Dalam Populasi
Kota – Relevansi
untuk Aksesibilitas
Universal
MATERI CAPACITY BUILDING
DESAIN UNIVERSAL KOTAKU
<BULAN>, 2020
1
Tujuan
Peserta memahami keragaman masyarakat yang perlu
diakomodir dalam perancangan infrastruktur, dan
kebutuhan spesifik berbagai golongan masyarakat
Referensi Utama
• Maftuhin, A. (2017). Mendefinisikan Kota Inklusif: Asal-Usul, Teori, dan
Indikator. Tata Loka, 19(2), 93-103. doi:10.14710/tataloka.19.2.93-103
• Manley, S. (2016). Inclusive Design in the Built Environment Training
Handbook - Who do We Design for?. Cardiff: Welsh Government. Retrieved
12 18, 2019, from https://s3-eu-west-1.amazonaws.com/dcfw-
cdn/InclusiveDesign_traininghandbook.pdf
• Jackson, Mary Ann. (2018). Models of Disability and Human Rights: Informing
the Improvement of Built Environment Accessibility for People with Disability at
Neighborhood Scale. Laws, 7, 10, 1 – 21 doi: 10.3390/laws7010010
Daftar Isi
A. Mengapa Perlu Mengenal Keberagaman
Dalam Merancang Infrastruktur dan
Fasilitas Publik?
B. Penekanan Pada Kebutuhan Penyandang
Disabilitas Dalam Desain Infrastruktur
Akses Universal
C. Mengenali Karakteristik dan Kebutuhan
Beragam Kelompok Pengguna
Infrastruktur dan Sarana Publik
Mengapa Perlu
Mengenal
Keberagaman
Dalam
Merancang
Infrastruktur
dan Fasilitas
Publik?
4
Kenapa penting untuk memperhatikan
keberagaman?
………………..
5
Aksesibilitas Universal Membutuhkan Pendekatan
Terintegrasi: Infrastruktur Aksesibel, Rehabilitasi, dan
Perubahan Sikap
1. Commentary: What We Mean By ‘Inclusive Cities’ – The Informal City Dialogues. (2013, January 28). Retrieved 20 June 2020, from https://nextcity.org/informalcity/entry/commentary-what-
wemean-by-inclusive-cities
2. Sumber gambar: dimodifikasi dari The World Bank. (2015). World Inclusive Cities Approach Paper. Retrieved 20 June 2020, from:
http://documents.worldbank.org/curated/en/402451468169453117/pdf/AUS8539-REVISED-WP-P148654-PUBLIC-Box393236B-Inclusive-Cities-Approach-Paper-w-Annexes-final.pdf 7
Siapa yang dimaksud dengan semua orang?
4-5 108-121
6-7 119-142
8-10 133-159
11-13 146-176.5
14-18 159-188
1. Sumber: Lampiran 1,Gambar 1.6 Dimesi Ketinggian Perabot untuk Anak, dan Tabel 1.1. Dimensi Ketinggian Perabot Untuk Anak, dari Permen PUPR no.14 tahun 2017 tentang
Persyaratan Kemudahan Bangunan Gedung 10
Contoh Implikasi Salah Satu Variabel Keberagaman
pada Desain Infrastruktur (Pekerjaan)
Pulau Sumatera 5
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18
Contoh implikasi kombinasi variable kelompok gender, etnis, agama dan kepercayaan & lokasi
geografis terhadap perilaku penggunaan infrastruktur
% Populasi beragama Hindu di provinsi DKI Jakarta (0.19% - 14.713 jiwa)1, dan di provinsi Bali
(83.46% - 3.247.823 jiwa)2
1. Sumber data: https://data.jakarta.go.id/dataset/jumlah-penduduk-dki-jakarta-berdasarkan-agama (Disdukcapil DKI Jakarta 2018)
2. Sumber data: https://bali.bps.go.id/statictable/2018/02/15/33/penduduk-provinsi-bali-menurut-agama-yang-dianut-hasil-sensus-penduduk-2010.html (Sensus 2010) 13
Pentingnya Mengetahui Komposisi Demografi
Dasar Pada Lokasi Infrastruktur Dibangun
Piramida Populasi Kota Palu 2014 Populasi masyarakat
diatas 65 tahun keatas Jumlah Penyandang Disabilitas Tiap
adalah 10,658 (2.94% Kecamatan di Kota Palu, 2016
dari total populasi)
Source: BPS 2014 “Penduduk Kota Palu Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin”
