Anda di halaman 1dari 28

Lampiran

Peraturan Direktur RSUD Demang Sepulau Raya


Kab. Lampung Tengah
Nomor : 0603/PER/DIR/II/2023
Tanggal : 3 Februari 2023
Tentang Panduan Transfer Pasien
Rumah Sakit Umum Daerah Demang Sepulau Raya

PANDUAN
TRANSFER PASIEN

GunungSugih
PEMERINTAH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
RSUD DEMANG SEPULAU RAYA
Jl. Lintas Sumatera No 4.A, Terbanggi Agung
Gunung Sugih, Kabupaten Lampung Tengah. Kode Pos 34161
Telp: (0725) 5260036 / 0811 7281 119, Email : rsuddemang01@gmail.com

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


DEMANG SEPULAU RAYA KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
NOMOR : 0603 / PER /DIR/ II/2023

TENTANG

PANDUAN TRANSFER PASIEN

Menimbang : a Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu


pelayanan RSUD Demang Sepulau Raya, maka
diperlukan penyelenggaraan pasien yang efektif;
b. Bahwa dalam melakukan transfer pasien
masuk atau keluar dari unit pelayanan harus
sesuai dengan kebutuhan pasien;
b bahwa untuk pelaksanaan butir a, maka perlu adanya
Peraturan Direktur Utama RSUD Demang Sepulau
Raya.
Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun
2009 tentang Rumah Sakit;

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun


2009 tentang Kesehatan;
3.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen;
4. Peraturang Menteri Kesehatan
No.772/MENKES / PER / V / 2002 tentang
Pedoman Perawatan Internal Rumah Sakit
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No.1333./MenK es/SK/XII/1999
1999, tentang standar pelayanan Rumah Sakit.
Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR UTAMA RSUD DEMANG
SEPULAU RAYA TENTANG PANDUAN TRANSFER
PASIEN.
BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Beberapa pengertian yang dimaksud Panduan Transfer Pasien Rumah Sakit


Umum Daerah Demang Sepulau Raya sebagai berikut :
1. Rumah Sakit adalah Rumah Sakit Umum Daerah Demang Sepulau Raya
Kabupaten Lampung Tengah yang selanjutnya disebut RSUD-DSR.
2. Direktur adalah Direktur RSUD Demang Sepulau Raya Kabupaten
Lampung Tengah.
3. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan
melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
4. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang
digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik
promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh
pemerintah, pemerintah daerah dan/atau masyarakat.
5. Transfer pasien adalah pemindahan pasien dari suatu rumah sakit ke
rumah sakit lain akibat alasan medis (terbatasan alat ataupun tenaga
medis pada rumah sakit tersebut) dan non- medis (berupa ruangan yang
penuh).,

BAB II
RUANG LINGKUP

Ruang lingkup diterapkan kepada semua pasien yang memenuhi kriteria


untuk masuk ke dalam/ keluar dari unit pelayan intensif.

BAB III
TATA LAKSANA

Tata laksana meliputi :


a. Petugas Penanggung Jawab
b. Alur transfer pasien
c. Prosedur transfer pasien
BAB V
KETENTUAN PENUTUP

Peraturan Direktur ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan dan


seterusnya.

Ditetapkan di : Gunung Sugih


Pada tanggal : 03 Februari 2023
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
DEMANG SEPULAU RAYA KABUPATEN
LAMPUNG TENGAH
Nomor :
0603/PER/DIR/II/2023
Tanggal : 03 Februari 2023
Tentang : TENTANG
PANDUAN TRANSFER
PASIEN

