Anda di halaman 1dari 84

FILSAFAT ADMINISTRASI

BAB 1

HAKIKAT ILMU ADMINISTRASI


A. Hakikat ilmu

Pengetahuan pada hakikatnya lepas dari ingatan manusia karena memang pengetahuan

berada pada ruang bebas, tetapi manusia mempunyai potensi kesadaran untuk berusaha

memiliki pengetahuan. Kaitan antara kemampuan untuk mengetahui sesuatu (knower) dengan

kemampuan menalar atau berfikir (knowing) sesuatu berupa kognitif adalah kemampuan

menalar atau berpikir terhadap sesuatu aksi dan reaksi, afektif adalah kemampuan untuk

meraasakan apa yang telah diketahui, dan konatif adalah kemampuan untuk mencapai apa

yang dirasakan. Apabila keterkaitan ini menciptakan suatu keeratan keutuhan yang bukat,

maka lahirlah pengetahuan (knowledge) terhadap sesuatu itu.

Ilmu adalah sekumpulan pengetahuan manusia yang rasional dan kognitif, dengan

disusun secara sistematis dan menggunakan metode tertentu yang dapat dipelajari sehingga

memberikan manfaat, baik di bidang wawasan berpikir maupun di bidang pekerjaan.

Pandangan ilmu pengetahuan dapat melihat ikatan-ikatan berjanakauan yang lebih jauh,

disamping kurang mendesak dan lebih rapuh dalam ikatan sehingga cepat mengalami

perubahan. Tantangan dan persaingan dalam rangka kepemilikan ilmu pengetahuan dan

teknologi dapat dimenangkan oleh setiap manusia jika manusia memiliki salah satu variabel

penentunya, antara lain seberapa besar ilmu pengetahuan dan teknologi yang bersemayam

dalam pangkal piker manusia.

Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan hasil penalaran manusia untuk menemukan

kebenaran, sehingga dapat menentukan warna dan derajat dalam pergaulan komunitas

masyarakat manusia. Tetapi penalaran dapat terjadi melalui proses tindakan berfikir

berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki oleh manusia bersangkutan.


Kesuksesan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki oleh manusia melalui

suatu proses ilmiah, dengan p\mengadaptasikannya sesuai dengan kondisi alami yang sedang

berproses itu. Realita alamiah dari setiap disiplin ilmu pengetahuan dan teknologi tidak

selamanya selalu sama, tetapi juga tidak selamanya berbeda tergantung pada posisi

pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi dan manusia.

B. Hakikat ilmu administrasi

Ilmu administrasi merupakan hasil pemikiran dan penalaran manusia yang disusun

berdasarkan dengan rasionalitas dan sistematika yang mengungkapkan kejelasan tentang

objek forma, yaitu pemikiran untuk menciptakan suatu keteraturan dari berbagai aksi dan

reaksi yang dilakoni oleh manusia dan objek material, yaitu manusia yang melakukan

aktivitas administrasi dalam bentuk kerjasama menuju terwujudnya tujuan tertentu. Esensi

mendasar objek formal dan material administrasi adalah terciptanya hubungan antara

pengatur dan yang diatur dalam konteks kerja sama manusia.

Pengembangan pemikiran dan penalaran manusia yang berdasarkan kaidah dan norma-

norma administrasi tidak hanya dipandang sebagai ilmu pengetahuan, tetapi merupakan

bagian kehidupan manusia yang menuntut terciptanya spesialisasi menuju kemahiran

terhadap suatu keterampilan dari berbagai bidang kegiatan dalam memenuhi kehidupan

manusia. Oleh karena itu, administrasi dapat dilihat dari dua sudut pandang yang salig

melengkapi antara satu dan lain, sebagai berikut :

C. Administrasi sebagai ilmu

Ilmu sebagai objek kajian administrasi sepatutnya mengikuti alur pemikiran manusia,

yang pendekatannya dilakukan secara radikal, menyeluruh, rasional, dan objektif. Begitu juga

dari segi pendekatan spekulatif-spekulatif tertentu bahwa administrasi sebagai ilmu berada

pada posisi yang tidak mutlak dan pada tataran kebenaran empirical, di mana terdapat ruang

untuk berspekulatif dalam pengembangan ilmu administrasi itu sendiri. Berpikir dengan nilai
normative ilmu administrasi merupakan suatu kajian yang mendalam di alam nalar manusia

yang dapat menembus cakrawala dunia, ditandai dengan gerak langkah rasionalitas di bidang

filsafat ilmu administrasi sebagai berikut.

 Ontologism, nilai dasar pemikiran manusia yang menggambarkan tentang kebenaran

dasar (apriori), berakar dari pangkal piker yang dikandung oleh ilmu administrasi itu

sendiri.

 Epistemologis, perkembangan ilmu administrasi dalam pemikiran manusia terhadap

rasionalitas melahirkan pandangan yang bercakrawala dan tidak dapat dijangkau sampai

batas akhirnya.

 Aksiologism ilmu administrasi akan memberikan makna yang hakiki apabila dapat

dimanfaatkan dalam berbagai aspek kehidupan manusia, sehingga member kemudahan

dan kelayakan berpikir serta bertindak bagi manusia yang mandalami ilmu administrasi.

Pendalaman ilmu administrasi sebagai suatu kajian teori yang dapat memberikan makna

dan manfaat dalam kecerdasan kehiduapan manusia, maka ketangguhan ilmu administrasi

dapat terwujud apabila di dalamnya tersaji berbagai penggolongan teori.

 Grand theory

 Middle range theory

 Reinforcement theory

 Grounded theory

D. Administrasi sebagai pekerjaan

Seseorang ketika berpikir untuk menghayati dan berusaha mengerti terhadap sesuatu

permasalahan administrasi, maka orang bersangkutan berpikir tentang rangkaian teori dalam

pengembangan ilmu administrasi. Tetapi ketika seorang berpikir untuk melaksanakan sesuatu

kegiatan yang ada kaitannya dengan administrasi, maka orang itu berpikir dan melaksanakan

profesi atau pekerjaan administrasi. Proses administrasi dimaknai sebagai pola pemikiran dan
rangkaian kegiatan untuk pencapaian suatu hasil tertentu dengan professional sesuai tuntutan

kegiatan yang harus dilakukan, sehingga hasil yang diinginkan terwujud.

Administrasi berfungsi untuk menemukan pembagian kerja dalam bermacam-macam

karakteristik manusia yang berbeda antara satu dengan lainnya. Kemampuan seorang

administrator adalm menentukan tujuan lazimnya mempertahankan bentuk moralitas

administrasi berdasarkan rasionalitas pembagian kerja dalam suatu organisasi, walaupun

kadang tidak terhindarkan pembagian kerja yang dipaksakan karena dipengaruhi oleh

berbagai variable yang subjektif terhadap administrator yang bersangkutan. Manusia bekerja

sebagai profesi didorong oleh dua jenis motif.

Pertama, motif yang mengutamakan hasil yang dicapai dengan mengabaikan nilai-nilai

moralitas walaupun dalam mencapai hasil itu senantiasa mengatasnamakan ajaran moral,

ajaran agama, dan ajaran etika, tetapi setelah mencapai hasil yang diinginkan ajaran agama,

moral, dan etika ditinggalkan.

Motif kedua mengutamakan ajaran moralitas, agama, dan etika secara konsisten serta

senantiasa berusaha menghindari biusan jabatan, rupiah, harta, dan semacamnya. Pekerjaan

administrasi dapat diselesaikan secara efektif apabila seluruh pekerja secara berjenjang dapat

memahami struktur pekerjaan masing-masing dalam suatu organisasi. Setiap posisi pekerja

dalam suatu organisasi selalu membutuhkan tehnik dan metode antara posisi pekerjaan yang

satu dengan posisi pekerjaan yang lainnya.


BAB II

ONTOLOGI ILMU ADMINISTRASI

A. Kajian Filsafat Administrasi

Secara etimologis, filsafat berasal dari bahasa Yunani, philosophia yang terdiri dari dua

suku kata philos artinya cinta atau suka atau shopia artinya kebijaksanaan. Secara etimologis,

pengertian fisafat adalah cinta atau cinta kepada kebijaksanaan.

Banyak pemikir filsafat diantaranya adalah aristoteles (382-322 SM), yang menyatakan

bahwa filsafat adalah pengetahuan teoritis yang menelaah peradaban yang abadi, tidak

berubah, dan tidak terpisah dari materi. Plato (428-348) mengembangkan fisafat spekulatif

yang berkaitan dengan dunia ide yang sempurna dan abadi. Galileo Galilei (1564-1642)

sebagai pelopor ilmu modern dan menganut filsafat alam dengan melakukan pengukuran

kecepatan udara dan penimbangan bobot udara pertama kali (The Liang Gie, 1997).

Filsafat administrasi adalah proses berpikir secara matang, berstuktur, dan mendalam

terhadap hakikat dan makna yang terkandung dalam materi ilmu administrasi. Berfilsafat

merupakan rangkaian kegiatan atau aktivitas dengan menggunakan pemikiran dan perasaan

manusia. Pemikiran dan perasaan ini senantiasa bersifat memantul kepada diri sendiri untuk

memenuhi pekerjaan, pikiran dan perasaan tersebut. Pemikiran manusia selalu diarahkan

untuk menelaah fenomena yang dialami manusia sehingga dapat melahirkan pemikiran.

Berfilsafat adalah merenungi fenomena yang dihadapi oleh manusia, kemudian melahirkan

berbagai pertanyaan terhadap fenomena itu.

B. Konsep Ontologi Administrasi

Ontologi menggunakan pemikiran secara mendalam terhadap sesuatu yang berlaku

secara universal, dan selalu mencari inti atau pemaknaan yang sangat mendasar dari sesuatu

realita yang berkembang dalam kehidupan masyarakat.


Ontologi administrasi telah berhasil mengubah pola pemikiran praktisi administrasi, dan

bahkan mungkin sebagian para ilmuwan administrasi, dari pandangan mitosentris menjadi

logisentris, melahirkan implikasi yang berdampak positif dalam perkembangan administrasi.

Dimana awal pikirannya bahwa kejadian dalam suatu bentuk kerjasama dipengaruhi oleh

pemikiran rasional (logis).

1. Kedudukan Ontologi Administrasi

Ontologi ilmu administrasi orientasi penyelidikannya adalah yang berhubungan dengan

yang ada, apakah itu arti ada secara nyata (konkret) ataukah arti ada itu secara maya (abstrak)

hanya ada dalam pikiran yang ada. Sedangkan yang ada itu merupakan dan sekaligus yang

terkenal, tetapi paling sulit dieksplisitkan. Oleh karena itu, ontologi ilmu administrasi pantas

dikatakan sulit, karena sesuatu dalam pengandaian dari seluruh bagian-bagian pemikiran

manusia. Walaupun ontologi ilmu administrasi konkret dan abstrak, tetapi senantiasa juga

dalam perkembangannya tetap menjadi pendorong manusia untuk berpikir dan merenung

tentang hakikat administrasi yang mungkin telah mengalami pergeseran akibat perkembangan

manusia dalam kehidupannya.

2. Metode Ontologi Administrasi

Ontologi ilmu administrasi bergerak antara dua sisi pandang, yaitu pengalaman akan

kenyataan konkret disatu pihak dan pengertian “mengada” dari pernyataan abstrak dalam

refleksi ontologi ilmu administrasi, kedua sisi pandang itu saling memperkuat dalam

melakukan suatu kegiatan penjelasan dalam konteks pembenaran pemaknaan administrasi,

baik sebagai ilmu maupun sebagai kegiatan, atau sebagai lapangan pekerjaan manusia.

3. Potensi Ontologi Administrasi

Dengan spontanitas, potensi ontologi ilmu administrasi adalah pemikiran manusia

terhadap isi dunia ini. Persoalannya, apakah manusia memiliki kemampuan dalam berpikir

dan bertindak untuk menciptakan pengaturan dan keteraturan isi dunia. Segala jenis
bipolaritas yang mensyaratkan terciptanya pengaturan dan keteratuan dalam ilmu

administrasi menunjukkan adanya kemungkinan, dan bahkan keinginan akan integritas secara

maksimal.

Kewajiban para ilmuan dalam berpikir, berdasarkan pemikiran ontologi secara

kebenaran transidental dan kebenaran empirikal, terletak kepada struktur penalaran setiap

ilmuwan administrasi.

4. Normatif Ontologi Administrasi

Keberadaan hakikat kandungan normatif ontologi administrasi secara transidental dan

empirikal sesungguhnya dapat dibedakan dua aspek utama yaitu, pertama kebenaran adalah

keharmonisan dan sistesis yang maksimal dalam hal pemberian pengertiaan dan pemahaman

terhadap ontologi ilmu administrasi dan kedua, kebaikan adalah keharmonisan dalam hal

penelitian dan pilihan nilai terhadap ontologi ilmu administrasi.

Kebenaran dan kebaikan, baik yang bermakna transidental maupun empirikal, bukanlah

sifat-sifat tambahan dan bipolaritas melainkan suatu proses penghayatan dan pengamalan

secara harmonis dalam struktur pemberian pengertian dan pemahaman, serta penilaian

terhadap kandungan ontologi ilmu administrasi sebagai salah satu ilmu sosial yang

menghendaki wawasan pemikiran secara universal.

C. POSITIVISME ADMINISTRASI

Positivisme administrasi adalah jenis aliran ontologi ilmu administrasi, aliran

positivisme yang memposisikan kajiannya adalah pemikiran atau tindakan positif, terutama

yang berkaitan tentang administrasi, baik dipandang sebagai ilmu maupun sebagai profesi.

Kedudukan aliran positivisme administrasi lebih banyak mengandalkan hati nurani, jika hati

nurani mengatakan benar, maka itulah kebenaran aliran positivisme.

Positivisme dalam ontologi ilmu administrasi sasaran utamanya adalah mencari

kebenaran dan kebaikan. Pembenaran ontologi ilmu administrasi sesungguhnya telah


dipertanyakan Plato sejak dahulu, apa kebenaran itu. Kemudian Bradley menjawab kebenaran

adalah kenyataan yang sesungguhnya. Jadi, kebenaran Ilmu Administrasi adalah kenyataan

yang sesungguhnya.

Pengukuran terhadap jenis kebenaran ilmu administrasi, bila dikaitkan dengan ilmu

administrasi:

1. Kebenaran korespondensi adalah adanya kesesuaian hubungan antar pernyataan yang

diungkapkan oleh manusia dengan apa yang sesungguhnya dicantumkan dalam materi

ilmu administrasi itu sendiri.

2. Kebenaran koherensi adalah adanya hubungan antara dua pernyataan yang memiliki

persamaan objek.

3. Kebenaran pragmatis adalah kebenaran yang hanya ada satu konsekuensi saja.

4. Kebenaran logika adalah memberikan kebenaran yang sesuai pikiran yang sebenarnya

telah merupakan fakta.

5. Kebenaran paradigmatis adalah kebenaran yang memberikan sesuai perubahan dalam

kurun waktu, kondisi, dan waktu tertentu.

Tindakan daam rangka menemukan kebenaran berdasarkan sudut pandang aliran

positivisme ontologi ilmu administrasi:

1. Penelitian;

2. Mencoba dan salah (trial and error);

3. Renungan, dimaksudkan untuk menalar secara mendalam dan menciptakan suatu

aspirasi yang dapat melahirkan suatu kreatifitas;

4. Kekuasaan;

5. Petunjuk dari yang Maha Kuasa karena suatu kebenaran bersumber dari Maha Kuasa.
D. RASIONALISME ADMINISTRASI

Rasionalisme administrasi suatu aliran yang mengutamakan pemikiran rasional di

bidang administrasi, baik secara keilmuan maupun secara keprofesionalannya dan suatu

metode untuk memperoleh pengetahuan. Kedudukan aliran ini banyak mengendalikan akal,

bila akal mengatakan benar maka itulah kebenaran aliran rasionalime.

Pemikiran rasional mempunyai tiga fungsi, yaitu pertama menjadi kerangka persepsi

yang menciptakan alam pikiran menjadi alam realita, kedua menjadi pedoman terhadap

tindakan penalaran dari suatu stimulus dan ketiga menjadi alat memberikan alat pembenaran

terhadap suatu realitas.

E. BANGUNAN DASAR ADMINISTRASI

Secara teoritis, pengembangan administrasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan

dari pengembangan seluruh aspek kehidupan manusia yang dimotori oleh pelaku bidang

pemerintahan, karena administrasi berintikan pengaturan dan keteraturan dalam kehidupan

suatu bangsa atau negara. Administrasi adalah pengaturan dan keraturan dalam

mengimplementasikan suatu bentuk kekuasaan. Oleh sebab itu, pemikiran administrasi tidak

dapat melepaskan diri dari persoalan-persoalan ekonomi, politik, hukum, sosial, pemerintah,

dan lain sebagainya, dimana kesemuanya ini membutuhkan pengaturan dan keteraturan yang

lebih baik dan benar.

1. Batasan Ilmu Administrasi

Batasan ilmu administrasi terdiri atas dua jenis dan dua bagian utama. Pertama,

Administrasi Negara yang dewasa ini berkembang dalam istilah Administrasi Publik, dan

kedua, Administrasi Bisnis. Batasan imu administrasi sering juga diistilahkan dengan

boundary, dengan menggunakan ruang tertentu sesuai dengan pokok kajian. Batasan adalah

suatu garis yang memisahkan dua kutub yang berbeda seluruh makna dan hakikat yang
dimiliki masing-masing. Dan apabila terjadi penyeberangan dari salah satunya akan terjadi

pelanggaran normatif atas ketentuan yang dilahirkan oleh garis pemisah itu.

