Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH AKHLAK

SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU AKHLAK

Dosen pengampu:

M. IMAN PUTRA , M.Pd

Disusun Oleh :

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI CURUP

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis mengucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-
Nya, mungkin penulis tidak akan sanggup menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Makalah ini di susun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri
penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama
pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan walaupun masih ada
kesalahan.Makalah ini memuat tentang Sejarah Perkembangan Ilmu Akhlak juga
mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang telah banyak
membantu penyusun agar dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Walaupun makalah ini memiliki kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan kritiknyaagar
makalah ini dapat menjadi lebih baik.. Terima kasih.

Curup , 8 September 2023

Pemakalah

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kata akhlak (etika) dalam pendekatan bahasa sebenarnya sudah dikenal manusia
di muka bumi ini.Yaitu, yang dikenal dengan istilah adat istiadat atau tradisi yang sangat
dihormati oleh setiap individu, keluarga dan masyarakat.pembahasan akhlak sudah
muncul ketika manusia pertama kali menginjakkan kaki di muka bumi ini. Karena ketika
menciptakan Adam dan menempatkannya di bumi, Allah SWT telah memberinya
pelajaran tentang akhlak, perintah, dan larangan kaitannya dengan interaksi antar sesama.

Dalam kaitan ini pula, Franz Magnis Suseno mengatakan bahwa secara historis
etika, sebagai usaha filsafat yang lahir dari kemerosotan tatanan moral di lingkungan
kebugayaan Yunani 2500 tahun lalu.Karena pandangan-pandangan lama tentang baik dan
buruk tidak lagi di percaya, para filsuf mempertanyakan kembali norma-norma dasar bagi
kelakuan manusia.Pada pembahasan ini kami akan menjelaskan tentang sejarah
perkembangan ilmu akhlak dari zaman Yunani , Pra-Islam, Islam dan setelahnya.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana perkembangan Akhlak pada Zaman Yunani?

2. Bagaimana perkembangan Akhlak pada Pra-Islam?

3. Bagaimana perkembangan Akhlak pada Masa Islam?

4. Bagaimana perkembangan Akhlak pada Zaman Baru?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui bagaimana sejarah perkembangan ilmu akhlak sebelum


Islam

2. Untuk mengetahui perkembangan ilmu akhlak pada masa datangnya Islam

1
3. Untuk mengetahui perkembangan ilmu akhlak masa Moderen.

BAB II

PEMBAHASAN

Akhlak adalah suatu kondisi jiwa yang menyebabkan ia bertindak tanpa


memerlukan pemikiran dan pertimbangan yang mendalam.[1]Maka bila sifat itu
memunculkan perbuatan baik dan terpuji menurut akal dan syariat maka sifat itu disebut
akhlak yang baik, dan bila yng muncul dari sifat itu perbuatan buruk maka disebut akhlak
yang buruk.[2]

Ilmu akhlak dapat pula disebut sebagai ilmu yang berisi pembahasan dalam upaya
mengenal tingkah laku manusia, kemudian memberikan nilai atau hukum kepada
perbuatan tersebut yaitu apakah perbuatan tersebut tergolong baik atau buruk. Ruang
lingkup pembahasan Ilmu Akhlak adalah membahas tentang perbuatan-perbuatan
manusia, kemudian menetapkannya apakah perbuatan tersebut tergolong perbuatan yang
baik atau perbuatan yang buruk.[3]

Ilmu akhlak berfungsi memberikan panduan kepada manusia agar mampu menilai
dan menentukan suatu perbuatan untuk selanjutnya menetapkan bahwa perbuatan tersebut
termasuk perbuatan yang baik atau yang buruk. Selanjutnya ilmu akhlak juga berkembang
dari zaman yunani sampai zaman sekarang.