https://palukota.bps.go.id/statictable/2017/07/05/633/penduduk-menurut-kelompok-umur-dan-jenis-kelamin-2014.html
* Total population of elderly (people aged 65+ years old), women aged 15-49, and children below 15 years old 14
Pentingnya Mengetahui Komposisi Demografi
Dasar Pada Lokasi Infrastruktur Dibangun
• Penurunan angka Province Village Population % Village Poverty rate
Size population
kelahiran, dan migrasi aged 60+
desa-kota di Indonesia
October 2015
menciptakan kantung –
Yogyakarta Giriasih 2143 22 15.68
kantung komunitas
menua di daerah Central Java Winong 1448 19.2 19
(masih terletak cukup East Java Rejo Agung 2066 16.4 6.25
dekat dengan area Bali Gunung Sari 2158 19.1 12.05
metropolitan Jakarta)1 East Nusa Sei 1807 16.4 40.4
Sumber: Everyday Life in Indonesian Villages,
Tenggara Herman Damar (2014)
1. Utomo, McDonald, Utomo, Cahyadi, Sparrow. (2018, May). Social engagement and the elderly in rural Indonesia. Social Science and Medicine, 229, 22-31. doi:
10.1016/j.socscimed.2018.05.009 15
Group Activity/
Quiz/ Game
16
Group Activity…?
17
Penekanan Pada
Kebutuhan
Penyandang
Disabilitas
Dalam Desain
Infrastruktur
Akses Universal
18
Aksesibilitas Universal: Mengapa Fokus Pada
Penyandang Disabilitas? Eksklusi dari pelatihan dan
pendidikan formal Keahlian yang lebih
sedikit/ rendah
Fokus aksesibilitas universal Kontak social
sebenarnya bukan hanya pada yang terbatas Rasa percaya diri
yang rendah
penyandang disabilitas saja, tetapi Ekspektasi
rendah dari
kepada semua kelompok rentan masyarakat dan
diri sendiri
Namun seringkali terdapat
keterkaitan yang erat antara Eksklusi dari Kesulitan
Kesempatan
meningkatkan
disabilitas dan faktor – faktor Impairment Diskriminasi & proses politik
dan hukum
mendapatkan
hak
penghasilan
(Pelemahan) Disabilitas berkurang
lainnya yang menjadikan
kelompok penyandang disabilitas Eksklusi dari layanan kesehatan
cenderung lebih mudah masuk ke Resiko lebih tinggi dasar
untuk mengalami
dalam kategori rentan1 sakit, cedera, dan
Prioritas rendah untuk sumber daya Kesehatan yang
1. Yeo, Moore. (2003). Including Disabled People in Poverty pelemahan lebih yang bersifat terbatas (makanan, air buruk/
Reduction Work: “Nothing About Us, Without Us”. World jauh bersih, tanah, dll) pelemahan fisik
Development, 31, 3, 571-590. doi: 10.1016/S0305-
750X(02)00218-8, dari: Kurangnya dukungan dikarenakan
https://www.academia.edu/25485434/Including_Disabled_Pe biaya yang diasosiasikan dengan
Eksklusi Kemiskinan mitigasi impairment
ople_in_Poverty_Reduction_Work_Nothing_About_Us_Witho
ut_Us Lebih Lanjut Kronis 19
Distribusi Penyandang Disabilitas di Indonesia
Berdasarkan data
Sensus Antar Penduduk
(SUPAS) 2015,
Indonesia memiliki
sebanyak 21.79 juta
penyandang disabilitas
Sulawesi Utara Sumber: SUPAS 2015
merupakan provinsi
dengan % penduduk
penyandang disabilitas
tertinggi (11.90%)
Sedangkan Jawa Barat
merupakan provinsi
dengan jumlah
penyandang disabilitas
tertinggi (3.8 juta jiwa)
Sumber: Profil Penduduk
Indonesia Hasil SUPAS Sumber:
2015 (BPS, 2015) (1) Tabel 7.1 SUPAS 2015. Persentase Penduduk Usia 10 Tahun ke Atas Menurut Provinsi dan Tingkat Kesulitan
(2) Tabel L.3.1. SUPAS 2015. Jumlah Penduduk Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin Tahun 2015 20
Definisi Nasional & Internasional (Penyandang)
Disabilitas