2. Potensi Ilmu Administrasi

Manusia adalah potensi yang penting dalam ilmu administrasi karena manusia sebagai

pemikir dan pelaksana dalam rangka membangun atau mengembangkan ilmu administrasi,

dan dalam pengertian “mengada” ilmu administrasi ada dalam pikiran manusia. Tetapi juga

potensi ilmu administrasi yang bukan bersumber dari manusia itu sangat penting dapat

mempengaruhi dan mungkin menentukan terwujudnya bangunan dasar ilmu pengetahuan dan

teknologi, terutama dibidang administrasi.

Potensi ilmu admnistrasi adalah suatu kandungan kekuatan yangbelum banyak

dimanfaatkan, baik untuk pengembangan bangunan dasar ilmu admnistrasi maupun dalam

dunia profesi administrasi itu sendiri.

3. Peran Ilmuwan Administrasi

Peran ilmuwan Administrasi yaitu keterlibatan mereka dalam memberikan

sumbangannya, baik yang berupa konsep pemikiran maupun penyebarluasan pemahaman

atau pengertian (mengada) kepada pencari ilmu administrasi.


BAB III

EPISTEMOLOGI ILMU ADMINISTRASI

Epistemologi berasal dari kata Yunani, episteme dan logos. Episteme biasa diartikan

pengetahuan atau kebenaran, dan logos diartikan pikiran, kata, atau teori. Epistemologi secara

etimologi dapat diartikan teori pengetahuan yang dalam bahasa Inggrisnya menjadi theory of

knowledge.

Secara istilah, epistemologi adalah bagian filsafat yang membicarakan tentang

terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, batas-batas, sifat,

metode, dan kesahihan pengetahuan.

Ilmu pengetahuan di bidang administrasi adalah suatu pernyataan terhadap materi atau

konten, bentuk atau form, serta objek formal dan materiilnya. Secara epistemologi, ilmu

administrasi cenderung untuk membatasi diri pada hal-hal tentang persepsi dan pemahaman

intelektual seseorang. Pengetahuan ilmu administrasi dapat membawa manusia kepada

peristiwa kesadaran diri dari seluruh pemaknaan yang dikandung ilmu administrasi itu

sendiri.

1. Objektivisme Administrasi

Hakikat dasar dari pengetahuan administrasi manusia mensyaratkan adanya makna

apriori (kebenaran dasar) sebagai realita fundamnetal dan tidak relatif, sedangkan kebenaran

realita yang telah mengalami perubahan dari nilai dasar dan kebenaran relatif tertuang dalam

hakikat aposteriori. Berpikir apriori dalam ilmu administrasi merupakan salah satu kajian dari

konsep objektivisme, dengan bermuara kepada rasionalisme yang dalam perkembangannya

mengalami tiga tahapan proses berpikir manusia dalam bidang ilmu administrasi. Pertama,

kesadaran objek administrasi itu sendiri. Kedua, kesadaran bahwa adanya perbedaan
penalaran terhadap objek administrasi. Ketiga, pemahaman terhadap hubungan yang terjadi

antarberbagai entitas, baik perbedaan maupun persamaannya.

Penelusuran objektivitas pemikiran dalam administrasi dapat dilihat dari dua sudut

pandang. Pertama, dari sudut pandang objek materialnya, adalah sesuatu yang menjadi

sasaran perhatian secara detail tentang makna kandungan penalaran dalam pemikiran manusia

yang mempelajari ilmu administrasi. Kedua, dari sudut pandang objek formalnya, bahwa

ilmu administrasi memiliki ruang lingkup kajian dengan metode yang jelas.

2. Subjektivisme Administrasi

Fenomena sosial menunjukan bahwa pemikiran subjektivisme telah berada di semua

lini kehidupan, baik kehidupan birokrasi, pengusaha, maupun kehidupan sosial

kemasyarakatan, semuanya menghendaki keadilan, tetapi yang dirasakan adalah

ketidakadilan. Karl Marx memberikan argumentasi tentang rasa keadilan dengan pembagian

sesuatu “ambillah masing-masing menurut kemampuannya” dan “berilah masing-masing

menurut kebutuhannya”.

3. Skeptisisme Administrasi

Skeptisisme adalah suatu kondisi atau perasaan yang dialami seseorang akibat tidak

terpenuhinya sesuatu yang diinginkan. Akar permasalahan terjadinya skeptisisme rupanya

menunjukan jenis kepastian tertentu yang tidak dimiliki oleh para birokrasi bersangkutan

sebagai pengelola administrasi negara yang berdampak negatif , dimana kepercayaan publik

semakin berkurang dan kecurigaan semakin bertambah.

4. Etika dan Moralitas Administrasi

1. Etika Administrasi

Etika administrasi dapat memberikan sumbangan dalam usaha mendapatkan

suatu pemahaman, penglihatan, dan pandangan yang tajam terhadap suatu realita

yang harus dihadapi dalam rangka mengimplementasikan berbagai aktivitas yang


telah ditetapkan oleh administrasi, terutama menghadapi permasalahan-permasalahan

yang serba sulit. Etika administrasi berangkat dari berpikir secara baik dan benar

sampai kepada tindakan atau perbuatan yang baik dan benar pula. Etika ilmu

administrasi bersumber kepada fakta bahwa kaidah dan aturan dalam suatu

kehidupan komunitas masyarakat manusia tertentu antara satu sama lain, mengalami

perkembangan dengan berbarengan.

2. Moralitas Administrasi

Moralitas cenderung merupakan produk dari kematangan jiwa seorang manusia,

sedangkan etika cenderung lebih mengarah pada produk rekayasa untuk menciptakan

pengaturan dan keteraturan hidup manusia. Oleh sebab itu, dalam rangka

pelaksanaan aktivitas admnistrasi, baik wujud dari pemikiran ( mind) maupun wujud

dari profesi, membutuhkan landasan moralitas yang baik.

Ilmu administrasi merupakan kumpulan atau akumulasi dari berbagai jenis

konsep dengan sasaran utamanya menarasi nalar manusia, sehingga di dapat suatu

gambaran yang luas jangkauannya dalam kesadaran keilmuwan. Konseptual

administrasi merupakan suatu simbol bagi sekumpulan kenyataan yang sifatnya

konkret perseptual yang lumayan banyak jumlahnya.

Konsep ilmu administrasi merupakan produk dari suatu kesadaran yang sifatnya

sangat fundamental dan terdiri atas dua jenis. Pertama, kesadaran yang berkaitan

dengan content atau objek, dan kedua, keasdaran yang berkaitan dengan kegiatan

atau kenyataan.

Konsep dalam ilmu administrasi cenderung merupakan pemikiran yang

didasarkan kepada perceptual dengan pembuktiannya untuk melahirkan suatu

jangkauan yang lebih luas, yang diistilahkan dengan teori.


BAB IV

AKSIOLOGI ILMU ADMINISTRASI

A. Konsep Aksiologi Administrasi

Landasan tataran aksiologi ilmu adminitrasi, yaitu bagaimana ilmu administrasi

digunakan sehingga memberikan manfaat dalam kehidupan manusia. Aksiologi ilmu

administrasi merupakan salah satu bagian dari filsafat ilmu, maka tidak heran begitu banyak

pertanyaan yang dapat dimunculkan karena memang filsafat mencari hakikat kandungan

makna yang mendalam.

Pemanfaatan pengetahuan di bidang ilmu administrasi merupakan faktor penting dalam

pertimbangan penggunaannya dalam kehidupan, perilaku dalam beraktivitas, dan penetapan

keputusan tindakan manusia.

Ada dua jenis pengaturan dan keteraturan dalam aksiologi ilmu administrasi.

a. Pengaturan dan keteraturan berfikir secara rasional.

b. Pengaturan dan keteraturan dalam bertindak merealisasikan kebahagiaan dan

kesejahteraan kehidupan manusia.

Aksiologi ilmu administrasi adalah rangka pemanfaatan, atau dengan kata lain,

penerapan ilmu administrasi yang teratur dan produktif.

Tanda-tanda ilmuan administrasi di era moderalisasi deewasa ini dapat dicatat sebagai

berikut:

1. Tindakan Rasionalitas

2. Menonjolnya pemikiran yang berlawanan dengan sifat ilmiah

3. Otomatisasi semakin kuat

4. Sifat universal

5. Otonomi keilmuan
B. Kebenaran Ilmu Administrasi

Ada pandangan sebagian ilmuan administrasi yang menyebutkan bahwa hanya sebagian

kecil kebenaran administrasi yang dapat dilaksankan, dan sebagian besar kebenaran

diabaikan dalam praktik administrasi. Ruang lingkup kebenaran ilmu administrasi.

Kebenaran Asal Mula, Dikatakan bahwa asal mula kebenaran ilmu administrasi adalah dari

pengetahuan yang telah dikompilasi dalam suatu integrasi pemikiran manusia.

o Kebenaran mengungkap.

o Kebenaran memandang.

o Kebenaran bentuk.

o Kebenaran isi.

Kebenaran konsep, pemahaman tentang kebenaran konsep ilmu dan teknologi

administrasi pada dunia profesional dengan dunia keilmuan sangat berbeda. Kebenaran Teori,

ilmu dan administrasi bersumber dari teori, kemudian ilmu dan teknologi administrasi

melahirkan teori. .

C. Metode Mencari Kebenaran

Dalam pencarian kebenaran keilmuan dewasa ini, metode yang paling banyak

digunakan adalah penelitian (research) dalam dunia sasarannya terdiri atas dua jenis. Yaitu:

Pertama untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang diistilahkan penelitian

ilmiah (scientific research). Kedua penelitian untuk ketetapan pelaksanaan sesuatu profesi.

Metode adalah suatu cara bertindak menggunakan akal pikiran untuk mencapai hasil,

dengan mempertimbangkan risiko terkecil. Jadi metode penelitian ilmu dan teknologi

administrasi adalah suatu cara berfikir atau bertindak untuk mencari kebenaran ilmu

pengetahuan di bidang administrasi, dengan mempertimbangkan manfaat seluruh sumber

daya yang dimiliki secara efisien dan efektif.


Secara umum, tujuan penelitian ilmu dan teknologi administrasi terdiri dari tiga macam:

1. Bertujuan untuk menemukan teori baru dalam ilmu dan teknologi administrasi.

2. Bertujuan untuk membuktikan kebenaran yang dikandung teori-teori dalam ilmu dan

teknologi administrasi.

3. Bertujuan untuk mengembangkan teori-teori dalam ilmu dan teknologi administrasi.

D. Paradigma Administrasi

Administrasi senantiasa dihadapkan pada berbagai bantahan dan wajib memberikan

penjelasan tentang nilai kebenaran, sesuai dengan prinsip-prinsip umum empiris. Fokus

utama ilmu administrasi adalah persoalan tentang manusia, terutama yang berkaitan dengan

pengaturan dan keteraturan dalam rangka peningkatan kebahagiaan dan kesejahteraan

manusia itu sendiri.

Paradigma adalah suatu pandangan yang disepakati dari seluruh anggota organisasi, jika

paradigmanya organisasi. Paradigma administrasi merupakan suatu teori dasar, yang juga

sering diistilahkan ontologi, dengan cara pandang yang relatif fundamental dari nilai-nilai

kebenaran, konsep, dan metodologi, serta pendekatan-pendekatan yang dipergunakan.

Paradigma atau pandangan lama tentang ilmu dan teknologi administrasi adalah nilai

kebenaran yang mulai tergeser pemaknaannya dari persepsi berbagai kalangan ilmu

administrasi itu sendiri, dimana dalam kondisi semacam itu para ilmuan saling

mempertahankan pendapat dan pola pikirnya serta menganggap bahwa pendapat atau pola

pikirnya yang paling benar.

Paradigma baru adalah suatu kondisi atau proses perkembangan ilmu dan teknologi

administrasi, di mana para ilmuan telah melahirkan kesepakatan yang meneyetujui

pergeseran kebenaran lama menjadi kebnaran baru dari makna ilmu dan teknologi

administrasi.
Dalam perkembangan paradigma administrasi, sebagaimana dikemukakan oleh Nicholas

Henry, terbagi atas lima perkembangan paradigma administrasi, yaitu:

1. Dikotonomi politik dan administrasi;

2. Prinsip-prinsip administrasi;

3. Administrasi negara sebagai ilmu politik;

4. Administrasi negara;

5. Administrasi negara sebagai administrasi negara.

Menurut Frederickson perkemabngan paradigma administrasi sebagai berikut:

1. Birokrasi Klasik;

2. Birokrasi Neo Klasik;

3. Kelembagaan;

4. Hubungan kemanusiaan;

5. Pilihan publik;

6. Administrasi negara baru.


BAB V

PERSEPSI ORGANISASI

A. Pengertian Persepsi

Secara etimologi persepsi berasal dari bahasa latin perceptioyang berarti menerima atau

mengambil. Persepsi adalah suatu proses dengan mana berbagai stimuli dipilih, diorganisir,

dan diinterpretasi menjadi informasi yang bermakna.

Menurut Stephen P. Robbins (1998), persepsi adalah suatu proses pengorganisasian dan

pemaknaan terhadap kesan-kesan sensori untuk memberi arti pada lingkungannya. Menurut

Fred Luthans (1992) mengatakan proses persepsi dapat didefinisikan sebagai interaksi yang

rumit dalam penyeleksian, pengorganisasian, dan penafsiran stimulus. Sedangkan menurut

Milton (1981) mengatakan persepsi adalah proses seleksi, organisasi dan interpretasi stimulus

yang berasal dari lingkungan.

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Menurut Nugroho J. Setiadi (2003), Faktor yang mempengaruhi persepsi adalah

penglihatan dan sasaran yang diterima dan dimana situasi persepsi terjadi

penglihatan.Tanggapan yang timbul atas rangsangan akan dipengaruhi sifat-sifat individu

yang melihatnya,, sifat yang dapat mempengaruhi persepsi yaitu :

1. Sikap

Sikap yang dapat mempengaruhi positif atau negatifnya tanggapan yang akan diberikan

seseorang.

2. Motivasi

Motif merupakan hal yang mendorong seseorang mendasari sikap tindakan yang

dilakukannya.
3. Minat

Merupakan faktor lain yang membedakan penilaian seseorang terhadap suatu hal atau

objek tertentu, yang mendasari kesukaan ataupun ketidaksukaan terhadap objek

tersebut.

4. Pengalaman masa lalu

Dapat mempengaruhi persepsi seseorang karena kita biasanya akan menarik kesimpulan

yang sama dengan apa yang pernah dilihat dan didengar.

5. Harapan

Mempengaruhi persepsi seseorang dalam membuat keputusan, kita akan cenderung

menolak gagasan, ajakan, atau tawaran yang tidak sesuai dengan apa yang kita

harapkan.

6. Sasaran

Sasaran dapat mempengaruhi penglihatan yang akhirnhya akan mempengaruhi persepsi.

7. Situasi

Situasi atau keadaan disekita kita atau disekitar sasaran yang kita lihat akan turut

mempengaruhi persepsi. Sasaran atau benda yang sama yang kita lihat dalam situasi

yang berbeda akan menghasilkan persepsi yang berbeda pula.

C. Proses Persepsi

Proses terjadinya persepsi meliputi:

1) Proses Fisis

Dimana objek menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indera.

2) Proses Fisiologis

Stimulus yang diterima alat indera kemudian dilanjutkan oleh saraf sensoris ke otak.
3) Proses Psikologis

Terjadi proses pengolahan otak, sehingga individu menyadari tentang apa yang ia

terima dengan alat indera sebagai suatu akibat dari stimulus yang diterima.

D. Persepsi Konsumen

Persepsi konsumen adalah proses dimana seseorang mengorganisir dan mengartikan

kesan dari panca indera dalam tujuan untuk memberi arti dalam lingkungan mereka (Robbins,

1998) . persepsi konsumen ini sangat penting dipelajari karena perilaku konsumen karena

perilaku konsumen didasarkan oleh persepsi mereka tentang apa itu kenyataan dan bukan

kenyataan itu sendiri. Menurut shiffman dan kanuk (1997) persepsi akan sesuatu berasal dari

interaksi antara dua jenis faktor:

1. Faktor stimulus, yaitu karakteristik secara fisik seperti ukuran, berat, warna atau bentuk.

Tampilan suatu produk baik kemasan maupun karakteristik akan mampu menciptakan

suatu rangsangan pada indra manusian, sehingga mampu menciptakan sesuatu persepsi

mengenai produk yang dilihatnya.

2. Faktor individu, yang termasuk proses didalamnya bukan hanya pada panca indra akan

tetapi juga pada proses pengalaman yang serupa dan dorongan utama serta harapan dari

individu itu sendiri.

Dalam persepsi seseorang juga melalui proses seleksi. Seleksi adalah proses seseorang

memilih dan menentukan marketing stimuli karena tiap individu adalah unik dalam

kebutuhan, keinginan dan pengalaman, sikap dan karakter pribadi masing-masing orang.

Menurut Shiffman dan Kanuk (2000) dalam seleksi ada proses yang disebut selective

perception concept. Adapun selective selective perception concept, yaitu :

1. Selective Exposure

Konsumen secara efektif mencari pesan menemukan kesenangan atau simpati mereka

secara aktif menghindari kesakitan atau ancaman disisi lainnya. Mereka secara efektif
membuka diri mereka kepada iklan-ikaln yang menentramkan hati mereka mengenai

kebijaksanaan tentang kepuasaan pembeliannya.

2. Selective Attention

Konsumen mengadakan transaksi pemilihan yang bagus dengan tujuan perhatian

mereka berikan pada rangsangan komersial. Mereka mempunyai kesadaran tinggi terhadap

rangsangan yang sesuai dengan minat dan kebutuhan mereka. Jadi konsumen mungkin untuk

mengingat iklan untuk prodek yang dapat memuaskan kebutuhan mereka dan mengabaikan

yang tidak mereka butuhkan.