A. SEJARAH PERKEMBANGAN AKHLAK PADA ZAMAN YUNANI

1. Tokoh-tokoh Sofistik (500-450 SM)

Sebelum kemunculan tokoh-tokoh Sofistik, akhlak kurang diperhatikan.Setelah


mereka muncul mereka adalah ahli filsafat dan menjadi guru di beberapa negeri.
Walaupun berbeda-beda pikiran dan pendapat mereka memiliki tujuan yang sama, yaitu
menyiapkan angkatan muda bangsa Yunani untuk menjadi nasional yang baik, merdeka,
dan mengetahui kewajiban mereka terhadap tanah airnya.

2. Socrates (469-399 SM)

Ia melakukan penyelidikan terhadap akhlak dan hubungan antarmanusia. Ia


didaulat sebagai perintis ilmu akhlak Yunani yang pertama. Ia berpendapat bahwa akhlak
dalam kaitannya dengan hubungan antar manusia harus didasarkan pada ilmu. Tidak

2
ditemukan pandangannya tentang tujuan akhir akhlak atau ukuran yang digunaknan untuk
menilai suatu perbuatan apakah baik atau buruk.Oleh karena itu, tidak heran jika
kemudian bermunculan berbagai pendapat tentang tujuan akhlak walaupun sama-sama
didasarkan pada Socrates.

3. Cynics dan Cyrenics

Diantara ajaran cynics adalah bahwa Tuhan dibersihkan dari segala kebutuhan dan
bahwa sebaik-baik manusia adalah yang memiliki perangai akhlak ketuhanan. Dengan
akhlak ketuhanan ini, seseorang sedapat mungkin meminimalisasi kebutuhan dan terbiasa
dengan hidup sederhana. Adapun kelompok cyrenaics berpendapat bahwa mencari
kebahagiaan dan menjahui kepedihan adalah satu-satunya tujuan hidup yang benar.

4. Plato

Pandangan plato mengenai akhlak didasarkan pada teori ”model” (paradigma). Ia


berpendapat bahwa di balik alam ini ada alam rohani (alam ideal) yang terdapat
bermacam-macam kekuatan. Keutamaan muncul dari pertimbangan kekuatan tersebut dan
tunduknya kekuatan pada hokum akal. Ia pun berpendapat bahwa prinsip-prinsip
keutamaan ada empat yaitu hikmah atau kebijaksanaan, keberanian,keperwiraan. Dan
keadilan.

5. Aristoteles

Di antara beberapa pendapatnya tentang akhlak adalah sebagai berikut:

a. Tujuan tarakhir yang dikehendaki manusia dalam semua tindakannya adalah


“bahagia”.

b. Jalan mencapai kebahagiaan adalah mempergunakan kekuatan akal pikiran


dengan sebaik-baiknya.

3
c. Keutamaan itu terletak di tengah-tengah, di antara dua keburukan. Dermawan
misalnya adalah ditengah-tengah antara boros dan kikir, keberanian adalah ditengah-
tengah antara membabibuta dan takut dan lain-lain.[4]

6. Stoics dan Epicurics

Stoics dan Epicurics berbeda dengan para pendahulunya dalam penyelidikan


akhlak. Stoics berpendirian sebagaimana paham Cynics yang pandangannya telah
dikemukakan diatas. [5]

Epicurics mendasarkan pelajarannya pada paham kelompok Cyrenics.Filsafat


Epikurus bertujuan menjamin kebahagiaan manusia. Di antara ajarannya adalah:

a. Manusia tidak dapat tenang karena takut pada dewa-dewa, dan takut kepada
mati dan nasib.

b. Manusia tidak perlu takut karena dewa-dewa yang menikmati kebahagiaan


yang kekal tidak mengganggu.

c. Mati juga tidak perluditakutkan karena mati berarti tidak menderita.

d. Nasib manusia ditentukan oleh manusia sendiri. Kalau manusia mempunyai


ketenangan batin, manusia dapat mencapai tujuan hidupnya.

e. Tujuan hidup manusia adalah hedone (kenikmatan, kepuasan).

