Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH LAMA PEREBUSAN TERHADAP KANDUNGAN KALSIUM

BAYAM MERAH (Alternanthera amoena Voss.) DENGAN METODE

KOMPLEKSOMETRI

Anggun Cahya Fitriandini1, Aldi Budi Riyanta2, Kusnadi3


email : cahyaanggun21@gmail.com
Program Studi Diploma III Farmasi
Politeknik Harapan Bersama Kota Tegal
Jl. Mataram No.09 Tegal
Telp/Fax (0283)352000

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui selisih perbedaan jumlah kandungan kalsium sebelum
dengan lama perebusan bayam merah dan waktu terbaik perebusan bayam merah yang menghasilkan
kandungan kalsium tinggi. Penelitian ini menggunakan sampel bayam merah jenis bayam cabut. Sampel
diperoleh dari salah satu Pasar Swalayan Tegal Sari Kecamatan Tegal Barat. Sampel diuji kualitatif yaitu
identifikasi pengendapan ion kalsium sulfat, uji nyala api dan identifikasi pengendapan amonium oksalat.
Kemudian dianalisis kuantitatif menggunakan metode kompleksometri.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara kualitatif sampel mengandung kalsium yang
ditandai dengan terbentuknya endapan putih sulfat dan endapan putih amonium oksalat serta uji nyala api
ditandai dengan nyala api merah-kekuningan pada nyala bunsen. Secara kuantitatif bayam merah dengan
perlakuan perasan mempunyai kadar kalsium 0,1229% b/v sedangkan kadar kalsium dengan perlakuan
rebusan selama 3 menit, 6 menit dan 9 menit yaitu 0,06189% b/v, 0,05749% b/v dan 0,05309% b/v.
Sehingga diperoleh waktu terbaik perebusan yang menghasilkan kadar kalsium tertinggi yaitu pada waktu
3 menit. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat selisish perbedaan lama perebusan bayam merah
dan waktu terbaik perebusan yang menghasilkan kadar kalsium tertinggi yaitu pada waktu 3 menit.

Kata Kunci : Perebusan, Bayam Merah, Kadar Kalsium, Kompleksometri.

1. Pendahuluan
Mineral merupakan bagian dari terjadi pada masa pertumbuhan,
tubuh dan memegang peranan penting kehamilan dan menyusui. Jumlah
dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik kalsium yang dianjurkan per hari untuk
pada tingkat sel, jaringan, organ, bayi adalah 300-400 mg, remaja 600-
maupun fungsi tubuh secara 700 mg, dewasa 500-800 mg, serta ibu
keseluruhan. Kalsium termasuk ke hamil dan menyusui sebesar 1200 mg.
dalam mineral. Kalsium yang berada Kekurangan kalsium pada masa
pada sirkulasi darah dan jaringan tubuh pertumbuhan dapat menyebabkan
berperan dalam berbagai kegiatan, di gangguan pertumbuhan seperti tulang
antaranya untuk transmisi impuls kurang kuat, mudah bengkok dan
syaraf, kontraksi otot, penggumpalan rapuh, sedangkan pada orang dewasa,
darah, pengaturan permeabilitas terutama sesudah usia 50 tahun akan
membran sel, serta keaktifan enzim[1]. kehilangan kalsium dari tulangnya
Kalsium merupakan mineral yang yang disebut osteoporosis[2]
paling banyak terdapat di dalam tubuh, Salah satu sayuran hijau yang
yaitu 1.5 – 2% dari berat badan orang mengandung kalsium yaitu sayuran
dewasa atau kurang lebih sebanyak 1 bayam. Bayam (Amaranthus sp.)
kg. Peningkatan kebutuhan kalsium merupakan tanaman sayuran yang