Menurut definisi UN-CRPD2 Menurut UU No. 8 tahun 2016 tentang Penyandang
Article 1: Disabilitas
Orang dengan disabilitas mencakup mereka yang Pasal 1:
memiliki pelemahan (impairment) fisik, mental, Penyandang disabilitas adalah setiap orang yang
intelektual, dan sensori jangka panjang*, yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual, mental, dan/
melalui interaksi dengan berbagai penghalang atau sensorik dalam jangka waktu lama, yang dalam
lainnya dapat menghambat partisipasi penuh berinteraksi dengan lingkungan dapat mengalami
dan efektif mereka secara setara dengan hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi secara
anggota masyarakat lainnya di dalam kehidupan penuh dan efektif dengan warga negara lainnya
bermasyarakat. berdasarkan kesamaan hak.
*Materi pelengkap UN-CRPD menjelaskan bahwa Pasal 1 UU No. 18 tahun 2011 tentang Pengesahan CRPD2
UN-CRPD, yang menyatakan bahwa ‘penyandang disabilitas
meliputi mereka yang memiliki ...’ harus diperlakukan
sebagai standar minimum, dengan memungkinkan definisi 1. Source:
yang lebih luas1” http://www.un.org/disabilities/documents/ppt/crpdbasics.ppt
Poin 1 dan Poin 2 yang akan didiskusikan dari 2. CRPD ( Convention on the Rights of Persons with Disabilities) /
Konvensi Mengenai Hak – Hak Penyandang Disabilitas
definisi penyandang disabilitas
Implikasi Poin 1: Disabilitas – Konsep yang Terus
Berkembang
• Pasal 1 dari UU No. 8 tahun 2016, dan UN-
CRPD menyebutkan bahwa “Penyandang
disabilitas meliputi mereka yang memiliki:
• Pelemahan (Impairment) fisik
• Pelemahan mental
• Pelemahan intelektual, dan
• Pelemahan sensori
Dalam jangka waktu lama…”
• Namun materi pendahuluan UN-CRPD poin (e)
menyatakan juga bahwa “disabilitas adalah
konsep yang terus berkembang”
Perencanaan infrastruktur perlu mempertimbangkan
kemungkinan perkembangan definisi penyandang
disabilitas, melalui desain yang mencakup
kebutuhan sebanyak mungkin anggota masyarakat
1. Sumber: https://www.un.org/disabilities/documents/convention/convoptprot-e.pdf 22
Implikasi Poin 1: Disabilitas – Konsep yang Terus
Berkembang (Lansia)
Persentase populasi manusia Indonesia, menurut kelompok umur (anak – anak,
produktif, lansia), 2020 - 2050
• Populasi lansia (usia 65+ tahun) 100%
Indonesia diproyeksikan akan 90%
terus meningkat 80%
% of Population
• Pada tahun 2020, % populasi 70%
lansia berada pada 6.26% dari 60%
total populasi Indonesia 50%
• Pada tahun 2050, % populasi 40%
lansia diproyeksikan berada pada 30%
15.86% 20%
10%
Population ages 65 and above (% of total population)
0%
2020
2021
2022
2023
2024
2025
2026
2027
2028
2029
2030
2031
2032
2033
2034
2035
2036
2037
2038
2039
2040
2041
2042
2043
2044
2045
2046
2047
2048
2049
2050
Population ages 15-64 (% of total population)
ATAU 40
30.02%
4 Orang 1 Orang 30
38.25%
dewasa lansia
20
24.51%
3 Orang 1 Orang 10
dewasa anak - anak 9.02%
0
2044
2020
2021
2022
2023
2024
2025
2026
2027
2028
2029
2030
2031
2032
2033
2034
2035
2036
2037
2038
2039
2040
2041
2042
2043
2045
2046
2047
2048
2049
2050
1 Orang
2 Orang lansia, atau Age dependency ratio (% of working-age population) Age dependency ratio, old
dewasa anak - anak Age dependency ratio, young
Source: Population Estimates and Projections, World Bank Group, from https://datacatalog.worldbank.org/dataset/population-estimates-
24
and-projections
Implikasi Poin 1: Disabilitas – Konsep yang Terus
