1. Konsep kebutuhan:
2. Konsep keterbatasan:
Sumber: https://www.academia.edu/6978531/Compact_City_Solusi_Kota_Berkelanjutan
Bentuk dan Ruang
- Permukiman padat
- Ketergantungan terhadap kendaraan kecil
- Bentuk perbatasan jelas
- Ada area pelingkup
- Mix land use
- Fungsi tidak kompleks
- Identitas jelas
- Open space terbatas
Fungsi
- Adil secara sosial
- Pemerintahan yang mandiri
- Mencukupi kebutuhan sehari-hari
- Sistem transport yang efisien
- Transportasi multi node
- Aksesibilitas tinggi, baik lokal maupun regional
Dampak Positif
LINGKUNGAN EKONOMI INTESIFIKASI TRANSPORTASI
UMUM
- Berkurangnya - Meningkatnya pertukaran
penggunaan energi gagasan yang meningkatkan - Energi untuk transportasi
- Berkurangnya GHG tingkat pengetahuan dan umum lebih hemat
inovasi - Pengurangan ketergantungan
(green house gases)
- Ragam kultural meningkat, pada mobil pribadi
- Menyisakan lingkungan di
sumber tenaga yang terampil - Mempersingkat waktu tempuh
luar compact city untuk meningkat
agrikultur - Efektivitas layanan publik
- Kebutuhan listrik meningkat
berkurang - Investasi publik meningkat
- Tavel cost menurun,
meningkatnya mobilitas,
meningkatkan produktivitas
Dampak Negatif
KENAIKAN KEPADATAN PENDUDUK DAN LINGKUNGAN:
EKONOMI:
- Berkurangnya ruang hunian
STUDI KASUS
Analisa Studi Kasus
Kota Kompak Singapura
ANASTASIA JULIA P.
2016420028
Singapura
• Luas : 720 km2 (2017)
• Populasi : -/+ 5.600.000jiwa (2016)
• Singapura adalah sebuah negara pulau di lepas ujung selatan Semenanjung Malaya, 137 kilometer (85 mi) di
utara khatulistiwa di Asia Tenggara. Singapura adalah pusat keuangan terdepan ketiga di dunia dan
sebuah kota dunia kosmopolitan yang memainkan peran penting dalam perdagangan dan keuangan
internasional. Pelabuhan Singapura adalah satu dari lima pelabuhan tersibuk di dunia.
• Penduduknya yang beragam berjumlah 5 juta jiwa, terdiri dari Cina, Melayu, India, Arab, berbagai
keturunan Asia, dan Kaukasoid. 42% penduduk Singapura adalah orang asing yang bekerja dan menuntut
ilmu di sana. Pekerja asing membentuk 50% dari sektor jasa.Negara ini adalah yang terpadat kedua di dunia
setelah Monako.
• Latar belakang Perencanaan Kota di Singapura
Perencanaan kota Singapura bertujuan untuk mengoptimalkan penggunaan tanah negara yang
langka sumber daya bagi kebutuhan yang beragam baik generasi sekarang dan masa depan warga.
Ini melibatkan mengalokasikan lahan untuk bersaing penggunaan seperti perumahan, perdagangan,
industri, rekreasi transportasi dan pertahanan, serta menentukan densitas pengembangan untuk
berbagai lokasi.
sumber: http://www.radarplanologi.com/2015/12/perencanaan-kota-singapura-update-tahun-2011.html
Analisa Studi Kasus
Prinsip tujuan :
mengoptimalkan pembangunan yang dikonsentrasikan di dalam kota.
PENERAPAN
COMPACT CITY DI
JEPANG
Kota Aomori di utara Pulau Honshu menunjukkan kemajuan cepat
pada pengkonsentrasian kegiatan di sekitar stasiun di pusat kota
kurang dari 5 tahun belakang ini (Harian Nikkei, April 2006).
PENERAPAN
COMPACT CITY DI
Kota Fukui di daerah Hokuriku di sebelah barat lebih menitikkan
JEPANG
perwujudan kota kompak melalui kebijakan TOD (Transit Oriented
Development ) yakni pembangunan hanya diperkenankan pada
jalur- jalur transportasi umum.
Kota Kobe pasca gempa pada tahun 1995 juga telah menyesuaikan
tata ruangnya kembali terkonsentrasi di pusat kota dan compact
serta diawali dengan konsep serupa mulai dari wilayah lokalnya.
Di kota-kota ukuran menengah dan besar lainnya, pembangunan apartemen dan kondominium
diprioritaskan di daerah-daerah CBD dan beberapa kawasan lama yang dioptimalkan kembali melalui
program revitalisasi atau pembangunan kembali.
Di tingkat lokal wilayah melalui sistem perencanaan berbasis komunitas, terminology pengkonsentrasian
kegiatan semacam compact city ini pun telah pula menjadi pengetahuan umum sehari-hari. Ini pula yang
menyebabkan kesadaran untuk hidup lebih baik dan dukungan terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah
Jepang pada program ini pun terlihat positif.
STUDI KASUS
METRO MANILA
DIONISIUS ARIEF ANJASMORO
2016420057
METRO MANILA
• Luas : 619 km2
• Populasi : -/+ 21.000.000 jiwa (2015)
• Kepadatan: 32.000jiwa/km2
“It has been suggested that a sustainable city ‘must be of a form and scale appropriate to
walking, cycling, and efficient public transport, and with a compactness that encourages
social interaction” – Elkin et al., 1991, p.12
Hillman: compacting the city is the one way of reducing travel distances, reducing
Emissions and green house gases, thus curbing global warming.