BAB I
DEFINISI

Transfer pasien adalah pemindahan pasien dari suatu


rumah sakit ke rumah sakit lain akibat alasan medis (terbatasan
alat ataupun tenaga medis pada rumah sakit tersebut) dan non-
medis (berupa ruangan yang penuh). Hal ini terjadi apabila RSUD
Demang Sepulau Raya merujuk pasiennya ke rumah sakit yang
tenaga medisnya mencukupi dan mempunyai alat-alat untuk
menangani pasien. Transfer pasien ini akan mampu memenuhi
keinginan pasien yang ingin segera ditangani kesehatannya.
Namun, sebelum melakukan transfer pihak RSUD Demang
Sepulau Raya akan melakukan pemeriksaan penyakit terlebih
dahulu dan persetujuan pihak keluarga mau ditransfer ke rumah
sakit mana. Transfer pasien untuk alasan non-medis hanya
dilakukan pada kondisi-kondisi khusus dan idealnya dilakukan di
siang hari.
Prinsip dalam melakukan transfer pasien adalah
memastikan keselamatan dan keamanan pasien saat menjalani
transfer. Dalam mentransfer pasien dengan sakit berat / kritis,
dibutuhkan koordinasi dengan berbagai pihak yang terkait dalam
pelayanan kesehatan, jasa ambulans yang kesemuanya ini
bertujuan untuk mewujudkan standar pelayanan medis yang
optimal kepada pasien.
Semua dokterr dan personil lainnya yang terlibat dalam
transfer pasien harus kompeten, memenuhi kualifikasi, dan
berpengalaman. Sangatlah disarankan bahwa tim transfer telah
mengikuti pelatihan transfer.
BAB II
RUANG LINGKUP

1. Panduan ini diterapkan kepada semua pasien yang memenuhi


kriteria untuk masuk ke dalam/ keluar dari unit pelayan
intensif.
2. Pelaksana panduan ini adalah tim transfer pasien (dokter,
bidan, perawat, dan tenaga kesehatan lainnya).
3. Rekam Medis pasien yang akan masuk atau keluar dari unit
pelayanan intensif diperiksa apakah memenuhi kiteria untuk
proses tersebut.

A. Transfer Pasien terbagi menjadi dua, yakni :


1. Transfer pasien intra rumah sakit yaitu pemindahan atau
rujukan ruangan dari satu ruangan ke ruangan lain dalam
lingkup RSUD Demang Sepulau Raya seperti pasien dapat
ditransfer dari UGD ke ruang rawat inap, pasien ditransfer
dari ruang rawat inap ke Instalasi Bedah.
2. Transfer pasien antar rumah sakit dimana pemindahan atau
rujukan dari RSUD Demang Sepulau Raya ke rumah sakit
besar lainnya di daerah yang sama ataupun ke luar daerah
yang mempunyai fasilitas lebih lengkap sehingga
memungkinkan pasien untuk segera ditangani.

B. Pengaturan Transfer Pasien :


1. Rumah sakit harus membentuk suatu tim transfer yang
mencakup perawat yang kompeten dalam merawat pasien
kritis, petugas medis. Tim ini yang berwenang untuk
memutuskan metode transfer mana yang akan dipilih.
2. Metode transfer di RSUD Demang Sepulau Raya adalah Tim
Transfer lokal yaitu RSUD Demang Sepulau Raya memiliki
tim transfernya sendiri dan mengirimkan sendiri pasiennya
antar ruangan di dalam rumah sakit.
3. Semua rumah sakit dengan layanan akut harus mempunyai
sistem resusitasi, stabilisasi, dan transfer untuk pasien-
pasien dengan sakit berat / kritis; tanpa terkecuali.

C. Yang Harus Dilakukan Sebelum Mengambil Keputusan Untuk


Melakukan Transfer adalah :
1. Lakukan pendekatan yang sistematis dalam proses transfer
pasien.
2. Awali dengan pengambilan keputusan untuk melakukan
transfer, kemudian lakukan stabilisasi pre-transfer dan
manajemen transfer.
3. Hal ini mencakup tahapan: evaluasi, komunikasi,
dokumentasi / pencatatan, pemantauan, penatalaksanaan,
penyerahan pasien ke ruangan rujukan / penerima, dan
kembali ke ruangan pengirim.
4. Tahapan yang penting dalam menerapkan proses transfer
yang aman : edukasi dan persiapan.
5. Pengambilan keputusan untuk melakukan transfer harus
dipertimbangkan dengan matang karena transfer
berpotensi mengekspos pasien dan personel rumah sakit
akan risiko bahaya tambahan, serta menambah kecemasan
keluarga dan kerabat pasien.
6. Pertimbangkan risiko dan keuntungan dilakukannya
transfer. Jika risikonya lebih besar, sebaiknya jangan
melakukan transfer.
7. Dalam transfer pasien, diperlukan personel yang terlatih
dan kompeten, peralatan dan kendaraan khusus.
8. Pengambil keputusan harus melibatkan dokter jaga.
9. Dokumentasi pengambilan keputusan harus
mencantumkan nama dokterr yang mengambil keputusan
(berikut gelar dan biodata detailnya), tanggal dan waktu
diambilnya keputusan,serta alasan yang mendasari.
10. Dalam mentransfer pasien, ruangan asal akan
menghubungi ruangan yang dituju dan melakukan
pemberitahuan dengan ruangan yang dituju. Jika ruangan
tersebut setuju untuk menerima pasien, ruangan pengirim
harus memastikan tersedianya peralatan medis yang
memadai di ruangan yang dituju.
11. Beritahukan kepada pasien (jika kondisinya
memungkinkan) dan keluarga mengenai perlunya
dilakukan transfer dan mintalah persetujuan tindakan
transfer.
12. Proses pengaturan transfer ini harus dicatat, meliputi:
nama, jabatan, dan petugas yang mentransfer dan ruangan
penerima; tanggal dan waktu dilakukannya komunikasi
antar- rumah sakit.