3. Perceptual Defense

Konsumen secara bawah sadar menyaring rangsangan yang mereka temukan ancaman

psikological, meskipun telah terdapat pembukaan. Jadi ancaman atau sebaliknya rangsangan

yang merusak mungkin lebih sedikit diterima secara sadar daripada rangsangan netral pada

level pembukaan yang sama.

4. Perceptual Blocking

Konsumen melindungi diri mereka dari rangsangan-rangsangan yang mereka anggap

negatif dan mempunyai pengaruh buruk bagi diri mereka.

E. Karakteristik Seseorang Mempengaruhi Persepsi

Menurut Robbins (1998) persepsi dapat dipengaruhi oleh karakter seseorang. Karakter

tersebut dipengaruhi oleh :

1. Attitudes

Dua individu yang sama, tetapi mengartikan sesuatu yang dilihat itu berbeda satu

dengan yang lain.

2. Motives

Kebutuhan yang tidak terpuaskan yang mendorong individu dan mungkin memiliki

pengaruh yang kuat terhadap persepsi mereka.


3. Interests

Fokus dari perhatian kita sepertinya dipengaruhi oleh minat kita, karena minat

seseorang berbeda satu dengan yang lain. Apa yang diperhatikan oleh seseorang dalam suatu

situasi bisa berbeda satu dengan yang lain. Apa yang diperhatikan seseorang dalam suatu

situasi bisa berbeda dari apa yang dirasakan oleh orang lain.

4. Experiences

Fokus dari karakter individu yang berhubungan dengan pengalaman masa lalu seperti

minat atau interest individu. Seseorang individu merasakan pengalaman masa lalu pada

sesuatu yang individu tersebut hubungkan dengan hal yang terjadi sekarang.

5. Expectations

Ekspektasi bisa mengubah persepsi individu dimana individu tersebut bisa melihat apa

yang mereka harapkan dari apa yang terjadi sekarang.

F. Pengertian Perilaku Konsumen

Sukses atau tidaknya suatu produk dipasaran, sangat dipengaruhi oleh bagaimana

produk diterima oleh konsumen. Tentunya produk yang sesuai dengan kebutuhan konsumen

yang akan dibeli dan konsumsi oleh konsumen.

Menurut Husein Umar (2003) pengertian perilaku konsumen adalah tindakan yang

terlibat dalam mendapatkan mengkomsumsi dan menghabiskan produk dan jasa termasuk

proses keputusan yang mendahului dan menyusul tindakan. Sedangkan menurut Peter J. Paul

dan Olson (2000) mendefinisikan perilaku konsumen adalah interaksi dinamis antara

pengaruh dan kognisi, perilaku dan kejadian sekitar kita dimana manusia melakukan aspek

pertukaran dalam hidup mereka. Menurut Bilson Simamora (2004) perilaku konsumen adalah

proses pengambilan keputusan yang mensyaratkan aktivitas individu untuk mengevaluasi,

memperoleh, menggunakan, atau mengatur barang dan jasa.


Menurut Schiffman dan Kanuk (2000) mengemukakan perilaku konsumen yang sangat

bervariatif, yaitu:

1. Konsumen mencari resiko (Consumers Seek Information)

Konsumen mencari informasi mengenai produk dan kategori produk melalui

komunikasi kata melalui mulut atau yang biasa disebut dengan word of mouth, bail dari

teman, keluarga, orang lain, tenaga penjual, dan dari media umum. Mereka menyimpan lebih

banyak waktu untuk berpikir tentang pilihan mereka dan mencari lebih banyak informasi

tentang alternatif produk ketika mereka menghubungkan tingkat resiko yang tinggi dengan

pembelian.

2. Konsumen adalah setia terhadap merek (Consumers are Brand Loyal)

Konsumen menghindari resiko dengan tetap setia pada satu merek baru atau merek-

merek yang belum pernah mereka coba. Penerima resiko yang tinggi mungkin menjadi lebih

setia pada merek-merek lama dan mungkin sedikit untuk membeli produk-produk baru yang

diperkenalkan.

3. Konsumen memilih melalui kesan terhadap merek (Consumers Select by Brand Image)

Konsumen sering berpikir bahwa merek yang terkenal lebih baik dan cukup baik

sebagai jaminan secara tidak langsung mengani kualitas yang dapat dipertanggungjawabkan

hasil dan pelayanannya. Usaha promosi pemasar menambah kualitas yang diterima dari

produk-produk mereka dapat menolong untuk membangun dan menyokong kesan merek

yang baik.

4. Konsumen mengandalkan kesan toko (Consumers Rely on store Image)

Jika konsumen tidak memiliki informasi lain tentang produk, mereka sering percaya

pada penilaian terhadap pembeli barang dagangan dari toko yang mempunyai nama baik dan

bergantung ada merek untuk membuat keputusan-keputusan yang hati-hati dalam memilih
produk untuk dijual kembali. Kesan toko juga memberi implikasi dari percobaan produk dan

jaminan pelayanan, hak pengembalian dan penyesuaian diri dalam kasus ketidakpuasaan.

5. Konsumen membeli produk yang paling mahal (Consumers buy the most expensive

model)

Ketika dalam keragu-raguan, konsumen dapat merasa kalua produk yang paling mahal

mungkin yang terbaik dalam hubungannya dengan kualitas, yaitu mereka menyamakan harga

dengan kualitas.

6. Konsumen mencari kepastian (Consumers Seek Reassurance)

Konsumen yang tidak tahu dalam membuat keputusan dalam memilih produk

cenderung untuk mencari kepastian melalui garansi uang kembali, pemerintah dan hasil tes

laboraturium sendiri.

G. Persepsi dan Keputusan Pembelian

Menurut Dowling (1986) (dalam Ferrinadewi 2008) persepsi terhadap resiko (perceived

risk) adalah persepsi negatif konsumen atas sejumlah akitivitas yang didasarkan pada hasil

yang negatif dan memungkinkan bahwa hasil tersebut menjadi nyata. Hal ini merupakan

masalah yang senantiasa dihadapi konsumen dan menciptakan suatu kondisi yang tidak pasti

misalkan ketika konsumen menentukan pembelian produk baru. Berbagai penelitian berhasil

dilakukan oleh beberapa ahli dan hasilnya dirangkum oleh Mowen dan Minor (2001):

1) Resiko keuangan, resiko yang hasilnya akan merugikan konsumen secara keuangan.

2) Resiko kinerja, resiko bahwa produk tidak akan memberika kinerja yang diharapkan.

3) Resiko fisik, resiko bahwa produk secara fisik akan melukai konsumen.

4) Resiko psikologis, resiko bahwa produk akan menurunkan citra diri konsumen.

5) Resiko sosial, resiko bahwa lingkungan sekitar akan mengejek pembelian produk.

6) Resiko waktu, resiko bahwa sebuah keputusan akan menghabiskan banyak waktu.
7) Opportunity Loss, resiko bahwa dengan melakukan sebuah tindakan konsumen akan

merasa rugi jika melakukan hal lin yang benar-benar ingin ia lakukan.

Dapat disimpulkan bahwa ketika konsumen menerima stimuli :

a) Harga produk yang sangat mahal

b) Penilaian orang lain terhadap pilihan konsumen sangat berpengaruh

c) Ancaman fisik, psikologi, maupun sosial yang besr akibat pemakaian produk

d) Konsekuensi untuk menghentikan pemakaian produk lain yang disukai

e) Hasil pemakaian masih belum dapat terbukti maka konsumen akan memiliki persepsi

bahwa produk tersebut berisko atau persepsi terhadap resikonya tinggi.

H. Definisi keputusan dalam organisasi.

Keputusan adalah suatu pemutusan atau pengakhiran dari pada suatu proses pemikiran

tentang suatu masalah atau problem, untuk menjawab pertanyaan apa yang harus diperbuat

guna mengatasi masalah tersebut, dengan menjadikan pilihan pada salah satu alternative

tertentu. Atmosudirsjo S Prajudi (1982:87).

Setelah pengertian keputusan disampaikan, perlu pula diikuti dengan pengertian tentang

“pengambilan keputusan”. Beberapa pengertian tentang pengambilan keputusan menurut

beberapa buku :

1. Pengambilan keputusan yaitu hal yang dilakukan oleh ketua dalam suatu kegiatan

yang dilakukan dalam organisasi untuk mengambil suatu tindakan atau pilihan yang harus

dilakukan yang akan menghasilkan keputusan untuk kebaikan bersama (Stephen P.Robbins:

manajemen).

2. pengambilan keputusan yaitu proses memilih suatu alternatif cara bertindak dengan

metode yang efisien sesuai situasi. Proses itu untuk menemukan dan menyelesaikan masalah

dalam organisasi. J. Salusu (1966:47).


Pengambilan keputusan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi individu maupun

organisasi. Mengambil keputusan kadang-kadang mudah tetapi lebih sering sulit sekali.

Kemudahan atau kesulitan mengambil keputusan tergantung pada banyaknya alternatif yang

tersedia. Semakin banyak alternatif yang tersedia, kita akan semakin sulit dalam mengambil

keputusan. Keputusan yang diambil memiliki tingkatan yang berbeda-beda. Ada keputusan

yang tidak terlalu berpengaruh terhadap organisasi, tetapi ada keputusan yang dapat

menentukan kelangsungan hidup organisasi. Oleh karena itu, hendaknya mengambil

keputusan dengan hati-hati dan bijaksana.

I. Jenis-jenis Keputusan Organisasi.

Secara umum keputusan dibedakan menjadi 2 keputusan yang diprogramkan

(program decision) melibatkan masalah-masalah yang sederhana, umum, dan kerap terjadi

dimana solusinya telah ditentukan sebelumnya. dan keputusan yang tidak diprogramkan

(non-programmed decision) masalah-masalah lain yang lebih rumit.Louis E Boone dan David

L. Kurtz (2007 : 394).

Jenis keputusan dibagi menjadi tiga macam :

1. Keputusan terstruktur adalah keputusan yang dilakukan secara berulang-ulang dan

bersifat rutin.

2. Keputusan semiterstruktur adalah keputusan yang mempunyai sifat sebagai keputusan

dapat ditangani oleh komputer dan yang lain tetap harus dilakukan oleh pengambil

keputusan.

3. Keputusan tak terstruktur adalah keputusan yang penangananya rumit, karena tidak

terjadi berulang-ulang atau tidak sengaja terjadi.

J. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan sebagai berikut :


1. Kondisi/kedudukan.

Dalam kerangka pengambilan keputusan, posisi/kedudukan seseorang dapat dilihat

dalam hal berikut :

A. Letak posisi; dalam hal ini apakah is sebagai pembuat keputusan (decision

maker), penentu keputusan (decision taker) ataukah staf (staffer).

B. Tingkatan posisi; dalam hal ini apakah sebagai strategi, policy, peraturan,

organisasional, operasional, teknis.

2. Masalah

Masalah atau problem adalah apa yang menjadi peng-halang untuk tercapainya tujuan,

yang merupakan penyimpangan daripada apa yang diharapkan, direncanakan atau

dikehendaki dan harus diselesaikan.

3. Situasi

Situasi adalah keseluruhan faktor-faktor dalam keadaan, yang berkaitan satu sama lain,

dan yang secara bersama-sama memancarkan pengaruh terhadap kita beserta apa yang

hendak kita perbuat.

Faktor-faktor itu dapat dibedakan atas dua, yaitu sebagai berikut :

A. Faktor-faktor yang konstan (C), yaitu faktor-faktor yang sifatnya tidak berubah-ubah

atau tetap keadaanya.

B. Faktor-faktor yang tidak konstan, atau variabel (V), yaitu faktor-faktor yang sifatnya

selalu berubah-ubah, tidak tetap keadaannya.

4. Kondisi

Kondisi adalah keseluruhan dari faktor-faktor yang secara bersama-sama menentukan

daya gerak, daya ber-buat atau kemampuan kita. Sebagian besar faktor-faktor tersebut

merupakan sumber daya-sumber daya.


5. Tujuan.

Tujuan yang hendak dicapai, baik tujuan perorangan, tujuan unit (kesatuan), tujuan

organisasi, maupun tujuan usaha, pada umumnya telah tertentu/ telah ditentukan. Tujuan

yang ditentukan dalam pengambilan keputusan merupakan tujuan antara atau objective.
BAB VI

KONSEP DAN PARADIGMA ADMINISTRASI


MENURUT TINJAUAN FILSAFAT
A. Konsep

Sekitar tahun 80-an berkembang konsep yang berlabel baru untuk memberdayakan

konsep ilmu administrasi publik. Konsep tersebut antara lain ada yang menyebut New Public

Administration (Bellone, 1980), The New Science of Organizations (Ramos, 1981), dan

terakhir sekitar 90-an muncul konsep disebut New Public Management (Ferlie, 1996). Ini

pada hakekatnya berupaya untuk mencerahkan konsep Ilmu Administrasi Negara.

Administrasi publik dimaksudkan untuk lebih memahami hubungan pemerintah dengan

publik serta meningkatkan responsibilitas kebijkan terhadap kebutuhan publik, dan juga

melembagakan praktek-praktek manajerial agar terbiasa melaksanakan suatu kegiatan dengan

efektif, efesien dan rasional.

Peran administrasi publik dalam suatu negara sangat vital sehingga Karl Polangi

mengatakan bahwa kondisi ekonomi suatu negara sangat tergantung pada dinamika

administrasi publik.

B. Teori

Gray (1989) menjelaskan peran administrasi publik dalam masyarakat adalah (1)

menjamin pemerataan distribusi pendapatan nasional kepada kelompo masyarakat miskin

secara berkeadilan, (2) melindungi hak-hak rakyat atas kepemilikan kekayaan, serta

menjamin kebebasan bagi rakyat untuk melaksanakan tanggung jawab atas diri mereka, (3)

melestarikan nilai tradisi masyarakat yang sangat bervariasi

Dimock & Dimock membagi empat komponen administrasi publik yaitu: (1) apa yang

dilakukan pemerintah: pengaruh kebijakan, tindakan-tindakan politis, dasar-dasar wewenang,

lingkungan kerja pemerintah, penentuan tujuan, kebijakan administratif kedalam rencana-

rencana, (2) Bagaimana pemerintah mengatur organisasi, personalia, pembiayaan, usaha,


struktur administrasi dari segi formalnya, (3) bagaimana para administrator mewujudkan

kerjasama, (4) bagaimana pemerintah tetap bertanggung jawab baik pengawasan eksekutif,

yudkatif dan legislatif.

Ruang lingkup administrasi publik adalah (1) kebijakna publik, (2) birokrasi publik, (3)

managemen Publik, (4) Kepemimpinan, (5) pelayanan Publik, (6) Administrasi

kepegawaian, (7) Kinerja, (8) etika administrasi publik.

C. PARADIGMA

Paradigma adalah seperangkat kepercayaan atau keyakinan dasar yang menuntun

seseorang dalam bertindak dikehidupan sehari-hari. Secara sederhana Mustopadidjaja (2001)

mengartikan paradigma adalah sebagai “teori dasar “ atau cara pandang fundamental,

dilandasi nilai-nilai tertentu, berisikan teori pokok, konsep, metodologi atau cara pendekatan

yang dapat dipergunakan para teoritisasi dan praktisi dalam menanggapi suatu permasalahan

baik dalam kaitan pengembangan ilmu maupun dalam upaya pemecahan permasalahan bagi

kemajuan hidup dan kehidupan manusia.

Secara umum paradigma diartikan sebagai :

 Cara kita memandang sesuatu (point of view), sudut pandang, atau keyakinan

(believe).

 Cara kita memahami dan menafsirkan suatu realitas.

 Paradigma seperti ‘peta’ atau ‘kompas’ di kepala. Kita melihat atau memahami segala

sesuatu sebagaimana yang seharusnya.


American Heritage Dictionary merumuskan paradigma sebagai :

 Serangkaian asumsi, konsep, nilai-nilai, dan praktek-praktek yang diyakini oleh suatu

komunitas dan menjadi cara pandang suatu realitas ( A set of assumptions, concepts,

and values, and practices that constitutes a way of viewing reality for the community

that shares them)

Thomas Kuhn :

Paradigma adalah suatu cara pandang, nilai-nilai, metode-metode, prinsip dasar, atau

cara memecahkan sesuatu masalah, yang dianut oleh suatu masyarakat ilmiah pada masa

tertentu.

Berdasarkan locus dan focus administrasi negara, Henry membagi paradigma

administrasi negara menjadi lima, yaitu :

1. Paradigma Dikotomi Politik dan Administrasi

Fokus ilmu administrasi negara hanya terbatas pada masalah organisasi, kepegawaian,
dan penyusunan anggaran dalam birokrasi pemerintah.
2. Paradigma Prinsip-Prinsip Administrasi

Prinsip-prinsip administrasi dipandang dapat berlaku universal pada setiap bentuk dari

organisasi dan setiap lingkungan sosial budaya.

3. Paradigma Administrasi Negara sebagai Ilmu Politik

Dikotomi antara politik dan administrasi tidak realistis dan prinsip administrasi tidak

konsisten dan tidak dapat berlaku universal.

4. Paradigma Administrasi Negara sebagai Ilmu Administrasi

Fokus utama paradigma ini adalah pada teori organisasi untuk memahami perilaku

organisasi dari sudut pandang sosial dan ilmu manajemen.


5. Paradigma Administrasi Negara sebagai Administrasi Negara

Paradigma ini mengidentifikasi diri dengan masalah dan kepentingan publik sebagai

lokus, dan teori organisasi, ilmu manajemen, dan kebijakan publik sebagai fokus.