Sumber: ULI Philipines, Ten Principles for Sustainable Development of Metro Manila’s Urban Core
Kesepuluh prinsip dari dua aspek tersebut saling
berkaitan dan saling menunjang satu sama lain. Hal
tersebut sangat mirip bahkan sama dengan pendekatan
konsep compact city menurut Etkin & Hillman dalam
buku berjudul “The Compact City: A Sustainable Form?”
yang mengatakan bahwa kota yang kompak merupakan
kota yang dapat mereduksi jarak tempuh antar tempat
di mana orang dapat berjalan / bersepeda sehingga
mengurangi emisi kendaraan agar tidak timbul gas efek
rumah kaca berlebih, dan dapat memicu terjadinya
interaksi sosial dengan hadirnya ruang – ruang publik.
Sumber: ULI Philipines, Ten Principles for Sustainable Development of Metro Manila’s Urban Core
Sumber: ULI Philipines, Ten Principles for Sustainable Development of Metro Manila’s Urban Core
Bonifacio Global City, Metro Manila
Bonifacio Global City, Metro Manila Originally part of a land purchase by the U.S. government for the Fort McKinley military
base, Bonifacio Global City (BGC) covers about 240 hectares. After the property was handed over in 1995 to the Bases
Conversion and Development Authority (BCDA), a government agency, redevelopment began to transform the area into
Bonifacio Global City, a dynamic economic and commercial hub as well as a high-quality community. The Fort Bonifacio
Development Corporation (FBDC), the main developer, was backed by BCDA and a joint partnership between Ayala Land Inc.
and the Campos Group’s Evergreen Holdings Inc. Together they developed BGC as a large-scale comprehensive and integrated
mixed-use development incorporating innovative planning and design to enhance sustainability. With this
developmentestablished as a milestone, BCDA is pushing forward to form more partnerships with the private sector to develop
other former military bases as new communities, as well as attract investments to boost the economy of the Philippines.
Sumber: ULI Philipines, Ten Principles for Sustainable Development of Metro Manila’s Urban Core
ANALISA STUDI KASUS
SEOUL
SELLEN PANGESTU
2016420006
Kota Seoul merupakan ibukota dari Negara Republik Korea
bagian Korea Selatan. Kota Seoul terkenal sebagai sinar
ekonomi asia timur karena dianggap simbol keajaiban
ekonomi korea.
Urban sprawl atau urban terkapar, dikenal sebagai peristiwa maupun fenomena terjadinya pemekaran
kota yang secara acak, tidak terstruktur, tanpa diawali dengan sebuah rencana.
Ekonomi
Adanya restorasi Sungai Cheonggyecheon yang dilakukan untuk mengembangkan
perekonomian tetapi juga memberikan perlindungan banjir di pusat kota, memajukan
ekonomi Seoul, dan memberikan keberlanjutan baik secara lingkungan maupun sosial.
Restorasi ini bertujuan untuk menciptakan kota yang lebih hijau dan humanis, yang
sekaligus merupakan upaya untuk mengembalikan sejarah Kota Seoul
Beberapa dampak positif yang dirasakan penduduk kota Seoul dari Sungai
Cheonggyecheon pasca restorasi baik dari segi sosial, lingkungan, dan ekonomi, sebagai
pembaharuan Kota dan revitalisasi, pertumbuhan ekonomi yang semakin baik dan menjadii
daya tarik wisatawan.
sumber: http://muhamad-arifudin.blogspot.com/2011/06/kota-kompak.html
STUDI KASUS
Latar Belakang Ahmedabad
Ahmedabad adalah sebuah kota yang terletak di sebelah barat Indiadan
merupakan kota terbesar di negara bagian Gujarat. Terletak di tepi Sungai
Sabarmati, Ahmedabad mempunyai luas sebesar 449 km² dan
penduduknya berjumlah 4.525.013 jiwa (2001). Gujarat didirikan pada tahun
1411 oleh Sultan Ahmed Shah sebagai ibu kota Kesultanan Gujarat. Dari
tahun 1960 hingga 1970 kota ini adalah ibu kota Gujarat.
Ahmedabad Development Diagram
Penerapan Town Planning
penyesuaian porsi
lahan dari lahan asli
agar menyediakan
bentuk lahan yang
mudah diakses.
penerapannya dapat
dilakukan untuk
industrial,
commercial, atau
residential.
Melbourne
Sarah Adeline
2016420154
Latar Belakang
Ada kebingungan gagasan “dispersed city”, “kota satelit”, redirected city”, atau
yang lainnya pada perencanaan awal kota Melbourne
sebuah misi
Upaya
1. Membuat pusat kota yang berfokus kepada
pembangunan dan aktivitas berkualitas tinggi
2. Memperbanyak jenis aktivitas di city center
(yang sekarang didominasi pusat perbelanjaan),
memperpanjang jam kerja layanan publik, dan
melarang pembangunan di luar pusat kota
3. Menyediakan perumahan dekat pusat kota, dan
memperluas jangkauan akses transportasi
publik
1.
Pusat kota?
dibagi menjadi 5:
- Central Activities District (semua ada)
- Principal Activities District (retail-recreation-community)
- Major Activities District (retail----ekonomi)
- Specialised Activity District (airport-univ-research)
- Neighborhood Activity District (small business)
2.
Mengapa pembangunan di luar pusat kota dilarang?
- sulit dicapai dengan public transport
- memicu pencucuk untuk menggunakan mobil (kendaraan pribadi)
- solusi: memperbanyak pilihan lokasi di tempat tempat pusat
aktivitas
3.
Di mana saja?
- di dalam atau sekitar Central Activites District, Principal, Major atau
Neighborhood Activity Center
- target: membuat lebih dari 10 unit tempat tinggal dekat pusat
aktivitas, yang dilayani transportasi publik