13. Personel tim transfer harus mengikuti pelatihan transfer;


memiliki kompetensi yang sesuai; berpengalaman;
mempunyai peralatan yang memadai;, protokol dan
panduan rumah sakit, serta pihak-pihak lainnya yang
terkait; dan juga memastikan proses transfer berlangsung
dengan aman dan lancar tanpa mengganggu pekerjaan lain
di ruangan yang merujuk.

D. Kategori Transfer Berdasarkan Derajat Urgensi Pasien :


1. Setelah keputusan untuk melakukan transfer dibuat,
harus ada kategori yang jelas mengenai derajat urgensi
pasien akan kebutuhan transfer dan hal ini harus
dikomunikasikan dengan pusat layanan / jasa ambulans di
area tersebut.
2. Berikut tiga kategori transfer pasien :
a. Gawat darurat
Pasien gawat darurat adalah pasien dengan ancaman
kematian dan perlu pertolongan segera (critically ill
patient), misalnya pasien inpartu dengan perdarahan
hebat, setelah mendapat pertolongan pertama pasien
ditransfer ke ruang operasi.
b. Gawat
Pasien gawat adalah pasien yang tidak ada ancaman
kematian tetapi perlu pertolongan segera (emergency
patient), misalnya perdarahan post partum tanpa syok,
setelah mendapatkan pertolongan pertama pasien
ditransfer ke VK .
c. Elektif
Pasien yang bisa melakukan transfer elektif adalah
pasien yang tidak mengalami kegawatdaruratan,
misalnya pasien yang datang dengan rencana operasi.

E. Stabilisasi Sebelum Transfer :


1. Meskipun berpotensi memberikan risiko tambahan
terhadap pasien, transfer yang aman dapat dilakukan
bahkan pada pasien yang sakit berat / kritis (extremely
ill).
2. Pada umumnya, transfer sebaiknya tidak dilakukan
sampai kondisi pasien stabil.
3. Hipovolemia adalah kondisi yang sulit ditoleransi oleh
pasien akibat adanya akselerasi dan deselerasi selama
transfer berlangsung, sehingga hipovolemia harus
sepenuhnya dikoreksi sebelum transfer.

4. Rumah sakit yang terlibat harus memastikan bahwa


terdapat prosedur / pengaturan transfer pasien yang
memadai.

5. Hal yang penting untuk dilakukan sebelum transfer:


a. Amankan patensi jalan napas
Beberapa pasien mungkin membutuhkan intubasi
atau trakeostomi dengan pemantauan end-tidal
carbondioxide yang adekuat.
b. Analisis gas darah harus dilakukan pada pasien
yang menggunakan ventilator portabel selama
minimal 15 menit.
c. Terdapat jalur / akses vena yang adekuat (minimal
2 kanula perifer atau sentral)
d. Pengukuran tekanan darah invasif yang kontinu /
terus-menerus merupakan teknik terbaik untuk
memantau tekanan darah pasien selama proses
transfer berlangsung.
e. Jika terdapat pneumotoraks, selang drainase dada
(Water-Sealed Drainage- WSD) harus terpasang dan
tidak boleh diklem.
f. Pasang kateter urin dan nasogastric tube (NGT), jika
diperlukan
g. Pemberian terapi / tata laksana tidak boleh ditunda
saat menunggu pelaksanaan transfer
8. Tim transfer harus familiar dengan peralatan yang ada
dan secara independen menilai kondisi pasien.
9. Seluruh peralatan dan obat-obatan harus dicek ulang
oleh petugas transfer.
10. Gunakanlah daftar persiapan transfer pasien untuk
memastikan bahwa semua persiapan yang diperlukan
telah lengkap dan tidak ada yang terlewat.