1
berasal dari daerah Amerika Tropik. (Alternanthera amoena Voss) yang
Bayam semula dikenal sebagai menghasilkan kandungan kalsium
tanaman hias, namun dalam tinggi. Penelitian ini merupakan jenis
perkembangan selanjutnya bayam eksperimen laboratorium. Dimana
dipromosikan sebagai bahan pangan teknik pengumpulan data yang
sumber protein, vitamin A dan C serta digunakan adalah pengukuran.
sedikit vitamin B dan mengandung Sampel yang digunakan merupakan
garam-garam mineral seperti kalsium, sebagian kecil dari populasi yang
fosfor, dan besi[3]. Dimana kadar Ca dipilih untuk analisis. Sampel dalam
dalam bayam hijau lebih rendah dari penelitian ini adalah bayam merah
bayam merah yaitu didalam bayam (Alternanthera amoena Voss.) jenis
hijau sebesar 267 ppm dan bayam bayam cabut atau bayam sekul (A.
merah sebesar 368 ppm[4]. tricolor L.) yang dipanen dalam waktu
Penetapan kadar kalsium dilakukan lebih kurang sebulan, sejumlah 2 (dua)
dengan cara larutan sampel dibilas kilogram, untuk bayam segar 0,5
dengan aquadest. Larutan kemudian (setengah) kilogram dan bayam rebus
ditambahkan buffer pH 10 dan EBT dengan waktu 3 menit, 6 menit dan 9
sedikit saja dan dititrasi sampai warna menit masing-masing sebanyak 0,5
larutan menjadi biru. Salah satu (setengah) kilogram. Bayam merah
metode yang digunakan dalam (Alternanthera amoena Voss.) diambil
penetapan kadar kalsium yaitu metode daunnya yang masih segar. Metode
kompleksometri. Titrasi pengambilan sampel adalah secara
kompleksometri adalah titrasi teknik acak (random).
berdasarkan pembentukan senyawa
kompleks antara kation dengan zat 2. Hasil dan Pembahasan
pembentuk kompleks. Salah satu zat Identifikasi kalsium dengan reaksi
pembentuk kompleks yang banyak warna dapat dilakukan dengan cara
digunakan dalam titrasi memasukkan 2 ml filtrat ke dalam
kompleksometri adalah garam EDTA tabung reaksi. Kemudian
(Ethylenediaminetetraacetate)[5]. menambahkan 1 ml asam sulfat encer.
Teknik pemanasan dengan Asam sulfat encer dipilih sebagai
perebusan di pilih karena teknik ini pelarut dan pengasam karena sifat
sering digunakan oleh masyarakat luas. kalsium sulfat yang lebih larut dalam
Tetapi, masih banyak dijumpai pada asam kuat dibandingkan dengan asam
masyarakat mengenai perebusan yang lemah. Campuran kalsium dengan
kurang tepat sehingga akan dapat asam sulfat encer akan menghasilkan
mempengaruhi kandungan yang endapan putih kalsium sulfat. Asam
terdapat pada bayam merah khususnya sulfat encer : endapan putih kalsium
kalsium. Oleh karena itu, peneliti sulfat :
mengambil judul mengenai “Pengaruh + → Ca .............(1)
Lama Perebusan terhadap Kandungan Hasil pengamatan pengendapan ion
Kalsium Bayam Merah (Alternanthera kalsium sulfat dapat dilihat pada
amoena Voss.) dengan Metode tabel.1 di bawah ini :
Kompleksometri”.

1) Metode Penelitian
Jenis data yang digunakan bersifat
kuantitatif untuk mengetahui selisih
perbedaan jumlah kandungan kalsium
sebelum dengan lama perebusan
bayam merah (Alternanthera amoena
Voss) dan untuk mengetahui waktu
terbaik perebusan bayam merah

2
Tabel 1. Reaksi Pengendapan Ion Kalsium Sulfat
Replikasi Identifikasi Hasil Keteragan Pustaka
I 2 ml filtrat + 1 ml Endapan warna putih + Endapan putih
II asam sulfat encer + kalsium sulfat
III + (Svehla, 1995)