Berkembang (Obesitas)
• Statistik obesitas Indonesia: Prevalensi BB Lebih (IMT 23,0 – 24,9)
• 13.5% orang dewasa berusia 18 tahun ke atas
mengalami kelebihan berat badan
• 28.7% mengalami obesitas (IMT 25)
• 15.4% mengalami obesitas (IMT 27, RPJMN)
20 Riskerdas 2013
15 33.5
28.7 Siskernas 2016
10 20.7
15.4
5
0
Obesitas IMT > 25 Obesitas IMT > 27
33
Beragam Karakter dari Penyandang
Disabilitas dan Warga Kota
Lansia Disabilitas Pergerakan
Penurunan mobilitas, kekuatan, stamina, Membutuhkan penggunaan alat bantu mobilitas
kemampuan sensorik, dan cengkeraman, seperti kursi roda, kruk, atau anggota badan
masalah inkontinensia buatan
* Daftar di atas hanya merepresentasikan sebagian kecil dari semua kemungkinan kondisi warga perkotaan, dan dengan demikian, bukan merupakan daftar lengkap dari seluruh disabilitas,
maupun kondisi spesifik yang dapat saja dimiliki seseorang. Selain itu, terdapat berbagai tingkat disabilitas, dan kombinasi factor (internal dan eksternal) yang dapat mempersulit
penyandang disabilitas lebih jauh
34
Contoh Aksi - Aksesibilitas Universal
untuk Kelompok Lansia
Pada skala kota, dan lingkungan, jarak antara area perumahan dan fasilitas umum (toko, rumah
sakit, dll) harus mempertimbangkan mobilitas terbatas yang dimiliki kelompok ini.
Jika jarak berjalan kaki diperpanjang, perlu tempat pemberhentian dan peralatan yang
memungkinkan untuk beristirahat, seperti tempat duduk umum, pegangan tangan, dan area
terlindung yang memadai dalam lingkungan yang dibangun
Kontak yang memadai, baik dengan lingkungan alami dan sosial dapat meningkatkan kesehatan,
dan kesejahteraan populasi lansia (mis., Dengan mengurangi kesepian dan depresi yang mungkin
berasal dari isolasi sosial)
Papan nama yang jelas pada bangunan dan jalan, untuk membantu lansia dalam menavigasi
perjalanan mereka
Desain furnitur, seperti tempat tidur, lemari, dan lemari harus memperhitungkan berkurangnya
jangkauan dan ketinggian lansia
Toilet dan area tidur pada rumah dirancang berdekatan, untuk mengatasi masalah inkontinensia
Adopted from: Manley, S. (2016). Inclusive Design in the Built Environment Training Handbook - Who do We Design for? Cardiff: Welsh Government. Retrieved 12 18, 2019, from
https://s3-eu-west-1.amazonaws.com/dcfw-cdn/InclusiveDesign_traininghandbook.pdf
35
Contoh Aksi - Aksesibilitas Universal
untuk Wanita dan Anak - Anak
Standar ruang internal untuk rumah harus mengakomodasi penyimpanan kereta bayi, dan
perlengkapan penitipan anak lainnya
(Dalam hal bangunan bertingkat) toilet, dan area ganti bayi di toilet uniseks di lantai dasar, untuk
memungkinkan penjaga laki-laki berpartisipasi dalam kegiatan pengasuhan anak
Pada skala kota, dan lingkungan, keamanan dan jarak antara daerah perumahan dan sekolah
merupakan faktor penting untuk dipertimbangkan
Penerapan prinsip-prinsip CPTED (Crime Prevention Through Environmental Design - Pencegahan
Kejahatan Melalui Desain Lingkungan) dalam desain lingkungan dan bangunan yang dibangun untuk
meningkatkan keselamatan dan keamanan
Penyediaan lebih banyak toilet untuk wanita, untuk mengakomodasi peningkatan frekuensi kebutuhan
untuk buang air kecil selama kehamilan
Desain furnitur dan perlengkapan yang aman di ketinggian yang nyaman untuk kemudahan, dan
penggunaan yang aman oleh anak-anak
Catatan: dalam keadaan normal, perempuan dan anak-anak biasanya tidak memiliki disabilitas, dan pada
