Samuel Tari Wungo
Samuel Tari Wungo
SKRIPSI
OLEH:
SAMUEL TARI WUNGO
2019610089
SKRIPSI
OLEH :
lahir dari pasangan suami istri Bapak Simon Kendu Madu dan
menyelesaikan Pendidikan Sekolah Dasar di SDN Waiholo dari Tahun 2006 dan
Lulus pada Tahun 2013, lalu melanjutkan Sekolah Menengah Pertama (SMP
Swasta Mbali Mbayapu) pada Tahun 2013 dan Lulus pada Tahun 2016, dan pada
(SMK Kesehatan Rada Pamba) dari Tahun 2016 dan Lulus pada Tahun 2019.
Pada Tahun 2019 penulis melanjutkan sekolah ke jenjang Perguruan Tinggi dan
mulai Tahun 2019 sampai dengan penulisan skripsi ini, penulis masih terdaftar
Pengalaman Organisasi :
iv
MOTTO
v
PERSEMBAHAN
Puji Dan Syukur Atas Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena Atas
Berkat Dan Rahmat-Nya Yang Maha Kuasa, akhirnya skripsi ini telah
terselesaikan dengan baik dan tepat. Skripsi ini saya persembahkan untuk orang-
besar saya, orang tua saya, Bapak Simon Kendu Madu dan Ibu Dorkas Ra Tena,
serta Adik Antonius Rangga Tunu, dan semua keluarga besar saya yang telah
pengorbanan dan kasih sayang yang kalian berikan. Semoga ini menjadi langkah
awal untuk membuat bapak, mama Dan Kaka /adik bahagia, karena saya sadar,
selama ini belum bisa membuat yang lebih kepada Bapak Dan Ibu. Terimkasih
Tunggadewi Malang, karena sudah berkenan menerima saya mulai dari Studi
Pendahuluan, sampai dengan Penelitian tugas ahkir saya. Tidak lupa juga bagi
meraih gelar sarjana, saya ucapkan terimkasih kepada kalian semua dan saya tidak
bisa sebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan dan dukungan
vi
DAFTAR ISI
vii
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian....................................................................45
5.2 Data Umum..........................................................................................................46
5.3 Data Khusus ........................................................................................................47
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian....................................................................................5
Tabel 4.1 Definisi Operasional Hubungan Pola Asuh Orang Tua terhadap
perilaku bullying di SDN Bedalisodo 01 Malang....................................36
Tabel 6.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Anak dan Orang
Tua di SDN Bedalisodo 01 Malang Tahun 2023......................................46
Tabel 6.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pola Asuh Orang Tua di SDN
Bedalisodo 01 Malang Tahun 2023...........................................................48
Tabel 6.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Perilaku Bullying di SDN
Bedalisodo 01 Malang Tahun 2023...........................................................48
Tabel 6.4 Tabulasi Silang Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan
Perilaku Bullying di SDN Bedalisodo 01 Malang Tahun 2023.................49
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Hubungan Pola Asuh Orang Tua terhadap
perilaku bullying di SDN Bedalisodo 01 Malang.............................29
Gambar 4.1 Kerangka Kerja Hubungan Pola Asuh Orang Tua terhadap
perilaku bullying di SDN Bedalisodo 01 Malang.............................32
Gambar 5.1 Peta Lokasi Penelitian........................................................................46
x
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Informed Concent ..........................................................................60
Lampiran 2. Lembar Kisi-Kisi Kuesioner ..........................................................61
Lampiran 3. Lembar Kuesioner Penelitian.........................................................62
Lampiran 4. Uji Validitas dan Reliabilitas..........................................................66
Lampiran 5. Tabulasi Data..................................................................................73
Lampiran 6. Hasil Olahan SPSS.........................................................................77
Lampiran 7. Dokumentasi...................................................................................81
Lampiran 8. Surat Ijin Penelitian........................................................................82
xi
ABSTRAK
Samuel Tani Wungo. 2023. Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Perilaku
Bullying Di SDN Bedalisodo 01 Malang. Tugas Akhir, Program Studi
Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Tribhuwana
Tunggadewi Malang: Pembimbing (1) Neni Maemunah, S.KEP. MMRS.
Pembimbing (2) Ronasari Mahaji Putri S.KM.M. Kes
Pola asuh orang tua berperan penting mempengaruhi perilaku bullying pada anak
sekolah dasar. Kasus bullying yang tinggi pada anak Sekolah Dasar (SD) menjadi
ancaman bagi kesehatan mental dan tumbuh kembang emosional anak. Tujuan
penelitian yaitu untuk mengetahui hubungan pola asuh orang tua dengan perilaku
bullying di SDN Bedalisodo 01 Malang. Desain penelitian mengunakan desain
korelatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian sebanyak 64 anak
SD kelas IV dan V. Sampel penelitian sebanyak 55 responden dengan penentuan
menggunakan Simple Random Sampling. Data penelitian menggunakan lembar
kuesioner pola asuh orang tua yang diadposi dari Rachmansyah (2017) dan
perilaku bullying milik Putri (2009). Uji analisis data yang di gunakan yaitu uji
Chi Square. Hasil penelitian membuktikan sebagian besar 28 (50,9%) responden
mendapatkan pola asuh orang tua kategori otoriter dan hampir separuh 26 (47,3%)
responden memiliki perilaku bullying kategori sedang. Hasil uji Chi Square
menunjukkan terdapat hubungan pola asuh orang tua dengan perilaku bullying di
SDN Bedalisodo 01 Malang didapatkan p value = (0,000) < (0,05).
Direkomendasikan untuk peneliti selanjutnya perlu mengetahui faktor yang
mempengaruhi perilaku bullying pada anak sekolah dsar.
Kata Kunci: Anak Sekolah Dasar; Hukuman; Jenis Kenakalan, Perilaku
Bullying; Pola Asuh.
xii
ABSTRACT
Samuel Tani Wungo. 2023. The relationship between parenting and bullying
behavior in Bedalisodo 01 Malang Public Elementary School. Final
Project, Nursing Study Program, Faculty of Health Sciences, Tribhuwana
Tunggadewi University Malang: Supervisor (1) Neni Maemunah, S.KEP.
MMRS. Supervisor (2) Ronasari Mahaji Putri S.KM.M. Kes
.
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
sangat cepat, pada masa ini anak sekolah mulai bergaul dengan temannya dan
mengungkapkan bahwa periode ini merupakan masa transisi dari masa anak-anak
kekerasan baik sebagai korban maupun pelaku dari tindakan kekerasan. Penelitian
Akbar & Fatah (2022) menjelaskan bahwa bentuk kekerasan yang sering terjadi di
sekolah dasar salah satunya yaitu bullying, apabila hal ini terjadi secara terus
hal tersebut dapat dipahami bahwa kalangan anak sekolah dasar berisiko menjadi
kasus perundungan (bullying) paling banyak didominasi oleh siswa Sekolah Dasar
(SD). KPAI mencatat kasus bullying pada anak SD di dunia tahun 2021 sebanyak
120.000 kasus, di Indonesia tahun 2019 terdapat 4.369 kasus, tahun 2020 naik
menjadi 6.519 kasus dan tahun 2021 sebanyak 5.953 kasus. Anak sekolah yang
membuktikan bahwa perilaku bullying pada kalangan anak sekolah dasar masih
1
2
tinggi sebanyak 54,2%, dengan persentase tertinggi pada sekolah dasar yang
mendapatkan pola asuh otoriter. Hal ini membuktikan bahwa pola asuh otoriter
yang diterima anak sekoah dasar bisa menyebabkan anak menjadi pelaku bullying.