Perbedaaan Administrasi Negara Lama dengan Administrasi Negara Baru

 Administrasi Negara Lama

Merupakan awal perkembangan studi Administrasi negara dengan tokoh Wodrow

Wilson yang terkenal dengan konsepnya yaitu Dikotomi Politik-Administrasi. Proses

pembuatan kebijakan adalah proses politik sedangkan pelaksanaan kebijakan adalah proses

administrasi. Istilah publik dalam Administrasi Negara Lama diartikan sebagai negara

sehinggga membuat administrasi negara hanya terfokus pada organisasi dan manajemen

internal dari aktivitas-aktivitas pemerintah, seperti anggaran negara, manajemen

kepegawaian, dan pelayanan jasa saja

Administrasi Negara adalah ilmu sosial yang dinamis, setiap saat dapat mengalami

perubahan sesuai dengan perubahan zaman, peradaban dan teknologi. Berbagai aspek

administrasi sebenarnya telah ada dan dijalankan semenjak peradaban manusia mulai

terstruktur.

 Administrasi Negara Baru

Muncul pada tahun 1970-an, konsep ini merupakan kritik terhadap konsep paradigma

administrasi negara lama. Pada dasarnya administrasi publik baru itu ingin mengetengahkan

bahwa administrasi tidak boleh bebas nilai dan harus menghayati, memperhatikan, serta

mengatasi masalah-masalah sosial yang mencerminkan nilai-nilai yang berkembang dalam

masyarakat. Frederickson (1971), seorang pelopor gerakan ini lebih tegas lagi menyatakan

bahwa administrasi publik harus memasukkan aspek pemerataan dan keadilan sosial (social

equity) ke dalam konsep administrasi. Ia bahkan menegaskan bahwa administrasi tidak dapat
netral. Dengan begitu, tiga administrasi publik harus mengubah pola pikir yang selama ini

menghambat terciptanya keadilan sosial. Kehadiran gagasan baru itu menggambarkan

lahirnya paradigma baru dalam ilmu administrasi.

Perbedaan New Public Management dan New Public Service

 New Public Management

Mulai tahun 1990-an ilmu administrasi publik mengenalkan paradigma baru yang

sering disebut New Public Management (Hood, 1991). Walaupun juga disebut dengan nama

lain misalnya Post-bureaucratic Paradigm (Barzeley, 1992), dan Reinventing Government

(Osborne dan Gaebler, 1992), tetapi secara umum disebut New Public Management karena

berawal dari gagasan Christopher Hood sebagai awal mula paradigma alternatif. Prinsip dasar

paradigma New Public Management adalah menjalankan administrasi negara sebagaimana

menggerakkan sektor bisnis (run government like a business atau market as solution to the

ills in public sector).

Ide atau prinsip dasar paradigma New Public Management (Dernhart dan Dernhart,

2003) adalah :

1. Mencoba menggunakan pendekatan bisnis di sektor publik.

2. Penggunaan terminologi dan mekanisme pasar, dimana hubungan antara organisasi

publik dan customer dipahami sebagaimana transaksi yang terjadi di pasar.

3. Administrator publik ditantang untuk dapat menemukan atau mengembangkan cara

baru yang inovatif untuk mencapai hasil atau memprivatisasi fungsi-fungsi yang

sebelumnya dijalankan pemerintah.

4. ”steer not row” artinya birokrat tidak mesti menjalankan sendiri tugas pelayanan

publik, apabila dimungkinkan fungsi itu dapat dilimpahkan ke pihak lain melalui

sistem kontrak atau swastanisasi.


5. New Public Management menekankan akuntabilitas pada customer dan kinerja yang

tinggi, restrukturisasi birokrasi, perumusan kembali misi organisasi, perampingan

prosedur, dan desentralisasi dalam pengambilan keputusan.

 New Public Service

Paradigma New Public Service merupakan konsep yang dimunculkan melalui tulisan

Janet V.Dernhart dan Robert B.Dernhart berjudul “The New Public Service : Serving, not

Steering” yang terbit tahun 2003. Menurut paradigma New Public Service, menjalankan

pemerintahan tidaklah sama dengan organisasi bisnis. Administrasi negara menggerakkan

pemerintahan yang demokratis. Misi organisasi publik tidak sekedar memuaskan pengguna

jasa (customer) tapi juga menyediakan pelayanan barang dan jasa sebagai pemenuhan hak

dan kewajiban publik (serving).

Denhardt dan Denhardt merumuskan prinsip-prinsip New Public Service yang memiliki

diferensiasi dengan prinsip-prinsip New Public Management. Ide atau prinsip dasar

paradigma New Public Service adalah :

1. Melayani masyarakat sebagai warga negara, bukan pelanggan; melalui pajak yang

mereka bayarkan maka warga negara adalah pemilik sah (legitimate) negara.

2. Memenuhi kepentingan publik; kepentingan publik seringkali berbeda dan kompleks,

tetapi negara berkewajiban untuk memenuhinya. Negara tidak boleh melempar

tanggung jawabnya kepada pihak lain dalam memenuhi kepentingan publik.

3. Mengutamakan warganegara di atas kewirausahaan; kewirausahaan itu penting, tetapi

warga negara berada di atas segala-galanya.

4. Berpikir strategis dan bertindak demokratis; pemerintah harus mampu bertindak cepat

dan menggunakan pendekatan dialog dalam menyelesaikan persoalan publik.

5. Menyadari komplekstitas akuntabilitas; pertanggungjawaban merupakan proses yang

sulit dan terukur sehingga harus dilakukan dengan metode yang tepat.
6. Melayani bukan mengarahkan; fungsi utama pemerintah adalah melayani warga

negara bukan mengarahkan.

7. Mengutamakan kepentingan masyarakat bukan produktivitas; kepentingan masyarakat

harus menjadi prioritas meskipun bertentangan dengan nilai-nilai produktivitas.


BAB VII

PERKEMBANGAN ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN

a. PERKEMBANGAN ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN SEBAGAI SENI

Administrasi dan manajemen sebagai proses kerja telah ada sejak dahulu kala, karena

administrasi dan manajemen timbul secara bersama dengan timbulnya peradaban

manusia. Perkembangan administrasi dan manajemen sebagai seni itu penting untuk

diketahui karena perkembangan teresebut selalu dipengaruhi oleh perkembangan

masyarakat yang dinamis.

Demikian pula sebaliknya, kedinamisan masyarakat dipengaruhi pula oleh dinamika

administasi. Secara historis perkembangan administrasi dan manajemen sebagai seni

itu didasarkan kepada pengetahuan manusia medern sekarang tentang kejadian-kejadian

dimasa lalu pada kebudayaan tertentu pula.

Perkembangan Administrasi dan Manajemen sebagai seni dapat di bagi menjadi tiga

Fase, yaitu :

1. Fase Pra sejarah yang berakhir pada tahun 1 Masehi.

2. Fase sejarah yang berakhir pada tahun 1886.

3. Fase Modern yang dimulai pada tahun l886 dan masih berlangsung hingga sekarang

ini.

1. Fase Pra Sejarah.

Bukti-bukti sejarah menunjukan dengan jelas bahwa pada Fase pra sejarah Administrasi

dan Manajemen sudah berkembang dengan baik. Meskipun mungkin secara tidak sadar

masyarakat purba telah melaksanakan sebahagian prinsip-prinsip administrasi dan

manajemen yang dikenal sekarang. Karena kebutuhan masyarakat yang dipuaskan

melalui penerapan prinsip-prinsip administrasi dan manajemen masih sangat sederhana,


maka pada umumnya sistem administrasi dan manajemen yang dipergunakan pun masih

sangat sederhana pula.

Zaman Mesopotomia, Pada zaman ini telah dijalankan sebahagian prisip-prinsip

administrasi dan manajemen yang diketahui oleh manusia sekarang terutama dibidang

pemerintahan, perdagangan, komunikasi dan pengangkutan. Zaman Babilonia, Administasi

pemerintahan, perdagangan, perhubungan dan penangkutan telah berkembang dengan baik

di zaman ini. Peradaban Babilonia telah berhasil membina suatu sistem

administrasi dibidang teknologi, terbukti dengan adanya taman tergantung yang sampai saat

ini belum dapat ditandingi oleh manusia modern.

Mesir Kuno, Agak bebeda dengan kedua zaman di atas, pengetahuan tentang

perkembangan administrasi dan manajemen pada zaman mesir kuno lebih banyak karena

peninggalan sejarahnya lebih banyak, juga tulisan Mesir kuno masih banyak dapat digali.

Tiongkok Kuno, Perkembangan Administrasi dan Manajemen pada zaman Tiongkok

kuno memberi pengetahuan kepada kita pengetahuan yang cukup banyak

tentang administrasi, perkembangan administrasi dan manajemen yang belum pernah terjadi

pada zaman sebelumnya ialah bahwa masyarakat dan pemerintahan Tiongkok kuno telah

berhasil menciptakan suatu sistem administrasi kepegawaian yang sangat baik, yang

diantaranya dikenal dengan "Undang-undang Dasar Chow" (The Constitution of

Chow) yang merupakan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh setiap pegawai negeri

yaitu :

1. Kejujuran

2. Kecakapan

3. Pengabdian kepada kepentingan umum

4. Pengetahuan yang mendalam tentang kondisi negara

5. Kemampuan untuk selalu sibuk


6. Produktif

Romawi kuno, Pemerintahan Romawi Kuno untuk pertama kalinya berhasil

memerintah daerah yang sangat luas yang meliputi seluruh bagian dunia yang telah mereka

ketahui pada waktu itu melalui apa yang sekarang dikenal dengan istilah "Sistem

approach". Tugas-tugas pemerintahan dibagi dalam departemen-departemen yang

disebut Magistrates yang dipimpin oleh seorang Magistrator. Disamping meng-administrasi

tugas-tugas pemerintahan, Romawi kuno juga berhasil mengembangkan administrasi Militer,

administrasi pajak, dan administrasi perhubungan melebihi dari zaman-zaman sebelumnya.

Yunani Kuno, Sumbangan terbesar dari Yunani Kuno yang sangat

mempengaruhi jalanya proses administrasi dan manajemen, ialah pengembangan konsep

demokrasi. Walaupun harus diakui bahwa konsep demokrasi yang dikembangkan dan

berlaku di Yunani kuno itu berbeda dengan konsep yang kini umum berlaku di dunia.

Yunani kuno telah berhasil menciptakan parlemen pertama di dunia yang pada waktu itu

disebut "Dewan Orang-orang Tua yang Bijaksana"

2. Fase Sejarah.

Gelapnya sejarah dunia pada umumnya selama 15 abad pertama dari sejarah dunia

modern, bidang administrasi dan manajemenpun turut mengalami kegelapan sehingga kita

tidak mengetahui banyak tentang perkembangan administrasi da manajemen dalam

kurun waktu 15 abad tersebut. Gereja Katholik Roma mempunyai pengaruh besar

terhadap perkembangan administrasi dan manajemen pada waktu itu, sususnan pola dasar

strukur organisasi yang diciptakan oleh gereja Katholik Roma ditiru oleh hampir semua

organisasi medern hinga sekarang, walau sudah banyak perkembangan lanjutan

sebagai akibat semakin komplek tata kehidupan organisasi modern.

Pada era ini ada tiga kelompok sarjana di Eropa yang terdapat di tiga negara yang

berbeda pada waktu hampir bersamaan mempunyai pandangan yang sama, inti tiori
mereka ialah "bahwa perekonomian dari pada suatu negara hanya akan bisa kuat

apabila kegiatan-kegiatan administrasi dan manajemen dilaksanakan dengan sebaiknya",

Ketiga kelompok tersebut ialah :

1. Kaum Kameralisten di Jerman dan Australia.

2. Kaum Merkatilizen di Inggris.

3. Kaum Fisiokraten di Prancis.

Orang mengira ketiga kelompok ini adalah ahli-ahli ekonomi, padahal sesungguhnya

mereka adalah pelopor manajemen ilmiah, akan tetapi manajemen ilmiah belum dikenal

pada waktu itu hingga mereka digolongkan ke dalam golongan ahli ekonomi.

3. Zaman Modern.

Setelah kita lihat analisis historis yang amat singkat di atas, Fase terakhir daripada

perkembangan administrasi clan manajemen adalah fase Modern yang dipelopori

oleh Frederick W. Tay/or, di Amerika Serikat, gerakan manajemen Ilmiah ini lahir pada

tahun 1886 Taylor mulai mengadakan penyelidikan-penyelidikan dalam rangka usahanya

mempertinggi efesiensi perusahaan clan meningkatkan produktifitas para pekerja. Taylor

melihat efesiensi perusahaan tidak terlalu tinggi clan produktifitasnya rendah, hingga

Taylor melakukan suatu study yang disebut dengan "Time and motion study" untuk

mempelajarai penggunaan waktu oleh kaum buruh clan serta gerakgerik mereka dalam

melaksanakan tugas, penyelidikan Taylor diUtamakan pada kaum buruh clan manajemen

tingkat bawahan.

Sementara Taylor sibuk dengan penyelidikanya, muncul pula di Perancis seorang ahli

pertambangan yang bernama Henri Fayol yang bekerja pada salah satu perusahaan tambag

yang terancam oleh kehancuran. Fayol mencari sebab kegagalan perusahaan itu dalam

mencapai tujuanya, ia menemukan suatu teori yang diberi nama ( General and Industri

al Administarsi ) yang diterjemahkan kedalam bahasa Inggris ( General and Industrial


managemen). clan ia terapkan sendiri di perusahaan tersebut sehingga ia berhasil

menyelamatkan perusahaan dari keruntuhan malah berhasil pula mengembangkanya.

Taylor yang menyoroti para pelaksana dan pimpinan tingkat rendah sementara

Fayol yang menyoroti golongan pimpinan tingkat atas dari suatu organisasi. Hasil pemikiran

kedua tokoh Administrasi dan Manajemen ini telah saling isi mengisi clan melengkapi

tanpa diketahui oleh satu sama lain, mereka memberikan sumbangan yang sangat besar

dalam meletakkan dasar.

b. PERKEMBANGAN ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN SEBAGAI ILMU

PENGETAHUAN.

Perkembangan administrasi dan manajemen sebagai salah satu cabang

ilmu pengetahuan, tepatnya ilmu pengetahuan sosial. Ilmu Pengetahuan ialah "Suatu obyek

illmiah yang memiliki sekelompok prinsip, dalil dan rumus yang melalui percobaan-

percobaan, yang sistematis dilakukan berulang kali telah teruji kebenaranya, prinsip-prinsip,

dalil-dalil dan rumus-rumus tersebut dapat diajarkan dan dipelajari".

Administrasi dan manajemen dipengaruhi oleh dinamika masyarakat, dan sebaliknya

administrasi dan manajemen pun mempengaruhi kedinamisan daripada masyarakat, baik

dalam statusnya sebagai seni maupun sebagai ilmu pengetahuan. Dengan kata lain

dapat dikatakan bahwa sesuatu ilmu pengetahuan lahir karena

masyarakat menghendakinya, masyarakat merasa adanya suatu kebutuhan untuk

ilmu pengetahuan itu. Karenanya untuk secara universal diakui sebagai

ilmu pengetahuan sesuatu obyek ilmiah itu harus diperjuangkan dan dikembangkan oleh para

pencintanya dengan gigih.

Ilmu administrasi tergolong kedalam ilmu sosial dan bisa dikatakan sebagai

cabang terbaru dari ilmu sosial, karena kemanfaatanya hanya ada bila prinsip-prinsip,

rumus-rumus dan dalil-dalilnya diterapkan untuk meningkatkan peri kehidupan manusia.


Jika ditinjau dari pentahapan perkembangan ilmu admistarsi dan manajemen, sejak

lahirnya hingga sekarang sudah melewati empat tahap, yaitu :

1. Tahap Survival (1888 s/d 1930)

2. Tahap Konsolidasi dan penyempurnaan (1930 s/d 1945)

3. Tahap Human Relations (1945 s/d 1956)

4. Tahap Behaviouralisme (1959 s/d sekarang)

1. Tahap Survival.

Tahap pertama (1886-1930), sebagai tahun lahirnya Ilmu Administrasi karena pada

tahun ini "Gerakan Manajemen Ilmiah" dimulai oleh Frederick Winslow Taylor. Dalam

waktu yang cukup panjang ini para ahli yang mensepesialisasikan dirinya dalam bidang

administrasi dan manajemen memperjuangkan untuk diakuinya Administrasi dan

Manajemen sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan.

6. Tahap Konsolidasi dan Penyempurnaan.

Tahap kedua (1930-1945), sebagai tahap konsolidasi dan penyempurnaan karena dalam

jangka waktu inilah prinsip-prinsip, rumus-rumus dan dalil-dalil Ilmu Administrasi dan

Manajemen lebih disempurnakan sehingga kebenaranya tidak dapat lagi dibantah.

7. Tahap Human Relations.

Tahap ke tiga (1945-1959), yang disebut tahap human relations, karena setelah

terciptanya prinsip-prinsip, rumus-rumus dlan dalil-dalil yang sudah teruji kebenaranya,

perhatian para ahli dan sarjana mulai beralih kepada faktor manusia serta hubungan

formal dan informal apa yang perlu diciptakan , dibina an di kembangkan oleh dan antar

manusia pada semua tingkatan organisasi demi terlaksananya kegiatan-kegiatan yang

harus dilaksanakan dalam suasana yang intim dan harmonis.


8. Tahap Behaviouralisme.

Tahap ke empat (1959 hingga sekarang), Pengertian terhadap semakin pentingnya

peranan manusia dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditentukan mengakibatkan

para ahli dan sarjana memusatkan penyelidikanya dalam masalah manusia kerja ini.