Keterangan : (+) menunjukkan hasil sesuai dengan pustaka (Svehla, 1995)

Hasil penelitian yang dilakukan penambahan asam asetat encer hingga


dengan tiga kali replikasi atau berwarna merah muda (pH 5,0) agar
pengulangan yaitu positif mengandung kalsium oksalat bisa lebih larut.
kalsium yang ditandai dengan Penambahan ammonium oksalat jenuh
terbentuknya endapan putih kalsium menurut Svehla (1995) bertujuan untuk
sulfat. Hal ini sesuai dengan pustaka mengendapkan kalsium menjadi
yaitu jika positif mengandung kalsium kalsium oksalat. Ammonium oksalat
maka akan terbentuk endapan putih akan mengalami ionisasi dan
[6]
kalsium sulfat . memberikan ion kepada
Identifikasi kalsium dengan uji kalsium lalu mengendap menurut
nyala api dilakukan dengan tiga kali reaksi berikut:
replikasi atau pengulangan. Larutan Ca + (N → Ca ↓+
hasil destruksi diuapkan sampai (N ......................................(2)
hampir habis. Setelah itu, melarutkan Memanaskan larutan hingga didapat
residu dengan 2 ml air, membuat endapan kalsium oksalat. Tujuan
larutan basa dengan penambahan pemanasan untuk menghilangkan ion-
amonia encer. Tujuan penambahan ion ion pengganggu atau pengotor yang
sejenis dalam bentuk larutan amonia dapat mempengaruhi hasil penetapan.
encer adalah untuk menggeser arah Kemudian mengolesi ose dengan
reaksi lebih ke kanan atau ke arah endapan kalsium oksalat yang didapat,
terbentuknya produk sehingga peluang bakar ose di atas bunsen. Hasil
terbentuknya endapan kalsium oksalat Pengamatan uji nyala api dapat dilihat
lebih besar. Larutan kemudian dibuat pada tabel.2 di bawah ini :
menjadi sedikit asam dengan
Tabel 2. Uji Nyala Api
Rep Hasil Ket Pustaka
I - Melarutkan larutan hasil dekstruksi dengan Warna api + Warna api
II 2 ml air merah- + merah-
III - Membuat larutan basa dengan amonia kekuningan + kekuningan
- Membuat larutan menjadi asam dengan pada nyala
asam asetat + amonium oksalat Bunsen
- Memanaskan kembali larutan hingga (Svehla,
didapat endapat kalsium oksalat 1995)
- Mengolesi kawat ose bulat dengan endapan
kalsium oksalat di atas bunsen

Keterangan : (+) menunjukkan hasil sesuai dengan pustaka (Svehla, 1995)

Hasil penelitian yang telah merah-kekuningan pada nyala bunsen.


dilakukan menunjukkan warna api Hal ini sesuai dengan pustaka yaitu

3
senyawa-senyawa kalsium yang bertujuan untuk mengendapkan
mudah menguap, memberi warna kalsium menjadi kalsium oksalat.
merah-kekuningan pada nyala Ammonium oksalat akan mengalami
bunsen[6]. ionisasi dan memberikan ion
Identifikasi kalsium dengan uji kepada kalsium lalu mengendap
kualitatif pengendapan amonium menurut reaksi berikut:
oksalat dilakukan dengan tiga kali Ca + (N → Ca ↓+
replikasi atau pengulangan. Identifikasi (N ......................................(3)
Pengendapan amonium oksalat dapat Hasil pengamatan uji pengendapan
dilakukan dengan cara memasukkan 2 amonium oksalat dapat dilihat pada
ml filtrat ke dalam tabung reaksi. tabel.3 di bawah ini :
Menambahkan ammonium oksalat 2
ml. Penambahan larutan ammonium
oksalat jenuh menurut Svehla (1995)
Tabel 3. Uji Pengendapan Amonium Oksalat
Replikasi Identifikasi Hasil Keterangan Pustaka
I Memasukkan 2 ml Endapan + Endapan putih
II filtrat + 2 ml berwarna putih + kalsium
III amonium oksalat + oksalat
(Svehla, 1985)