Penyebab anak melakukan bullying antara lain pola asuh dimana orang tua
yang sering menghukum anaknya secara berlebihan dan pencarian identitas diri.
Menurut Riyanto et al., (2022) penyebab anak melakukan bullying tidak terlepas
dari pola asuh orang tua dan ketidak mampuan anak dalam mengendalikan emosi.
sekolah dapat menyebabkan dampak yang sangat serius bagi korbannya seperti
perasaan tidak aman, takut pergi kesekolah, takut terisolasi, perasaan harga diri
yang rendah, atau bahkan dapat menjadi stress dan mengalami gangguan mental.
Hal ini dapat dipahami bahwa perilaku bullying yang dilakukan anak sekolah
sebagai suatu bentuk perilaku agresif yang diwujudkan dengan perlakuan secara
tidak sopan dan penggunaan kekerasan atau paksaan terhadap korban. Tindakan
untuk menurunkan perilaku bullying pada anak sekolah dasar yaitu adanya
peranan dan keaktifan orang tua dalam memberi pola asuh kepada anak.
Pola asuh adalah cara atau bantuk pengasuh yang diberikan orang tua
Rahmawati dkk., (2022) membuktikan bahwa masih banyak orang tua yang
memberikan pola asuh otoriter sebanyak 39,6% dan pola asuh permisive sebanyak
31,2%, hal ini menyebabkan anak memiliki perilaku bullying berat. Penelitian
Utomo & Sari (2022) menjelaskan bahwa pentingnya penerapan pola asuh yang
sesuai kepada anak sekolah dasar dapat menurunkan terjadinya perilaku bullying.
3
orang tua sering kali menjadi faktor penyebab terjadinya gangguan pada
hubungan pola asuh orang tua dengan perilaku bullying pada anak sekolah dasar.
dalam menerapkan pola asuh dapat mengakibatkan anak bertindak seenak hati,
tidak mampu mengendalikan diri dan sering menghina temannya atau memberi
karena pola asuh orang tua berupa bentuk nasehat, bimbingan dan kepedulian
kepada anak sekolah dasar akan mencegah anak melakukan perilaku bullying.
Pola asuh merupakan suatu sikap yang dilakukan orang tua dalam berinteraksi
dengan anaknya meliputi cara orang tua memberikan disiplin, hadiah, hukuman,
menjelaskan bahwa ketetapan pola asuh orang tua memberikan pengaruh yang
sangat besar terhadap perilaku bullying anak sekolah dasar, sehingga mampu
dilakukan untuk mengetahui jenis pola asuh apa saja yang bisa menyebabkan anak
komentar bullying saat nonton video yang tidak disukai di media sosial Tiktok dan
penelitian dengan judul hubungan pola asuh orang tua dengan perilaku bullying
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan pola
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola asuh orang tua
1. Mengidentifikasi pola asuh orang tua pada anak sekolah dasar di SDN
Bedalisodo 01 Malang
3. Menganalisis hubungan pola asuh orang tua dengan perilaku bullying di SDN
Bedalisodo 01 Malang.
1.4.1 Teoritis
Menambah wawasan dan pengetahuan tentang dampak pola asuh orang tua
1.4.2 Praktis
konseling personal tentang pola asuh yang cocok diberikan orang tua kepada
bullying.
Nama
No Judul Jurnal Vol/No Metode Hasil
Penulis
1 Hubungan Pola Jurnal Rahmawati, Kuantitatif Hasil uji chi square
Asuh Orang Tua Keperawatan et al dengan membuktikan bahwa
Dengan Perilaku Vol.20 No.2 pendekatan adanya hubungan antara
Bullying Pada cross sectional pola asuh orang tua
Anak Sekolah dengan perilaku bullying
Dasar pada siswa sekolah dasar
SDN didapatkan nilai ρ =
0,006.
TINJAUAN PUSTAKA
Pola asuh orang tua merupakan gambaran tentang sikap dan perilaku orang
orang tua dan anak, yaitu bagaimana cara sikap atau perilaku orang tua saat
norma, memberikan perhatian dan kasih sayang serta menunjukkan sikap dan
Menurut Amin & Harianti (2018) mengemukakan ada beberapa peran ibu
Menurut Shochib (2018) menjelaskan pola asuh orang tua dibagi menjadi
tiga, yaitu.
17
8
Pola asuh demokratis adalah pola asuh orang tua pada anak yang
berbagai hal yang sesuai dengan kemampuan anak dengan sensor batas dan
pengawasan yang baik dari orang tua. Pola asuh orang tua demokratis, orang
tua, melatih anak-anak untuk mengeksplorasi apa yang ada pada diri anak
yang disuruh dengan pola asuh demokratis ini, menghasilkan anak yang
mempunyai harga dirinya tinggi, rasa ingin tahu yang besar, puas, kreatif,
cerdas, percaya diri, terbuka pada orang tua, menghargai dan menghormati
orang tua, tidak mudah stress dan depresi, berprestasi baik dan dapat
berikut.
a. Proses pendidikan terhadap anak selalu titik tolak dari pendapat bahwa
c. Orang tua senang menerima saran, pendapat, dan bahkan keritik dari anak.
kepada anak agar jangan berbuat kesalahan dengan tidak mengurangi daya
f. Orang tua selalu berusaha untuk menjadikan anak lebih sukses darinya.
Indikator pola asuh orang tuan yang demoktasi diberikan seperti orang
tua memberi menasehati, memberikan pujian ketika anak mendapat nilai yang
Pola asuh otoriter adalah pola asuh yang memaksakan kehendak. Dengan
diucapkan orang tua adalah hukuman atau peraturan dan tidak dapat diubah
monopoli tindak komunikasai dan sering kali meniadakan umpan balik daria
anak. Hubungan orang tua dan anak cendrung renggan dan berpotensi
a. Kaku
10
b. Tegas
c. Suka menghukum
e. Orang tua memaksa anak-anak untuk patuh pada nilai-nilai mereka, serta
f. Orang tua tidak mendorong serta memberi kesempatan kepada anak untuk
g. Hak anak dibatasi tetapi dituntut tanggung jawab seperti anak dewasa.
Indikator pola asuh orang tua yang otoriter seperti orang tua
peraturan yang harus dipatuhi meskipun meski anak tidak menyukainya, orang
ketika anak melakukan kesalahan dan memaksa anak belajar meski sedang
Pola asuh permisif adalah pola asuh dimana orang tua jarang atau tidak
sumber informasi bagi anak bukan sebagai role mood, dengan begitu anak
berkembang menjadi anak yang kurang perhatian, anak tidak disiplin, tidak
hormat, tidak sensitive agresif dan umumnya anak menentang kemauan orang
tua, merasa tidak berani, rendah diri, nakal, memiliki kemampuan sosialisasi
11
yang buruk, control diri baik, dan kurang menghargai orang lain (Bahri,
Indikator pola asuh orang tua yang permisif seperti orang tua
apa yang ingin dilakukan, tidak pernah mengatur kegiatan anak, orang tua
menganggap anak masih kecil yang tidak bisa memberikan keputusan dan tidak
Tingkah laku yang dikehendaki pada diri anak dapat merupakan gambaran
dari keadaan di dalam keluarga, tidak tepatlah bila orang tua selalu menilai
sebaliknya justru sikap dan tingkah laku orang dewasalah yang sering tidak
mengawali kegelisahan pada diri anak. Pola asuh orang tua dapat ditunjukkan
melalui aspek-aspek :
4. Perhatian, tingkat kepedulian orang tua terhadap aktivitas dan kehendak anak.
12
8. Komunikasi anak dan orang tua, kurangnya komunikasi anak dan orang tua,
yaitu orang tua tidak menanyakan bagaimana pendapat dan perasaan anak bila
9. Kasih sayang, yaitu tidak adanya kehangatan, cinta, perawatan dan perasaan
2015).