umumnya relative tidak membutuhkan akomodasi lebih, dibandingkan anggota masyarakat lainnya
Adopted from: Manley, S. (2016). Inclusive Design in the Built Environment Training Handbook - Who do We Design for? Cardiff: Welsh Government. Retrieved 12 18, 2019, from
https://s3-eu-west-1.amazonaws.com/dcfw-cdn/InclusiveDesign_traininghandbook.pdf
36
Contoh Aksi - Aksesibilitas Universal
untuk Penderita Demensia
Pada skala kota dan lingkungan, desain area yang mempromosikan citra
rumahan, daripada kelembagaan atau komersial dapat mengurangi stress
Pada skala kota, dan lingkungan, memastikan keterbacaan rambu dan papan
petunjuk untuk penderita demensia menyesuaikan diri
Desain area perkotaan yang memungkinkan kontak langsung dengan alam, dan
pertemuan sosial untuk mengurangi stres dan kebingungan
Promosi ruang aman, baik secara persepsi maupun secara nyata
Penyediaan ruang yang memungkinkan privasi dan kehormatan - mis. ruang untuk
menyendiri
Berikan penunjuk arah dan tanda jalan yang jelas untuk orientasi perjalanan
Adopted from: Manley, S. (2016). Inclusive Design in the Built Environment Training Handbook - Who do We Design for? Cardiff: Welsh Government. Retrieved 12 18, 2019, from
https://s3-eu-west-1.amazonaws.com/dcfw-cdn/InclusiveDesign_traininghandbook.pdf
37
Contoh Aksi - Aksesibilitas Universal untuk
Penyandang Disabilitas Pergerakan
Desain pintu masuk dan jalur sirkulasi yang jelas dan rata, dengan lebar bukaan yang cukup
untuk mengakomodasi orang yang menggunakan perangkat mobilitas pendamping
Pegangan pembuka (pintu dan jendela) harus dalam jangkauan, mudah digenggam, dan mudah
digunakan
Untuk pengguna kursi roda, sediakan ramp di pintu masuk untuk memudahkan akses
Untuk orang-orang dengan kaki yang diamputasi, menggunakan kruk dan anggota badan buatan,
melangkah pada umumnya lebih mudah dilakukan di jalan biasa daripada menggunakan ramp,
asalkan dimensi dan bahan komponen tangga (langkah, riser, nosing) mematuhi standar
aksesibilitas yang berlaku
Pastikan bahwa desain pegangan dapat digenggam dengan nyaman, dan kontinu di dalam gedung
dan sirkulasi vertikal (mis .: landai, tangga)
Meja resepsionis, dan perabot publik lainnya harus dirancang untuk memiliki ketinggian yang
dapat melayani berbagai pengguna
Menyediakan tempat istirahat, baik di dalam gedung maupun di tempat umum
Adopted from: Manley, S. (2016). Inclusive Design in the Built Environment Training Handbook - Who do We Design for? Cardiff: Welsh Government. Retrieved 12 18, 2019, from
https://s3-eu-west-1.amazonaws.com/dcfw-cdn/InclusiveDesign_traininghandbook.pdf
38
Contoh Aksi - Aksesibilitas Universal
untuk Penyandang Disabilitas Sensori
Untuk ganguan pendengaran:
Penggunaan peringatan visual, selain peringatan pendengaran untuk sistem darurat di gedung dan lingkungan (mis.: Alarm
kebakaran dan asap)
Pastikan pencahayaan yang memadai, dan pola tekstur yang tidak mengganggu, untuk memfasilitasi membaca bibir di ruang
publik, khususnya, di titik-titik komunikasi
Privasi dalam komunikasi, untuk membantu menjaga pengguna bahasa isyarat dari pengungkapan konten percakapan pribadi
Untuk gangguan visual:
Bantu navigasi, dan berikan interpretasi (mis. Taman, objek wisata, melalui suara dan bau)
Pejalan kaki dan perlintasan pejalan kaki harus dilengkapi dengan blok timbul / pemandu yang berkelanjutan. Tetapkan