Keseluruhan ajaran yang dikemukakan para pemikir yunani tersebut tampak


bersifat rasionalistik. Penentuan baik dan buruk berdasarkan pada pendapat akal pikiran
yang sehat dari manusia. Karenanya tidaklah salah kalau dikatakan bahwa ajaran akhlak
yang dikemukakan para pemikir Yunani ini bersifat anthropocentris. Pendapat akal yang
demikian dapat saja diikuti sepanjang tidak bertentangan dengan Al-Quran dan Al-
Sunnah.

7. Agama Nasrani

Pada akhir abad ketiga Masehi, tersiarlah agama Nasrani di Eropa.Agama itu
dapat mengubah pemikira manusia dan membawa pokok-pokok akhlak yang tercantum
dalam Taurat.Agama memberi pelajaran bahwa Tuhan merupakan sumber segala akhlak

4
sebagai patokan yang harus kita pelihara dalam bentuk interaksi diantara kita dan
Tuhanlah yang menjelaskan baik dan buruk.

Menurut para filsuf yunani pendorong untuk melakukan perbuatan baik adalah
ilmu pengetahuan atau kebijaksanaan, sedangkan menurut agama Nasrani,pendorong
untuk melakukan perbuatan baik adalah cinta kepada Tuhan dan iman kepada-Nya.

B. SEJARAH AKHLAK PADA ABAD PERTENGAHAN

Pada abad pertengahan di kuasai oleh gereja.Gereja berkeyakinan bahwa


kenyataan “hakikat” telah diterima dari wahyu.Apa yang telah diperintahkan oleh wahyu
tentu benar. Oleh karena itu, tidak ada artinya penggunaan akal dan pikiran untuk
kegiatan penelitian.Ajaran akhlak yang lahir di Eropa pada abad pertengahan adalah
ajaran akhlak yang di bangun dari perpaduan antara ajaran Yunani dan ajaran Nasrani.[6]

Sejarah Akhlak pada Bangsa Romawi (Abad pertengahan)

Kehidupan masyarakat Eropa di abad pertengahan dikuasai oleh gereja. Pada


waktu itu gereja berusaha memerangi filsafat Yunani serta menentang penyiaran ilmu dan
kebudayaan kuno. Gereja berkeyakinan bahwa kenyataan “hakikat” telah diterima dari
wahyu. Apa yang telah diperintahkan oleh wahyu tentu benar adanya. Oleh kerana itu
tidak ada artinya lagi penggunaan akal dan pikiran untuk kegiatan penelitian.
Mempergunakan filsafat boleh saja asalkan tidak bertentangan dengan doktrin uang
dikeluarkan oleh gereja, atau memiliki perasaan dan menguatkan pendapat gereja. Diluar
ketentuan seperti itu penggunaan filsafat tidak diperkenankan. Namun demikian sebagai
dari kalangan gereja ada yang mempergunakan pemikiran Plato, Aristoteles dan Stoics
untuk memperkuat ajaran gereja, dan mencocokkannya dengan akal. Filsafat yang
menentang Agama Nashrani dibuang jauh-jauh.

Dengan demikian ajaran akhlak yang lahir di Eropa pada abad pertengahan itu
adalah ajaran akhlak yang dibangun dari perpaduan antara ajaran Yunani dan ajaran
Nashrani. Diantara merka yang termasyhur ialah Abelard, sorang ahli filsafat Perancis
(1079-1142) dan Thomas Aquinas, seorang ahli filsafat Agama berkebangsaan Italia
(1226-1274).