Apabila terlalu muda atau tua mungkin tidak dapat menjalankan peran tersebut
2015).
13
Kedekatan hubungan ibu dan anak sama pentignya dengan ayah dan anak
walaupun secara kodrati akan ada perbedaan. Didalam rumah tangga ayah
Seorang ayah tidak saja bertanggung jawab dalam memberikan nafkah tetapi
dapat pula bekerja sama dengan ibu dalam melakuan perawatan anak seperti
bersama sebagai salah satu upaya dalam melakukan interaksi (Gunarsa, 2015).
Stres yang dialami orang tua akan mempengaruhi kemampuan orang tua
Hubungan yang kurang harmonis antara suami istri akan berdampak pada
kemampuan dalam menjalankan perannya sebagai orang tua dan merawat serta
mengasuh anak dengan penuh rasa bahagia karena satu sama lain dapat saling
14
8. Nilai-nilai yang dianut orang tua, ada sebagian orang tua yang menganut faham
aqualitarian yaitu kedudukan anak sama dengan kedudukan orang tua, ini
Orang tua yang sibuk dengan pekerjaan di luar rumah akan memiliki waktu
agresif yang diwujudkan dengan perlakuan secara tidak sopan dan penggunaan
kekerasan atau paksaan untuk mempengaruhi orang lain, yang dilakukan secara
kekerasan fisik atau pemaksaan, dan dapat diarahkan berulang kali terhadap
korban tertentu, mungkin atas dasar ras, agama, gender, seksualitas, atau
terintegrasi, yaitu:
aspek, yaitu bullying verbal, fisik, dan sosial. Jenis-jenia perilaku bullying tersebut
1. Perundungan verbal
Kata-kata adalah alat yang kuat dan dapat mematahkan semangat seorang
yang menerimanya. Jenis bullying yang juga bisa terdeteksi karena terungkap
memfitnah.
2. Perundungan fisik
Jenis perundungan yang terlihat oleh mata, siapa pun dapat melihatnya karena
Jenis bullying yang paling berbahaya karena tidak tertangka poleh mata atau
telinga apabila tidak cukup awas mendeteksinya. Bullying ini terjadi diam-diam
1. Keluarga
Bullying seringkali berasal dari keluarga yang bermasalah. Orang tua yang
sering menghukum anaknya secara berlebihan, atau situasi rumah yang penuh
ketika mengamati konflik-konflik yang terjadi pada orang tua mereka, dan
yang tegas dari lingkungan terhadap perilaku coba-coba yaitu, seseorang akan
berperilaku agresif, dan perilaku agresif itu dapat meningkatkan status dan
perundungan.
2. Lingkungan sekolah
sekolah.
3. Kelompok pertemanan
Pencarian identitas diri anak dapat melalui penggabungan diri dalam kelompok
kelompok penting karena mereka bisa berbagi rasa dan pengalaman dengan
teman sebaya dan kelompoknya, untuk dapat menerima dan merasa aman
sepanjang saat-saat menjelang anak dan sepanjang masa anak mereka, anak
kelompok yang disebut klik. Klik memiliki kesamaan minat, nilai, kecakapan,
dan selera. Hal ini memang baik namun ada pengecualian budaya sekolah
4. Kecemburuan
cemburu dan mencoba untuk menyakiti anak perempuan yang populer. Anak
terlalu menarik, terlalu kaya, terlalu populer, dan sebagainya. Terkadang guru
dari yang lain. Anak sangat sensitif terhadap tindakan pilih kasih ini akan
menjadi cemburu.
19
permasalahan yang dampaknya harus ditanggung oleh semua pihak, baik itu
sangat berkaitan dengan depresi, kesepian, dan self esteem yang rendah.
masalah kesehatan, keuangan, dan sosial pada masa dewasa. Bahkan dampak
1. Kekerasan verbal
- Mengancam
20
- Mempermalukan
- Merendahkan
- Mengganggu
- Sarkastik
- Penghinaan ras
pengucilan
2. Kekerasan fisik
3. Kekerasan relasional
b. Mendiamkan seseorang
pertanyaan dengan pilihan jawaban antara 1-5. Hasil kategori dari bullying yaitu.
2. Sedang : 51 - 75%
3. Tinggi : 76-100%
Masa anak sekolah dasar adalah masa anak berumur 6 tahun sampai 12
tahun sedang dalam puncak pertumbuhan. Saat umur inilah anak berada dalam
mengetahui banyak tentang diri dan dunianya (Supriasa, 2013). Skinner (2013)
menjelaskan bahwa pertumbuhan dan perkembangan anak pada tahap ini disebut
tahap industry vs inferiority, terjadi pada masa laten dimana pertentangan antara
atas hasil karyanya cenderung akan menjadi anak yang terus menerus rendah diri.
Menurut Sumantri & Syaodih (2016) anak usia sekolah dasar memiliki cirri
dan karakteristik yang dibagi kedalam 2 kelompok yakni kelompok kelas rendah
22
(usia 6/7 – 9/10 tahun) atau setara anak kelas 1–3 sekolah dasar dan kelompok
kelas tinggi dengan tentang usia 9/10 – 11/12 tahun atau setara anak kelas 4-6
sekolah dasar. Ciri-ciri pada masa kelas-kelas rendah (6/7 – 9/10 tahun) adalah
sebagai berikut :
1. Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan jasmani dengan prestasi.
5. Apabila tidak dapat menyelesaikan suatu soal, maka soal itu dianggap tidak
penting.
6. Pada masa ini (terutama usia 6-8 tahun) anak menghendaki nilai angka rapor
yang baik, tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai
7. Hal-hal yang bersifat konkret lebih mudah dipahami ketimbang yang abstrak.
8. Kehidupan adalah bermain. Bermain bagi anak usia ini adalah sesuai yang
dibutuhkan dan dianggap serius. Bahwa anak tidak dapat membedakan secara
mengagumkan.
Menurut Sumantri & Syaodih (2016) menjelaskan bahwa ciri-ciri pada masa
3. Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal atau mata pelajaran
4. Sampai usia 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang dewasa lainnya
untuk menyelesaikan tugas dan memenuhi keinginannya. Selepas usia ini pada
5. Pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran tepat
permainan itu mereka tidak terikat lagi dengan aturan permainan tradisional
rendah ke yang lebih tinggi, peningkatan dan perluasan seseorang. Anak memiliki
suatu ciri yang khas yaitu selalu tumbuh dan berkembang secara teratur, saling
kebutuhan psikososial, kognitif dan moral yang harus dipenuhi (Skinner, 2013).
1. Perkembangan psikososial
teman baru. Pada masa ini sangat penting bagi orang tua untuk mulai
24
sehingga hasil yang dicapai adalah mengerti arah dan tujuan setiap tindakan.