Keterangan : (+) menunjukkan hasil sesuai dengan pustaka (Svehla, 1985)

Hasil penelitian yang telah Untuk memperoleh larutan standar,


dilakukan positif mengandung kalsium perlu dilakukan proses standarisasi
yang ditandai dengan terbentuknya sebelum melakukan analisa
endapan putih kalsium oksalat. Hal ini konsentrasi larutan yang ingin
sesuai dengan pustaka yaitu jika positif dianalisa. Secara umum, larutan
mengandung kalsium maka akan standar ada dua jenis. Pertama, larutan
terbentuk endapan putih kalsium standar primer yang menjadi acuan
oksalat[7]. dalam proses standarisasi. Kedua,
Proses pembakuan EDTA dengan larutan standar sekunder, yaitu larutan
dilakukan dengan tiga kali standar yang akan distandarisasi dan
replikasi atau pengulangan. Titrasi lebih lanjutnya akan digunakan untuk
merupakan salah satu contoh proses analisis sampel. Standarisasi
titrasi yang pHnya harus diatas 7 dan perlu dilakukan, karena larutan standar
menggunakan Eriochrom Black T sekunder biasanya bersifat tidak stabil
sebagai indikator. Untuk itu buffer jika disimpan dalam waktu yang lama.
yang dipakai adalah campuran Sedangkan larutan standar primer yang
NH4OH dan NH4Cl, misalnya dengan dipilih biasanya memiliki sifat stabil
pH 10. Tujuan pembakuan EDTA jika disimpan dalam waktu yang lama,
dengan adalah pada misalnya saja tidak higroskopis
tingkat kebasaan pada pH 10 ini dapat sehingga konsentrasinya tidak mudah
mengendap[8]. Campuran Zn dapat berubah[10].
dititrasi dengan EDTA, dengan Suatu indikator digunakan untuk
menggunakan buffer - Cl atau menunjukkan titik akhir titrasi, maka
buffer pH 10, karena Zn indikator harus berubah warna tepat
stabil[9]. pada saat titran menjadi ekuivalen
dengan titrat, perubahan warna itu

4
harus terjadi secara mendadak, agar indikator EBT. Penambahan EBT yang
tidak ada keraguan-keraguan tentang berguna untuk mengetahui terjadinya
[11]
kapan titrasi harus dihentikan . perubahan titik akhir titrasi. Titik akhir
Proses pembakuan EDTA dengan ditandai dengan terjadi perubahan
Zn dapat dilakukan dengan cara warna larutan dari merah anggur
memipet 25 mL Zn dengan menjadi biru[12]. Larutan titrat dititrasi
menambahkan 3 mL buffer pH 10 dengan larutan EDTA 0,05 M. Hasil
yang berguna untuk menstabilkan pH, pengamatan pembakuan larutan EDTA
karena titik akhir bisa terjadi pada pH dengan Zn dapat dilihat pada
10, kemudian larutan ini ditambah tabel.4 di bawah ini :
Tabel 4. Pembakuan Larutan EDTA dengan Zn
Replikasi Volume Volume Titran EDTA Konsentrasi EDTA
(mL) (mL) (N)
I 25 mL 23,5 mL 0,053 N
II 25 mL 21,5 mL 0,058 N
III 25 mL 22 mL 0,056 N
Jumlah 0,167 N
Rata-rata 0,055 N
Keterangan : N menunjukkan konsentrasi EDTA