5
Corak ajaran akhlak yang sifatnya perpaduan antara pemikiran filsafat Yunani dan
ajaran agama itu, nantinya akan dapat pula dijumpai dalam ajaran akhlak yang terdapat
dalam Islam sebagaimana terlihat pada pemikiran aklhlak yang dikemukakan kaum
Muktazilah.

i. Sejarah Akhlak Pada Bangsa Arab


Sebelum Islam

Bangsa Arab pada Zaman Jahiliyah tidak ada yang menonjol dalam segi filsafat
sebagaimana Bangsa Yunani (Socrates, Plato dan Aristoteles), Tiongkok dan lain-lainnya.
Disebabkan karena penyelidikan akhlak terjadi hanya pada Bangsa yang sudah maju
pengetahuannya. Sekalipun demikian, Bangsa Arab waktu itu ada yang mempunyai ahli-
ahli hikwah yang menghidangkan syair-syair yang mengandung nilai-nilai akhlak.

Adapun sebagian syair dari kalangan Bangsa Arab diantaranya: Zuhair ibn Abi
Salam yang mengatakan: ”barang siapa menepati janji, tidak akan tercela; barang siapa
yang membawa hatinya menunjukkan kebaikan yang menentramkan, tidak akan ragu-
ragu”. Contoh lainnya, perkataan Amir ibnu Dharb Al-Adwany ”pikiran itu tidur dan
nafsu bergejolak. Barang siapa yang mengumpulkan suatu antara hak dan batil tidak akan
mungkin terjadi dan yang batil itu lebih utama buatnya. Sesungguhnya penyelesaian
akibat kebodohan”.

Dapat dipahami bahwa bangsa Arab sebelum Islam telah memiliki kadar
pemikiran yang minimal pada bidang akhlak, pengetahuan tentang berbagai macam
keutamaan dan mengerjakannya, walaupun nilai yang tercetus lewat syair-syairnya belum
sebanding dengan kata-kata hikmah yang diucapkan oleh filosof-filosof Yunani kuno.
Dalam syariat-syariat mereka tersebut saja sudah ada muatan-muatan akhlak.

Memang sebelum Islam, dikalangan bangsa Arab belum diketahui adanya para
ahli filsafat yang mempunyai aliran-aliran tertentu seperti yang kita ketahui pada bangsa
Yunani, seperti Epicurus, Plato, zinon, dan Aristoteles, karena penyelidikan secara ilmiah
tidak ada, kecuali sesudah membesarnya perhatian orang terhadap ilmu kenegaraan.

Setelah sinar Islam memancar, maka berubahlah suasana laksana sinar matahari
menghapuskan kegelapan malam, Bangsa Arab kemudian tampil maju menjadi Bangsa
yang unggul di segala bidang, berkat akhlak karimah yang diajarkan Islam.

6
Firman Allah yang mengungkap tentang “Akhlak” yaitu Surat An-Nahl ayat 90:

Artinya:

Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan,


memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan
permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.

C. SEJARAH AKHLAK PADA BANGSA ARAB SEBELUM ISLAM

Bangsa arab pada zaman jahiliyyah tidak menonjol dalam segi filsafat
sebagaimana bangsa yunani. Hal ini karena penyelidikan terhadap ilmu terjadi hanya pada
bangsa yang sudah maju pengetahuannya. Sekalipun demikian, bangsa arab pada waktu
itu mempunyai ahli-ahli hikmah dan syair-syair yang mengandung nilai-nilai akhlak.
Dapat dipahami bahwa bangsa arab sebelum islam telah memiliki kadar pemikiran yang
minimal pada bidang akhlak, pengetahuan tentang berbagai macam keutamaan dan
mengerjakannya, walupun nilai yang tercetus leqwat syair-syairnya belum sebanding
dengan kata-kata hikmah yang di ucapkan oleh filsuf-filsuf Yunani Kuno. Dalam syariat-
syariat mereka tersebut sudah ada muatan-muatan akhlak. Pada abad pertengahan ke-15
mulailah ahli-ahli pengetahuan menghidup suburkan filsafat Yunani kuno. Itali juga
kemudian berkembang di seluruh Eropa. Kehidupan mereka yang semula terikat pada
dogma kristiani, khayal dan mitos mulai digeser dengan memberikan peran yang lebih
besar kepada kemampuan akal pikiran.