kosakata bertekstur untuk membatasi / menandai area
Lengkapi sinyal / lampu lalu lintas dengan notifikasi audio, sediakan demarkasi yang jelas antara jalur pejalan kaki, dan
kendaraan
Hindari membuat penghalang pada pejalan kaki, atau membangun fasilitas yang membahayakan (mis. Trotoar, perabotan
jalan, atau bahaya lainnya)
Dalam hal penerangan bangunan, hindari daerah kontras pada area terang, gelap, dan silau
Adopted from: Manley, S. (2016). Inclusive Design in the Built Environment Training Handbook - Who do We Design for? Cardiff: Welsh Government. Retrieved 12 18, 2019, from
https://s3-eu-west-1.amazonaws.com/dcfw-cdn/InclusiveDesign_traininghandbook.pdf
39
Contoh Aksi - Aksesibilitas Universal
untuk Penyandang Disabilitas Mental
Desain ruang interior dengan pencahayaan alami yang baik, untuk meningkatkan
suasana hati secara keseluruhan, dan mencegah gejala depresi
Gunakan tekstur untuk menciptakan lingkungan yang menyenangkan secara estetika
Atur ruang yang terbuka, mudah untuk bergerak, dan membina interaksi sosial untuk
meminimalkan tingkat stress
Desain area perkotaan yang memungkinkan untuk kontak dengan alam, dan
pertemuan social
Desain area perkotaan dan bangunan dengan cara yang mempromosikan keselamatan
dan keamanan
Integrasikan aktivitas fisik ke dalam rutinitas sehari-hari melalui desain lingkungan,
misalnya, dengan memperkenalkan opsi transportasi aktif (bersepeda, berjalan) ke
jalur komuter sehari-hari untuk mengobati depresi ringan.
Adopted from: Manley, S. (2016). Inclusive Design in the Built Environment Training Handbook - Who do We Design for? Cardiff: Welsh Government. Retrieved 12 18, 2019, from
https://s3-eu-west-1.amazonaws.com/dcfw-cdn/InclusiveDesign_traininghandbook.pdf
40
Implikasi Poin 1 dan Poin 2: Pelibatan Penyandang
Disabilitas dan Kelompok Rentan Pada Seluruh Fase Proyek
Sosialisasi Proyek
•Mendapatkan data terpilah kelompok – kelompok rentan
• Fase perencanaan fasilitas dan
•Sosialiasi, dan undangan perwakilan kelompok ke dalam proses pengambilan
keputusan terkait proyek infrastruktur
infrastruktur seringkali
membutuhkan jasa/ pengalaman
Perencanaan professional dalam bidang
•Kelompok rentan secara aktif berpartisipasi dalam proses perancangan,
dengan memberikan masukan – masukan sesuai kebutuhan mereka konstruksi
• Perencana dan pelaksana lain berinteraksi dengan kelompok rentan
sebagai klien/ pemilik infrastruktur
• Profesional dapat membantu
Konstruksi / Implementasi dalam integrasi standar – standar
• Pelaksana implementasi mengundang perwakilan kelompok rentan secara
berkala untuk mendapatkan masukan mereka selama proses konstruksi aksesibilitas dalam fasilitas dan
• Bila memungkinkan, penyandang disabilitas dan kelompok rentan dapat
terlibat dalam proses konstruksi, berdasarkan keterampilan mereka infrastruktur
Monitoring & Evaluasi
Tapi perencanaan sesuai standar
• Evaluasi akhir oleh kelompok rentan, untuk memastikan konstruksi
dilakukan sesuai rencana aksesibilitas oleh professional saja
• Pelibatan kelompok rentan dalam evaluasi kualitas, perawatan rutin, dan
penyediaan mekanisme umpan balik BELUM menjadikan infrastruktur dan
fasilitas aksesibel
Peningkatan Awareness
Peningkatan kapasitas bagi penyandang disabilitas, dan pemangku
kepentingan lainnya (pemerintah, sector swasta pelaksana,
akademisi, LSM, etc) 41
Thank you
QUESTIONS?
42
Take-Home
Exercise
43
Pengumpulan Informasi Penyandang Disabilitas, dan
Demografi Kota/ Kecamatan
Tugas ini dirancang untuk mendorong peserta untuk menjadi familiar dengan data – data
perkotaan/ wilayah operasi mereka, yang terkait dengan situasi penyandang disabilitas, dan
demografi yang relevan untuk perancangan perkotaan yang aksesibel secara universal
Piramida Populasi Kota Palu 2014 Populasi
Jumlah Penyandang Disabilitas
masyarakat diatas
65 tahun keatas Tiap Kecamatan di Kota Palu, 2016
adalah 10,658
(2.94% dari total
Tawaeli
populasi)
Palu Utara
Populasi wanita
Mantikulore
berusia 15- 49
adalah 112, 271 Palu Timur
(30.99% dari total
populasi) Palu Selatan
Sumber: ICF e-learning module, Chapter 4: the ICF model, dari: https://www.icf-elearning.com/wp-
47
content/uploads/articulate_uploads/ICF%20e-Learning%20Tool_2018%20-%20Storyline%20output/story_html5.html
Lampiran 1 - Definisi Komponen –
Komponen ICF
Aktivitas: merupakan eksekusi suatu tindakan/
Kondisi
atau kegiatan oleh individu Kesehatan
Partisipasi: merupakan keterlibatan dalam situasi
kehidupan (social, bermasyarakat, etc)
Batasan aktivitas: meliputi kesulitan – kesulitan Fungsi Tubuh/
Aktivitas Partisipasi
Struktur Badan
yang mungkin dihadapi individu dalam
melakukan suatu aktivitas
Batasan partisipasi: merupakan kesulitan –
kesulitan yang mungkin dihadapi individu dalam
upayanya untuk berpatisipasi dalam situasi
Faktor
kehidupan (social, bermasyarakat, etc) Lingkungan
Faktor Pribadi
Sumber: ICF e-learning module, Chapter 4: the ICF model, dari: https://www.icf-elearning.com/wp-
48
content/uploads/articulate_uploads/ICF%20e-Learning%20Tool_2018%20-%20Storyline%20output/story_html5.html
Lampiran 1 - Definisi Komponen –
Komponen ICF
Faktor Lingkungan: terdiri atas lingkugan sekitar
Kondisi
dimana individu hidup, dan menjalani hidup mereka Kesehatan
(termasuk lingkungan fisik, social, dan perilaku/
tanggapan masyarakat sekitar)
Faktor lingkungan dapat memberikan kontribusi positif Fungsi Tubuh/
maupun negative terhadap kemampuan individu untuk Aktivitas Partisipasi
Struktur Badan
berfungsi sebagai anggota masyarakat
Faktor Pribadi: Latar belakang, dan fitur – fitur
individual, di luar kondisi kesehatan
Faktor – factor pribadi dapat meliputi gender, ras, usia,
Faktor
gaya hidup, kebiasaan, cara menghadapi permasalahan, Lingkungan
Faktor Pribadi
latar belakan sosial-ekonomi, pendidikan, pekerjaan, dll
Sumber: ICF e-learning module, Chapter 4: the ICF model, dari: https://www.icf-elearning.com/wp-
49
content/uploads/articulate_uploads/ICF%20e-Learning%20Tool_2018%20-%20Storyline%20output/story_html5.html
Lampiran 1 - Contoh Pemetaan Kondisi
Penyandang Disabilitas dengan ICF
Profil Bapak A Cidera tulang Profil Bapak B Cidera tulang
belakang belakang