Karena pada hakekatnya tahap terakhir ini masih meruakan sorotan perhatian bukan lagi

manusianya sendiri sebagai mahluk hidup yang mempunyai martabat,

kepribadian, tujuan, cita-cita serta keinginan yang khas, akan tetapi sudah meningkat

pada penyelidikan tentang tindak-tanduk manusia dalam kehidupan berorganisasi dan

mengapa manusia itu bertindak sedemikian. Jika tindakan itu merugikan organisasi,

diselidiki bagaimana caranya agar tindakan yang merugikan itu dapat dirubah menjadi

tindakan yang menguntungkan organisasi, sebaliknya tindakan itu sudah

menguntungkan organisasi maka diselidiki pula cara-cara yang dapat ditempuh untuk

lebih meningkatkan kegiatan yang demikian demi tercapainya tujuan organisasi dengan

lebih efisien, ekonomis clan efek-tif.

C. Hubungan Ilmu Administrasi Dengan Ilmu Lainya.

Sebagai suatu Ilmu Pengetahuan, Administrasi dan Manajemen tidak terlepas dari

Ilmu-ilmu Sosial lainya. Secara subtansif dan taxonornis, terdapat kaitan yang erat antara

Ilmu Administrasi dengan Ilmu-ilmu yang lain. Adapun ilmu Sosial yang mempunyai

hubungan erat dengan ilmu administrasi ialah :

1. Ilmu Hukum, yaitu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari norma-norma dan

kaidah-kaidah yang hidup di dalam masyarakat . Kelangsungan hidup yang teratur serta

perkembangan yang dinamis dari administrasi hanya dapat di jamin apabila taat pada

hukum (tertulis atau tidak tertulis) yang berlaku.

2. Ilmu Ekonomi, suatu ilmu yang mempelajari kebutuhan manusia yang selalu tidak

terbatas dengan alat-alat pemuasan yang selalu terbatas.Administrasipun bergerak atas


prinsip yang sama, karena tujuan administrasi pada hakikatnya tidak terbatas sedangkan

sumbersumber yang tersedia selalu terbatas. Ditinjau dari tujuan dan alat, antara ilmu

ekonomi dan ilmu administrasi perbedaanya hanya dari segi objeknya aja.

3. Ilmu Po/itik, suatu ilmu yang mempelajari percaturan kekuatan dan kekuasaan dalam

masyarakat. Pada dasarnya administrasi adalah policy execution. Policy yang dimaksud di

sini adalah kebijaksanaan dari pihak penguasa yang dirumuskan sesuai dengan kondisi

politik yang dihadapi. Administrasi harus melekatkan dirinya kepada politik karena yang

satu merupakan kontinuasi dari yang lain.

4. Ilmu Sejarah, yang menyelidiki dari keseluruhan tindakan manusia dimasa yang

lalu. Parasarjana admnistrasi dan manajemen hanya akan berhasil melaksanakan tugasnya

apabila mereka mengetahuai sejarah secara mendalam guna menarik pelajaran dan

pengalaman masyarakat, bangsa dan pemerintahan yang lalu agar segi-segi positifnya

dapat lebih dikembangkan dan segi negatifnya tidak terulang lagi.

5. Ilmu Sosiolgi, yaitu ilmu yang mempelajari tata bermasyarakat yang sangat erat

hubunganya dengan kegiatan administrasi dan manajemen, baik masyarakat kecil dalam

lingkungan suatu organisasi maupun masyarakat sebagai keseluruhan.

6. Ilmu Antropologi, mempelajari tindak-tanduk individu dalam masyarakat, manusia

merupakan unsur terpenting dalam suatu organisasi dalam rangka usaha pencapaian tujuan,

hingga secara logis jelas adanya persamaan objek kedua ilmu pengetahuan ini

hanya metode analisanya saja yang berbeda.

7. Ilmu Ethnologi, Ilmu yang mempelajari sifat, kebudayaan clan adat istiadat sesuatu

bangsa perlu juga diketahui oleh ahli administrasi terutama mereka yang berkecimpung

dalam kegiatan internasional guna mempermudah menggerakkan mereka.


8. I/mu Psikologi, yaitu ilmu yang mempelajari jiwa seseorang. Seseorang bisa

digerakkan dengan baik bila administrator yang menjadi atasanya mengenal jiwa seseorang

tersebut.

9. Ilmu Statistik, Ilmu tentang data dan angka-angka, salah satu tugas dari administrator

dan atau manajer adalah mengambil keputusan yang tepat, praktis dan dapat dilaksanakan,

untuk memenuhi syarat-syarat keputusan yang demikian seorang administrator dan

atau manajer perlu memiliki data clan informasi yang lengkap, sementara pengumpulan,

pengolahan, dan penyimpanan data dan informasi yang demikian itu hanya dapat dilakukan

melaui statistik. Seorang administrator/manajer yang baik apabila ia memiliki paling sedikit

pengetahuan dasar tentang ilmu pengetahan di atas, karena seorang administrator dan manajer

memiliki pengetahuan dasar tentang ilmu-ilmu tersebut , ia akan mempunyai pandangan

yang luas terhadap masyarakat yang harus dilayani oleh administrasi, dan akan semakin

banyak sarana untuk memecahkan masalah yang dihadapi.


BAB VIII

PERBEDAAN-PERBEDAAN POKOK ANTARA ADMINISTRASI NEGARA DAN

ADMINISTRASI NIAGA

a. Perbedaan-Perbedaan Antara Administrasi Negara dan Administrasi Niaga

Sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan ilmu administrasi mempunyai sekelompok

prinsip-prinsip, rumus-rumus, dan dalil-dalil yang bersifat universal. Karena prinsip, rumus

dan dalil universal, maka pada hakikatnya tidak ada perbedaan hakiki alam penerapan

prinsip, rumus dan dalil itu dalam kegiatan sehari-hari. Dengan perkataan lain, prinsip,

rumus, dan dalil itu dalam kegiatan sehari-hari. Meskipun demikian, dalam perwujudan

nyata, terdapat perbedaan-perbedaan penerapan prinsip, rumus, dan dalil administrasi itu jika

diterapkan di bidang kenegaraan dibandingkan dengan jika diterapkan dalam bidang

keniagaan.

1. Faktor tujuan

a. Administrasi negara bertujuan untuk meningkatkan kemakmuran seluruh rakyat

karena terlepas dari sistem politik dan perekonomian yang dianut oleh suatu negara,

semua negara modern mengatakan bahwa negara itu adalah welfare state.

b. Administrasi niaga bertujuan untuk mengusahakan keabadian kelangsungan hidup

organisasi yang dimungkinkan oleh adanya akumulasi modal, penambahan investasi,

diversifikasi produk yang dihasilkkan, dan keuntungan yang lebih wajar.

2. Faktor motif

a. Administrasi negara dalam pelaksanaan kegiatannya bermotifkan pemberian service

yang seefisien, seekonomis, dan seefektif munkin kepada setiap warga negara yang

harus dilayaninya.
b. Administrasi niaga dalam operasinya bermotifkan keuntungan yang wajar atas modal

yang telah ditanam karena keuntungan yang wajar itu berarti bahwa :

1. Organisasi niaga itu berhasil memuaskan sebagian kebutuhan langganannya.

2. Berhasil memberikan dividen yang memuaskan kepada kaum pemilik modal

yang ditanam di dalam organisasi.

3. Memungkinkan reinvestasi modal demi perluasan usaha dan diversifikasi

produk, dan terpeenting.

4. Lebih menjamin kelangsungan hudup organisasi.

3. Sifat pelayanan

a. Administrasi negara dalam hal ini aparatur pemerintah berkewajiban melayani semua

warga negara dengan perlakuan yang sama karena warga negara itu di mata hukum

berkedudukan sama.

b. Administrasi niaga dalam pemberian pelayanannya sering membedakan sifat service

yang diberikan karena motif untuk mencari keuntungan itu.

4. Wilayah yuridiksi

a. Administrasi negara mempunyai wilayah kekuasaan yang sama luasnya dengan wilayah

kekuasaan negara.

b. Administrasi niaga, atau organisasi niaga dalam arti mikro, tidak mempunyai wilayah

kekuasaan.

5. Kekuasaan

a. Administrasi negara mmemperoleh kekuasaannya dari rakyat melalaui lembaga

perwakilan karena dalam suatu negara yang demokratis rakyatlah merupakan sumber

dari semua kekuasaan.

b. Administrasi niaga kalaupun dapat dikatakan mempunyai kekuasaan, kekuasaan itu

terletak pada besarnya modal, keterampilan teknis dan manajerial yang dimiliki, serta
kemampuan untuk memanfaatkan hasil-hasil kemajuan dibidang teknologi lebih dahulu

dari kompetitornya.

6. Orientasi politik

a. Administrasi negara dan seluruh aparat dan personilnya sebagai abdi dari rakyat

berorientasi politik netral.

b. Administrasi niaga menjalankan politik pilihannya secara memihak dan menganut

suatyu aliran yang dianggapnya akan membantu usaha-usahanya dalam mengabdikan

kehidupan organisasi.

7. Cara bekerja

a. Pada umumnya jalannya proses administrasi negara lebih lamban dibandingkan dengan

administrasi niaga.

b. Oleh karena dihadapkan kepada kompetisi yang sering sangat berat maka dalam proses

administrasi niaga kegiatan-kegiatannya lebih sering didasarkan kepada approach

programmatis daripada legalitas.

Ketujuh perbedaan-perbedaan diatas jelas menunjukan bahwa meskipun ilmu

administrasi telah memiliki prinsip-prinsip, rumus-rumus, dan dalil-dalil yang bersifat

universal, dan meskipun perbedaan-perbedaan yang prinsipil antara kedua bidang utama dari

administrasi tidak ada, terlihat adanya fakktor-faktor teknis yang membedakan sifat kedua

bidang tersebut.

b. Perbedaan-perbedaan Administrasi dan Manajemen Ilmiah dan yang Non Ilmiah

Dalam rangka pembahasan perbedaan-perbedaan antara administrasi negara dan

administrasi niaga, kiranya pada tempatnya pula apabila dibicarakan perbedaan-perbedaan

antara administrasi dan manajemen yang sudah bersifat keilmuan serta administrasi dan

manajemen yang nonilmiah.


Perbedaan-perbedaan antara administrasi dan manajemen yang ilmiah dan nonilmiah itu

ialah sebagai berikut :

1. Filsafat yang dianut

2. Pendekatan yang Dipergunakan

3. Metode kerja

4. Cara kerja
BAB IX

PERANAN KEPEMIMPINAN DALAM PROSES ADMINISTRASI DAN

MANAJEMEN

Pemimpin ialah setiap orang yang mempunyai bawahan. Tugas kepemimpinannya tidak

terutama ditentukan oleh tingkat keterampilan teknis (technical skills) yang dimilikinya akan

tetapi lebih banyak ditentukan oleh keahlian menggerakan orang lain untuk bekerja dengan

baik (managerial skills).

Dalam organisasi terdapat tiga tingkatan kelompok pemimpin, yakni :

1. Top managemen yang juga sering disebut dengan istilah “administrative management”.

2. Kelompok pemimpin tingkat menengah (middle management).

3. Kelompok pemimpin tingkat bawahan yang dikenal dengan istilah “lower managment”,

“supervisory managment”, “gang leader”, “mandur”, “prrational managemant”.

Pada tingkat apapun pemimpin bekerja selalu memerlukan dua macam keterampilan

(skills), yaitu :

1. Technical skills.

2. Managerial skills.

Dalam melaksanakan tugasnya dengan baik seorang pemimpin arus mempunyai cirri-

ciri sebagai berikut:

1. Memiliki kondisi yang sehat sesuai dengan tugasnya.

2. Berpengetahuan yang luas.

3. Mempunyai keyakinan bahwa organisasi ia pimpin akan berjalan dengan baik dan

mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

4. Mengetahui dengan jelas sifat hakikidan kompleksitas dan dari pada tujuan yang

hendak dicapai.
5. Memiliki stamina dan entusiasmeyam besar.

6. Gemar dan cepat mengambil keputusan.

7. Objektif dalam arti menguasai emosi dan lebih banyak mempergunakan rasio.

8. Adil dalam memperlakukan bawahan.

9. Menguasai prinsip-prinsip human relations (inti kepemimpinan).

10. Menguasai teknik-teknik komunikasi.

11. Dapat dan mampu bertindak sebagai penasehat, guru dan kepala terhadap bawahan

tergantung atas situasi dan masalah yang dihadapi.

12. Mempunyai gambaran menyeluruh tentang semua aspek kegiatan organisasi.

Para pemimpin dalam berbagai organisasi dapat digolongkan kepada lima golongan

yakni :

1. Tipe Otokratis

a. Menganggap sebuah organisasi milik pribadi

b. Mengidentikan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi

c. Menganggap bawahan sebagai alat semata-mata

d. Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat

e. Terlalu tergantung pada kekuasaan formaalnya

f. Dalam tindakan pergerankannya sering mempergunakan approach yang mengandung

unsur paksaan dan punitive (bersifat menghukum)

2. Tipe Militeristis

a. Dalam menggerakan bawahan system perintah yang lebih sering dipergunakan

b. Dalam menggerakan bawahan senang bergantung kepada pangkat dan jabatan

c. Senang dengan formalitas yang berlebih-lebihan

d. Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan

e. Sukar menerima kritik dari bawahannya


f. Menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan.

3. Tipe Paternalistis

a. Menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa

b. Bersifat overly protective

c. Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk berpendapat

d. Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk memgambil inisiatif

e. Sering bersikap maha tahu

4. Tipe Kharismatis

Bahwa pemimpin yang demikian mempunyai daya tarik yang amat besar dank arena

pada umumnya mempunyai pengikut yang jumlahnya sangat besar, meskipun para pengikut

itu sering pula tidak dapat menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin

tersebut.

5. Tipe Demokratis

a. Bertitik tolak bahwa sesungguhnya manusia itu adalah mahluk trmulia didunia

b. Selalu mendahulukan kepentingan dan tujuan organisasi

c. Senang menerima saran, pendapat dan kritik dari bawahannya

d. Selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan teamwork

e. Ikhlas memberi kebebasan

f. Selalu berusaha menjadikan bawahannya menjadi lebih sukses dari padanya

g. Berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin

Telah tergambar bahwa tipe pemimpin yang ideal adalah tipe demokratis tetapi untuk

menjadi seperti diatas sangat tidak mudah. Alangkah baiknya jika seorang pemimpin

berusaha untuk menjadi pemimpin yang demokratis.

Teori kepemimpinan telah dikemukakan dengan beberapa teori yang berbeda-beda,

akan tetapi sekarang terlihat tiga teori yang menonjol yakni :


1. Teori genetis

Leaders are bron and not made berarti bahwa para penganut teori ini mengetengahkan

pendapat yang mengetengahkan bahwa seorang pemimpin akan menjadi seorang pemimpin

karena ia telah dilahirka untuk menjadi seorang pemimpin. Tergolong pandangan yang

fatalistis dan deterministis.

2. Teori social

Teori ini mengetengahkan pendapat yang mengatakan setiap orang bisa jadi pemimpin

apabila diberikan pendidikan dan pengalaman yang cukup.

3. Teori ekologis

Seseorang akan menjadi pemimpin yang baik apabila waktu lahirnya telah memiliki

bkat-bakat mana kemudian dikembangkanmelalui pendidikan yang teratur dan pengalaman-

pengalaman yang memungkinkannya untuk mengembangkan lebih lanjut bakat-bakat yang

telah dimiliki itu.


BAB X

PENGAMBILAN KEPUTUSAN

A. Pengertian Pengambilan Keputusan

Pada hakikatnya pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis

terhadap suatu masalah yang dihadapi. Pengertian diatas menunjukan lebih jelas beberapa

hal, yaitu sebagai berikut:

1. Dalam prose pengambilan keputusan tidaka ada hal yang bterjadi secara kebetulan.

2. Pengabilan keputusan tidak dapat dilakukan secara "asal jadi" karena cara pendekatan

kepada pengambilam keputusan harus didasarkan kepada sistematika tetrtentu.

Sistematika tertentu itu perlu didasarkan kepada:

a. Kemapuan organisasi dalam arti tersedianya sumber-sumber materil yang dapat

dipergunakan untuk melaksanakan keputusan yang diambil.

b. Tenaga kerja yang tersedia serta kualifikasinya untuk melaksanakan keputusan;

c. Filsafat yang dianut oleh oragnisasi.

d. Situasi lingkungan internal dan eksternal yang menurut perhitungan akan

mempengaruhi roda administrasi dan manajemen dalam organisasi.

3. Bahwa sebelum suatu masalah dapat dipecahkan dengan baik, hakikat masalah itu

harus terlebih dahulu diketahui denagn jelas.

4. Bahwa pemecahan tidak dapat dilakukan dengan hanya mencari "ilham" dengan intuisi.

5. Bahawa keputusan yang diambil adalah keputusan yang dipilih dari berbagai alternatif

yang telah dianilisis secara matang.

6.

Kekuatan-Kekuatan yang Mempengaruhi Keputusan

Suatu keputusan diambil untuk dilaksanakan dalam rangka pencapaian tujuan yang

telah ditentukan.
a) Dinamika Individu

b) Dinamika Kelompok

c) Dinamika Lingkungan

B. Keterampilan Pribadi dalam Pengambilan Keputusan

1. Sebagai sumber informasi dan data.

2. Sebagai persiapan pelaksanaan

3. Sebagai "kritikus"

C. Sistem Imformasi dan Pengambilan Keputusan

1. Cara Mengevaluasi Fakta

Adanya suatu-termasuk adanya fakta ialah karena suatu itu mempunyai ciri-ciri tertentu,

seperti ciri-ciri fisik (beratnya, kondisinya, warnanya, umumnya, dan esesuatu itu dengan

suatu yang lain. Baik hubungan rill maupun hubungan potensial serta fungsi.