Di antara masalah yang mereka kritik dan dilakukan pembaharuan adalah masalah
akhlak. Akhlak yang mereka bangun didasarkan pada penyelidikan menurut kenyataan
empiric dan tidak mengikuti gambaran-gambaran khayalan, dan hendak melahirkan
kekuatan yang ada pada manusia, dihubungkan dengan praktek hidup di dunia ini.
Pandangan baru ini menghasilkan perubahan dalam menilai keutamaan-keutamaan
kedermawanan umpamanya tidak mempunyai lagi nilai yang tinggi sebagaimana pada
abad-abad pertengahan, dan keadilan social menjadi di perolehnya pada masa yang
lampau. Selanjutnya pandangan akhlak mereka diarahkan pada perbaikan yang bertujuan
agar mereka menjadi anggota masyarakat yang mandiri. Ahli filsafat Perancis yaitu
Desrates (1596-1650 M), termasuk pendiri filsafat baru dalam Ilmu Pengetahuan dan
Filsafat. Ia telah menciptakan dasar-dasar baru, diantaranya:

7
· Tidak menerima sesuatu yang belum diperiksa oleh akal dan nyata
adanya. Dan apa yang didasarkan kepada sangkaan dan apa yang tumbuhnya dari adat
kebiasaan saja, wajib di tolak.

· Di dalam penyelidikan harus kita mulai dari yang sekecil-kecilnya yang


semudah-mudahnya, lalu meningkat kearah yang lebih banyak susunannya dan lebih
dekat pengertiannya, sehingga tercapai tujuan kita.

· Wajib bagi kita jangan menetapkan sesuatu hokum akan kebenaran


sesuatu soal, sehingga menyatakannya dengan ujian. Descartes dan pengikut-pengikutnya
suka kepada paham Stoics, dan selalu mempertinggi mutu pelajarannya sedang Gassendi
dan Hobbes dan pengikutnya suka kepada paham Epicurus dan giat menyiarkan aliran
pahamnya.

Kemudian lahir pula Bentham (1748-1832) dan John Stoart Mill (1806-1873).
Keduanya berpindah paham dari faham Epicurus ke faham Utilitarianim. Setelah
keadaannya muncul Green (1836-1882) dan Hebbert Spencer (1820-19030, keduanya
mencocokkan faham pertumbuhan dan peningkatan atas akhlak sebagaimana yang kita
ketahui.

D. SEJARAH AKHLAK PADA BANGSA ARAB SETELAH ISLAM

Islam datang mengajak manusia untuk percaya kepada Alloh SWT, yang menjadi
sumber segala sesuatu yang ada di seluruh alam. Dengan kekuasaan-Nya segala yang ada
di dunia dan di langit, semuanya berjalan secara beraturan menurut ketentuan-
Nya.Sebagaimana halnya Alloh SWT telah menetapkan aturan yang harus diikuti
manusia, seperti kebenaran dan keadilan, juga menjauhi segala perbuatan yang di larang,
seperti dusta dan kezaliman.Keterangan tersebut di jelaskan dalam firman Alloh SWT,
Qur’an surat an-Nahl ayat 30 yang artinya” sesungguhnya Alloh menyuruh kamu berlaku
adil dan berbuat kebajikan memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang
melakukan perbuatan keji kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran
kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.

Dalam Islam, tidak diragukan lagi bahwa Nabi Muhammad SAW adalah nabi
yang di utus untuk menyempurnakan akhlak. Akan tetapi tokoh pertama yang menulis

8
ilmu akhlak dalam Islam masih diperbincangkan .berikut ini akan dikemukakan beberapa
teori.

1. Ali bin Abi Tholib, berdasarkan sebuah risalah yang di tulis untuk putranya
Al-Hasan, setelah kepulangannya dari perang shiffin. Dan kandungnya terdapat dalam
kitab Nahj Al-Balaghoh.