2. Perkembangan kognitif
jika stimulus yang diberikan dari lingkungan sekitar optimal, karena anak dapat
apabila perhatian intensif dapat diberikan sejak usia dini maka perkembangan
anak akan lebih optimal. Usia prasekolah saat 4 - 5 tahun perkembangan otak
pada remaja akhir. Pada tahap ini mereka juga kurang mampu membuat
bahasa ataupun simbol untuk mewakili objek yang ada di lingkungan mereka.
Anak usia prasekolah berasumsi bahwa setiap berpikir seperti apa yang mereka
yang singkat kepada orang lain dapat membuat keseluruhan pikiran mereka
dipahami oleh orang lain. Anak usia dini semakin banyak menggunakan bahasa
akibat dan waktu. Tugas perkembangan kognitif pada anak usia dini dapat
3. Perkembangan moral
Perkembangan moral dapat dipelajari oleh anak dari perilaku baik dan
buruk. Apabila anak melakukan hal yang buruk maka akan mendapatkan
Pandangan parah ahli pendidikan tentang anak cenderung berubah dari waktu
ke waktu dan berbedah satu sama lain sesuai dengan landasan teori yang
meningkatnya keterampilan dan proses berfikir, pada masa ini anak dapat
meningkatkan antusiasme dan energi untuk belajar dan menggali banyak hal.
Kemampuan mereka dalam mengontrol diri, berinteraksi dengan orang lain dan
ditentukan oleh kemampuan kognitif di masa prasekolah. Jadi banyak hal yang
di usia dini, baik di lingkungan sekolah atau pun di rumah, karena individu
periode tertentu dalam kehidupan individu. Tugas tersebut harus dikuasai dan
26
Anak belajar untuk berkembang menjadi pribadi yang bertanggung jawab dan
Anak belajar untuk dapat saling memberi dan berbagi. Anak juga belajar
Anak pada masa ini anak belajar untuk bertingkah laku sesuai dengan tuntutan
lingkungannya.
Anak Pada masa ini anak perlu mengetahui berbagai anggota tubuhnya, apa
Anak belajar mengkoordinasikan otot-otot yang ada pada tubuhnya baik otot
Anak pada masa ini diharapkan anak dapat mengenal benda-benda yang ada di
lingkungan.
Anak belajar menguasai kata-kata baru baik yang berkaitan dengan benda-
Anak pada masa ini belajar mengembangkan perasaan kasih sayang terhadap
2.4 Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Perilaku Bullying Di SDN
Anak sekolah dasar merupakan fase mencari jati diri yang penuh dengan
gejolak jiwa dan belum mampu mengendalikan emosional dengan baik sehingga
(2022) membuktikan bahwa ada hubungan pola asuh orang tua dengan perilaku
bullying pada anak sekolah dasar, dimana pola asuh yang otoriter menyebabkan
Penelitian Akbar & Fatah (2022) membuktikan bahwa ada hubungan pola
asuh orang tua dengan perilaku bullying. Kegagalan pola asuh orang tua sering
et al., (2021) menjelaskan bahwa kesalahan orang tua dalam menerapkan pola
bullying pada kalangan anak sekolah dasar dipengaruhi oleh pola asuh orang tua.
Pola asuh demokratis bersifat toleransi terhadap kesalahan anak, apabila anak
tidak mendengarkan nasehat orang tua maka terjadi perilaku bullying. Pola asuh
otoriter bersifat tegas, hal ini menyebabkan anak memiliki mental kuat dan emosi
tinggi sehingga bisa meningkatkan perilaku bullying. Pola asuh permisif bersifat
kurang kontrol, hal ini menyebabkan anak bertindak seenak hati sehingga bisa
Toleransi Tegas
Proses Kurang kontrol
Tidak toleransi
Nakal Mudah marah
Perilaku bullying
Faktor perilaku bullying:
Output 1. Keluarga
2. Lingkungan sekolah
3. Kelompok pertemanan
- Rendah
4. Kecemburuan
- Sedang
- Tinggi
Keterangan :
29
30
apabila anak tidak mendengarkan nasehat orang tua maka terjadi perilaku
bullying. Pola asuh otoriter bersifat tegas, hal ini menyebabkan anak
perilaku bullying. Pola asuh permisif bersifat kurang kontrol, hal ini
perilaku bullying. Pola asuh orang tua yang tepat seperti adanya didikan,
perhatian, kasih sayang dan informasi yang diberikan kepada anak sekolah
pola asuh orang tua yaitu usia orang tua, keterlibatan orang tua,
kepribadian orang tuu, nilai-nilai yang dianut dan pekerjaan orang tua.
H1 : Ada hubungan pola asuh orang tua dengan perilaku bullying di SDN
Bedalisodo 01 Malang.
BAB IV
METODE PENELITIAN
dalam proses penelitian ini adalah cross sectional yaitu penelitian pada
penelitian yang akan dilakukan, meliputi siapa yang akan diteliti (subyek
31
32
Populasi :
Seluruh anak sekolah dasar kelas IV dan V di SDN Bedalisodo 01 Malang
sebanyak 64 orang
Sampling
Simple random sampling
Sampel:
Sebagian anak sekolah dasar kelas IV dan V di SDN Bedalisodo 01 Malang
sebanyak 55 orang
Desain Penelitian
Korelasi dengan pendekatan cross sectional
Kuesioner Kuesioner
Pengolahan Data
Editing, Coding, Scoring, Tabulating, Processing, Cleaning
Analisa Data
Uji Chi Square dengan a = 0,05
Kesimpulan
Gambar 4.1 Kerangka kerja hubungan pola asuh orang tua terhadap perilaku bullying di
SDN Bedalisodo 01 Malang
4.3.1 Populasi
33
sebanyak 64 orang.
4.3.2 Sampel
N
n= 2
1+ N (0 , 05)
Keterangan :
N = Besar populasi
n = Besar sampel
Cara perhitungan:
64
n= 2
1+64 (0 , 05)
64
n=
1 , 16
n=55 ,17 (55 sampel )
Sampel dalam penelitian ini sebanyak 55 anak sekolah dasar kelas IV dan V
1. Kriteria Inklusi
Bedalisodo 01 Malang
2. Kriteria Eksklusi
4.3.3 Sampling
kuesioner di kelas.