2. Cara mengevaluasi Ahli

Dalam menilai seorang ahli ada enam hal yang perlu diteliti, yaitu sebagai berikut.

a. Adanya kepastian tentang identitas dari ahli tersebut.

b. Jika sumber informasi tentang keahlian seseorang itu adalah pihak lain, perlu adanya

kepastian bahwa sumber informasi itu adalah ahli pula dalam bidang yang dibicarakan.

c. Mengadakan vertifikasi tentang informasi yang diperoleh dari sumber yang lebih luas

lagi.

d. Sumber informasi itu harus bebas dari perhitungan-perhitungan pribadi yang akan

menguntungkan dan bersangkutan.

e. Kapasitas kerjanya dimasa lalu daalam bidang yang sama seperti yang dihadapi

sekarang atau dalam bidang lain yang serupa.

f. Pandangannya tentang masalah yang dihadapi sekarang bagaimana?

3. Pembinaan dan Penggunaan Sistem Informasi Internal


Pembinaan suatu sistem informasi interen dalam suatu organisasi mencangkup empat

bidang kegiatan yaitu:

1. Pembuatan laporan.

2. Sirkulasi menyimpan data.

3. Penyimpanan.

4. Pengambilan kembali untuk digunakan.

A. Pembuatan Laporan

Sering banyak laporan yang tidak ada gunanya karena berbagai faktor seperti berikut:

1. Sistematika laporan yang tidak baik.

2. Terlalu banyak kata-kata yang dipergunakan (padahal lebih baik jika bagan, kurva dan

angka-angka yang tidak jelas.

3. Tujuan pembuatan laporan yang tiadak jelas

4. Data-data yang terdapat dalam laporan tidak up to date dan sebagainya.

Suatu laporan dikatakan tidak baik apabila laporan itu mempunyai gejala-gejala sebagai

berikut.

1. Laporan mengandung terlalu banyak informasi sehingga pimpinan organisasi masih

harus memilih informasi mana yang berguna baginya dalam pengambilan keputusan.

2. Meskipun banyak informasi yang diberikan, didalamnya tidak dapat data yang justru

sangat dibutuhkan oleh manajemen untuk mengambil keputusan pada saatnya.

3. Data-data yang terkandung dalam laporan tidak ada hubungannya dengan tujuan dan

bidang perhatian manajemen yang menunjukan bahwa laporan dibuat tanpa arah atau

dipihak pembuat laporan tidak ada pengertian tentang kebutuhan manajemen akan

informasi.

4. Data yang terdapat dalam laporan tidak ada hubungannya dengan dasar berbadingan

dan tujuan manajemen.


5. Data yang disuguhkan dengan cara yang baik, karena sistematika yang buruk.

6. Laporan semata-mata bersifat deskripsi tanpa analisis atau interpretasi.

7. Tidak ada integrasi antara laporan satu unit dengan laporan dari unit yang lain.

8. Laporan hanya mengandung hal-hal yang positif (untuk memberikan kesan bahwa

segala sesuatu berjalan dengan sesuatu berjalan lancar).

B. Sirkulasi Laporan

Beberapa pedoman yang dapat dipergunakan dalam menentukan sirkulasi laporan ialah

sebagai berikut.

1. Berikanlah laporan hanya kepada mereka yang karena tugasnya mutlak membaca

laporan tersebut.

2. Laporan diberikan kepada pihak-pihak yang menjadi sumber informasi yang dimuat

dalam laporan.

3. Laporan diberikan kepada mereka yang akan menjadi pelaksana keputusan yang akan

diambil.

4. Tergantung keputusan yang diambil.

C. Penyimpanan Informasi

Ditinjau dari segi kegunaan informasi bagi suatu organisasi, informasi dapat

digolongkan kepada empat golongan utama, yaitu:

1) Informasi yang perlu disimpan untuk selama-lamanya,

2) Informasi yang perlu disimpan untuk jangka panjang,

3) Informasi yang perlu disimpan sementara, dan

4) Informasi yang segera dapat dilupakan.

Tentunya syukur untuk mengadakan suatu pola umum tentang klasifikasi dari informasi

yang dikategorika kepada empat golongan di atas, karena klasifikasi itu sangat dipengaruhi

oleh berbagai faktor, antara lain segi berikut.


1. Tujuan eksistensi organisasi,

2. Dasar hukum pendirian organisasi,

3. Besar/kecilnya organisasi.

4. Sifat kegiatan yang dilakukan di dalam oleh organisasi.

5. Filsafat yang dianut oleh pimpinan organisasi,

6. Sifat sumber informasi yang digunakan oleh organisasi.

D. Pengambilan Informasi untuk Dipergunakan

Seperti telah berurang kali dikatakan, informasi hanya berguna apabila informasi itu

dapat dipergunakan sebagai bahan untuk mempermudah pengambilan keputusan. Disinah

terletak hubungan erat antara sistem penyimpanan informasi dan dengan teknik penelusuran

informasi itu. Dengan sistem penyimpanan yang baik, akan mudah diketahui dimana

tersimpannya suatu informasi.


BAB XI

ARTI DAN MAKNA DOKTRIN COMPLETED STAFF WORK DALAM

MANAJEMEN

A. Ciri-Ciri Organisasi Modern

Para ahli organisasi dan manajemen telah berusaha mengemukakan berbagai definisi

tentang organisasi dan manajemen. Banyaknya aneka ragam definisi tersebut sering

mengakibatkan kebingungan antara mereka yang ingin dan memang berusaha mendalami

prinsip-prinsi ornganisasi dan manajemen. Meskupun demikian sesungguhnya jika diadakan

penelaahan yang lebih mendalam, berbagai definisi yang beraneka ragam itu pada hakikatnya

sama saja, hanya istilah-istilah yang dipergunakan untuk merumuskan pembatasan-

pembatasan pengertian itulah yang berbeda-beda.

Seirama dengan semakin kompleknya kebutuhan manusia dewasa ini diperlukan pula

organisasi-organisasi yang bentuk, struktur, dan kegiatannya. Semakin rumit pula agar dapat

menunjukan kemampuannya untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan para anggotanya

yang semakin rumit itu. Denagan demikian, organisasi-organisasi modern pada umumnya

mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.

1. Bentuk dan strukturnya yang semakin kompleks

2. Semakin besarnya organisasi ditinjau dari segi jumlah tenaga yang dipekerjakan dan

biaya yang dipergunakan.

3. Semakin beraneka ragamnya sarana serta prasarana yang dipergunakan didalamnya,

4. Semakin cepatnya cara bekerja sebagai pengaruh langsung dari kemajuan-kemajuan

yang diperoleh dalam bidang ilmu pengetahuan dan bidang tekhnologi yang
mempengaruhi seluruh aspek organisasi seperti proses produksi, distribusi, pemasaran

dan administari.

5. Semakin terbatasnya sumber-sumber yang dapat digali dan dimanfaatkan.

6. Semakin perlunya penekanan kepada efisiensi.

7. Semakin meningkatnya kesadaran bahwa pada analisis terakhir faktor manusialah yang

akan paling menetukan berhasil tidaknya organisasi memcapai tujuannya.

B. Pentingnya Peranan Staf dalam Organisasi

Dimuka telah ditekankan bahwa dalam organisasi yang berbentuk line and staff terdapat

dua kelompok karyawan, yaitu disatu pihak terdapat mereka yang tugas utamanya adalah

melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat penerjemahan tugas pokok pada aktifitas,

sedangkan dipihak lain terdapat mereka yang tugasnya adalah untuk melakukan kegiatan-

kegiatan penunjang demi lancarnya jalan roda dan mekanisme organisasi.

Kenyataan yang demikian ini menuntut agar setiap keputusan yang diambil, terutama

oleh kelompok pimpinan tingkat tinggi, memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu, antara

lain sebagai berikut.

1) Keputusan yang diambil harus tepat,

2) Keputusan harus diambil dengan cepat,

3) Keputusan yang diambil harur peraktis,

4) Keputusan yang diambil harus mempermudah tercapainya tujuan organisasi

5) Keputusan yang diambil harus rasional.

C. Pentingnya Prinsip-Prinsip Completed Staff Work

1. Staff bertanggung jawab dalam setiap organisasi untuk mencari pemecahan terhadap

masalah-masalah yang dihadapi oleh organisasi dan tindakan pemecahan itulah

nantinya yang akan disetujui atau tidak disetujui oleh pimpinan organisasi dalam

bentuk suatu keputusan yang akan diambilnya.


2. Bahwa staff tidak seharusnya pergi kepada atasannya untuk menyatakan apa yang

harus dilakukan.

3. Bahwa mengirimkan memo yang bertumpuk kepada atasan tidak/belum completed

staff work .

4. Konsep-konsep yang diajukan kepada atasan harus sudah lengkap dan matang

sehingga atasan hanaya akan memutuskan menerima atau menolak konsep tersebut.

Doktrin completed staff work telah dikemukakan oleh seseoarang manajer yang baik

dalam satu organisasi yang berjalan dengan lancar. Di Indonesia pun doktrin completed staff

work perlu semaakin disadari dan diterapkan dalam suatu organisasi, apa pun orientasinya,

dimana pun ia bernaung dan siapa pun yang memimpinnya. Oleh karena itu, perlu mengutip

keseluryhan doktrin completed staff work tersebut dalam bahasa aslinya (Inggris) agar

semakin banyak orang yang mengtahui arti dan maknanya. Penerapan prinsip-prinsip doktrin

completed staff work yang secara singkat akan meningkatkan efisiensi kerja organisasi,

bagaimana pun strukturnya dan apa pun tujuannya yang hendak dicapainya.
BAB XII

PEMBINAAN HUBUNGAN-HUBUNGAN INTERNAL

DAN EKSTERNAL ORGANISASI

Kewajiban kelompok pimpinan dalam organisasi menciptakan serangkaian hubungan

antara orang-orang di dalam organisasi sendiri yang bersifat internal dan dengan pihak-pihak

luar oraganisasi dan bersifat ekternal.

Dalam administrasi hubungan internal itu diklasifikasikan sebagai human relations,

sedangkan hubungan yang bersifat eksternal itu disebut public relation.

A. Human Relations dalam Administrasion

Filsafat administrasi dan manajemen modern didasarkan atas dan berorientasi pada

manusia sebagai unsur yang terpenting. Human relations merupakan inti dari kepemimpinan

karena cara penggerakan bawahan sekarang ini memang didasarkan kepada pendapat bahwa

manusia adalah makhluk yang mempunyai martabat, perasaan, cita-cita, keinginan,

temperamen dan harapan-harapan yang bersifat khas.

Definisi human relations ialah “Keseluruhan hubungan baik yang formal maupun

informal yang perlu diciptakan dan dibina dalam suatu organisasi sedemikian rupa sehingga

tercipta suatu teamwork yang intim dan harmonis dalam rangkah pencapaian tujuan yang

telah ditentukan.

1. Prinsip-Prinsip Human Relations

Sepuluh prinsip pokok dari human relations :

a. Harus ada sinkornisasi antara tujuan organisasi dengan tujuan-tujuan individu di dalam

organisasi tersebut

b. Suasana kerja yang menyenangkan

c. Informalitas yang wajar dalam hubungan kerja


d. Manusia bawahan bukan mesin

e. Pengembangan kemampuan bawahan sampai tingkat yang maksimal

f. Pekerjaan yang menarik dan penuh tantangan

g. Pengakuan dan penghargaan atas pelaksanaan tugas dengan baik

h. Alat perlengkapan yang cukup

i. “The right man on the right place”. Setiap orang harus ditempatkan menurut keahlian

dan kecakapannya

j. Balas jasa harus setimpal dengan jasa yang diberikan

2. Kriteria Penerapan Prinsip-Prinsip Human Relations

Apabila seseorang handal meneliti apakah pimpinan organisasi menerapkan prinsip-

prinsip human relations dengan baik atau tidak, ia dapat menggunakan kriteria sebagai

berikut:

a. Ada atau tidaknya loyalitas para bawahan terhadap atasan

b. Ada atau tidaknya loyalitas para atasan terhadap bawahan

c. Ada atau tidaknya loyalitas para atasan terhadap sesama atasan

d. Ada atau tidaknya loyalitas para bawahan terhadap sesama bawahan

e. Ada atau tidaknya loyalitas para anggota kepada organisasi

f. Ada atau tidaknya kegairahan kerja

g. Sifat hubungan kerja kaku atau luwes, formal atau informal

h. Moral tinggi atau rendah

i. Disiplin tinggi atau rendah

j. Banyak penyelewengan atau tidak

Jelaslah bahwa human relations merupakan inti kepemimpinan. Betapa pentingnya

penerapan prinsip-prinsip human relations itu dalam rangka pencapaian tujuan dengan efisien

dan ekonomis.
B. Peranan Public Relations dalam Porses Administrasi

Public relations adalah “keseluruhan kegiatan yang dijalankan oleh suatu organisasi

terhadap pihak-pihak lain dalam rangka pembinaan pengertian dan memperoleh dukungan

pihak lain itu demi tercapainya tujuan organisasi dengan sebaik-baiknya”. Tujuan utama

public relations ialah memberikan gambaran yang sejelas-jelasnya dan sebaik-baiknya

kepada pihak lain itu mengenai semua segi aktivitas organisasi agar pihak-pihak lain

mempunyai gambaran yang tepat serta pengertian yang benar tentang organisasi sehingga

pihak-pihak itu dengan sukarela memberikan dukungan terhadap organisasi serta kegiatan-

kegiatannya.

Kegiatan-kegiatan public relations dapat digolongkan kepada dua golongan besar, yaitu

sebagai berikut :

1. Kegiatan-kegiatan public relations yang bersifat formal

2. Kegiatan-kegiatan public relations yang bersifat informal

1. Public Relations yang Formal

Kegiatan-kegiatan hubungan masyarakat yang sifatnya formal dijalankan oleh pimpinan

suatu organisasi. Pada hakikatnya kegiatan ini bersifat informasi kepada pihak luar tentang

berbagai aspek kegiatan organisasi.

2. Public Relations yang Informal

Jika kegiatan-kegiatan public relations hanya dibatasi pada kegiatan-kegiatan formal

saja, maka sangat disayangkan apakah masyarakat dan pihak-pihak luar memperoleh

gambaran yang setepat-tepatnya mengenai aktivitas-aktivitas organisasi. Karena itulah,

kegiatan public relations yang bersifat informal memegang pula peranan yang sangat penting.

3. Jenis-jenis Publik yang Dihadapi

Public Relations, ada dua kelompok masyarakat yang selalu dihadapi oleh suatu

organiasi. Yang pertama disebut special public; yang kedua disebut general public.
Special Public (masyarakat khusus) ialah orang-orang, badan-badan dan pihak-pihak

tertentu yang mempunyai hubungan erat dan kepentingan langsung dengan organisasi.

Termasuk kepada kelompok khusus ini adalah pemerintah, pelanggan dalam arti pembeli dan

supplier, distributor dan delers. General public ialah semua pihak yang tergolong kepada

kelompok khusus tersebut diatas

4. Syarat-Syarat Seorang Pejabat Public Relations

Ada syarat-syarat khusus yang perlu dimiliki oleh seorang pejabat yang diserahi tugas,

tanggung jawab, dan wewenang untuk menerima pendelegasian pelaksanaan kegiatan-

kegiatan public relations dari pimpinan organisasi dan melaksanakan sehari-hari. Syarat-

syarat itu antara lain sebagai berikut :

a. Mengetahui dengan jelas tujuan organisasi

b. Mengetahui dengan jelas kebijakan pimpinan organisasi

c. Mengetahui dengan jelas latar belekang perumusan kebijakan yang telah selesai

dirumuskan

d. Memahami dengan mendalami filsafat administrasi yang dianut oleh pimpinan

organisasi

e. Menguasai secara mendalam sistem, prosedur, dan metode kerja dari setiap unit kerja

dalam organisasi

f. Harus dapat berkomunikasi dengan pihak luar secara efektif, baik secara tertulis

maupun lisan

g. Harus sabar dan tabah menghadapi pihak luar, terutama pihak-pihak yang bersifat

antagonistis

h. Mempunyai kepribadian yang menarik

Untuk mempermudah proses pencapaian tujuan, hubungan-hubungan yang bersifat

internal maupun yang bersifat eksternal harus diciptakan, dikembangkan, dan dibinda.
Kegagalan menciptakan, mengembangkan, dan membina kedua macam hubungan itu lambat

atau cepat dapat berakibat pada kegagalan pimpinan organisasi untuk mencapai tujuan yang

telah ditentukan.
BAB XIII

FUNGSI-FUNGSI ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN

Administrasi berfungsi untuk menentukan tujuan organisasi dan merumuskan kebijakan

umum, sedangkan manajemen berfungsi untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang perlu

dilaksanakan dalam rangka pencapaian tujuan dalam batas-batas kebijakan umum yang telah

dirumuskan. Perbedaannya adalah tingkat administrasi fungsi-fungsi itu bersifat menyeluruh

dan berlaku bagi seluruh organisasi, pada tingkat manajemen fungsi-fungsi itu bersifat

departemental atau sektoral.

Ada empat faktor yang menyebabkan timbulnya perbedaan-perbedaan yang tidak

fundamental. Faktor-faktor tersebut ialah :

1. Kondisi masyarakat serta taraf kemajuannya dalam suasana para sarjana tertentu

menulis.

2. Filsafat hidup yang dianut oleh sarjana yang bersangkutan.

3. Latar belakang pendidikan.

4. Perkembangan ilmu itu sendiri.

A. Klasifikasi Pokok Fungsi-fungsi Administrasi dan Manajemen

Ada dua klasifikasi fungsi administrasi dan manajemen, yaitu :

1. Fungsi Organik.

2. Fungsi pelengkap.

1. Fungsi Organik

Adalah semua fungsi yang mutlak harus dijalankan oleh administrasi dan manajemen.