F. Pendampingan Pasien Selama Transfer :


Saat pasien akan ditranfer ke ruangan lain, pasien harus
didampingi oleh 1 (satu) orang tenaga kesehatan

G. Pemantauan, Obat-Obatan, dan Peralatan Selama Transfer :


1. Peralatan pemantauan harus tersedia dan berfungsi
dengan baik sebelum transfer dilakukan.
2. Kateterisasi vena sentral tidak wajib tetapi membantu
memantau filling status (status volume pembuluh darah)
pasien sebelum transfer.
3. Tim transfer yang terlibat harus memastikan ketersediaan
obat-obatan yang diperlukan
4. Hindari penggunaan tiang dengan selang infus yang terlalu
banyak agar akses terhadap pasien tidak terhalang dan
stabilitas brankar terjaga dengan baik.
5. Semua infus harus diberikan melalui syringe pumps.
6. Penggunaan tabung OKsigen tambahan harus aman dan
terpasang dengan baik.
7. Pertahankan temperatur pasien selama transfer.
8. Seluruh peralatan harus kOKoh, tahan lama, dan ringan.

H. Metode Transfer Pasien :


1. Pemilihan metode transfer harus mempertimbangkan
sejumlah komponen penting seperti di bawah ini.
a) Derajat urgensi untuk melakukan transfer
b) Kondisi pasien
2. Kendaraan untuk transfer pasien:
a) Brankar
b) Kursi roda

I. Dokumentasi dan Penyerahan Pasien ke Ruangan Tujuan :


1. Lakukan pencatatan yang jelas dan lengkap dalam semua
tahapan transfer, dan harus mencakup:
a) detail kondisi pasien
b) alasan melakukan transfer
c) nama yang melakukan transfer dan menerima pasien
d) status klinis pre-transfer
e) detail tanda vital, pemeriksaan fisik, dan terapi yang
diberikan selama transfer berlangsung

2. Pencatatan harus terstandarisasi antar-rumah sakit jejaring


dan diterapkan untuk transfer intra-rumah sakit.
3. Rekam medis harus mengandung:
a) Resume singkat mengenai kondisi klinis pasien sebelum,
selama, dan setelah transfer; termasuk kondisi medis yang
terkai dan terapi yang diberikan.
b) Data untuk proses audit. Tim transfer harus mempunyai
salinan datanya.
4. Harus ada prosedur untuk menyelidiki masalah-masalah
yang terjadi selama proses transfer, termasuk penundaan.
5. Tim transfer harus memperoleh informasi yang jelas
mengenai lokasi ruangan yang dituju sebelum mentransfer
pasien.
6. Saat tiba di ruangan tujuan, harus ada proses serah-terima
pasien antara tim transfer dengan pihak ruangan yang
menerima (paramedis) yang akan bertanggung jawab
terhadap perawatan pasien selanjutnya.
7. Proses serah-terima pasien harus mencakup pemberian
informasi (baik secara verbal maupun tertulis) mengenai
riwayat penyakit pasien, tanda vital, hasil pemeriksaan
penunjang (laboratorium, radiologi), terapi, dan kondisi
klinis selama transfer berlangsung.
8. Hasil pemeriksaan laboratorium, radiologi, dan yang lainnya
harus dideskripsikan dan diserahkan kepada petugas
ruangan tujuan.
9. Setelah menyerahkan pasien, tim transfer dibebastugaskan
dari kewajiban merawat pasien.

J. Komunikasi :
1. Merupakan hal yang vital dalam mewujudkan transfer yang
lancar dan tanpa masalah.
2. Pasien (jika memungkinkan) dan keluarganya harus
diberitahu mengenai alasan transfer dan lOKasi ruangan
tujuan, jelaskan lOKasi ruangan tersebut.
3. Pastikan bahwa ruangan tujuan dapat dan setuju untuk
menerima pasien sebelum dilakukan transfer.
4. Jika selama transfer terjadi pergantian jaga perawat yang
ditunjuk, berikan penjelasan mengenai kondisi pasien yang
ditransfer dan lakukan penyerahan tanggung jawab kepada
perawat yang menggantikan.