2. Isma,il bin Mahran Abu An-Nashr As-Saukani pada abad ke-2 H,beliau
menulis kitab Al mukmin wa Al-Fajir.

3. Ja’far bin Ahmad Al-Qummi, penulis kitab Al-Mani’at min Dukhul Al-
Jannah pada abad ke-3H.

4. Ar-Rozi (250-313H) dalam kitab Ath- Thibb Ar-Ruhani (kesehatan),


walaupun masih ada filsof lain seperti Kindi, Ibnu Sina.

5. Ali bin Ahmad Al-Kufi.menulis kitab Al-Adab dan Makarim Al- Akhlak.

6. Warrom bin Abi Al-Fawaris menulis kitab Tanbih Al-Khathir wa Nuzhah


An- Nazhir.

7. Syehk Khowajah Nazhir Ath-thusi menulis kitab Al-Akhlak an-Nashriyyah


wa Awshaf Asy-Asraf wa Adab Al-Muta’allimin.[7]

E. SEJARAH AKHLAK PADA ZAMAN BARU

Pada akhir abad ke-15 Masehi, Eropa mulai mengalami kebangkitan dalam bidang
filsafat, ilmu pengetahuan dan teknologi. Segala sesuatu yang selama ini dianggap mapan
mulai diteliti, dikritik dan diperbaharui, hingga akhirnya mereka menerapkan pola
bertindak dan berpikir secara liberal. Diantara masalah yang mereka kritik dan dilakukan
pembaharuan adalah masalah akhlak. Penentuan patokan baik dan buruk yang semula
didasarkan pada dogma greja diganti dengan berdasarkan pandangan ilmu pengetahuan
yang didasarkan pada pengalaman empirik. Banyak tokoh pemikir akhlak yang lahir
pada abad baru ini diantaranya:

1. Descartes (1596-1650)

9
Adalah seorang ahli filsafat prancis yang telah meletakan dasar-dasar baru bagi
ilmu pengetahuan dan filsafat, diantaranya:

a. Tidak menerima sesuatu yang belum diperiksa oleh akal dan penelitian
empiric. Apa yang didasarkan pada sangkaan semata dan tumbuh dari kebiasaan wajib
ditolak.

b. menyelidiki dari hal yang terkecil dan kemudian ke arah yang lebih komplek.

c. Menetapakan kebenaran harus di uji terlebih dahulu .

2. Jhon of Salisbury (1120-1180M).

Beliau adalah filsuf Inggris yang hidup pada tahun 1120-1180 M. Jhon of Salibus
terkenal daengan uraiannya yang menjelaskan bahwa kekuatan spiritual berada di atas
kekuatan duniawi. Oleh karena itu , ia menjadi pendukung gereja, berbicaara mewakili
gereja, membela, menyerang kekuasaan dunia dan menggambarkannya sebagai pengikut
spiritual pendapatnya diabadikan pada buku-bukunya. Bukunya yang paling masyhur
berjudul Stateman’s Book. Buku ini membicarakan tentang dua pedang kekuasaan yaitu,
pedang fisik dan pedang spiritual .keduanya bersumber pada gereja dan harus kembali
kepadanya .

3. Bentham (1748-1832 ) dan Stuart Mill (1806-1873 ).

Keduanya termasuk tokoh yang banyak terpengaruh oleh pemikiran Epicurus


dengan cara mengubahnya menjadi paham utilitarianism yaitu paham yang semula
didasarkan pada kebahagiaan yang bersifat individualistic kepada kebahagiaan yang
bersifat universalistik.

4. Thomas Hill Green (1836-1882 ) dan herbert Spencer (1820-1903 )

Kedunya mengaitkan paham evolusi dengan akhlak. Di antara pemikiran akhlak


Green adalah;

10
a. Manusia dapat memahami suatu keadaan yang lebih baik dan dapat
menghendaki ,sebab ia adalah perilaku moral.

b. Manusia dapat melakukan realisi diri karena ia adalah subjek yang sadar diri,
reproduksi dari kesadaran diri yang abadi.

c. Cita-cita keadaan yang lebih baik adalah ideal.

d. Ide menjadi pelaku bermoral dalam kehidupan manusia.