Ketidakmampuan untuk menjalankan fungsi-fungsi itu akan mengakibatkan-lambat atau

cepat-matinya organisasi.

2. Fungsi Pelengkap
Adalah fungsi yang tidak mutlak dijalankan oleh organisasi, sebaiknya dilaksanakan

juga dengan baik karena pelaksanaan fungsi-fungsi itu akan meningkatkan efesiensi dalam

pelaksanaan kegiatan, memperlancar usaha pencapaian tujuan dengan efisien, ekonomis dan

efektif.

B. Beberapa Contoh Teori Fungsi-Fungsi Administrasi dan Manajemen

Beberapa contoh dan berbagai teori yang telah dikemukakan :

1. Henry Fayol, dalam bukunya berjudul General and Industrial Management. Fayol

berpendapat bahwa fungsi administrasi dan manajemen itu ialah :

a. Planning (perencanaan),

b. Organizing (pengorganisasian),

c. Commanding (pemberian komando),

d. Coordinating (pengkoordinasian),

e. Controling (pengawasan).

Fayol berpendapat bahwa fungsi terpenting dari rangkaian diatas adalah Commanding.

2. Luther M. Gulick, karyanya Papers on the Science of Administration. Mengatakan

bahwa fungsi-fungsi organik administrasi dan manajemen adalah :

a. Planning (perencanaan),

b. Organizing (pengorganisasian),

c. Staffing (pengadaan tenaga kerja),

d. Directing (pemberian bimbingan),

e. Coordinating (pengkoordinasian),

f. Reporting (pelaporan),

g. Budgeting (penganggaran).

Menurutnya yang paling terpenting adalah Directing.

3. John D.Millet ,bukunya berjudul Management in the public service.


Mengklasifikasikan bahwa fungsi organik administrasi dan manajemen itu hanya dua

golongan, yaitu Directing dan Facillitating.

4. Harold Koonts dan Cyrill O’Donnel, dalam bukunya Priciples of Management.

Mengklasifikasikan fungsi-fungsi manajemen :

a. Planning (perencanaan),

b. Organizing (pengorganisasian),

c. Staffing (pengadaan tenaga kerja),

d. Directing (pemberian bimbingan),

e. Controlling (pengawasan).

Yang terpenting menurut mereka adalah Directing.

5. George R. Terry, bukunya berjudul Principles of Management.

Terry, mengklasifikasikan fungsi-fungsi manajemen itu sebagai :

a. Planning (perencanaan),

b. Organizing (pengorganisasian),

c. Actuating (penggerakkan),

d. Controlling (pengawasan).

Terry mempergunakan Actuating sebagai yang terpenting.

6. John F. Mee, Profesor Mee adalah guru besar dalam ilmu manajemen di Universitas

Indiana.

Mee, mengatakan bahwa fungsi manajemen adalah :

a. Planning (perencanaan),

b. Organizing (pengorganisasian),

c. Motivating (pemberian motivasi),

d. Controlling (pengawasan).

Mee, berpendapat bahwa Motivating lebih penting.


RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER GANJIL 2020/2021

PELAKSANA AKADEMIK MATAKULIAH UMUM (PAMU)

UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR

Mata Kuliah : Filsafat Administrasi Kode M

: - Bobot M

Dosen Pengampu : Dr. H. Aras Solong, M.Si Kode D

Alokasi Waktu : Tatap muka 14 x 135 menit, termasuk belajar mandiri, dan online

Capaian Pembelajaran : 1. Mahasiswa mampu memahami hakekat Filsafat Administrasi dan men
karya tulis ilmiah.
2. Mahasiswa mampu memahami konsep logika deduktif maupun induk
cara berpikir logis dan ilmiah
3

SESI KEMAMPUAN MATERI Metode dan Bentuk SUMBER


Pembelajaran
AKHIR PEMBELAJARAN PEMBELAJARAN

1 Mahasiswa mampu Pengantar : 1. Metoda 1. Kattshoff, Louis O., Penganta


menguraikan contextual Filsafat, (Jogyakarta : Tiara
Kontrak
pengertian Filsafat instruction Wacana, 1996), pp. 3-7
pembelajaran, 2. Media : Luring: 2. Suriasumantri, Jujun S., Filsaf
Ilmu
pengertian kelas, komputer, Ilmu, Sebuah Pengantar Pop
Filsafat dan LCD, whiteboard, (Jakarta : Pustaka Sinar Hara
bidang kajian web 2000), pp. 19-36
Filsafat Ilmu 3. Media: Daring:
Zoom,
Classroom, dan
WhatsApp
2 Mahasiswa mampu Ontology: 1. Media : contextual 1. Kattshoff, Louis O., Penganta
menguraikan instruction Filsafat, (Jogyakarta : Tiara
Pengertian
pengertian ontology, 2. Media : Luring: Wacana, 1996), pp. 195-207
ontology, kelas, komputer, 2. Suriasumantri, Jujun S., Filsaf
yang ada, yang nyata,
metafisika, ”yang LCD, whiteboard, Ilmu, Sebuah Pengantar Popu
esensi dan substansi
ada” , “yang web (Jakarta : Pustaka Sinar Harap
segala sesuatu
nyata” , esensi 3. Media: Daring: 2000), pp. 63-71
dan substansi Zoom, Classroom,
dan WhatsApp
SESI KEMAMPUAN MATERI Metode dan Bentuk SUMBER
Pembelajaran
AKHIR PEMBELAJARAN PEMBELAJARAN

3 Mahasiswa mampu Epistemology : 1. Metoda : 1. Kattsoff, Louis O., Pengantar


menguraikan cara Cara contextual Filsafat, (Jogyakarta : Tiara
mendapatkan mendapatkan instruction Wacana, 1996), pp. 135-150
pengetahuan yang pengetahuan 2. Media : Luring: 2. Suriasumantri, Jujun S., Filsaf
benar dan llmiah dengan mitos, kelas, komputer, Ilmu, Sebuah Pengantar Popu
LCD, whiteboard, (Jakarta : Pustaka Sinar Harap
common sense,
web 2000), pp. 101-118
empiris, rasio dan
3. Media: Daring:
metoda ilmiah
Zoom,
Classroom, dan
WhatsApp

4 Mahasiswa mampu Epistemology : 1. Metoda : 1. Kattsoff, Louis O., Pengantar


langkah-langkah contextual Filsafat, (Jogyakarta : Tiara
Merumuskan
untuk mengajukan instruction Wacana, 1996), pp. 135-150
masalah 2. Media : : kelas, 2. Suriasumantri, Jujun S., Filsa
masalah sebagai
langkah awal untuk komputer, LCD, Ilmu, Sebuah Pengantar Pop
whiteboard, web (Jakarta : Pustaka Sinar Hara
mendapatkan
3. Media: Daring: 2000), pp. 119-161
pengetahuan yang
Zoom,
benar
Classroom, dan
WhatsApp

5 Mahasiswa mampu Epistemology : 1. Media : contextual 1. Kattshoff, Louis O., Penganta


mengumpulkan teori instruction Filsafat, (Jogyakarta : Tiara
Menyusun
menggunakan 2. Media : : kelas, Wacana, 1996), pp. 135-150
kerangka teori komputer, LCD, 2. Suriasumantri, Jujun S., Filsa
berbagai sumber teori
dan sumber teori whiteboard, web, Ilmu, Sebuah Pengantar Pop
dalam rangka
3. Media: Daring: (Jakarta : Pustaka Sinar Hara
menyusun kerangka
Zoom, Classroom, 2000), pp. 141-161
teori dan konsep
dan WhatsApp
SESI KEMAMPUAN MATERI Metode dan Bentuk SUMBER
Pembelajaran
AKHIR PEMBELAJARAN PEMBELAJARAN

6 Mahasiswa mampu Epistemology: 1. Media problem 1. Kattshoff, Louis O., Penganta


merumuskan hipotesis base learning Filsafat, (Jogyakarta : Tiara
Merumuskan
dan kesimpulan sesuai 2. Media : kelas, Wacana, 1996), pp. 135-150
hipotesis, menguji komputer, LCD, 2. Suriasumantri, Jujun S., Filsa
dengan kerangka teori
hipotesis dan whiteboard, web Ilmu, Sebuah Pengantar Pop
dan konsep untuk
menarik 3. Media: Daring: (Jakarta : Pustaka Sinar Hara
mendapatkan
kesimpulan Zoom, 2000), pp. 141-161
jawaban teoritis
Classroom, dan
terhadap masalah
WhatsApp

7 Mahasiswa mampu Axiology : 1. Metoda :: 1. Kattsoff, Louis O., Pengantar


menjelaskan hakekat contextual Filsafat, (Jogyakarta : Tiara
Hakekat nilai ;
nilai dan nilai-nilai instruction Wacana, 1996), pp. 325-337
nilai ilmu sosial, 2. Media : kelas, 2. Suriasumantri, Jujun S., Filsa
yang berlaku dalam
nilai ilmu alam komputer, LCD, Ilmu, Sebuah Pengantar Pop
khasanah ilmu
dan perbedaan whiteboard, web (Jakarta : Pustaka Sinar Hara
pengetahuan alam
keduanya 3. Media: Daring: 2000), pp. 229-2452
dan sosial
Zoom,
Classroom, dan
WhatsApp
8 Mahasiswa mampu Logika : 1. Metoda : 1. Soekadijo, RG, Logika Dasar,
menjelaskan hakekat contextual Tradisional, Simbolik, Indukti
Logika sebagai
logika sebagai ilmu instruction (Jakarta : PT. Gramedia Pusta
ilmu dan metoda 2. Media : kelas, 1994), pp. 3-9
untuk mendapatkan
pengetahuan dan komputer, LCD, 2. Poedjawijatna, IR., Logika Fils
whiteboard, web Berpikir, (Jakarta : Bina Aksar
metoda untuk
3. Media: Daring: 1990), p. 27-28
meneliti penalaran
Zoom,
Classroom, dan
WhatsApp
9 Mahasiswa mampu Logika : 1. Metoda : 1. Soekadijo, RG, Logika Dasa
membuat penalaran contextual Tradisional, Simbolik, Induk
Pengertian
dengan berbagai instruction (Jakarta : PT. Gramedia Pus
penalaran, dan 2. Media : kelas, 1994), pp. 25-37
bentuk dan
jenis-jenis komputer, LCD, 2. Poedjawijatna, IR., Logika
menggunakan
penalaran whiteboard, web Filsafat Berpikir, (Jakarta : B
berbagai sumber
3. Media: Daring: Aksara, 1990), pp. 75-87
pengetahuan
Zoom,
Classroom, dan
WhatsApp

SESI KEMAMPUAN MATERI Metode dan Bentuk SUMBER


Pembelajaran
AKHIR PEMBELAJARAN PEMBELAJARAN

10 Mahasiswa mampu Deduksi : 1. Metoda : 1. Soekadijo, RG, Logika Dasar,


menguraikan contextual Tradisional, Simbolik, Induk
Susunan premis,
pengertian, susunan instruction (Jakarta : PT. Gramedia Pus
struktur proposisi 2. Media : kelas, 1994), pp. 40-54
premis, struktur
dan relasi-relasi komputer, LCD, 2. Suriasumantri, Jujun S., Filsaf
proposisi dan relasi-
silogisme whiteboard, web Ilmu, Sebuah Pengantar
relasi dalam sebuah
3. Media: Daring: Populer, (Jakarta : Pustaka
deduksi atau
Zoom, Classroom, Harapan, 2000), p. 27-28
silogisme
dan WhatsApp

11 Mahasiswa mampu Induksi : 1. Metoda : 1. Soekadijo, RG, Logika Dasa


menguraikan contextual Tradisional, Simbolik, Induk
Pengertian
pengertian, sifat, instruction (Jakarta : PT. Gramedia Pus
induksi, sifat dan 2. Media : kelas, 1994), pp. 131-134
faktor-faktor
faktor-faktor komputer, LCD, 2. Suriasumantri, Jujun S., Fils
penalaran induktif
probabilitas whiteboard, web Ilmu, Sebuah Pengantar
dalam induksi 3. Media: Daring: Populer, (Jakarta : Pustaka
Zoom, Harapan, 2000), p. 32-33
Classroom, dan
WhatsApp
12 Mahasiswa mampu Induksi : 1. Metoda : 1. Soekadijo, RG, Logika Dasar,
menggunakan contextual Tradisional, Simbolik, Induk
Hubungan
metoda untuk instruction (Jakarta : PT. Gramedia Pus
intrinsik dan 2. Media : kelas, 1994), pp. 139-157
menentukan
metoda dalam komputer, LCD, 2. Suriasumantri, Jujun S., Filsaf
hubungan intrinsik
induksi whiteboard, web Ilmu, Sebuah Pengantar
dalam penarikan
3. Media: Daring: Populer, (Jakarta : Pustaka
kesimpulan induktif
Zoom, Harapan, 2000), p. 32-33
Classroom, dan
WhatsApp
SESI KEMAMPUAN MATERI Metode dan Bentuk SUMBER
Pembelajaran
AKHIR PEMBELAJARAN PEMBELAJARAN

13 Mahasiswa mampu Deduksi : 1. Metoda :  Suriasumantri, Jujun S., Fils


memaparkan resume cooperative Ilmu, Sebuah Pengantar
Matematika
tentang matematika learning dan Populer, (Jakarta : Pustaka
sebagai sarana small group Harapan, 2000), pp. 189-21
sebagai sarana
berpikir deduktif discussion
berpikir deduktif
2. Media : kelas,
komputer, LCD,
whiteboard, web
3. Media: Daring:
Zoom,
Classroom, dan
WhatsApp

14 Mahasiswa mampu Induksi : 1. Metoda  Suriasumantri, Jujun S., Fils


memaparkan resume cooperative Ilmu, Sebuah Pengantar
Statistika sebagai
tentang statistika learning dan Populer, (Jakarta : Pustaka
sarana berpikir small group Harapan, 2000), pp. 211-22
sebagai sarana
induktif discussion
berpikir deduktif
2. Media : kelas,
komputer, LCD,
whiteboard, web
3. Media: Daring:
Zoom,
Classroom, dan
WhatsApp
EVALUASI PEMBELAJARAN

SESI PROSE- BEN- SEKOR > 77 SEKOR > 65 SEKOR > 60 SEKOR > 45
DUR TUK
( A / A-) (B- / B / B+ ) (C / C+ ) (D)

1 Pretest Tes Menguraikan Menguraikan Menguraikan Menguraikan T


test tulisan pengertian filsafat pengertian pengertian pengertian m
(UTS) dan filsafat ilmu filsafat ilmu dan filsafat ilmu filsafat ilmu p
serta bidang kajian bidang kajian dengan benar kurang tetap f
filsafat ilmu dengan filsafat ilmu
benar dengan benar

2 Pre test Tes Menguraikan Menguraikan Menguraikan Menguraikan T


dan post tulisan pengertian ontology, pengertian pengertian pengertian m
test (UTS) ”yang ada”, ”yang ”yang nyata”, esensi dan ontology p
nyata”, esensi dan esensi dan substansi kurang benar o
substansi dengan substansi dengan benar d
benar dan lengkap. dengan benar

3 Pre test, Tes Menguraikan cara Menguraikan Menguraikan Menguraikan T


progress tulisan mendapatkan cara cara cara m
test dan (UTS) pengetahuan mendapatkan mendapatkan mendapatkan c
post test dengan metoda pengetahuan pengetahuan pengetahuan m
ilmiah disertai dengan metoda dengan secara tidak p
kelebihannya ilmiah secara empiris atau ilmiah
dibandingkan tepat rasio berikut -
dengan cara lainnya kelemahannya
secara tepat secara tepat

4 Post test Tes Merumuskan Merumuskan Merumuskan Merumuskan T


tulisan masalah bersifat masalah yang masalah masalah tidak m
(UTS) korelatif interogatif korelatif bersifat bersifat c
dengan beberapa interogatif korelatif korelatif m
cara dengan salah interogatif interogatif p
satu cara

SESI PROSE- BEN- SEKOR > 77 SEKOR > 65 SEKOR > 60 SEKOR > 45
DUR TUK
( A / A-) (B- / B / B+ ) (C / C+ ) (D)

5 Post test Tes Menyusun kerangka Menyusun Merumuskan Merumuskan T


tulisan teori menggunakan kerangka teori cara cara m
(UAS) sumber teori yang menggunakan menuliskan menuliskan c
berasal dari minimal sumber teori sumber teori sumber teori m
3 sumber teori yang yang berasal 1 yang berasal dari minimal 3 s
berbeda dengan sumber teori dari minimal 3 sumber teori
benar yang berbeda sumber teori yang berbeda
dengan benar yang berbeda secara kurang
dengan benar tepat

6 Post test Tes Merumuskan Merumuskan Merumuskan Merumuskan T


tulisan hipotesis yang hipotesis yang hipotesis yang hipotesis yang m
(UTS) mengandung sesuai dengan sesuai dengan tidak sesuai h
variabel, dan rumusan rumusan dengan
memudahkan dalam masalah serta masalah rumusan
pengujian dan penyusunan masalah serta
penarikan kerangka teori penyusunan
kesimpulan, dan konsep. kerangka teori
dilengkapi rumusan dan konsep.
masalah, kerangka
teori dan konsep
yang tepat

7 Post test Tes Menjelaskan nilai- Menjelaskan Menjelaskan Menjelaskan T


tulisan nilai ilmu perbedaan nilai nilai-nilai ilmu nilai ilmu alam m
(UTS) pengetahuan alam ilmu alam pengetahuan atau ilmu n
maupun ilmu dengan ilmu alam atau ilmu sosial tidak m
pengetahuan sosial sosial dengan pengetahuan tepat s
dan perbedaan benar sosial dengan
keduanya dengan benar
benar