5. Harus memberikan informasi terbaru mengenai kebutuhan


perawatan pasien kepada ruangan tujuan.
6. Tim transfer harus berkomunikasi dengan ruangan asal dan
tujuan mengenai penanganan medis yang diperlukan dan
memberikan update perkembangannya.
K. Edukasi dan Pelatihan :
1. Setiap rumah sakit bertanggung jawab untuk memastikan
setiap petugas yang terlibat dalam transfer pasien mendapat
pelatihan yang adekuat, berpengalaman, dan memenuhi
standar minimal pelayanan; serta mengembangkan suatu
panduan setempat.
2. Pelatihan untuk transfer pasien dengan sakit akut harus
tersedia di setiap area / daerah.
3. Kembangkanlah pelatihan dan pemeriksaan yang berbasis
kompetensi untuk menerapkan standar pelayanan tertinggi
dalam pelayanan pasien sakit berat / kritis yang
membutuhkan transfer.
4. Pelatihan ini diterapkan pada transfer intra-rumah sakit.
BAB III
TATA LAKSANA

A. Petugas Penanggung Jawab


1. Seluruh petugas Rumah Sakit
a) Memahami dan menerapkan prosedur transfer pasien
b) Memastikan prosedur transfer pasien yang benar
c) Melaporkan hasil transfer pasien kepada DPJP
2. Perawat yang bertugas dan Dokterr Penanggung Jawab
Pelayanan (DPJP)
a) Bertanggung jawab melakukan transfer pasien dan
sesuai kriteria pasien.
b) Memeriksa rekam medis pasien yang akan diterima
masuk unit pelayanan spesialistik atau intensif mengenai
bukti-bukti yang memenuhi kriteria yang tepat untuk
pelayanan yang dibutuhkan.
c) Memeriksa rekam medis pasien yang dipindahkan atau
keluar dari unit pelayanaan spesialistik atau intensif
mengenai bukti-bukti yang menyatakan pasien tidak
memenuhi kriteria yang tepat untuk unit tersebut.
3. Kepala Instalasi / Kepala Ruang
a) Memastikan seluruh petugas ruang rawat inap dan
pelayanan intensif memahami prosedur transfer pasien
dan menerapkannya.
b) Memastikan transfer terlaksana dengan baik.
4. Tim Keselamatan RS
a) Memantau dan memastikan panduan transfer pasien
dikelola dengan baik oleh Kepala Instalasi rawat inap dan
pelayanan intensif.
b) Menjaga standarisasi dalam menerapkan panduan
transfer pasien.
B. Alur Transfer Pasien IntraHospital

VK UGD Ruangan

OK

(Instalasi Bedah)

Daftar Persiapan Transfer Pasien :


1. Petugas memiliki kompetensi, pengalaman, pengetahuan,
seragam, dan insuransi yang
2. memadai
3. Pemilihan metode transportasi (ambulans)
4. Kelengkapan peralatan dan obat-obatan yang diperlukan
5. Baterai cadangan
6. Ventilator
7. Ketersediaan oksigen yang memadai
8. Kantong peralatan medis transfer
9. Tersedianya troli
10. Jasa ambulans siap sedia
11. Tersedia brankar
12. Surat rujukan untuk rumah sakit tujuan
13. Lokasi tujuan jelas
14. Hasil pemeriksaan laboratorium, radiologi, dan lainnya telah
siap
15. Pencatatan transfer telah disiapkan
16. Tersedia telepon genggam
17. Nomor rumah sakit tujuan diketahui
18. Konsultan di rumah sakit tujuan telah setuju untuk
menerima pasien
19. Rumah sakit tujuan telah mengetahui tanggal dan waktu
kedatangan pasien
20. Tersedia telepon genggam, uang, dan kartu kredit untuk
keadaan darurat
21. Terdapat perkiraan waktu kedatangan / tiba di rumah sakit
tujuan
22. Pengaturan dan sistematika kembalinya tim transfer telah
dibuat
23. Kerabat dekat dan keluarga pasien telah diberitahu
24. Pasien stabil dan telah menjalani pemeriksaan menyeluruh
25. Alat monitor terpasang dan berfungsi dengan baik
26. Penggunaan selang infus, syringe pumps, dan obat-obatan
terjaga dengan baik
27. Pemberian sedasi yang adekuat
28. Kondisi pasien tetap stabil setelah dipindahkan ke ambulans
/ sarana transportasi lainnya
29. Hubungi rumah sakit tujuan sesaat sebelum berangkat
30. Apakah ada yang terlewat?
Cek ulang ABC (Airway, Breathing, Circulation) dan cek
analisis gas darah (AGD) setelah pemakaian ventilator
portabel untuk transfer selama 15 menit.