Hasil pembakuan EDTA dengan saling mengkompleks, membentuk


diperoleh konsentrasi EDTA hasil berupa kompleks. Persyaratan
pada replikasi 1, 2 dan 3 yaitu 0,053 N, mendasar terbentuknya kompleks
0,058 N dan 0,056 N. demikian adalah tingkat kelarutan
Adapun penelitian ini dilakukan tinggi. Salah satu zat pembentuk
perlakuan dengan cara perasan dan kompleks yang banyak digunakan
perebusan terhadap bayam merah. dalam titrasi kompleksometri adalah
Perasan digunakan untuk memperoleh garam EDTA
sari perasan. Sari perasan merupakan (Ethylenediaminetetraacetate).
larutan dalam air dan memiliki seluruh Sebagian besar titrasi kompleksometri
bahan yang terkandung dalam mempergunakan indikator yang juga
tumbuhan segarnya, sebanding dengan bertindak sebagai pengompleks dan
material alamnya[13]. Penggunaan cara kompleks logamnya mempunyai warna
pemanasan dengan perebusan dipilih yang berbeda dengan pengompleksnya
karena umumnya banyak digunakan sendiri. Indikator tersebut adalah
oleh masyarakat luas. Kemudian, indikator metalokromat, contohnya
dianalisis kadar kalsiumnya dengan adalah Eriochrome black T (EBT),
metode kompleksometri. pyrocatechol violet, xylenol orange,
Kelebihan metode kompleksometri Calmagite, 1-2-piridil-azonaftol, PAN,
adalah EDTA stabil, mudah larut dan zincon, asam salisilat, metafalein dan
menunjukkan komposisi kimiawi yang calcein blue[9].
tertentu. Selektivitas kompleks dapat Eriochrome Black T (EBT) atau
diatur dengan pengendalian pH, Calmagite dapat digunakan sebagai
misalnya magnesium (Mg), krom (Cr), indikator dalam analisis kadar Kalsium
kalsium (Ca) dan barium (Ba) dapat (Ca) dengan metode ini dan
dititrasi pada pH 11. Prinsip dasar memberikan pengaruh warna yang
titrasi kompleksometri yaitu titrasi sama. Penambahan EBT ke larutan
berdasarkan pembentukan yang mengandung Ca pada pH 10.0 ±
persenyawaan kompleks (ion 0.1, larutan tersebut akan menjadi
kompleks atau garam yang sukar berwarna pink. Jika EDTA
mengion). Kompleksometri merupakan ditambahkan sebagai satu titran, maka
jenis titrasi dimana titran dan titrat kalsium akan menjadi suatu kompleks,

