediaan yang diinginkan.
7) Faktor-faktor lain: Faktor-faktor lain seperti kond, persaingan, dan regulasi pemerintah
juga perlu dipertimbangkan dalam menentukan program produksi. Misalnya, jika pasar
sedang mengalami penurunan permintaan, maka perlu dilakukan penyesuaian program
produksi agar tidak terjadi overproduksi. Selain itu, persaingan dengan perusahaan lain
juga perlu dipertimbangkan dalam menentukan program produksi. Perusahaan harus
mampu menghasilkan produk yang lebih baik dan lebih efisien dibandingkan dengan
pesaingnya. Terakhir, regulasi pemerintah seperti peraturan tentang lingkungan dan
kesehatan juga perlu dipertimbangkan dalam menentukan program produksi. Perusahaan
harus memastikan bahwa produksinya tidak merusak lingkungan dan memenuhi standar
kesehatan yang ditetapkan oleh pemerintah.

4. (a). Untuk menentukan ukuran pemesanan komponen W, Y, dan Z yang memenuhi prinsip
Economies of Scale selama 12 periode, perlu dilakukan perhitungan EOQ (Economic Order
Quantity) untuk masing-masing komponen dengan mempertimbangkan kebutuhan selama 12
periode.

Untuk komponen W, dapat dihitung EOQ dengan rumus:

EOQ = √[(2 x D x S) / H]

Dalam rumus tersebut, D adalah kebutuhan selama 12 periode, S adalah biaya pemesanan, dan H
adalah biaya persediaan. Berdasarkan data pada Tabel 3, D untuk komponen W selama 12
periode adalah 12 x 100 unit = 1.200 unit, S adalah Rp 400.000 per pesan, dan H adalah 10% dari
harga, yaitu Rp 100 per unit per tahun. Dengan demikian, EOQ untuk komponen W selama 12
periode adalah:

EOQ = √[(2 x 1.200 x 400.000 x 12) / (100 x 12)] = √(11.520.000) = 3.394 unit

Untuk komponen Y, dapat dihitung EOQ dengan rumus yang sama:

EOQ = √[(2 x D x S) / H]

Dalam rumus tersebut, D untuk komponen Y selama 12 periode adalah 12 x 150 unit = 1.800
unit, S adalah Rp 400.000 per pesan, dan H adalah 15% dari harga, yaitu Rp 225 per unit per
tahun. Dengan demikian, EOQ untuk komponen Y selama 12 periode adalah:

EOQ = √[(2 x 1.800 x 400.000 x 12) / (225 x 12)] = √(15.360.000) = 3.919 unit

Untuk komponen Z, dapat dihitung EOQ dengan rumus yang sama:

EOQ = √[(2 x D x S) / H]

Dalam rumus tersebut, D untuk komponen Z selama 12 periode adalah 12 x 125 unit = 1.500
unit, S adalah Rp 400.000 per pesan, dan H adalah 17% dari harga, yaitu Rp 425 per unit per
tahun. Dengan demikian, EOQ untuk komponen Z selama 12 periode adalah: EOQ = √[(2 x
1.500 x 400.000 x 12) / (425 x 12)] = √(16.941.176) = 4.112 unit

Dengan demikian, ukuran pemesanan komponen W, Y, dan Z untuk 12 periode yang memenuhi
prinsip Economies of Scale adalah masing-masing sebesar 3.394 unit, 3.919 unit, dan 4.112 unit.
Dengan menggunakan ukuran pemesanan yang optimal ini, perusahaan dapat mengurangi biaya
pemesanan dan persediaan serta meningkatkan efisiensi produksi.
(b). Untuk menentukan ukuran pemesanan terintegrasi untuk seluruh komponen yang
dibutuhkan, perlu dilakukan perhitungan dengan mempertimbangkan kebutuhan selama 12
periode dan biaya pemesanan dan persediaan yang tercantum pada Tabel 3.

Berdasarkan Tabel 3, biaya penyewaan kendaraan untuk setiap pesanan adalah Rp 400.000, biaya
handling produk untuk komponen Y adalah Rp 200.000/pesan, dan biaya handling produk untuk
komponen Z adalah Rp 300.000/pesan. Biaya persediaan untuk komponen W adalah 10% dari
harga, untuk komponen Y adalah 15% dari harga, dan untuk komponen Z adalah 17% dari harga.

Misalnya, jika perusahaan memesan 3.000 unit komponen coffee maker, maka kebutuhan untuk
komponen W, Y, dan Z masing-masing adalah 3.000 x 2 = 6.000 unit, 3.000 x 3 = 9.000 unit,
dan 3.000 x 1 = 3.000 unit.