C. Prosedur Transfer Pasien


1. Transfer Pasien Post Operasi Dari Ruangan Recovery
Room (RR) Ke Ruang Rawat Inap :
a) Perawat anasthesi melakukan timbang terima
dengan perawat ruangan
b) Pastikan pasien dalam kondisi stabil
c) Perawat anasthesimemastikan kondisi pasien
sesuai parameter pasien di ambil dari RR dengan
skala maksimal 2 (parameter nilai 0-2).(Parameter
terlampir)
d) OKsigen dilepas, jika ada irigasi usahakan jangan
diklem (di jalankan/dialirkan) dan jika ada cairan
di pindahkan dengan posisi lebih rendah dari luka
operasi, NGT lebih rendah dari kepala.
e) Pasien dipindahkan dari ruang RR ke tempat tidur/
brangkar, pasien untuk selanjutnya di bawa ke
ruang rawat inap
f) Monitor TTV post operasi.
g) Petugas Ruang rawat inap melapor kepada DPJP
setiap ada perubahan pada kondisi pasien post
Operasi.
h) Catat rencana tindak lanjut yang akan dilakukan
pada pasien.
2. Transfer Pasien Dari UGD Ke VK, Instalasi Bedah, &
Ruangan
a) Transfer pasien dari UGD ke VK
1) Petugas UGD memberi tahu ke VK bahwa
akan ada pasien masuk dan Dokterr UGD
sudah memberi persetujuan.
2) Petugas UGD memastikan kondisi pasien
sudah stabil.
3) Menyiapkan perlengkapan peralatan pasien
dan bed UGD dilengkapi dengan status
pasien dan trolley emergency.
4) Petugas UGD mengantarkan pasien ke VK
menggunakan kursi roda atau brankar UGD.
5) Bidan jaga VK menerima pasien, timbang
terima beserta catatan medik yang lengkap.
6) Mengganti pakaian pasien dengan pakaian
VK.
7) Observasi tanda vital : tekanan darah, nadi,
pernafasan dan suhu.
8) Observasi keadaan lainnya seperti tingkat
kesadaran, pupil, fungsi motorik, perdarahan,
pembukaan, DJJ, dll.
9) Cek kepatenan seluruh peralatan yang telah
terpasang sebelumnya.
10) Bidan jaga VK melapor DPJP jika terjadi
perubahan.
11) Memberitahu keluarga tentang keadaan
pasien dan tata tertib di VK.
12) Bidan jaga VK membuat catatan asuhan
kebidanan pasien.
13) Memberi terapi dan tindakan sesuai advise
DPJP.

b) Transfer pasien dari UGD ke Instalasi Bedah (OK)


1) Petugas UGD memberi tahu ke Kamar
Operasi (OK) bahwa akan ada pasien masuk.
2) Pasien sudah dalam kondisi stabil (kesadaran
& tanda-tanda vital)
3) Pasien diantarkan ke Ruang operasi oleh
petugas UGD menggunakan bed atau dengan
kursi roda.
4) Petugas UGD melakukan timbang terima
kepada petugas OK di ruang transfer tentang
kondisi pasien, catatan rekam medis, dan
perlengkapan penunjang misalnya persediaan
obat-obatan atau persediaan darah yang
diperlukan saat operasi dilakukan.