Tabel 4.1Definisi operasional hubungan Pola Asuh Orang Tua terhadap perilaku bullying
di SDN Bedalisodo 01 Malang
Definisi Alat
No. Variabel Indikator Skala Skoring
Operasional Ukur
1 Independen:Cara atau bantuk - Demoktasi yaitu Kuesioner Nominal Positif
Pola asuh pengasuh yang memberi kebebasan (Rachmansyah, - Tidak pernah = 1
orang tua diberikan orang kepada anak untuk 2017) - Kadang-kadang = 2
tua (bapak dan berkreasi dan - Selalu = 3
ibu) ke anak bereksplorasi. - Sering = 4
sekolah dasar - Otoriter yaitu pola asuh Negatif
dengan memaksa - Tidak pernah = 4
kehendak anak. - Kadang-kadang = 3
- Permisif yaitu kurang - Selalu = 2
memberi kontrol kepada - Sering = 1
anak (Rachmansyah,
2017) Kategori:
- Otoriter = 67-100%
- Demokrasi = 34-66%
- Permisif = < 33%
(Rachmansyah, 2017)
2 Dependen: Suatu bentuk - Kekerasan verbal Kuesioner Ordinal Selalu = 4
Perilaku perilaku agresif (kontak verbal langsung (Putri, 2009) Sering = 3
bullying yang dan kontak verbal tidak Kadang-kadang = 2
diwujudkan langsung) Tidak pernah = 1
dengan - Kekerasan fisik
perlakuan - Kekerasan relasional Katrgori:
secara tidak (Putri, 2009) - Rendah : < 50%
sopan oleh - Sedang : 51 - 75%
anak sekolah - Tinggi : 76-100%
dasar (Putri, 2009)
1. Instrumen untuk mengkaji variabel bebas (independen): pola asuh orang tua
permisif
37
dikatakan valid jika kuesioner dari variabel pola asuh orang tua dan
menurut situasi dan kondisi tertentu, dengan kata lain secara sederhana
dapat dikatakan bahwa sebuah instrumen dianggap valid jika instrumen itu
benar-benar dapat dijadikan alat untuk mengukur apa yang akan diukur
melihat nilai koefisien pada kolom corrected item- total correlation. Suatu
kuesioner yang digunakan untuk variabel pola asuh orang tua sebanyak 21
dinyatakan valid karena probabilitas hasil korelasi lebih kecil dari 0,05
kuesioner yang digunakan untuk variabel pola asuh orang tua sebanyak 21
dinyatakan reliabel karena nilai Alpha variabel X = 0,728 > 0,6 dan nilai
data dalam penelitian ini adalah teknik kuesioner, adapun langkah yang
dilakukan yaitu:
Bedalisodo 01 Malang.
39
3. Apabila anak sekolah dasar bersedia untuk menjadi responden penelitian, maka
pola asuh orang tua dan perilaku bullying diberikan ke untuk diisi di kelas.
2013).
1. Editing
2. Coding
Coding merupakan cara memberi kode pada setiap kuesioner yang diisi
Positif
- Tidak pernah =1
40
- Kadang-kadang = 2
- Selalu =3
- Sering =4
Negatif
- Tidak pernah =4
- Kadang-kadang = 3
- Selalu =2
- Sering =1
3. Scoring
1) Hasil pengelolaan data pola asuh orang tua disesuaikan dengan kategori dan
- Otoriter = 67-100% = 3
- Demokrasi = 34 - 66% = 2
- Sedang = 51 - 75% =2
- Tinggi = 76-100% =3
4. Tabulating
dengan mudah dapat dijumlah, disusun, dan ditata untuk disajikan. Proses
41
program komputer.
5. Processing
kelengkapan data) dan coding (pengubahan data yang berbentuk huruf menjadi
6. Cleaning
data yang diperoleh dari hasil kuesioner, catatan lapangan, dan bahan-
εf
%= x 100
N
Keterangan :
% = Persentase
N = Skor maksimal
sebagai berikut:
variabel bebas dengan variabel terikat, dalam penelitian ini dilakukan uji
statistik dengan metode analisa uji Chi Square karena untuk mengetahui
43
dependen skala ordinal. Uji Chi Square adalah salah satu uji statistic non-
0,05 artinya H1 ditolak yaitu tidak ada hubungan antara variabel dependen
tinggi harkat dan martabat manusia. Masalah etika yang harus diperhatikan
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
44
kerahasiaannya. Hanya kelompok data tertentu saja yang akan disajikan atau
Partisipasi subjek dalam penelitian, harus dihindari dari keadaan yang tidak
atau informasi yang telah diberikan, tidak akan dipergunakan dalam hal-hal
5. Veracity (Kejujuran)
hasil penelitian.
6. Resiko (Benefitsnrasio)
8. Subyek penelitian tidak boleh dipaksa untuk menjadi responden tanpa adanya
sanksi apapun.
BAB V
HASIL PENELITIAN
pos yaitu 65158. SD ini beroperasional setiap hari Senin sampai Sabtu jam
07:00 – 13:30 WIB. Tenaga pengajar sebanyak 18 orang guru. SDN mulai
untuk menunjang bakat siswa seperti sepak bola, bola voli, paduan suara
dan menari.
45
46
(geng), umur orang tua, pendidikan orang tua dan pekerjaan orang tua,
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Anak dan Orang Tua di
SDN Bedalisodo 01 Malang Tahun 2023
Karakteristik f (%)
Umur anak
10 - 11 tahun 29 52,7
12 - 13 tahun 26 47,3
Jenis kelamin anak
Laki-laki 28 50,9
Perempuan 27 49,1
Kebiasaan dimarahi orang tua
Tidak 36 65,5
Ya 19 34,5
Kebiasaan dihukum orang tua
Tidak 48 87,3
Ya 7 12,7
Kejadian dihukum di sekolah
47
Karakteristik f (%)
Tidak 34 61,8
Ya 21 38,2
Memiliki kelompok (geng)
Tidak 41 74,5
Ya 14 25,5
Umur orang tua
26-35 tahun (dewasa awal) 13 23,6
36-45 tahun (dewasa akhir) 30 54,5
46-59 tahun (pertengahan) 12 21,8
Peran orang tua
Ayah 23 41,8
Ibu 32 58,2
Pendidikan orang tua
Tidak sekolah 6 10,9
SD 27 49,1
SMP 10 18,2
SMA 8 14,5
S1 4 7,3
Pekerjaan orang tua
IRT 9 16,4
PNS 2 3,6
Swasta 40 72,7
Wirasusaha 4 7,3
Total 55 100
(geng), sebagian besar (54,5%) orang tua responden berumur 36-45 tahun
orang tua.
48
Data khusus dalam penelitian disajikan data pola asuh orang tua di
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pola Asuh Orang Tua di SDN
Bedalisodo 01 Malang Tahun 2023
Pola asuh orang tua f (%)
Otoriter 28 50,9
Demokratis 25 45,5
Permisif 2 3,6
Total 55 100
Bedalisodo 01 Malang.
01 Malang.
Analisis data penelitian ini mengunakan tabulasi silang dan uji Chi
Square untuk menentukan hubungan pola asuh orang tua dengan perilaku
dilihat dari tingkat signifikasi (α) kurang dari 0,05, data disajikan sebagai
berikut:
Tabel 5.4 Tabulasi Silang Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Perilaku
Bullying di SDN Bedalisodo 01 Malang Tahun 2023
Perilaku Bullying (Y)
Total Chi Square
Hubungan antar variabel Rendah Sedang + Tinggi
f % f % f % p value
Pola Demokrasi +
17 30,9 10 18,2 27 49,1
Asuh Permisif
Orang 0,000
Otoriter 6 10,9 22 40,0 28 50,9
Tua (X)
Total 23 41,8 32 58,2 55 100
(0,000) < (0,05) sehingga H1 diterima, artinya ada hubungan pola asuh
PEMBAHASAN
mendapatkan pola asuh orang tua kategori otoriter di SDN Bedalisodo 01 Malang.
Pola asuh orang tua kategori otoriter diketahui dari jawaban responden tertinggi
tentang pola asuh otoriter meliputi adanya hukuman untuk mendisiplinkan anak,
perkataan orang tua dan adanya paksaan untuk belajar. Hasil ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan Andari et al., (2020) menjelaskan bahwa masih banyak
anak sekolah dasar yang mendapatkan pola asuh orang tua kategori otoriter karena
anak nakal dan sering melanggar peraturan yang ditetapkan orang tua.