Dengan demikian, biaya pemesanan dan persediaan untuk 3.000 unit komponen coffee maker
adalah:

 Biaya penyewaan kendaraan = Rp 400.000


 Biaya handling produk untuk komponen W = 1 x Rp 150.000 = Rp 150.000
 Biaya handling produk untuk komponen Y = 3 x Rp 200.000 = Rp 600.000
 Biaya handling produk untuk komponen Z = 1 x Rp 300.000 = Rp 300.000
 Biaya persediaan untuk komponen W = 6.000 x Rp 1.000 x 10% = Rp 60.000.000
x 10% = Rp 6.000.000
 Biaya persediaan untuk komponen Y = 9.000 x Rp 1.500 x 15% = Rp 20.250.000
 Biaya persediaan untuk komponen Z = 3.000 x Rp 2.500 x 17% = Rp 12.750.000
 Total biaya pemesanan dan persediaan = Rp 40.300.000

Dengan cara yang sama, dapat dilakukan perhitungan untuk ukuran pemesanan yang lain. Setelah
dilakukan perhitungan untuk semua ukuran pemesanan yang mungkin, perusahaan dapat memilih
ukuran pemesanan yang memberikan biaya pemesanan dan persediaan terendah.

(c). Untuk menentukan ukuran pemesanan terintegrasi untuk seluruh komponen yang dibutuhkan
dengan mempertimbangkan kapasitas armada sebesar 600 unit, perlu dilakukan perhitungan
dengan mempertimbangkan kebutuhan selama 12 periode dan biaya pemesanan dan persediaan
yang tercantum pada Tabel 3.

Misalnya, jika perusahaan memesan 600 unit komponen coffee maker, maka kebutuhan untuk
komponen W, Y, dan Z masing-masing adalah 600 x 2 = 1.200 unit, 600 x 3 = 1.800 unit, dan
600 x 1 = 600 unit.
Dalam hal ini, perusahaan dapat memanfaatkan kapasitas armada sebesar 600 unit untuk
mengoptimalkan ukuran pemesanan. Misalnya, perusahaan dapat memesan 600 unit komponen
coffee maker, 1.200 unit komponen W, 1.800 unit komponen Y, dan 600 unit komponen Z.

Dengan demikian, biaya pemesanan dan persediaan untuk ukuran pemesanan terintegrasi ini
adalah:

 Biaya penyewaan kendaraan = Rp 400.000


 Biaya handling produk untuk komponen W = 1 x Rp 150.000 = Rp 150.000
 Biaya handling produk untuk komponen Y = 3 x Rp 200.000 = Rp 600.000
 Biaya handling produk untuk komponen Z = 1 x Rp 300.000 = Rp 300.000
 Biaya persediaan untuk komponen W = 1.200 x Rp 1.000 x 10% = Rp 12.000.000 x 10%
= Rp 1.200.000
 Biaya persediaan untuk komponen Y = 1.800 x Rp 1.500 x 15% = Rp 40.500.000
 Biaya persediaan untuk komponen Z = 600 x Rp 2.500 x 17% = Rp 25.500.000
 Total biaya pemesanan dan persediaan = Rp 68.150.000

Dengan cara yang sama, dapat dilakukan perhitungan untuk ukuran pemesanan yang lain. Setelah
dilakukan perhit ungan untuk semua ukuran pemesanan yang mungkin, perusahaan dapat
memilih ukuran pemesanan yang memberikan biaya pemesanan dan persediaan terendah dan
sesuai dengan kapasitas armada yang tersedia.

(d). Untuk menentukan ukuran pemesanan komponen W, Y, dan Z dengan adanya pemberlakuan
diskon, perlu dilakukan perhitungan dengan mempertimbangkan kebutuhan selama 12 periode
dan diskon yang diberikan oleh supplier berdasarkan jumlah pembelian yang tercantum pada
Tabel 4.

Misalnya, jika perusahaan memesan 3.000 unit komponen coffee maker, maka kebutuhan untuk
komponen W, Y, dan Z masing-masing adalah 3.000 x 2 = 6.000 unit, 3.000 x 3 = 9.000 unit,
dan 3.000 x 1 = 3.000 unit.

Dengan memanfaatkan diskon yang diberikan oleh supplier, harga per unit untuk komponen W
menjadi Rp 1.080/unit, harga per unit untuk komponen Y menjadi Rp 2.470/unit, dan harga per
unit untuk komponen Z menjadi Rp 3.450/unit.

Dengan demikian, biaya pembelian untuk 3.000 unit komponen coffee maker dengan
memanfaatkan diskon adalah:

 Biaya pembelian untuk komponen W = 6.000 x Rp 1.080 = Rp 6.480.000


 Biaya pembelian untuk komponen Y = 9.000 x Rp 2.470 = Rp 22.230.000
 Biaya pembelian untuk komponen Z = 3.000 x Rp 3.450 = Rp 10.350.000
 Total biaya pembelian = Rp 39.060.000
Dalam hal ini, perusahaan dapat memanfaatkan ukuran pemesanan terintegrasi yang telah
dihitung sebelumnya untuk membandingkan total biaya pembelian dengan dan tanpa
memanfaatkan diskon.