5) Petugas OK memeriksa kembali kelengkapan


administrasi dan identitas pasien.
6) Setelah dinilai lengkap, ganti semua pakaian
pasien dengan duk bersih, lepaskan semua
perhiasan, beri penutup kepala, lakukan
senyaman mungkin sesuai tata krama.
Tenangkan pasien.
7) Setelah selesai, pasien ditransport ke ruang
operasi, pindahkan pasien ke meja operasi
senyaman mungkin.
8) Posisikan senyaman mungkin.
9) Semua suportif diperiksa kelancarannya : IV
line, urine catheter, O2. Pasang manset
Tekanan darah, pasang pulse oxymetri,
nyalakan pulse OKsimeter/ECG Monitor
sesuai kebutuhan masing-masing pasien.

c) Transfer pasien dari UGD ke Ruang Rawat Inap


1) Petugas UGD memberi tahu ke Ruang
Rawat Inap bahwa akan ada pasien masuk
dan dokterr UGD sudah memberi
persetujuan.
2) Petugas UGD memastikan kondisi pasien
sudah stabil.
3) Menyiapkan perlengkapan peralatan pasien
dan bed UGD dilengkapi dengan status
pasien dan trolley emergency.
4) Petugas UGD mengantarkan pasien ke Ruang
Rawat Inap.
5) Petugas Ruang Rawat Inap menerima
pasien, timbang terima beserta catatan medik
yang lengkap.
6) Memasang OKsigen, bed side monitor,
ventilator (jika diperlukan).
7) Mengganti pakaian pasien dengan pakaian
Ruang Rawat Inap.
8) Observasi tanda vital : tekanan darah, nadi,
pernafasan dan suhu.
9) Observasi keadaan lainnya seperti tingkat
kesadaran, pupil, fungsi motorik, dll.
10) Cek kepatenan seluruh peralatan yang telah
terpasang sebelumnya
11) Melapor ke DPJP (Dokterr Penanggung
Jawab Pelayanan) jika terjadi perubahan.
12) Memberitahu keluarga tentang keadaan
pasien dan tatatertib di Ruang Rawat Inap.

13) Membuat catatan asuhan kebidanan pasien.


14) Memasukkan data pasien ke Register Rawat
Inap.
15) Memberi terapi sesuai advise dokterr.
16) Mengadakan komunikasi dengan keluarga
pasien minimal sekali dalam sehari (terutama
pada waktu kunjungan keluarga).

3. Transfer Pasien Dari VK Ke Instalasi Bedah (OK) Dan Ke


Ruangan
a) Transfer pasien dari VK ke Instalasi Bedah
1) Petugas VK memberi tahu ke Kamar Operasi
(OK) bahwa akan ada pasien masuk.
2) Pasien sudah dalam kondisi stabil (kesadaran
& tanda-tanda vital)
3) Pasien diantarkan ke Instalasi Bedah (OK)
oleh petugas VK menggunakan bed atau
dengan kursi roda.
4) Petugas VK melakukan timbang terima
kepada petugas Instalasi Bedah (OK) di
ruang transfer tentang kondisi pasien,
catatan rekam medis, dan perlengkapan
penunjang misalnya persediaan obat-obatan
atau persediaan darah yang diperlukan saat
operasi dilakukan.
5) Petugas OK memeriksa kembali kelengkapan
administrasi dan identitas pasien.
6) Setelah dinilai lengkap, ganti semua pakaian
pasien dengan duk bersih, lepaskan semua
perhiasan, beri penutup kepala, lakukan
senyaman mungkin sesuai tata krama.
Tenangkan pasien.
7) Setelah selesai, pasien ditransport ke ruang
operasi, pindahkan pasien ke meja operasi
senyaman mungkin.
8) Posisikan senyaman mungkin.
9) Semua suportif diperiksa kelancarannya : IV
line, urine catheter, O2. Pasang manset
Tekanan darah, pasang pulse oxymetri,
nyalakan pulse oksimeter / ECG Monitor
sesuai kebutuhan masing-masing pasien.