Faktor yang berhubungan dengan dengan pemberian pola asuh orang tua
kategori otoriter salah satunya umur orang tua. Sebagian besar orang tua berumur
36-45 tahun, artinya orang tua berusia dewasa akhir. Orang tua yang berumur
dewasa dewasa akhir seharusnya memiliki informasi yang luas tentang cara
orang tua memberikan pola asuh otoriter. Menurut Gunarsa (2015) semakin
bertambah usia maka pola pikir, wawasan dan daya ingat semakin bertambah
sehingga mendukung perubahan sikap dan perilaku dalam hidup. Penyebab orang
50
51
Faktor lain yang menyebabkan orang tua memberikan pola asuh otoriter
sehingga menumbuhkan sikap dan tindakan untuk memberikan pola asuh otoriter
tentang cara mengasuh anak tidak tepat, sebagai contoh memaksa anak untuk
belajar lebih giat dan memberi hukuman apabila anak tidak mematuhi peraturan
Faktor lain yang menyebabkan orang tua memberikan pola asuh otoriter
juga bisa berhubungan dengan pekerjaan, didapatkan sebagian besar orang tua
orang tua memiliki waktu lebih banyak di tempat kerja dan sedikit dengan anak,
sehingga saat orang tua pulang kerja mengalami kelelahan, apabila melihat anak
tidak patuh terhadap peraturan rumah bisa menyebabkan marah dan pemberian
orang tua yang bekerja di luar rumah memiliki sifat tegas terhadap anaknya yang
mengarahkan pada pola asuh otoriter. Faktor lain seperti peran orang tua
didapatkan hampir separuh orang tua berperan dalam rumah yaitu ayah, sehingga
mendapatkan pola asuh orang tua kategori otoriter, artinya masih banyak orang
52
tua yang memaksa anak untuk patuh terhadap peraturan yang diterapkan,
memarahi dan menghukum anak apabila salah. Penelitian Akbar & Fatah (2022)
menjelaskan bahwa pola asuh orang tua kategori otoriter karena orang tua sering
memaksa anak untuk belajar, apabila anak tidak belajar akan dimarahi. Menurut
Rachmansyah (2017) menjelaskan bahwa pola asuh otoriter merupakan pola asuh
yang memaksakan kehendak. Pola asuh ini cendrung sebagai pengendalian atau
pengawasan, serta selalu memaksakan kehendak orang tua yang dipatuhi anak.
tinggi perilaku bullying pada kalangan anak sekolah dasar. Perilaku bullying yang
sedang diketahui dari skor persentase jawaban responden tertinggi yaitu sebagian
besar ketika anak marah akan mendorong badan teman terlebih dahulu sebelum
tindakan yang lain, sering mendiamkan teman di kelas dan tidak suka saat salah
satu teman yang tidak disukai ikut masuk dalam kelompok tugas bersama di
dalam kelas. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Nursyhabudin et
tahun, artinya anak sekolah dasar sudah memasuki masa remaja atau pubertas
sehingga memiliki emosi yang tidak stabil dan cendrung meningkat, hal ini
53
menyebabkan anak mudah tersinggung dan mudah marah apabila ada teman yang
bahwa usia remaja awal mengalami puncak emosional dan perkembangan emosi
dan murung).
Faktor lain yang bisa mempengaruhi perilaku bullying sedang pada anak
sekolah yakni faktor keluarga. Keluarga yang sering memarahi dan menghukum
orang tua yang sering marah membuat anak terbiasa dengan situasi emosional,
bullying. Faktor lain seperti anak memiliki kelompok (geng), dimana sebuah
lain. Faktor tidak pernah dihukum di sekolah apabila melakukan perilaku bullying
pada anak sekolah dasar, hal ini dipengaruhi oleh pola asuh orang tua yang
mengontrol emosi dan merasa senang melihat teman yang di bully. Penelitian
54
kesehatan mental anak sehingga menjadi orang yang tempramental dan sering
membullying sampai remaja dan dewasa, hal ini bisa menyebabkan tingginya
6.3 Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Perilaku Bullying Pada Anak
Sekolah Dasar
Berdasarkan Tabel 5.5 menunjukkan bahwa ada hubungan pola asuh orang
tua dengan perilaku bullying di SDN Bedalisodo 01 Malang, artinya anak sekolah
dasar yang mendapatkan pola asuh orang tua kategori otoriter menyebabkan
hampir separuh memiliki perilaku bullying kategori sedang. Hasil penelitian ini
hubungan pola asuh orang tua dengan perilaku bullying pada anak sekolah dasar,
dimana pola asuh yang otoriter menyebabkan akan memiliki perilaku bullying
kategori tinggi.
Hasil ini dapat dipahami bahwa pola asuh otoriter bersifat tegas, hal ini
menyebabkan anak memiliki mental kuat dan emosi tinggi sehingga bisa
menjelaskan bahwa kesalahan orang tua dalam menerapkan pola asuh seperti
(2022) menjelaskan bahwa pola asuh otoriter menitik beratkan pola asuh yang
cukup keras dimana anak harus mendengarkan peraturan dari orang tua tanpa
terkecuali. Pola asuh otoriter terkesan kaku mengatur anak dalam setiap
55
membuat anak menjadi orang yang pemarah dan memiliki sifat pedendam
sehingga akan meluapkan emosinya pada teman yang tidak disukai di sekolah.
Hasil penelitian dapat dipahami bahwa penerapan pola asuh kategori otoriter
pada anak sekolah dasar bisa mempengaruhi mental dan emosional, hal ini
menyebabkan anak memiliki perilaku kasar dan bertindak seenak hati kepada
perilaku bullying pada kalangan anak sekolah dasar dipengaruhi oleh pola asuh
orang tua. Penelitian Akbar & Fatah (2022) mengungkapkan bahwa pola asuh
orang tua yang otoriter menjadi faktor penyebab terjadinya gangguan pada
bullying terhadap temannya, serta tidak mengetahui faktor perilaku bullying salah
BAB VII
7.1 Kesimpulan
Penelitian tentang hubungan pola asuh orang tua dengan perilaku bullying di
1. Sebagian besar responden mendapatkan pola asuh orang tua kategori otoriter di
Bedalisodo 01 Malang.
3. Ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan perilaku bullying di SDN
7.2 Saran-Saran
Orang tua hendaknya memberikan pola asuh yang baik salah satunya
2. Bagi anak
Tidak melakukan perilaku bullying baik secara verbal atau fisik, berteman
dengan banyak orang, bersosialisasi dengan baik pada semua teman, tidak
menegur anak dengan lemah lembut dan menjelaskan bahaya bullying terhadap
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, MII & Fatah, Mohammad Zainal. (2022). Hubungan Pola Asuh Otoriter
Orang Tua Dengan Perilaku Bullying Pada Remaja. Jurnal Ilmiah Permas:
Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 12 Nomor 4
Amin, Suci & Harianti, Rini. 2018. Buku Pola Asuh Orang Tua dalam Motivasi
Belajar Anak. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto. 2015. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Astuti, Ponny Retno. (2013). Meredam Bullying 3 Cara Efektif Meredam K.P.A.
(Kekerasan Pada Anak). Jakarta: Grasindo.
Bahri, Syaiful. 2017. Pola Asuh Orang Tua Dan Komunikasi Dalam Keluarga.
Jakarta: Rineka Cipta.
Coloroso, B. 2013. Stop Bullying. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.