SESI PROSE- BEN- SEKOR > 77 SEKOR > 65 SEKOR > 60 SEKOR > 45
DUR TUK
( A / A-) (B- / B / B+ ) (C / C+ ) (D)

8 Post test Tes Menjelaskan hakekat Membuat Menjelaskan Menjelaskan T


lisan logika sebagai ilmu contoh-contoh hakekat logika hakekat logika m
dan logika sebagai pernyataan sebagai ilmu sebagai ilmu h
metoda, disertai logika sebagai dan logika dan logika s
dengan contoh- ilmu dan logika sebagai sebagai d
contoh yang benar. sebagai metoda metoda secara metoda tidak s
secara tepat. tepat tepat m
9 Progress Tes Membuat contoh Membuat Membuat Membuat T
test dan lisan penalaran langsung, contoh salah satu contoh m
post test dan deduktif dan induktif penalaran contoh penalaran p
demon dengan benar. deduktif dan penalaran yang tidak
stasi induktif dengan dengan benar. tepat
(Diguna benar
kan
sebagai
nilai
bonus)

10 Post test Tes Membuat susunan Membuat Membuat Membuat T


lisan premis, struktur susunan premis susunan susunan p
proposisi dan relasi- dan struktur premis atau premis atau m
relasi silogisme proposisi struktur proposisi tidak s
dengan benar. dengan benar. proposisi benar. p
dengan benar

SESI PROSE- BEN- SEKOR > 77 SEKOR > 65 SEKOR > 60 SEKOR > 45
DUR TUK
( A / A-) (B- / B / B+ ) (C / C+ ) (D)

11 Post test Tes Menguraikan Menguraikan Menguraikan Menguraikan T


lisan pengertian, sifat, dan sifat dan faktor- pengertian pengertian m
faktor-faktor faktor induksi dengan induksi tidak p
probabilitas dalam probabilitas benar tepat i
induksi dengan dalam induksi
benar. dengan benar
12 Post test Tes Menjelaskan semua Menjelaskan 2 Menjelaskan 1 Menjelaskan T
lisan metoda yang metoda yang metoda yang metoda yang m
dipergunakan dalam dipergunakan dipergunakan dipergunakan p
menentukan dalam dalam dalam m
hubungan intrinsik menentukan menentukan menentukan i
pada penarikan hubungan hubungan hubungan
kesimpulan secara intrinsik pada intrinsik pada intrinsik pada
induktif secara benar penarikan penarikan penarikan
kesimpulan kesimpulan kesimpulan
secara induktif secara induktif induktif secara
secara benar. secara benar tidak benar

13 Post test Tes Membuat resume Membuat Memaparkan Membuat T


tulisan dan memaparkan resume resume resume m
(Tugas) resume tentang sekaligus tentang tentang r
matematika sebagai memaparkan matematika matematika t
sarana berpikir resume tentang sebagai sarana sebagai sarana m
deduktif secara matematika berpikir berpikir s
benar dan aktif sebagai sarana deduktif deduktif b
berpikir namun tidak d
deduktif dipaparkan

SESI PROSE- BEN- SEKOR > 77 SEKOR > 65 SEKOR > 60 SEKOR > 45
DUR TUK
( A / A-) (B- / B / B+ ) (C / C+ ) (D)

14 Post test Tes Membuat resume Membuat Memaparkan Membuat T


tulisan dan memaparkan resume resume resume m
(Tugas) resume tentang sekaligus tentang tentang r
statistika sebagai memaparkan statistika statistika t
sarana berpikir resume tentang sebagai sarana sebagai sarana s
induktif secara benar statistika berpikir berpikir s
dan aktif. sebagai sarana induktif induktif namun b
berpikir induktif tidak i
dipaparkan

Komponen penilaian :

1. Kehadiran = 20 %
2. Tugas = 20 %
3. UTS = 30 %
4. UAS = 30 %

Makassar,
2020

Dosen
Pengampu,

Dr. H.
Aras Solong, M.Si

NIDN:
0014086210
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PRODI ADMINISTRASI PUBLIK
UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR
Mata Kuliah : Filsafat Administrasi
Tugas Kelompok I : Membuat Makalah
Peserta : Mahasiswa Smester Ganjil Kls Reguler/Non Reguler
Judul : Menguraikan pengertian Filsafat Administrasi
Pokok Bahasan : 1. Pengertian Filsafat Administrasi berdasarkan sudut
pandang Ontology
2. Pengertian Filsafat Administrasi berdasarkan sudut
pandang Efistemology
3. Pengertian Filsafat Administrasi berdasarkan sudut
pandang Axiology
Batas Penyetoran Tugas : Pertemuan ke 10
Persyaratan Tulisan :
1. Makalah ini dibuat minimal 15 halaman, diketik dengan spasi 1,5 (satu koma
lima), dengan menggunakan huruf Times New Roman 12 (duabelas) dengan
margin tulisan samping kiri dan atas: 4-4 sedangkan samping kanan dan bawah:
3-3.
2. Struktur tulisan makalah dimulai Halaman Judul, Nama anggota kelompok,
Kata Pengantar, Daftar Isi, Daftar tabel/gambar (kalau ada) sedangkan isi
makalah terdiri dari:
A. RINGKASAN TULISAN
B. BAB I. PENDAHULUAN
C. BABII. LATAR BELAKANG
D. BAB III. POKOK BAHASAN
E. BAB IV. PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
3. Selanjutnya, sampul makalah pada bagian atas ditulis Judul Makalah kemudian
dibawahnya Logo UIM, kemudian nama anggota kelompok, dan paling bawah
ditulis Program Studi, Fakulfas, Tahun Ajaran 2020/2021 Universitas Islam
Makassar dikirim ke email arassolong@gmail.com atau WhotsApp
085299254380
4. Kriteria Penilaian
a. Ringkasan tulisan, memuat gambaran umum isi makalah (20%)
b. Estetika dan struktur penulisan yang dilengkapi dengan grafik, gambar-
gambar dan foto dokumen lainnya (30%)
c. Kesesuaian isi makalah dengan pokok bahasan (30%)
d. Sumber rujukan dalam kutipan Daftar Pustaka (20%)
5. Daftar Rujukan: 1. Makmur, 2015. Filsafat Administrasi. Bumi Aksara. Jakarta
2. SP Siagian, 2011. Filsafat Administrasi. Bumi Aksara.
Jakarta
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PRODI ADMINISTRASI PUBLIK
UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR
Mata Kuliah : Filsafat Administrasi
Tugas Kelompok II : Membuat Makalah
Peserta : Mahasiswa Smester Ganjil Kls Reguler/Non Reguler
Judul : Hakekat logika sebagai ilmu untuk mendapatkan
pengetahuan dan metoda untuk meneliti penalaran
Pokok Bahasan : 1. Pengertian Logika dan metoda berpikir
2. Pengertian Penalaran
3. Menguraikan jenis-jenis penalaran

Batas Penyetoran Tugas : Pertemuan ke 10


Persyaratan Tulisan :
1. Makalah ini dibuat minimal 15 halaman, diketik dengan spasi 1,5 (satu koma
lima), dengan menggunakan huruf Times New Roman 12 (duabelas) dengan
margin tulisan samping kiri dan atas: 4-4 sedangkan samping kanan dan bawah:
3-3.
2. Struktur tulisan makalah dimulai Halaman Judul, Nama anggota kelompok,
Kata Pengantar, Daftar Isi, Daftar tabel/gambar (kalau ada) sedangkan isi
makalah terdiri dari:
A. RINGKASAN TULISAN
B. BAB I. PENDAHULUAN
C. BABII. LATAR BELAKANG
D. BAB III. POKOK BAHASAN
E. BAB IV. PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
3. Selanjutnya, sampul makalah pada bagian atas ditulis Judul Makalah kemudian
dibawahnya Logo UIM, kemudian nama anggota kelompok, dan paling bawah
ditulis Program Studi, Fakulfas, Tahun Ajaran 2020/2021 Universitas Islam
Makassar dikirim ke email arassolong@gmail.com atau WhotsApp
085299254380
4. Kriteria Penilaian
a. Ringkasan tulisan, memuat gambaran umum isi makalah (20%)
b. Estetika dan struktur penulisan yang dilengkapi dengan grafik, gambar-
gambar dan foto dokumen lainnya (30%)
c. Kesesuaian isi makalah dengan pokok bahasan (30%)
d. Sumber rujukan dalam kutipan Daftar Pustaka (20%)
5. Daftar Rujukan: 1. Makmur, 2015. Filsafat Administrasi. Bumi Aksara. Jakarta
2. SP Siagian, 2011. Filsafat Administrasi. Bumi Aksara.
Jakarta
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PRODI ADMINISTRASI PUBLIK
UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR
Mata Kuliah : Filsafat Administrasi
Tugas Kelompok III : Membuat Makalah
Peserta : Mahasiswa Smester Ganjil Kls Reguler/Non Reguler
Judul : Konsep dan paradigma menurut tinjauan filsafat
Pokok Bahasan : 1. Pengertian Konsep
2. Pengertian Paradigma
3. Menguraikan perbedaan konsep dan paradigma
menurut tinjauan filsafat

Batas Penyetoran Tugas : Pertemuan ke 10


Persyaratan Tulisan :
1. Makalah ini dibuat minimal 15 halaman, diketik dengan spasi 1,5 (satu koma
lima), dengan menggunakan huruf Times New Roman 12 (duabelas) dengan
margin tulisan samping kiri dan atas: 4-4 sedangkan samping kanan dan bawah:
3-3.
2. Struktur tulisan makalah dimulai Halaman Judul, Nama anggota kelompok,
Kata Pengantar, Daftar Isi, Daftar tabel/gambar (kalau ada) sedangkan isi
makalah terdiri dari:
A. RINGKASAN TULISAN
B. BAB I. PENDAHULUAN
C. BABII. LATAR BELAKANG
D. BAB III. POKOK BAHASAN
E. BAB IV. PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
3. Selanjutnya, sampul makalah pada bagian atas ditulis Judul Makalah kemudian
dibawahnya Logo UIM, kemudian nama anggota kelompok, dan paling bawah
ditulis Program Studi, Fakulfas, Tahun Ajaran 2020/2021 Universitas Islam
Makassar dikirim ke email arassolong@gmail.com atau WhotsApp
085299254380
4. Kriteria Penilaian
a. Ringkasan tulisan, memuat gambaran umum isi makalah (20%)
b. Estetika dan struktur penulisan yang dilengkapi dengan grafik, gambar-
gambar dan foto dokumen lainnya (30%)
c. Kesesuaian isi makalah dengan pokok bahasan (30%)
d. Sumber rujukan dalam kutipan Daftar Pustaka (20%)
5. Daftar Rujukan: 1. Makmur, 2015. Filsafat Administrasi. Bumi Aksara. Jakarta
2. SP Siagian, 2011. Filsafat Administrasi. Bumi Aksara.
Jakarta
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PRODI ADMINISTRASI PUBLIK
UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR
Mata Kuliah : Filsafat Administrasi
Tugas Kelompok IV : Membuat Makalah
Peserta : Mahasiswa Smester Ganjil Kls Reguler/Non Reguler
Judul : Hakekat persepsi dalam organisasi menurut tinjauan ilmu
filsafat
Pokok Bahasan : 1. Pengertian persepsi organisasi
2. Faktor yang mempengaruhi persepsi
3. Jenis-jenis persepsi

Batas Penyetoran Tugas : Pertemuan ke 10


Persyaratan Tulisan :
1. Makalah ini dibuat minimal 15 halaman, diketik dengan spasi 1,5 (satu koma
lima), dengan menggunakan huruf Times New Roman 12 (duabelas) dengan
margin tulisan samping kiri dan atas: 4-4 sedangkan samping kanan dan bawah:
3-3.
2. Struktur tulisan makalah dimulai Halaman Judul, Nama anggota kelompok,
Kata Pengantar, Daftar Isi, Daftar tabel/gambar (kalau ada) sedangkan isi
makalah terdiri dari:
A. RINGKASAN TULISAN
B. BAB I. PENDAHULUAN
C. BABII. LATAR BELAKANG
D. BAB III. POKOK BAHASAN
E. BAB IV. PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
3. Selanjutnya, sampul makalah pada bagian atas ditulis Judul Makalah kemudian
dibawahnya Logo UIM, kemudian nama anggota kelompok, dan paling bawah
ditulis Program Studi, Fakulfas, Tahun Ajaran 2020/2021 Universitas Islam
Makassar dikirim ke email arassolong@gmail.com atau WhotsApp
085299254380
4. Kriteria Penilaian
a. Ringkasan tulisan, memuat gambaran umum isi makalah (20%)
b. Estetika dan struktur penulisan yang dilengkapi dengan grafik, gambar-
gambar dan foto dokumen lainnya (30%)
c. Kesesuaian isi makalah dengan pokok bahasan (30%)
d. Sumber rujukan dalam kutipan Daftar Pustaka (20%)
5. Daftar Rujukan: 1. Makmur, 2015. Filsafat Administrasi. Bumi Aksara. Jakarta
2. SP Siagian, 2011. Filsafat Administrasi. Bumi Aksara.
Jakarta
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PRODI ADMINISTRASI PUBLIK
UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR
Mata Kuliah : Filsafat Administrasi
Tugas Kelompok V : Membuat Makalah
Peserta : Mahasiswa Smester Ganjil Kls Reguler/Non Reguler
Judul : Perkembangan Administrasi dan Manajemen
Pokok Bahasan : 1. Perkembangan Administrasi dan Manajemen sebagai
seni
2. Perkembangan Administrasi dan Manajemen sebagai
ilmu pengetahuan
3. Hubungan ilmu administrasi dengan ilmu lainnya

Batas Penyetoran Tugas : Pertemuan ke 10


Persyaratan Tulisan :
1. Makalah ini dibuat minimal 15 halaman, diketik dengan spasi 1,5 (satu koma
lima), dengan menggunakan huruf Times New Roman 12 (duabelas) dengan
margin tulisan samping kiri dan atas: 4-4 sedangkan samping kanan dan bawah:
3-3.
2. Struktur tulisan makalah dimulai Halaman Judul, Nama anggota kelompok,
Kata Pengantar, Daftar Isi, Daftar tabel/gambar (kalau ada) sedangkan isi
makalah terdiri dari:
A. RINGKASAN TULISAN
B. BAB I. PENDAHULUAN
C. BAB II. LATAR BELAKANG
D. BAB III. POKOK BAHASAN
E. BAB IV. PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
3. Selanjutnya, sampul makalah pada bagian atas ditulis Judul Makalah kemudian
dibawahnya Logo UIM, kemudian nama anggota kelompok, dan paling bawah
ditulis Program Studi, Fakulfas, Tahun Ajaran 2020/2021 Universitas Islam
Makassar dikirim ke email arassolong@gmail.com atau WhotsApp
085299254380
4. Kriteria Penilaian
a. Ringkasan tulisan, memuat gambaran umum isi makalah (20%)
b. Estetika dan struktur penulisan yang dilengkapi dengan grafik, gambar-
gambar dan foto dokumen lainnya (30%)
c. Kesesuaian isi makalah dengan pokok bahasan (30%)
d. Sumber rujukan dalam kutipan Daftar Pustaka (20%)
5. Daftar Rujukan: 1. Makmur, 2015. Filsafat Administrasi. Bumi Aksara. Jakarta
2. SP Siagian, 2011. Filsafat Administrasi. Bumi Aksara.
Jakarta
YAYASAN PERGURUAN TINGGI AL GAZALI

UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


PRODI ADMINISTRASI PUBLIK
Jalan P J Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 09 No. 29 Telp. (0411) 589063-588167 Fax (0411) 588167 Makassar

Semester : III (Ganjil) Kelas AP 1


Mata Kuliah : Filsafat Administrasi
Waktu : 150 Menit
Dosen : Dr. H. Aras Solong, M.Si

Soal

1. Konsep Ontologi administrasi telah berhasil mengubah pola pemikiran praktisi


administrasi, dan bahkan mungkin sebagian para ilmuwan administrasi, dari
pandangan mitosentris menjadi logisentris, melahirkan implikasi yang berdampak
positif dalam perkembangan administrasi. Dimana awal pikirannya bahwa kejadian
dalam suatu bentuk kerjasama dipengaruhi oleh pemikiran rasional (logis)’ yang
meliputi: 1. Kedudukan Ontologi Administrasi, 2. Metode Ontologi Administrasi,
3.Potensi Ontologi Administrasi, 4. Normatif Ontologi Administrasi. Pertanyaan,
coba jelaskan menurut pendapat saudara terhadap ke empat pemikiran rasional
tersebut.
2. Secara epistemologi, ilmu administrasi cenderung untuk membatasi diri pada hal-hal
tentang persepsi dan pemahaman intelektual seseorang. Pertanyaan, coba jelaskan
menurut pendapat Saudara terhadap empat pandangan epistemologi administrasi yang
meliputi: 1. Objektivisme Administrasi, 2. Subjektivisme Administrasi, 3.
Skeptisisme Administrasi, 4. Etika dan Moralitas Administrasi
3. Aksiologi ilmu administrasi adalah rangka pemanfaatan, atau dengan kata lain,
penerapan ilmu administrasi yang teratur dan produktif. Pertanyaan, coba jelaskan
menurut pendapat Saudara terhadap tanda-tanda ilmuan administrasi di era
moderalisasi dewasa ini yang mengikuti pola sebagai berikut: 1. Tindakan
Rasionalitas, 2. Menonjolnya pemikiran yang berlawanan dengan sifat ilmiah,
3. Otomatisasi semakin kuat, 4. Sifat universal, 5. Otonomi keilmuan

Selamat Bekerja

Anda mungkin juga menyukai