5. Spinoza (1632-1677), Hegel (1770-1831), dan Khat (1724-1831)

Dalam buku etika yang berjudul Ethica Ordine Geometrico Demonstrata yang
bertujuan untuk mengurangi penderitaan orang-orang yang menganut suatu
keyakinan.Sementara menurut Kant menyakini adanya kesusilaan.Titik berat etikanya
adalah rasa kewajiban (panggilan hati nurani) untuk melakukan sesuatu berpangkang
pada budi.

6. Viktor Causin (1729-1867) dan August Comte (1798-1857)

Menurut Causin pemikirannya bahwa dasar Metafisika adalah pengamatan yang


hati-hati dan analisis atas fakta-fakta tentang kehidupan sadar.Sedangkan August dijuluki
dengan bapak sosiologi yang terkenal sebagai orang pertama yang mengaplikasikan
metode ilmiah dalam ilmu social.

7. Pasca Mill dan Spencer

Sejak mill dan spencer hingga sekarang penelitian tentang akhlak hanya
menjelaskan teori-teori sebagaiman diutarakan di atas. Dengan kata lain belum di
temukan teori-teori lain.[8]

11
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

A. Sejarah Perkembangan Akhlak padab Zaman Yunani.

1. Tokoh-Tokoh Sofistik (500-450)

2. Sockrates (469-399)

3. Cynics dan Cyrenics.

4. Plato (427-347)

5. Aristoteles (9394-322)

6. Stoics dan Epicuris

7. Agama Nasrani

B. Akhlak pada Abad Pertengahan

C. Sejarah Akhlak pada Bangsa Arab sebelum Islam

D. Sejarah Akhlak pada Masa setelah Islam

E. Barat (Zaman Baru).

1. Descartes (1596-1650)

2. Jhon of Salisbury (1120-1180 M).

3. Bentham (1748-1832) dan Stuart Mill (1806-1873)

4. Thomas Hill Green (1836-1882) dan Herbert Spencer (1820-1903)

5. Spinoza (1632-1677), Hegel (1770-1831), Khant (1724-1831)

12
6. Victor Cousin (1792-1867), August Comte (1798-1857)

7. Pasca Mill dan Spencer.

DAFAR PUSTAKA

Anwar, Rosihon,akhlak tasawuf, Bandung: CV Pustaka Setia, 2010

Khoiri, Alwan, Tulus Mustofa dkk, Akhlak Tasawuf, Yogyakarta: Pokja


Akademik UIN Sunan Kalijaga, 2005

Mustaqim, Abdul, Akhlak Tasawuf, Yogyakarta: Kreasi Wacanan,2007

Nata, Abuddin, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, Jakarta: PT Raja Grafindo
Prasada, 2013

[1] H.Abdul Mustaqim, Akhlak Tasawuf(kreasi wacanan Yogyakarta, 2007)hlm.2

[2] Alwan Khoiri, Tulus Mustofa dkk, Akhlak Tasawuf (Pokja Akademik UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2005). Hlm. 6.

[3] H. Abuddin Nata, M.A Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia (PT Raja Grfindo
Persada Jakarta, 2013) hlm.6-7

[4] H.Abdul Mustaqim, Akhlak Tasawuf. op.cit. hlm. 54

[5] Ibid., hlm. 55.

[6] Rison Anwar, Akhlak Tasawuf (CV PUSTAKA SETIA, Bandung 2010)
hlm.56

[7] Ibid., hlm.57-60

[8] Rison Anwar, Akhlak Tasawuf (CV PUSTAKA SETIA, Bandung 2010)
hlm.60-65.

13
14

Anda mungkin juga menyukai