Elizabeth, B. 2017. Psikologi Perkembangan. Jakarta, Erlangga
Gunarsa, S.D. 2015. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Cetakan Ke-12.
Jakarta: Gunung Mulia.
KPAI. (2021). Kasus Bullying dan Pendidikan Karakter. Jakarta: Komisi
Perlindungan Anak Indonesia. http://www.kpai.go.id/berita/kpai-kasus-
bullying-dan-pendidikan-karakter.
Maramis, Shintia. (2022). Hubungan Antara Pola Asuh Authoritarian Dengan
Perilaku Bullying Pada Siswa Sekolah Dasar Islam Terpadu Di Kecamatan
Junjung Sirih Sumatera Barat. Skripsi: Universitas Islam Negerisultan
Syarif Kasim Riau
Morton, et al. 2016. The Assessment of Bullying Experiences Questionnaire
(ABE) for Neurodivergent Youth: Establishing Scoring Criteria and
Clinical Thresholds. Journal Binghamton University.
Nursalam. 2013. Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Nursyhabudin, Muhammad Odis et al., (2021). Hubungan Pola Asuh Orang Tua
Dengan Perilaku Bullying Pada Siswa SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung
Tahun 2019. Jurnal Psikologi Konseling Vol. 19 No. 2
Putri, Wahyu. (2009). Tingkat Perilaku Bullying Para Siswa Kelas Xi Sma Bopkri
2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2008/2009 Dan Sumbangan Bimbingan Dan
Konseling Dalam Menanggapi Perilaku Bullying Di Sekolah. Skripsi :
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
58
59
Nama :
Umur :
Alamat :
A. Identitas Responden
1. Nama (Inisial) :………………..
Tidak
Perguruan tinggi
63
Pilihan Jawaban
No. Pernyataan Tidak Kadang- Selalu Sering
pernah kadang
dengan siapapun
17 Orang tua saya membiarkan saya bebas
memilih apa yang ingin saya lakukan saat
menggunakan gadget
18 Orang tua saya tidak pernah mengatur
kegiatan saya di rumah
19 Orang tua saya memberikan semua yang
saya minta tanpa menanyakan manfaatnya
20 Orang tua saya menganggap saya anak kecil
yang tidak bisa memberikan keputusan
21 Orang tua saya tidak pernah menanyakan
apa yang saya lakukan di sekolah
Sumber : (Rachmansyah, 2017)
Jawaban
No Pertanyaan Kadang- Tidak
Selalu Sering
kadang Pernah
1 Saya suka mengancam teman saya
2 Saya suka membuat malu teman di kelas
Saya memberikan nama ‘panggilan buruk’ kepada
3
teman lain yang tidak saya sukai
4 Saya melontarkan kata bodoh kepada teman saya
Saya suka mengejek teman saya jika saya tidak suka
5
seperti berkata bodoh
Saya bertengkar dengan teman lain di sekolah dengan
6 menggunakan kata-kata yang saling menyakitkan seperti
anjing dan tidak tahu diri
Saya diam saja ketika melihat teman saya sedang
7
menghina teman lain yang tidak mereka sukai
8 Saya membentak teman yang membuat saya jengkel
Saya memberikan kritik kepada teman lain ketika dia
9
memiliki cacat tubuh, dengan perkataan “dasar cacat”
10 Saya suka menganggu teman melalui telepon baru
Saya suka mencaci maki teman yang membuat saya
11
jengkel
Saya mengejek teman saya yang berasal dari suku lain.
12
Contoh si batak, madura dan lain-lain
Saya diam-diam memfitnah teman yang tidak saya
13
sukai, seperti menuduh mengambil barang saya
14 Saya melihat teman-teman membuat surat tanpa nama
65
Jawaban
No Pertanyaan Kadang- Tidak
Selalu Sering
kadang Pernah
untuk teman yang tidak mereka sukai
Ketika saya marah, saya akan mendorong badan teman
15
terlebih dahulu sebelum tindakan yang lain
Saya memberikan isyarat-isyarat negatif dengan bahasa
tubuh kepada teman yang tidak disukai ketika dia berada
16 di sekolah (menutup hidung ketika teman itu sedang
lewat, atau menaikkan bahu, menutup hidung dan
mencibir)
17 Saya sering mendiamkan teman di kelas
Saya tidak suka saat salah satu teman yang tidak disukai
18 ikut masuk dalam kelompok tugas bersama di dalam
kelas
Saya menjelek-jelekan teman ke sahabatnya agar jalinan
19
persahabatan mereka menjadi rusak
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 ∑
1 3 2 3 2 2 2 2 3 3 1 2 2 2 1 1 4 4 2 3 2 2 48
2 2 3 3 1 2 2 3 2 1 2 2 2 4 2 3 2 2 3 3 1 2 47
3 3 2 1 2 2 2 1 2 4 4 2 2 1 3 3 1 2 2 1 2 2 44
4 1 2 4 4 2 2 2 2 3 2 2 2 3 3 1 2 2 2 4 4 2 51
5 2 2 1 2 2 1 1 2 3 2 2 3 2 1 2 2 2 2 1 2 2 39
6 2 1 4 2 1 3 2 2 4 4 2 1 2 4 4 2 2 2 2 1 3 50
7 2 2 3 2 4 2 4 1 1 4 1 2 2 1 2 2 1 1 2 1 1 41
8 3 2 2 2 2 3 3 1 2 2 1 2 1 4 2 2 3 2 2 2 2 45
9 3 1 2 2 3 2 1 2 2 2 1 2 2 3 2 4 2 4 1 1 1 43
10 1 2 2 2 1 2 4 4 2 2 1 3 2 2 2 2 3 3 1 2 2 45
N 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 ∑
o 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
4
1 3 2 3 2 2 2 2 3 3 1 2 2 2 1 1 4 4 2 2
3
4
2 2 3 3 1 2 2 3 2 1 2 4 2 4 2 4 2 2 3 3
7
4
3 3 2 1 2 2 2 1 2 4 4 2 2 1 3 3 4 2 2 3
5
5
4 1 2 4 4 2 4 4 2 3 2 2 2 3 3 4 3 3 4 2
4
4
5 2 2 1 4 2 1 1 2 3 2 2 3 2 1 2 4 2 2 2
0
4
6 2 1 4 2 1 3 2 2 4 4 2 1 2 4 4 2 2 2 2
6
4
7 2 2 3 4 4 2 4 1 1 4 1 2 2 1 2 4 1 1 3
4
4
8 3 2 2 2 2 3 4 1 2 2 1 4 1 4 2 2 3 2 2
4
4
9 3 1 2 2 3 2 1 2 4 2 1 2 2 3 2 4 2 4 4
6
1 4
1 2 2 2 1 2 4 4 2 2 1 3 4 2 4 4 4 3 2
0 9
67
68
Uji Validitas
Variabel Pola Asuh Orang Tua
Correlations
Total
VAR00001 Pearson Correlation .790**
Sig. (2-tailed) .000
N 10
VAR00002 Pearson Correlation .809**
Sig. (2-tailed) .000
N 10
VAR00003 Pearson Correlation .736**
Sig. (2-tailed) .003
N 10
VAR00004 Pearson Correlation .765**
Sig. (2-tailed) .002
N 10
VAR00005 Pearson Correlation .741**
Sig. (2-tailed) .003
N 10
VAR00006 Pearson Correlation .802**
Sig. (2-tailed) .000
N 10
VAR00007 Pearson Correlation .730**
Sig. (2-tailed) .003
N 10
VAR00008 Pearson Correlation .737**
Sig. (2-tailed) .003
N 10
VAR00009 Pearson Correlation .733**
Sig. (2-tailed) .003