Jika perusahaan memesan 3.000 unit komponen coffee maker dengan ukuran pemesanan
terintegrasi yang telah dihitung sebelumnya, maka biaya pembelian dan persediaan adalah
sebesar Rp 40.300.000.

Dengan demikian, dengan memanfaatkan diskon, perusahaan dapat menghemat biaya pembelian
sebesar:

Rp 40.300.000 - Rp 39.060.000 = Rp 1.240

(e). Untuk menentukan ukuran pemesanan komponen W, Y, dan Z dengan ketentuan diskon unit
marjinal, perlu dilakukan perhitungan dengan mempertimbangkan kebutuhan selama 12 periode
dan diskon unit marjinal yang diberikan oleh supplier.

Diskon unit marjinal adalah diskon yang diberikan oleh supplier berdasarkan jumlah pembelian
pada setiap tingkat kuantitas tertentu. Tabel 5 menyediakan informasi terkait diskon unit marjinal
yang diberikan oleh supplier.

Misalnya, jika perusahaan memesan 3.000 unit komponen coffee maker, maka kebutuhan untuk
komponen W, Y, dan Z masing-masing adalah 3.000 x 2 = 6.000 unit, 3.000 x 3 = 9.000 unit,
dan 3.000 x 1 = 3.000 unit.

Dalam hal ini, perusahaan dapat memanfaatkan diskon unit marjinal yang diberikan oleh supplier
untuk mengoptimalkan ukuran pemesanan. Misalnya, perusahaan dapat memesan 1.000 unit
komponen W, 2.000 unit komponen Y, dan 1.000 unit komponen Z pada tingkat kuantitas
pertama, dan memesan 5.000 unit komponen W, 7.000 unit komponen Y, dan 3.000 unit
komponen Z pada tingkat kuantitas kedua.

Dengan demikian, biaya pembelian untuk 3.000 unit komponen coffee maker dengan
memanfaatkan diskon unit marjinal adalah:

 Biaya pembelian untuk komponen W pada tingkat kuantitas pertama = 1.000 x Rp 1.200
= Rp 1.200.000
 Biaya pembelian untuk komponen Y pada tingkat kuantitas pertama = 2.000 x Rp 2.500 =
Rp 5.000.000
 Biaya pembelian untuk komponen Z pada tingkat kuantitas pertama = 1.000 x Rp 3.500 =
Rp 3.500.000
 Biaya pembelian untuk komponen W pada tingkat kuantitas kedua = (5.000-1.000) x Rp
1.080 = Rp. 4.320.000
 Biaya pembelian untuk komponen Y pada tingkat kuantitas kedua = (7.000-2.000) x Rp
2.470 = Rp 12.350.000
 Biaya pembelian untuk komponen Z pada tingkat kuantitas kedua = (3.000-1.000) x Rp
3.150 = Rp 6.300.000
 Total biaya pembelian = Rp 32.670.000

Dalam hal ini, perusahaan dapat membandingkan total biaya pembelian dengan dan tanpa
memanfaatkan ukuran pemesanan terintegrasi yang telah dihitung sebelumnya.

Jika perusahaan memesan 3.000 unit komponen coffee maker dengan ukuran pemesanan
terintegrasi yang telah dihitung sebelumnya, maka biaya pembelian dan persediaan adalah
sebesar Rp 40.300.000.

Dengan demikian, dengan memanfaatkan diskon unit marjinal, perusahaan dapat menghemat
biaya pembelian sebesar:

Rp 40.300.000 - Rp 32.670.000 = Rp 7.630.000

Dengan demikian, dengan memanfaatkan diskon unit marjinal dan ukuran pemesanan
terintegrasi yang telah dihitung sebelumnya, total biaya pembelian menjadi lebih murah
dibandingkan dengan tidak memanfaatkan diskon unit marjinal.