b) Transfer pasien dari VK ke Ruangan


1) Petugas UGD memberi tahu ke Ruang
Rawat Inap bahwa akan ada pasien masuk.
2) Petugas VK memastikan kondisi pasien sudah
stabil.
3) Menyiapkan perlengkapan peralatan pasien
dan bed VK dilengkapi dengan status pasien
dan trolley emergency.
4) Petugas VK mengantarkan pasien ke Ruang
Rawat Inap.
5) Petugas Ruang Rawat Inap menerima
pasien, timbang terima beserta catatan medis
yang lengkap.
6) Memasang oksigen, bed side monitor,
ventilator (jika diperlukan).
7) Mengganti pakaian pasien dengan pakaian
Ruang Rawat Inap.
8) Observasi tanda vital : tekanan darah, nadi,
pernafasan dan suhu.
9) Observasi keadaan lainnya seperti tingkat
kesadaran, pupil, fungsi motorik, dll.
10) Cek kepatenan seluruh peralatan yang telah
terpasang sebelumnya
11) Melapor ke DPJP (Dokterr Penanggung
Jawab Pelayanan) jika terjadi perubahan.
12) Memberitahu keluarga tentang keadaan
pasien dan tata tertib di Ruang Rawat Inap.
13) Membuat catatan asuhan kebidanan pasien.
14) Memasukkan data pasien ke Register Rawat
Inap.
15) Memberi terapi sesuai advise dokterr.
16) Mengadakan komunikasi dengan keluarga
pasien minimal sekali dalam sehari (terutama
pada waktu kunjungan keluarga.
4. Transfer Pasien Dari Ruangan Ke Instalasi Bedah (OK)
Dan Ke VK
a) Transfer pasien dari Ruangan ke Instalasi Bedah
(OK)
1) Petugas ruangan memberi tahu ke Kamar
Operasi (OK) bahwa akan ada pasien masuk.
2) Pasien sudah dalam kondisi stabil (kesadaran
& tanda-tanda vital)
3) Pasien diantarkan ke Ruang operasi oleh
petugas Ruang Rawat Inap menggunakan bed
atau dengan kursi roda.
4) Petugas ruangan melakukan timbang terima
kepada petugas OK diruang transfer tentang
kondisi pasien, catatan rekam medis, dan
perlengkapan penunjang misalnya persediaan
obat-obatan atau persediaan darah yang
diperlukan saat operasi dilakukan yang akan
dibawa bersama pasien ke Instalasi Bedah
5) Petugas OK memeriksa kembali kelengkapan
administrasi dan identitas pasien.
6) Setelah dinila lengkap, ganti semua pakaian
pasien dengan duk bersih, lepaskan semua
perhiasan, beri penutup kepala, lakukan
senyaman mungkin sesuai tata krama.
Tenangkan pasien.
7) Setelah selesai, pasien ditransport ke ruang
operasi, pindahkan pasien ke meja operasi
senyaman mungkin.
8) Posisikan senyaman mungkin.
9) Semua suportif diperiksa kelancarannya : IV
line, urine catheter, O2.
10) Pasang manset tekanan darah, pasang pulse
oxymetri, nyalakan pulse Oksimeter / ECG
Monitor sesuai kebutuhan masing-masing
pasien.

b) Transfer pasien dari Ruangan ke VK


1) Petugas Ruangan memberi tahu ke VK bahwa
akan ada pasien masuk.
2) Petugas Ruangan memastikan kondisi pasien
sudah stabil.
3) Menyiapkan perlengkapan
peralatan pasien dan bed ruangan dilengk
4) Petugas ruangan mengantarkan pasien ke VK
menggunakan kursi roda atau brankar
ruangan.
5) Bidan jaga VK menerima pasien, timbang
terima beserta catatan medik yang lengkap.
6) Mengganti pakaian pasien dengan pakaian
VK.
7) Observasi tanda vital : tekanan darah, nadi,
pernafasan dan suhu.

8) Observasi keadaan lainnya seperti tingkat


kesadaran, pupil, fungsi motorik, perdarahan,
pembukaan, DJJ, dll.
9) Cek kepatenan seluruh peralatan yang telah
terpasang sebelumnya.
10) Bidan jaga VK melapor DPJP jika terjadi
perubahan.
11) Memberitahu keluarga tentang keadaan
pasien dan tata tertib di VK.
12) Bidan jaga VK membuat catatan asuhan
kebidanan pasien.
13) Memberi terapi dan tindakan sesuai advise.
BAB IV
DOKUMENTASI

Dokumentasi pemulangan pasien berupa :


1. SPO Transfer Pasien
2. Form Transfer Pasien

Ditetapkan di : Gunung Sugih


Pada tanggal : 03 Februari 2023
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
DEMANG SEPULAU RAYA KABUPATEN
LAMPUNG TENGAH

Anda mungkin juga menyukai