Anda di halaman 1dari 7

TUGAS ILMU UKUR TANAH

KERANGKA KONTROL HORIZONTAL


JARING TRIANGULASI , PEMOTONGAN , POLIGON DAN JARING GNSS
STATION

Oleh:

ANDIKA ADISUSILAJATI
NIT : 23324543
KELAS : A

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV PERTANAHAN


SEKOLAH TINGGI PERTANAHAN NASIONAL
YOGYAKARTA
2023
A. JARING TRIANGULASI

Jaring tiangulasi adalah suatu jaring atau rangkaian titik-titik pengukuran yang
disusun dalam bentuk segitiga atau pola segitiga dengan tujuan untuk mengukur dan
memetakan wilayah atau area tertentu. Dalam konteks survei tanah dan pemetaan, jarring
triangulasi digunakan untuk menentukan posisi relative dari titik titik tertentu dalam
wilayah yang lebih besar.

Jaring tiangulasi tebagi menjadi tiga metode yaitu:

1. Triangulasi

Triangulasi adalah metode pengukuran yang menggunakan tiga titik pengukuran atau
lebih untuk menentukan posisi titik yang tidak diketahui.metode pengukuran ini sering
digunakan dalam survei tanah dan pemetaan. Adapun langkah langkah umum yang
digunakan dalam metode ini antara lain penentuan titik, pengukuran sudut, pengukuran
jarak, perhitungan kordinat, kontrol dan koreksi, pengukuran lanjutan, pembuatan peta.

2. Trilaterasi

Trilaterasi adalah metode pengukuran yang serupa dengan triangulasi, tetapi


mengukur jarak antara titik titik untuk menentukan posisi titik yang tidak diketahui.
Metode ini berguna dalam pemetaan area yang lebih besar. Metode trilaterasi mempunyai
fungsi untuk penentuan titik referensi, pengukuran jarak, perhitungan koordinat, kontrol
dan koreksi, pengukuran lanjutan (opsional), dan pemetaan atau perosesan data tambahan.

3. Triangulaterasi

Triangulaterasi adalah metode kombinasi dari triangulasi dan trilaterasi yang


menggunakan sudut dan jarak untuk menentukan posisi titik. Triangulaterasi adalah
metode yang fleksibel yang dapat digunakan dalam berbagai konteks pemetaan dan survei
untuk menentukan posisi dengan tingkat akurasi yang tinggi, terutama ketika memiliki
akses terbatas ke sumber pengukuran lainnya seperti sinyal GPS.
B. PEMOTONGAN

Pemotongan dalam konteks survei tanah dan pemetaan adalah proses untuk
menentukan lokasi relative atau posisi titik atau objek tertentu dalam survei terhadap
referensi tertentu. Metode pemotongan melibatkan pemotongan melibatkan pengukuran
jarak dan sudut dari titik yang ingin ditentukan posisinya ke titik titik kontrol yang
terletak di sekitarnya.Terdapat dua jenis pemotongan yang umum dalam survei yaitu
pemotongan ke muka dan kebelakang dan pemotongan ke belakang.

1. Pemotongan ke muka (fore azimuth)


Pemotongan ke muka adalah proses mengukur jarak dan sudut dari titik survei (titik
yang ingin dipetakan atau ditentukan posisinya) ke titik-titik referensi yang terlihat di
depan pengamat. Ini dapat melibatkan pengukuran jarak menggunakan alat seperti
jangka sorong atau EDM dan pengukuran sudut horizontal dengan theodolite atau
total station
2. Pemotongan ke belakang (back azimuth)
Pemotongan ke belakang adalah proses mengukur jarak dan sudut dari titik survei ke
titik-titik referensi yang terletak di belakang pengamat dan mungkin tidak terlihat
secara langsung. Ini sering melibatkan penggunaan cermin reflektor atau alat khusus
lainnya untuk memantulkan sinyal Kembali ke pengamat.

Pemotongan ke muka dan ke belakang digunakan dalam berbagai konteks survei


tanah, konstruksi, perairan dan pemetaan. Data yang diperoleh dari pemotongan ini
membantu dalam menentukan posisi relative objek atau titik survei dalam jarring kontrol
atau poligon yang lebih besar.
C. POLIGON

Poligon adalah metode untuk menentukan posisi horizontal dari titik-titk di lapangan
yang berupa segi banyak dengan melakukan pengukuran sudut dan jarak. Tujuannya adalah
untuk mendapatkan data-data lapangan berupa koordinat horizontal (x,y). Peralatan yang
sering digunakan untuk pekerjaan ini adalah theodolite dan rambu ukur. Untuk saat ini alat
ada alat yang lebih canggih lagi yaitu total station.
Metode poligon terbagi dua macam yaitu poligon tertutup dan terbuka
1. Poligon Tertutup

Poligon tertutup adalah kerangka dasar pengukuran yang membentuk poligon segi
banyak yang menutup. Yang dimaksud menutup adalah apabila mulai dari titik 1 kemudian
ke titik 2 dan seterusnya akan kembali ke titik 1 lagi. Sehingga akan membentuk segi
banyak. Fungsi dari kembali ke titik awal adalah digunakan untuk mengkoreksi besaran
sudut pada tiap segi banyak tersebut.