N 10
VAR00010 Pearson Correlation .827**
Sig. (2-tailed) .000
N 10
VAR00011 Pearson Correlation .822**
Sig. (2-tailed) .000
N 10
VAR00012 Pearson Correlation .811**
Sig. (2-tailed) .000
N 10
VAR00013 Pearson Correlation .717**
Sig. (2-tailed) .005
N 10
VAR00014 Pearson Correlation .828**
69
Uji Validitas
Variabel Perilaku Bullying
Correlations
Total
VAR00001 Pearson Correlation .861**
Sig. (2-tailed) .000
N 10
VAR00002 Pearson Correlation .853**
Sig. (2-tailed) .000
N 10
VAR00003 Pearson Correlation .861**
Sig. (2-tailed) .000
N 10
VAR00004 Pearson Correlation .820**
Sig. (2-tailed) .002
N 10
VAR00005 Pearson Correlation .841**
70
Uji Reliabilitas
Variabel Pola Asuh Orang Tua
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 10 100.0
a
Excluded 0 .0
Total 10 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.728 22
Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted
VAR00001 113.5000 74.944 .496 .675
VAR00002 113.4000 77.378 .341 .688
VAR00003 113.4000 87.156 .464 .638
VAR00004 113.4000 76.267 .343 .685
VAR00005 113.8000 80.178 .092 .604
VAR00006 113.6000 82.489 .693 .615
VAR00007 113.6000 81.600 .016 .611
VAR00008 113.4000 75.378 .408 .679
VAR00009 113.7000 80.678 .105 .604
VAR00010 113.8000 83.956 .254 .621
VAR00011 113.5000 78.722 .150 .700
VAR00012 113.4000 84.933 .289 .628
VAR00013 113.1000 78.544 .356 .692
VAR00014 113.4000 82.044 .060 .616
VAR00015 113.4000 74.711 .578 .672
VAR00016 113.6000 76.267 .467 .681
VAR00017 113.6000 85.822 .535 .629
VAR00018 113.4000 77.600 .247 .692
VAR00019 113.5000 85.167 .590 .625
VAR00020 113.5000 77.833 .366 .689
VAR00021 113.7000 78.233 .160 .699
Total 117.7000 20.456 1.000 .659
72
Uji Reliabilitas
Variabel Perilaku Bullying
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 10 100.0
a
Excluded 0 .0
Total 10 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.732 20
Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted
VAR00001 27.8000 7.289 .710 .649
VAR00002 27.9000 7.656 .667 .687
VAR00003 27.5000 7.129 .700 .641
VAR00004 27.9000 6.767 .657 .625
VAR00005 28.6000 7.589 .780 .749
VAR00006 28.7000 7.289 .780 .789
VAR00007 28.6000 7.822 .702 .707
VAR00008 27.8000 7.289 .710 .649
VAR00009 28.0000 7.111 .730 .662
VAR00010 27.9000 5.878 .855 .646
VAR00011 27.9000 5.878 .855 .646
VAR00012 27.9000 6.767 .657 .625
VAR00013 27.9000 7.656 .667 .687
VAR00014 27.9000 5.878 .855 .646
VAR00015 27.8000 7.549 .771 .749
VAR00016 28.0000 5.333 .913 .699
VAR00017 28.5000 9.389 .788 .688
VAR00018 28.7000 7.122 .739 .652
VAR00019 27.8000 7.789 .790 .800
Total 30.7000 7.456 1.000 .840
73
Keterangan:
1. Hasil uji validitas yang dilakukan kepada 10 orang anak sekolah dasar di
digunakan untuk variabel pola asuh orang tua sebanyak 21 pertanyaan dan
probabilitas hasil korelasi lebih kecil dari 0,05 (0,050) dan rhitung > rtabel (0,632).
2. Hasil uji reliabilitas yang dilakukan kepada 10 orang anak sekolah dasar di
digunakan untuk variabel pola asuh orang tua sebanyak 21 pertanyaan dan
nilai Alpha variabel X = 0,728 > 0,6 dan nilai Alpha variabel Y = 732 > 0,6.
74
Gabungan Se l
No
Pola Asuh Orang T ua (X) Perilaku Bullying (Y)
1 Demokrasi + Permisif Rendah
2 Demokrasi + Permisif Rendah
3 Otoriter Rendah
4 Demokrasi + Permisif Rendah
5 Otoriter Rendah
6 Otoriter Rendah
7 Otoriter Rendah
8 Otoriter Rendah
9 Otoriter Sedang+T inggi
10 Otoriter Sedang+T inggi
11 Demokrasi + Permisif Rendah
12 Otoriter Sedang+T inggi
13 Demokrasi + Permisif Rendah
14 Otoriter Sedang+T inggi
15 Otoriter Sedang+T inggi
16 Demokrasi + Permisif Rendah
17 Otoriter Sedang+T inggi
18 Demokrasi + Permisif Rendah
19 Otoriter Sedang+T inggi
20 Otoriter Sedang+T inggi
21 Otoriter Sedang+T inggi
22 Otoriter Sedang+T inggi
23 Demokrasi + Permisif Rendah
24 Otoriter Sedang+T inggi
25 Demokrasi + Permisif Rendah
26 Demokrasi + Permisif Sedang+T inggi
27 Otoriter Sedang+T inggi
28 Demokrasi + Permisif Sedang+T inggi
29 Demokrasi + Permisif Rendah
30 Otoriter Sedang+T inggi
31 Demokrasi + Permisif Sedang+T inggi
32 Demokrasi + Permisif Sedang+T inggi
33 Demokrasi + Permisif Rendah
34 Otoriter Sedang+T inggi
35 Otoriter Sedang+T inggi
36 Otoriter Sedang+T inggi
37 Otoriter Sedang+T inggi
38 Demokrasi + Permisif Sedang+T inggi
39 Demokrasi + Permisif Sedang+T inggi
40 Otoriter Sedang+T inggi
41 Otoriter Sedang+T inggi
42 Demokrasi + Permisif Sedang+T inggi
43 Demokrasi + Permisif Rendah
44 Otoriter Sedang+T inggi
45 Demokrasi + Permisif Sedang+T inggi
46 Demokrasi + Permisif Sedang+T inggi
47 Demokrasi + Permisif Sedang+T inggi
48 Demokrasi + Permisif Rendah
49 Demokrasi + Permisif Rendah
50 Demokrasi + Permisif Rendah
51 Otoriter Sedang+T inggi
52 Demokrasi + Permisif Rendah
53 Demokrasi + Permisif Rendah
54 Otoriter Sedang+T inggi
55 Otoriter Rendah
78
Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid L 28 50.9 50.9 50.9
P 27 49.1 49.1 100.0
Total 55 100.0 100.0
Data Khusus
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)
a
Pearson Chi-Square 14.480 4 .000
Likelihood Ratio 15.601 4 .000
N of Valid Cases 55
a. 5 cells (55.6%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is .22.
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 9.746a 1 .000
Continuity Correctionb 8.114 1 .000
Likelihood Ratio 10.076 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
N of Valid Cases 55
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.29.
b. Computed only for a 2x2 table
82
Lampiran 9 Dokumentasi