5. (a). Dalam menentukan kegiatan sourcing untuk membuat salah satu atau semua komponen
Produk coffee maker sendiri, perusahaan perlu mempertimbangkan beberapa faktor, antara lain:

a. Biaya produksi: Perusahaan perlu memperhitungkan biaya produksi yang dibutuhkan


untuk membuat komponen tersebut sendiri, termasuk biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja, biaya mesin dan peralatan, dan biaya overhead.
b. Kualitas: Perusahaan perlu memastikan bahwa komponen yang diproduksi sendiri
memiliki kualitas yang setara atau lebih baik dibandingkan dengan komponen yang
diperoleh dari pemasok.
c. Kapasitas produksi: Perusahaan perlu mempertimbangkan kapasitas produksi yang
dimiliki untuk memproduksi komponen tersebut sendiri, serta apakah kapasitas tersebut
cukup untuk memenuhi kebutuhan produksi.
d. Risiko pasokan: Perusahaan perlu mempertimbangkan risiko pasokan yang mungkin
terjadi jika memproduksi komponen tersebut sendiri, seperti risiko keterlambatan
produksi atau kegagalan produksi.
e. Keamanan dan lingkungan: Perusahaan perlu memastikan bahwa produksi komponen
tersebut sendiri memenuhi standar keamanan dan lingkungan yang berlaku.

(b). Jika perusahaan memutuskan untuk mendapatkan komponen dari pemasok atau pihak ketiga,
perusahaan perlu melakukan pemilihan pemasok dengan mempertimbangkan beberapa faktor,
antara lain:
a. Kualitas: Perusahaan perlu memastikan bahwa pemasok yang dipilih dapat menyediakan
komponen dengan kualitas yang baik dan sesuai dengan standar yang ditetapkan.
b. Harga: Perusahaan perlu mempertimbangkan harga yang ditawarkan oleh pemasok, dan
memastikan bahwa harga tersebut sesuai dengan kualitas dan spesifikasi yang
dibutuhkan.
c. Kapasitas produksi: Perusahaan perlu memastikan bahwa pemasok memiliki kapasitas
produksi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan produksi perusahaan.
d. Keandalan: Perusahaan perlu memastikan bahwa pemasok dapat diandalkan dalam hal
pengiriman dan ketersediaan stok, serta dapat memberikan layanan purna jual yang baik.
e. Lokasi: Perusahaan perlu mempertimbangkan lokasi pemasok, dan memastikan bahwa
lokasi tersebut tidak terlalu jauh dari pabrik perusahaan untuk menghindari biaya
pengiriman yang tinggi.
f. Kebijakan pembayaran: Perusahaan perlu mempertimbangkan kebijakan pembayaran
yang ditawarkan oleh pemasok, dan memastikan bahwa kebijakan tersebut sesuai dengan
kebutuhan perusahaan.
g. Reputasi: Perusahaan perlu mempertimbangkan reputasi pemasok, dan memastikan
bahwa pemasok memiliki reputasi yang baik dalam hal kualitas, harga, dan layanan.

Dalam melakukan pemilihan pemasok, perusahaan dapat melakukan survei pasar, melakukan
negosiasi harga dan persyaratan dengan pemasok, serta mempertimbangkan referensi dari pihak
lain yang pernah bekerja sama dengan pemasok tersebut.

6. Untuk menentukan perusahaan transportasi yang dapat digunakan untuk mengirimkan


komponen W, Y, dan Z, perusahaan perlu mempertimbangkan biaya transportasi dan waktu
transpor yang ditawarkan oleh masing-masing perusahaan transportasi pada Tabel 5.

Dalam hal ini, perusahaan dapat memilih perusahaan transportasi yang memberikan biaya
transportasi dan waktu transpor yang paling efisien untuk memenuhi kebutuhan pengiriman
komponen W, Y, dan Z.

Misalnya, jika perusahaan memesan 3.000 unit komponen coffee maker dengan ukuran
pemesanan terintegrasi yang telah dihitung sebelumnya, maka kebutuhan untuk komponen W, Y,
dan Z masing-masing adalah 3.000 x 2 = 6.000 unit, 3.000 x 3 = 9.000 unit, dan 3.000 x 1 =
3.000 unit.

Dalam hal ini, perusahaan perlu mengirimkan total 18.000 unit komponen W, 27.000 unit
komponen Y, dan 9.000 unit komponen Z dengan total berat sebesar:

(18.000 x 400gr) + (27.000 x 400gr) + (9.000 x 500gr) = 10.800.000gr

Dalam hal ini, perusahaan dapat memilih PT. SCM sebagai perusahaan transportasi yang dapat
digunakan untuk mengirimkan komponen W, Y, dan Z. PT. SCM memberikan biaya transportasi
per kg sebesar Rp 2.350 dan waktu transpor selama 2 hari. Dengan demikian, biaya transportasi
untuk mengirimkan komponen W, Y, dan Z adalah:

10.800.000gr x Rp 2.350/kg = Rp 25.380.000

Dalam hal ini, PT. SCM memberikan biaya transportasi yang lebih murah dibandingkan dengan
PT. DHM dan PT. Wiba, serta waktu transpor yang lebih cepat dibandingkan dengan PT. DHM.
Oleh karena itu, PT. SCM dapat digunakan untuk mengirimkan komponen W, Y, dan Z dengan
biaya transportasi yang lebih efisien.

Anda mungkin juga menyukai