Pada gambar di atas terlihat semua sudut teratur namun pada pengukuran di lapangan
semua sudut mempunyai besaran yang berbeda-beda. Gambar di atas mempunyai segi 6
artinya apabila kita menghitung jumlah keseluruhan sudut dalam bisa menggunakan rumus
(n-2)x180. Jumlah sudut dalam total = (6-2)x180 = 720 derajat. Hasil hitungan tersebut
adalah sudut apabila poligon tersebut benar-benar menutup. tapi pengukuran di lapangan
tidak bisa seperti itu. biasanya ada sedikit kesalahan jumlah sudut dalam karena beberapa
faktor di lapangan. Misalkan bandingkan hasil pengukuran dari lapangan sebelum dikoreksi
didapat jumlah sudut dalam sebesar 720d54'43" (720 derajat 54 menit 43 detik). Maka hasil
pengukuran ini ada kesalahan atau kelebihan sudut sebesar 54'43".
2. PoligonTerbuka

Pengukuran poligon terbuka biasa digunakan untuk mengukur jalan, sungai, maupun
irigasi. tapi kenyataannya bisa digunakan untuk mengukur luas lahan terbuka. namun tetap
disarankan untuk menggunakan poligon tertutup apabila mengukur luas lahan. Yang
dimaksud terbuka disini adalah poligon tersebut tidak mempunyai sudut dalam seperti pada
tertutup. jadi pengukuran di mulai dari titik awal tapi tidak kembali ke titik awal seperti pada
gambar di bawah ini.

Poligon terbuka sendiri terbagi menjadi 2 yaitu terikat sempurna dan tidak terikat
sempurna. Dikatakan terikat sempurna apabila kita mempunyai data-data koordinat pada titik
awal dan titik akhir berupa data koordinat dan elevasi (x,y,z). Sedangkan terikat tidak
sempurna adalah hanya mempunyai data koordinat dan elevasi pada titik awal saja. Data
koordinat tersebut bisa didapatkan dari benchmark.
Poligon terbuka tidak terikat sempurna ini tidak bisa dikoreksi sehingga hanya
surveyor-surveyor handal dan berpengalaman banyak lah yang bisa menggunakan ini karena
yakin ketelitian dan kesalahan sudut hanya kecil. Tingkat kesalahan pada pengukuran sangat
tergantung dari pengukurnya sendiri seberapa akurat bisa melakukannya.
D. JARING GNSS STATION

Jaring GNSS Station (Global Navigation Satellite System) adalah teknologi yang krusial
dalam survei tanah modern dan pemetaan yang memungkinkan perhitungan posisi dengan
akurasi tinggi dan pemantauan yang efisien terhadap perubahan geografis dan geologis.
1. Pengertian Jaring GNSS Station
Jaring GNSS Station adalah jaring titik referensi yang terdiri dari stasiun-stasiun
GNSS yang dilengkapi dengan penerima GNSS. Penerima GNSS digunakan untuk mengukur
sinyal dari satelit GNSS (seperti GPS) dan menentukan posisi dengan tingkat akurasi yang
tinggi.
2. Komponen Jaring GNSS Station
Jaring ini terdiri dari beberapa stasiun GNSS yang terletak di lokasi yang strategis.
Setiap stasiun terdiri dari penerima GNSS, antena GNSS, dan sistem komunikasi untuk
mentransfer data.
3. Pengukuran GNSS
Stasiun-stasiun dalam jaring GNSS menerima sinyal dari satelit GNSS yang terbang
di luar angkasa. Dengan mengukur waktu yang dibutuhkan sinyal untuk mencapai penerima,
jaring GNSS dapat menghitung posisi dengan tingkat akurasi yang tinggi.
4. Keuntungan Jaring GNSS Station
Tingkat akurasi yang tinggi: Jaring GNSS Station memungkinkan pengukuran dengan
tingkat akurasi yang sangat tinggi, bahkan dalam kondisi yang sulit Monitoring konstan:
Jaring ini memungkinkan pemantauan konstan terhadap pergerakan tanah, deformasi
geologis, dan perubahan posisi geografis dari titik-titik tertentu. Dengan adanya jaring
GNSS, survei tanah dan pemetaan dapat dilakukan dengan lebih cepat dan efisien.
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Hasanuddin Z.; Jones, Andrew dan Kahar, Joenil. 2002. Survai dengan GPS, Cetakan
kedua, Pradnya Paramita, Jakarta.

Djawahir, 1991, Kerangka Kontrol Horisontal, Diktat, Jurusan Teknik Geodesi Fakultas
Teknik UGM, Yogyakarta.

Modul Mata Kuliah Ilmu Ukur Tanah Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional Yogyakarta.

Wongsotjitro, Soetomo. 1981. Ilmu Geodesi Tinggi 1, Terbitan pertama, Kanisius,


Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai