Anda di halaman 1dari 28

IDENTIFIKASI PENGGUNAAN LAHAN CAMPURAN

HATTEN CITY, MELAKA


Kinanthi Niart S 21040117130070

Dalam proses perkembangan kota terdapat


beberapa masalah salah satunya seperti masalah
keberlanjutan kota (urban sustainability). Suatu kota
yang sustainable harus dapat meminimalkan
konsumsi ruang dan sumber daya, mengoptimalkan
bentuk perkotaan untuk memfasilitasi aliran
perkotaan, melindungi ekosistem dan juga
kesehatan manusia, memastikan akses yang sama
ke sumber daya dan layanan, serta memelihara
keanekaragaman dan integritas budaya dan sosial
(Wu, 2009).
Juliusbaer.com
Dalam upaya meminimalkan konsumsi ruang dan
sumber daya di perkotaan, ada beberapa konsep
pengembangan yang mampu mendukung terwujudnya
urban sustainability.

“The preferred development outcomes of smart


growth, New Urbanism, transit-oriented
development, traditional neighborhood/green
development, active design and walkable urbanism
may be called vibrant places which are compact,
connected, mixed use, walkable and transit
oriented.”

-Emil Malizia, 2013-

Vibrant place merupakan suatu tempat yang berkembang


dengan konsep compact, mixed-use serta ramah pejalan
kaki (walkable places). Vibrant Place termasuk juga taman
publik, fasilitas publik, ruang untuk bermukim dan untuk
kegiatan komersil. Vibrant Place menyediakan 2 fungsi
dasar yaitu vibrant centers (dominasi ruang pekerjaan)
dan vibrant communities (dominasi ruang tempat
tinggal).
Joecressy.com
Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk menganalisis Vibrant Places :

• Mixed use/multi use : dua • Compact/dense development : • Destinations : Walkscore dan


atau lebih kegunaan di rasio luas lantai, pekerjaan per Bikescore (jarak ke tujuan
setiap bangunan, perbedaan hektar, rumah tangga per yang sering dikunjungi)
penggunaan lahan yang hektar
• Transit-oriented : jarak ke
berdekatan, ruang publik
• Walkable : elemen desain angkutan umum, kualitas /
dan private, sebagian
termasuk kepadatan frekuensi layanan transit
karyawan/pekerja bertempat
persimpangan, ukuran blok
tinggal didekatnya • Parking : jumlah maksimum
rata-rata, pola jalan, fitur
dibanding jumlah minimum
keselamatan

Salah satu indikator Vibrant Place yang telah disebutkan di atas, yaitu Mixed Use dimana
konsep pengembangan ini memiliki penggunaan lahan yang berbeda untuk ditempatkan
bersama secara terpadu
Vibrant Place mendukung penggunaan lahan
campuran sebagai komponen penting untuk
menciptakan tempat tinggal yang lebih baik.
Dengan menempatkan fungsi perumahan,
komersial dan rekreasi dalam jarak yang dekat satu
sama lain sehingga alternatif untuk transportasi,
seperti berjalan atau bersepeda menjadi layak.
Penggunaan lahan campuran juga menyediakan
populasi dan basis komersial yang lebih beragam
dan cukup besar untuk mendukung angkutan
umum yang layak. Pencampuran fungsi lahan ini
dapat meningkatkan vitalitas dan keamanan yang
dirasakan dari suatu daerah dengan meningkatkan
jumlah dan aktivitas. Konsep ini mampu membantu
merevitalisasi kehidupan masyarakat dengan
membuat jalan, ruang publik, dan ritel yang
berorientasi pejalan kaki sehingga menjadi tempat
Researchgate.net
di mana orang bertemu.

Penggunaan lahan pada konsep percampuran fungsi ini dikombinasikan dengan keseluruhan ruang-
ruang publik seperti plaza, sebuah kompleks kawasan yang compact dimana warganya dapat hidup,
bekerja, dan bersantai pada ruang-ruang pedestrian serta menawarkan variasi pilihan aktivitas
dengan akses yang nyaman. Sebagai contoh yaitu, Hatten City Melaka.
HATTEN CITY
mELAKA Hattencity.com

Hatten City merupakan hasil dari Mixed Development


Penggunaan lahan pada Hatten City sudah
yang terintegrasi sebagai salah satu contoh Vibrant
memilliki fungsi yang beragam untuk
Place yang ada di Melaka. Konsep pengembangan
masing-masing ruang publik yang mampu
campuran ini memiliki ciri yang dengan cerdas
mengakomodasi beberapa fungsi sekaligus,
memadukan enam fungsi bertema unik, yang terdiri
yaitu seperti hunian (apartemen), pusat
dari ritel, tempat tinggal (kondominium), hotel
belanja dan rekreasi serta hotel dan resort.
internasional, menara perkantoran, resor, dan
shoplex. Multiplex megah seluas 80.937 m2 ini
menawarkan pengembangan prasarana yang
memiliki biaya pengembangan bruto sebesar RM 2
miliar. Secara strategis Hatten City terletak hanya
beberapa menit dari situs Warisan Dunia UNESCO.
Hatten City dibangun di sekitar ruang terbuka yang
indah dan menawarkan pemandangan Selat Malaka
yang indah.

Google earth

Hattencity.com
Silverscape residence
Silverscape Residence merupakan tempat tinggal
tipe kondominium yang menempati dua dari
empat blok menara yang membentuk parsel
pertama Hatten City. Kondominium ini
menjulang tinggi di atas pusat Kota Melaka.
Silverscape Residence menawarkan para
penghuninya pemandangan Selat Melaka yang
menakjubkan, sembari menikmati semua
kenyamanan hidup tepat di jantung kota.
Kondominium ini terletak tepat di atas Elements
Mall sehingga kegiatan belanja, makan dan
rekreasi secara harfiah dapat ditempuh hanya
dengan beberapa langkah. Selain itu, penghuni
Hattencity.com juga dapat menuju ke skydeck di mana sky club
berlokasi untuk bersantai dan bersantai.

Elements mall
Elements mall merupakan pusat perbelanjaan
yang berada di area Megaplex Hatten City,
Melaka. Keberadaan Elements Mall ini
menempati fungsi komersial yang ada pada
konsep pengembangan Mixed Use. Dibuat
dengan arsitektur dan lansekap bertema
kontemporer, Elements mall berbagi bangunan
yang sama dengan 2 hotel internasional lainnya
yang ada di Hatten City. Elements Mall
menghadirkan pendekatan baru yang segar
untuk berbelanja di Melaka dengan konsep
bertema unik yang memadukan masa lalu
dengan masa kini., Elements Mall merupakan
perpaduan yang menggabungkan fungsi ritel
Hattencity.com
dan rekreasi.
Hatten suites & hotel
Sama seperti Elements Mall, Hatten Suites &
Hotel memiliki fungsi komersial pada
penggunaan lahan campuran di kawasan
Hatten City ini. Hatten Suites yang sekaligus
merupakan International Hotel berada di
dalam perpaduan yang komprehensif antara
kawasan belanja, makan, dan hiburan. Terletak
di atas Elements Mall dan menempati salah
satu dari empat blok menara di Parcel 1 Hatten
City. Hatten Suites menawarkan 4 tipe dan 7
ukuran suite dengan berbagai layanan yang
sesuai untuk hiburan, relaksasi, bekerja, atau
sebagai tempat liburan. Tempat ini berdekatan
dengan Selat Melaka yang indah
Hattencity.com
(pemandangan laut) dan pemandangan kota
yang semarak dari pusat kota Melaka.

kesimpulan Daftar pustaka


Gagasan dari penggunaan lahan campuran, yang  Wu, J. (2009). Urban sustainability: an
didefinisikan sebagai Mixed Use Development inevitable goal of landscape research.
bertujuan untuk mengurangi konsumsi lahan Landscape Ecology.
dengan memaksimalkan penggunaan ruang yang  Malizia, Emil. (2013). Vibrant Places:
ada (atau tanah), baik itu dalam satu bangunan Clarifying The Terminology Of Ubanism In
(cara vertikal) atau dalam suatu distrik (cara The U.S. Context.
horizontal). Konsep Mixed Use Development telah  Bramiana, C.N et al. (2017). Implementing
banyak diimplementasikan dalam perencanaan Mixed Land Use Rooting Jane Jacobs’
kota, tidak terkecuali Kota Melaka salah satu Concept of Diversity in Urban
contohnya yaitu pada kawasan Hatten City. Dalam Sustainability.
mendukung terwujudnya Vibrant Center & Vibran  MDP Smart Growth. (2015). Mixed Land
Community, Hatten City sudah menerapkan Use. Dalam smartgrowth.org
konsep penggunaan lahan campuran di dalam
pengembangannya. Dimana penggunaan lahan
pada Hatten City sudah memilliki fungsi yang
beragam, yaitu seperti hunian (kondominium),
pusat belanja dan rekreasi serta hotel dan resort.
Nama : Febriansyah Bima Nur Ginantyo
NIM : 21040117130074

Kesesuaian lahan

Topik mengenai kesesuaian lahan diturunkan dari beberapa variabel amatan atau
variabel pendukung dari sub tema Mixed Land Useatau biasa disebut penggunaan lahan
campuran.Mixed Land Use sendiri merupakan sub tema dari tema besar Vibrant
Housing (Perumahan yang Semarak).Vibrant Housing dapat diartikan sebagai suatu kawasan
yang mampu menyediakan ruangan untuk menetap dan tempat tersebut selalu berkelanjutan
sesuai perkembangan zaman. Tempat yang dimaksud adalah yang dapat dijangkau dengan
akses transportasi yang memadai, tempat yang dapat menyediakan & memenuhi kebutuhan
hidup penduduknya, serta memiliki aksesibilitas tinggi untuk mampu terus sustainable
(berkelanjutan). Topik mengenai kesesuaian lahan ini menjadi salah satu pembahasan yang
tentunya berkaitan dengan vibrant housing, terutama terkait dengan indikator sustainability
atau keberlanjutan dari vibrant housing sendiri. Kesesuaian lahan tentunya menunjukkan
Lokasi pengamatan yang diambil
sesuai atau tidaknya penggunaan lahan di suatu kawasan, hal tersebut tentunya sangat
untuk membahas topik mengenai
berpengaruh dengan sustainability. Sesuai atau tidaknya penggunaan lahan suatu kawasan
kesesuaian lahan yaitu pada Melaka,
dapat menentukan seberapa bertahannya suatu kawasan dapat terus berkembang dan
Malaysia. Lokasi tepatnya berada di
berkelanjutan.
kawasan Silverscape Residence&
kawasan Malacca River Walk
.
(Riverville).Silverscape Resindence
merupakan kawasan hunian condominium
yang terletak di bagian Kota Melaka,
tepatnya pada area pesisir Taman Hilir
Kota, termasuk salah satu tujuan
pengunjung untuk berlibur atau berekreasi
karena memiliki view yang indah

Lokasi Malacca River Walk (Kiri)&Silverscape Residences (Kanan)


Sumber: dromoz.com & Google Maps Satellite
Kemudian, Malacca River Walk. Lokasinya terletak di bagian Kota Melaka, tepatnya
pada area Sungai Melaka. Malacca River Walk merupakan suatu kawasan di sekitar Sungai
Melaka yang juga menjadi salah satu obyek yang didatangi pengunjung karena
keindahannya. Silverscape Residence &Malacca River Walk memiliki beberapa kesamaan,
selain menjadi obyek bagi para pengunjung untuk wisata atau rekreasi, keduanya juga
merupakan kawasan yang menerapkan penggunaan lahan campuran ( Mixed Land Use),
terdapat kawasan hunian, perdagangan, rekreasi, dll. Perbedaannya, Silverscape Residence
merupakan kawasan yang berupa satu gedung multifungsi, sedangkan Malacca River Walk
merupakan kawasan yang mayoritas bersifat landed dengan berbagai macam fungsi lahan.
Kesesuaian Lahan menjadi topik yang dibahas oleh penulis di sini. Kesesuaian lahan ini
didasari oleh penurunan ataupun penjabaran dari variabel yang erat kaitannya dengan tema
Mixed Land Use, yaitu variabel mengenai syarat-syarat penggunaan lahan. Berdasarkan
penjelasan dari variabel tersebut, nantinya dapat dibahas mengenai sesuai atau tidaknya
penggunaan lahan di lokasi studi yang telah ditentukan, yaitu di Melaka tepatnya pada
Pengertian Klasifikasi Kesesuaian Lahan:
kawasan Silverscape Residences dan Malacca River Walk. Kesesuaian lahan sendiri memiliki
Klasifikasi kesesuaian lahan adalah perbandingan
arti tingkat kecocokan suatu bidang lahan untuk suatu penggunaan tertentu.
(matching) antara kualitas lahan dengan persyaratan
penggunaan lahan yang diinginkan (Madjid, 2009).
Variabel syarat-syarat penggunaan lahan terdapat
sebagai berikut :
• Efektivitas lahan yang multi-fungsi dalam suatu
kawasan
• Integrasi dan sinergi fungsional antar penggunaan
lahan
• Efisiensi pergerakan karena dekatnya jarak antar
lokasi setiap fungsi lahan
Terdapat peningkatan
• Berdasarkan gambar dikualitas fisik3lingkungan
samping, syarat pertama
• Memiliki kelengkapan
mengenai penggunaan fasilitas
lahan yangdapat tinggi bagi para
dilihat dan
penggunanya
dibahas, baik pada kawasan Silverscape Residences
dan juga kawasan Malacca River Walk, yaitu
mengenai efektivitas lahan multi-fungsi, integrasi &
sinergi fungsional antar guna lahan, dan efisiensi
pergerakan antar lokasi fungsi lahan. Pertama,
mengenai efektivitas lahan. Berdasarkan peta di

Silverscape Residences (Atas) samping, dapat dilihat bahwa kedua kawasan, baik
&Malacca River Walk (Bawah) Silverscape Residences maupun Malacca River Walk
Sumber: Google Maps Satellite
sudah menerapkan efektivitas lahan, yang mana
dalam satu kawasan tersebut penggunaan lahannya
sudah multi-fungsi, terdapat hunian, perdagangan
(restoran, ritel, dll), hiburan, dll.
Kedua, integrasi dan sinergi fungsional antar penggunaan lahan. Pada kondisi eksisting
kawasan Silverscape Residences &Malacca River Walk, keduanya menunjukkan adanya
integrasi antar fungsi lahannya. Namun, belum semua fungsi guna lahan terintegrasi. Beberapa
fungsi lahan yang terlihat integrasi contohnya, pada Silverscape Residences guna lahan yang
terlihat integrasinya adalah antara hunian dengan rekreasi. Kedua guna lahan tersebut saling
terintegrasi satu sama lain, dikarenakan pengguna dari Silverscape Residences kebanyakan
memprioritaskan dua guna lahan tersebut. Hal tersebut didukung oleh kondisi lokasi yang mana
terdapat pada 1 gedung kawasan. Sedangkan di Malacca River Walk, integrasi guna lahannya
lebih variatif, karena terdapat beberapa guna lahan yang langsung bersinggungan satu sama
lain, seperti hunian, perdagangan & jasa, dan rekreasi. Antar guna lahan tersebut terintegrasi
satu sama lain karena letaknya tersebar pada 1 kawasan Malacca River Walk.
Ketiga, efisiensi pergerakan. Efisiensi pergerakan ini pada dasarnya dapat terjadi apabila
jarak antar fungsi lahan dekat satu sama lain, yang mana menyebabkan pengguna pada
kawasan tersebut tidak memerlukan kendaraan pribadi untuk pergi dari satu lokasi guna lahan
ke guna lahan lain, maksimal cukup menggunakan kendaraan pribadi berupa sepeda.
Berdasarkan kondisi eksistingnya, untuk kawasan Silverscape Residences sendiri efisiensi
pergerakan ini terjadi hanya saja di dalam kawasan gedung Silverscape Residences sendiri
saja.
Hal ini karena di dalamnya sudah terdapat beberapa
fungsi lahan yang memudahkan pengguna untuk pergi
dari satu lokasi fungsi lahan ke yang lainnya, tetapi
apabila dari kawasan Silverscape Residences ingin
keluar menuju fungsi lahan lain di luar kawasan, para
penggunanya menggunakan kendaraan pribadi seperti
mobil. Sedangkan di kawasan Malacca River Walk,
mayoritas penggunanya berjalan kaki, efisiensi
pergerakan lebih terlihat karena pada kawasan Malacca
River Walk antar fungsi lahan letaknya berdekatan dan
mudah dijangkau satu sama lain.
Keempat, terdapat peningkatan kualitas fisik
lingkungan. Hal ini dapat dilihat dari gambar di samping,
keduanya menunjukkan kondisi eksisting baik pada
Silverscape Residences maupun Malacca River Walk.
Keduanya terlihat dirawat dengan baik kawasannya,
peningkatan kualitas fisik lingkungan dapat dilihat
dengan adanya RTH (vegetasi) yang terawat atau
diperhatikan keberadaannya. Kondisi RTH Silverscape Residences
Kelima, kelengkapan fasilitas yang tinggi. (Atas) &Malacca River Walk (Bawah)
Berdasarkan hasil survey dari Google Review, dapat Sumber: Google Maps Satellite

dilihat ulasan dari para pengunjung kedua kawasan yang


mana kebanyakan membahas mengenai kepuasan dari
kelengkapan fasilitas yang terdapat pada masing-masing
kawasan
Malacca River Walk Silverscape Residences
3; 2% 2; 4%

39; 28%
15; 29%

Sangat Puas;
Sangat Puas; Fasilitas
Fasilitas Lengkap Lengkap
Cukup Puas;
Cukup Puas; Fasilitas Cukup
Fasilitas Cukup

Tidak Puas;
Tidak Puas; 34; 67%
96; 70% Fasilitas Kurang
Fasilitas Kurang

Diagram Kepuasan Pengunjung – Kelengkapan Fasilitas


Sumber: Google Review

Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat bahwa pada kedua kawasan didominasi
pengunjung / pengguna yang sangat puas dikarenakan fasilitas yang lengkap pada
kawasannya.

Kesimpulan
Kesesuaian lahan menjadi topik yang dibahas oleh penulis di sini. Kesesuaian lahan
ini didasari oleh penurunan ataupun penjabaran dari variabel yang erat kaitannya dengan
tema Mixed Land Use, yaitu variabel mengenai syarat-syarat penggunaan lahan. Pemilihan
topik ini juga dilatarbelakangi bahwa suatu kawasan vibrant housing, khususnya dari sisi
mixed land use, dapat dilihat sustainability-nya dari kesesuaian lahannya. Sesuai atau
tidaknya penggunaan lahan suatu kawasan dapat mempengaruhi tingkat berkelanjutannya
suatu kawasan.
Berdasarkan beberapa syarat penggunaan lahan yang mempengaruhi kesesuaian
lahan suatu kawasan, dapat dilihat dan dikoreksi sesuai kondisi eksisting di Melaka. Baik di
Silverscape Residences maupun Malacca River Walk. Beberapa syarat penggunaan lahan
sudah terpenuhi oleh kedua kawasan tersebut, beberapa syarat juga belum. Kedua
kawasan memiliki kondisi dan perbedaan karakteristik masing-masing yang mempengaruhi
terpenuhinya syarat-syarat penggunaan lahan tersebut. Secara garis besar, kedua kawasan
sudah memperhatikan syarat penggunaan lahan untuk dapat mewujudkan penggunaan
lahan yang sesuai dengan aturannya.
Intinya untuk sisi positifnya, Melaka telah melakukan sebuah upaya yang
menunjukkan perkembangan suatu kawasan yang erat kaitannya dengan faktor kesesuaian
lahan yang nantinya dapat terlihat perkiraan sustainability dari suatu kawasan yang
menerapkan konsep vibrant housing maupun mixed land use di Melaka sendiri. Sedangkan,
sisi negatifnya adalah dalam mewujudkan tujuan vibrant housing yang sesungguhnya
membutuhkan proses yang cukup menguras waktu, karena di Melaka sendiri belum
terlaksana secara keseluruhan atau optimal, karena tentunya dipengaruhi oleh banyak faktor
lain dalam proses pelaksanaannya.
Daftar Pustaka :
Hardjowigeno, S. (1992). Ilmu Tanah. Edisi Ketiga. PT. Mediyatama Sarana Perkasa.

Jakarta.

Khoirunurrofik. (2015). Optimalisasi Kebijakan Pemanfaatan Lahan dengan Pola Mix Land
Use Terhadap Perencanaan Prasarana Pendidikan dan Kesehatan di Kota
Batam. Jurnal Kebijakan Ekonomi. Vol. 11 No.1, 46-59.

Madjid, A. (2019). Dasar-Dasar Ilmu Tanah: Kesesuaian Lahan. Bahan Ajar Online. Dalam
dasar2ilmutanah.com. Diakses pada 1 Juni 2020.
integrasi fungsi lahan

Penggunaan lahan berkaitan erat dengan aktivitas manusia yang mencakup pengelolaan dan
pemanfaatan lahan serta dapat menimbulkan dampak terhadap lahan tersebut. Bermacam-macam
aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat, menunjukkan perbedaan guna lahan yang akan terbentuk di
suatu tempat. Kebutuhan dari masing-masing aktivitas masyarakat tersebut akan membentuk pola guna
lahan (Chapin, 1995). Kebutuhan akan lahan memiliki integritas dalam menyongsong kegiatan yang
dilakukan masayarakat untuk lebih efektif dan efisien. Integritas Fungsi Lahan ini juga terkait erat dengan
kesejahteraan masyarakat dimana lahan digunakan sebagai objek aktivitas untuk pemenuhan
kebutuhan. Semakin tinggi kegiatan masyarakat akan semakin cepat pola penggunaan lahan di wilayah
yang mendukungnya.
Berbicara mengenai lahan yang sangat terikat dengan aktivitas manusia yang memiliki aspek
aspek di dalamnya, integritas antar lahan sendiri juga menjadi bahasan yang cukup menarik karena
integrasi yang dijalin antar fungsi lahan memiliki sebuah efek keharmonisasian bagi masyarakat dalam
melakukan aktivitasnya yang membuat lebih efektif dan efisien dalam memenuhi kebutuhan. Keterkaitan
Fungsi Lahan ini juga berkaitan dengan indikator livability dari virant housing, dimana memberikan
kenyamanan dalam menggunakan fungsi lahan yang bervariasi tersebut secara optimal. Terdapat dua
indikator yaitu Vibrant dan Livability:
a) Vibrant: compact, mixed use, walkable, transit oriented, destinations, dan parking
b) Livable: aspek tata ruang, aspek lingkungan, aspek transportasi, aspek fasilitas kesehatan, aspek
fasilitas pendidikan, aspek infrastruktur-utilitas, aspek ekonomi, aspek keamanan, dan aspek sosial.
Keterkaitan antar fungsi lahan yang berbeda beda menciptakan variasi fungsi dalam satu lahan
yang besar untuk menciptakan sebuah dorongan dalam pengembangan yang ada di dalam kawasan
tersebut menjadi lebih baik. Agar menciptakan keharmonisan dalam menciptakan keterkaitan fungsi
dalam satu wilayah untuk berkembang, maka diperlukan komponen pendukung lainnya yang dapat
berdiri satu sama lain untuk menyongsong proses keterkaitan fungsi lahan yang maksimal, diantara
komponen komponen tersebut antara lain adalah jenislahan, integrasiantar lahan, jarakantarlahan.
Komponen jenis lahan menjelaskan tentang jenis lahan yang berdiri di lahan tersebut, serta jarak antar
lahan mendeskripsikan tentang jarak yang optimal dari masing masing lahan. Detail lebih jelasnya akan
dijelaskan pada pembahasan berikut dalam setiap komponen.

1. Jarak antar lahan


Lahan mempunyai peranan sangat penting bagi kehidupan manusia. Segala macam bentuk
intervensi manusia secara siklis dan permanen untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, baik yang
bersifat material maupun spiritual yang berasal dari lahan tercakup dalam pengertian
pemanfaatan lahan. Berbagai tipe pemanfaatan lahan dijumpai di permukaan bumi, masing-
masing tipe mempunyai karakteristik tersendiri (Worosuprojo, 2007). Dalam karakter yang
dibangun tersebut memiliki ciri khusus yang menggambarkan fungsi lahan tersebut, seperti lahan
untuk komersil, digunakan untuk lahan yang difungsikan untuk berniaga atau berdagang, lahan
wisata digunakan untuk proses kunjungan wisata, dan sebagainya.
2. Jenis lahan
Menurut Surprenant (2006) dalam Nurani (2008), Ciri khas kawasan mixed land use adalah

keberadaan variasi kegiatan yang berbeda seperti tempat tinggal, bekerja, belanja, dan

bermain yang jaraknya berdekatan dan dapat dicapai melalui berjalan kaki. Jarak antar lahan
yang semakin dekat akan memudahkan dalam menjalankan aktivitas secara optimal. Jarak
antar lahan yang semakin berdekatan juga menciptakan ruang yang luas yang bisa

dipergunakan untuk berbagai variasi penggunaan lahan.

Dalam pemenuhan kebutuhan untuk bahasan keterkaitan antar fungsi lahan, berbagai
daerah di belahan penjuru dunia sudah menerapkan keterkaitan fungsi yang optimal dan

sangat baik dengan beragam fungsi yang ada di dalam kawasan nya, terutama pada lokasi di

Silverscape residence dan Malacca Riverwalk, di Malaka, Malaysia. Kedua lokasi tersebut
memiliki berbagai fungsi lahan dan jarak yang strategis dalammendukung satu sama lain untuk

menciptakan pengelolaan pembangunan kawasan.

a. Silverscape residence, dimana merupakan kawasan mass hosuing yang terletak di


pusat kota dan dan menjulang tinggi, dimana memberikan pemandangan Selat
Melaka yang menakjubkan, sambil menawarkan penghuni semua kenyamanan
hidup.

perdagangan

Ruang rekreasi

Sumber : google.com

hunian
Pada kawasan Silverscape Residenceyang terdiri dari hunian (condominium), hotel, retail
(Element mall), tempat wisata dan sky deck dengan skyclub (tempat bersantai) memiliki jarak
yang berdekatan. Bahkan untuk lokasi mall sendiri berada di tower B yang bersebelahan
dengan tower A sebagai tempat condominium, hanya berjarak 11 m sehingga dapat mudah
diakses dengan berjalan kaki selama 1 menit. Sedangkan sky deck terhadap Silverscape
hanya berjarak 150 m dapat ditempuh dengan berjalan kaki selama 2 menit.

b. Malacca Riverwalk
Kawasan Malacca Riverwalk sendiri ini terdiri dari hunian/hotel, restoran, dan perbelanjaan.
Jarak antar lahan sangat berdekatan seperti restaurant dan toko perbelanjaan yang berdiri di
sepanjang jalan riverwalk yang sangat mudah untuk diakses. Terdapat pula hotel terdekat
yang berjarak 50 m ditempuh selama 1 menit dari lokasi malacca riverwalk ini. Efisiensi
pergerakan juga terlihat dari jarak antar fungsi lahan yang berdekatan bahkan bersebelahan /
berhimpitan

hunian

Pusat komersial

Sumber : google.com

rekreasi

Keberadaan tempat tempat yang saling berdekatan pada tempat ini mempunyai hubungan

yang saling terikat untuk memnuhi kebutuhan masyarakat agar lebih maksimal dalam
melakukan kunjungan wisata maupun lainnya
Kesimpulan

Sumberdaya lahan/tanah merupakan kekayaan dan modal dasar pembangunan bangsa

yang sangat vital. Oleh karena itu agar dapat didayagunakan secara berkelanjutan maka harus

dikelola dengan cara yang sebaik-baiknya. Hal itu sejalan dengan semakin meningkatnya
kebutuhan hidup manusia dan bertambahnya jumlah penduduk serta semakin meningkatnya

kegiatan-kegiatan pembangunan, telah mendorong semakin meningkatnya permintaan

terhadap aktivitas aktivitas kebutuhan manusia. Sementara itu, sumberdaya lahan yang
tersedia untuk keperluan tersebut sangat terbatas, sehingga apabila dalam pendayagunaannya
tidak disertai dengan upaya-upaya untuk mempertahankan fungsi dan kemampuannya akan

dapat menimbulkan kerusakan dan mengancam kelestarian sumberdaya lahan tersebut.

Percampuran guna lahan itu pada intinya adalah saling mendekatkan penggunaan
lahan yang berbeda (residensial, komersial, institutional, rekreasi, fasilitas umum, sosial dan

lain-lain). Hal ini bisa diaplikasikan dalam beragam skala,baik dalam sebuah massa bangunan,

sepanjang jalan atau membentuk sebuah lingkungan (kawasan). Menurut Grant (2002) dalam
konsepnya mixed use development memberikan manfaat untuk memperbaiki vitalitas, kualitas

lingkungan, persamaan dan efisiensi kota. Pengembangan konsep ini sendiri didasarkan pada
teori bahwa kedekatan lokasi akan mendorong pelaku perjalanan untuk tidak menggunakan

kendaraan, memilih berjalan kaki atau bersepeda. Semakin banyak jenis guna lahan yang
dicampur cenderung mengurangi jarak perjalanan dengan kendaraan yang harus dilakukan
oleh penduduknya.

Daftar Pustaka :

Chapin.F.S. 1995.Urban Land Use Planning. University of Illinois:Urbana.

Grant, Jill 2002, ‘Mixed use in theory and practice: Canadian experience with implementing a
planning principle. Journal of The american Planning Association.Chicago.

Worosuprojo, Suratman. 2007. Pengelolaan Sumberdaya Lahan Berbasis Spasial Dalam

Pembengunan Berkelanjutan Di Indonesia. Makalah Pidato Pengukuhan Guru Besar

UGMYojakarta.
BENEFIT AND IMPLEMENTATION OF MIX LANDUSE IN
SILVERSCAPE RESIDENCE AND RIVERVILLE, MALAKA
Perkembangan kota secara dinamis yang tidak dapat diintervensi
mengakibatkan kebutuhan akan ruang khususnya lahan permukiman menjadi
meningkat. Perpindahan penduduk pedesaan ke perkotaan menjadikan kota
semakin padat, sehingga kota tidak mampu lagi dalam menyediakan
kebutuhan ruang permukiman tersebut. Akibatnya, perkembangan
permukiman mengalami istilah urban fringe yaitu permukiman berkembang
pada sub-urban atau wilayah pinggiran kota (Kusumantoro, 2007). Wilayah
pinggiran kota yang menjadi tempat mengakomodir kebutuhan ruang akan
permukiman mengalami perkembangan perubahan penggunaan lahan yang
dinamis pula. Oleh sebab itu, Vibrant Place sebagai tempat yang kompak,
Fungsi Dasar Vibrant Place
terhubung dengan mixed use, ramah pejalan kaki (walkable), dan berorientasi
Tempat Bekerja
1 2
Tempat TinggalTempat
pada transit merupakan jawaban yang tepat dalam mengatasi perubahan
penggunaan lahan di pinggiran kota.

Salah satu bentuk yang dapat mewujudkan terjadinya Vibrant Place adalah
dengan pengembangan wilayah menggunakan konsep Mixed-use.
“ Konsep Mixed Landuse bertujuan untuk pemanfaatan lahan
campuran sebagai konsep perencanaan seperti konsep New
Urbanism, Smarth Growth dan Compact City untuk menciptakan
keanekaragaman pemanfaatan lahan sehingga dapat memberi
intensif terhadap kelangkaan ketersediaan lahan (Rodenrburg et al.
2003). Menurut Grant (2002) dalam konsepnya Mixed Landuse
memberikan manfaat untuk memperbaiki vitalitas, kualitas
lingkungan, persamaan dan efisiensi kota. Pengembangan konsep
ini sendiri didasarkan pada teori bahwa kedekatan lokasi akan
mendorong pelaku perjalanan untuk tidak menggunakan kendaraan,
memilih berjalan kaki atau bersepeda. Semakin banyak jenis guna
lahan yang dicampur cenderung mengurangi jarak perjalanan


dengan kendaraan yang harus dilakukan oleh penduduknya.
“ menurut Surprenant (2006) dalam Nurani (2008),
Ciri khas kawasan mixed land use adalah
keberadaan variasi kegiatan yang berbeda seperti
tempat tinggal, bekerja, belanja, dan bermain yang
jaraknya berdekatan dan dapat dicapai melalui
berjalan kaki.
“ ”
Pada pembahasan kali ini, wilayah Anak-anak, orang tua, dan karyawan
studi yang akan di identifikasi yaitu sering kali tidak terlayani dengan baik di
Silverscape residence dan Rivervelle, daerah-daerah dengan lingkungan
Malaka. Penggunaan lahan campuran penggunaan lahan yang terpisah. Ketika
dapat memberikan manfaat fiskal dan anak-anak tidak dapat menavigasi dengan
ekonomi yang besar. Penggunaan aman dari satu lokasi ke lokasi lain,
komersial yang dekat dengan daerah mereka menjadi tergantung pada
permukiman sering tercermin dalam nilai perjalanan. Hal yang sama bisa berlaku
properti yang lebih tinggi, dan karenanya untuk orang tua, yang mungkin tidak lagi
membantu meningkatkan penerimaan bisa mengemudi. Lingkungan yang
pajak lokal. Dalam ekonomi jasa saat ini, terpisah tidak memungkinkan segmen
masyarakat menemukan bahwa dengan populasi yang signifikan dan terus
penggunaan lahan campuran, mereka bertambah ini untuk terus bekerja atau
dapat menjadikan lingkungan lebih berpartisipasi aktif dalam masyarakat.
menarik bagi para pekerja yang semakin Karyawan di area ini mengalami
menyeimbangkan kriteria kualitas hidup peningkatan biaya transportasi dan tidak
dengan gaji untuk menentukan di mana mendapat manfaat dari akses yang dekat
mereka akan menetap. ke kebutuhan sehari-hari seperti bank, dan
pusat perbelanjaan.
Manfaat Dari Mixed Landuse
Manfaat Ekonomi Manfaat Lingkungan
Manfaat Kesehatan
4 Manfaat Sosial
4
Manfaat ekonomi dari penggunaan lahan campuran salah satunya berdampak
pada kawasan yang lebih tua di mana ekonomi mengalami stagnasi, semakin
menyadari bahwa investasi transportasi berorientasi pejalan kaki berfungsi
sebagai katalis untuk revitalisasi perkotaan. Pola penggunaan campuran
membantu mengurangi penurunan investasi atau ditinggalkannya pusat kota.
Biaya transportasi menjadi berkurang dan setiap kelompok masyarakat tidak
perlu untuk memiliki kendaraan pribadi untuk melakukan mobilisasi.
Dikarenakan segala aktivitas yang ada berpusat di satu kawasan dan ini
mengubah peraturan zonasi agar menyediakan permukiman yang terjangkau
ke segala aktivitas lainnya.

Mixed Landuse dapat membantu mempermudah


orang untuk berjalan kaki maupun bersepeda dan
dengan demikian menawarkan kesempatan gaya hidup
sehat bagi mereka. Menciptakan pusat kawasan yang
memiliki berbagai aktivitas kegiatan seperti
permukiman, komersil, dan perbelanjaan untuk menarik
orang berkunjung merupakan hal yang penting untuk
mencapai walkability dan bikability yang lebih besar.
Manfaat lingkungan dapat dilihat dengan perjalanan
mobil yang lebih sedikit dan berdampak positif pada
peningkatan kualitas udara. Dengan meningkatkan
kedekatan pekerjaan dengan perumahan, perjalanan
mobil berkurang. Mengurangi jumlah lahan yang
dikhususkan untuk tempat parkir karena berbagai
aktivitas dapat dicapai dengan satu kali perjalanan
menjadikan lahan dapat digunakan sebagai ruang
terbuka hijau.
Pada kawasan Silverscape Residence dengan luas lahan sebesar 20,386 m2
yang terdiri dari 8,4 m2 lahan hunian (condominium), 6,1 m2 lahan komersil, dan 2,3
m2 lahan RTH memiliki manfaat penggunaan lahan campuran yang dapat
teridentifikasi. Pada manfaat ekonomi, menjadikan penduduk untuk tinggal di hunian
dan melakukan aktivitas perbelanjaan secara sekaligus pada area komersil yang
berada di satu kawasan tersebut. Hal ini menjadi manfaat ekonomi dari adanya
penurunan biaya transportasi dalam melakukan perjalanan. Selain itu juga ini
termasuk kedalam manfaat kesehatan dan lingkungan yang menjadikan penduduk
melakukan perjalanan untuk beraktivitas dengan berjalan kaki atau bersepeda,
dikarena letak kawasan hunian dan komersil di Silverscape Residence hanya
berjarak 11 meter dan juga dapat mengurangi polusi udara yang ditimbulkan dari
efek pengunaan kendaraan. Pada manfaat sosial penduduk yang bertempat tinggal
di hunian Silverscape Residence dapat mengakses Ruang Terbuka pada kawasan
tersebut dan berkumpul bersama penduduk lainnya untuk melakukan interaksi sosial
maupun aktivitas sebagainya.

MALAKA
MALAKA

Mixed Land Use pada Kawasan Riverville Malaka memiliki luas kawasan
sebesar 57 m2 yang terdiri dari 42,85 m2 lahan hunian/hotel, 14,6 m2 lahan
komersil serta 4,8 m2 lahan terbuka dan rekreasi. Jarak antar lahan sangat
berdekatan seperti lahan komersil dan lahan hunian berjarak 50 m dapat
ditempuh dengan berjalan kaki. Terdapat banyak aktivitas komersil pada
kawasan ini seperti perdagangan yang berada di sepadan sungai Riverwalk.
Hal ini sangat selaras dengan manfaat ekonomi, kesehatan, lingkungan dan
sosial dikarenakan pada kawasan ini diberlakukan untuk melakukan perjalanan
non-motorized, selain untuk tetap menjaga kondisi alam kawasan, ini juga
berpengaruh pada peletakan para pedagang disekitar jalan agar dapat mudah
menarik penduduk/wisatawan untuk membeli dan hal ini juga sangat ramah
lingkungan sehingga memberikan dampak positif pada kesehatan pejalan kaki.
DAFTAR
PUSTAKA
AnoAnonim. 2019. Principle 6 – Mix Land Uses : SJV
Blueprint Implementation Toolkit. Dalam
www.sjvblueprinttoolkit.weebly.com.Pada 01
Juni 2020

Grant, Jill 2002, ‘Mixed use in theory and


practice: Canadian experience with
implementing a planning principle.’ Journal of
the American Planning Association. Chicago

Kusumantoro, I. P. (2007). Menggagas Bentuk


Ruang Kota Alternatif: Upaya Mereduksi
Intensitas Pergerakan Lalu Lintas Kota. Jurnal
Perencanaan Wilayah dan Kota, 18(3), 78-90.

Nurani, Dea. 2008. Pembentukan Ruang Transisi


Publik-Privat pada Apartemen di Kawasan
Mixed-Use.Depok: Departemen Arsitektur FTUI.

Rodenburg, C.A., Vreeker, R. dan Nijkamp, P.


(2003). The Economic of Multifunctional land
use. Maastricht : Shaker Publishing

Anda mungkin juga menyukai