5
setelah semua kalsium telah manjadi Kompleksometri pada perlakuan
kompleks, larutan akan berubah dari perasan (0 menit) bayam merah
warna pink menjadi biru. Hal ini (Alternanthera amoena Voss.)
menandakan titik akhir dari titrasi[14]. menunjukkan perbedaan dengan
Penambahan buffer pH 10 kandungan Kalsium (Ca) pada bayam
bertujuan untuk mempertajam titik merah (Alternanthera amoena Voss.)
akhir titrasi. Jika pH<10, EDTA akan dengan metode Kompleksometri pada
cenderung mengikat ion H+, setelah perlakuan rebusan dengan waktu 3
H+ habis terikat, EDTA akan mengikat menit dengan suhu 90° C, 6 menit
Ca2+ sehingga volume EDTA yang dengan suhu 95° C dan 9 menit dengan
digunakan semakin banyak dan suhu 100° C. Faktor yang
menghasilkan hasil yang overestimate. mempengaruhi penurunan kadar
Sementara jika pH>10, maka EDTA kalsium adalah lama pemasakan, kadar
akan cenderung mengikat OH- menjadi gula, bahan yang bersifat basa dan
Ca yang membentuk endapan kadar serat. Menurut Gamman (1994),
sehingga hasilnya akan underestimate. faktor pemasakan dan pemanasan
Keunggulan EDTA adalah mudah larut dengan suhu tinggi dapat berpengaruh
dalam air dan dapat diperoleh dalam terhadap kadar mineral seperti
keadaan murni, sehingga EDTA kalsium[15]. Hal ini menunjukkan data
banyak dipakai dalam melakukan penelitian sudah memenuhi kriteria
[9]
percobaan kompleksometri . sesuai dengan literatur. Hasil
Hasil analisis kandungan Kalsium penetapan kadar kalsium pada sampel
(Ca) pada bayam merah (Alternanthera dapat dilihat pada tabel.5 di bawah ini :
amoena Voss.) dengan metode
Tabel 5. Konsentrasi Kadar Kalsium pada Sampel Bayam Merah
Perlakuan Replikasi Bobot Sampel (mL) X (% b/v)
I 25 mL 0,1232 % b/v
Perasan II 25 Ml 0,12408 % b/v
(0 Menit) III 25 mL 0,12144 % b/v
Rata-rata 0,1229 % b/v
Standar Deviasi (SD) 0,0013
2SD 0,0026
Koefisien Variasi (CV) atau RSD (%) 1,05 %
I 25 mL 0,06336 % b/v
Rebusan II 25 mL 0,0616 % b/v
(3 Menit) III 25 mL 0,06072 % b/v
Rata-rata 0,06189 % b/v
Standar Deviasi (SD) 0,001
2SD 0,002
Koefisien Variasi (CV) atau RSD (%) 1,61 %
I 25 mL 0,0572 % b/v
Rebusan II 25 mL 0,05632 % b/v
(6 Menit) III 25 mL 0,05896 % b/v
Rata-rata 0,05749 % b/v
Standar Deviasi (SD) 0,001
2SD 0,002
Koefisien Variasi (CV) atau RSD (%) 1,73 %
I 25 mL 0,05368 % b/v
Rebusan II 25 mL 0,05368 % b/v
(9 Menit) III 25 mL 0,05192 % b/v
Rata-rata 0,05309 % b/v
Standar Deviasi 0,001
2SD 0,002
Koefisien Variasi (CV) atau RSD (%) 1,88 %

6
Keterangan : % b/v menunjukkan konsentrasi kalsium pada bayam merah

Konsentrasi % b/v kandungan diberikan jika metode memberikan


Kalsium (Ca) yang diperoleh pada simpangan baku relatif (RSD) atau
bayam merah dengan perlakuan koefisien variansi (CV) ≤ 2%[16].
perasan (0 menit) adalah 0,1229 % b/v, Menurut penelitian Salamah
sedangkan konsentrasi % b/v (2012), metode perebusan dengan suhu
kandungan Kalsium (Ca) yang 100° C selama 9 menit dapat
diperoleh pada bayam merah dengan menyebabkan penurunan kadar
perlakuan rebusan dengan waktu 3 kalsium sebanyak 41,11%. Semakin
menit dengan suhu 90° C, 6 menit lama waktu perebusan maka kadar
dengan suhu 95° C dan 9 menit dengan kalsium mengalami penurunan. Hal ini
suhu 100° C adalah 0,06189 % b/v, dikarenakan pemanasan dapat merusak
0,05749 % b/v dan 0,05309 % b/v. dinding sel yang menyebabkan
Masing-masing perlakuan dilakukan kalsium keluar kemudian larut ke
tiga kali replikasi atau pengulangan. dalam air panas. Penurunan kadar
Bayam merah dengan perlakuan kalsium dengan perebusan disebabkan
perasan (0 menit) menghasilkan RSD oleh degradasi panas[17]. Hasil lama
sebesar 1,05%. Sedangkan bayam perebusan bayam merah
merah dengan perlakuan rebusan (Alternanthera amoena Voss.)
selama 3 menit dengan suhu 90° C, 6 terhadap konsentrasi kadar kalsium
menit dengan suhu 95° C dan 9 menit ̅ (% b/v) dapat dilihat pada diagram
dengan suhu 100° C masing-masing batang di bawah ini :
menghasilkan RSD sebesar 1,61%;
1,73% dan 1,88%. Kriteria presisi

Gambar 1. Diagram Lama Perebusan Bayam Merah (Alternanthera amoena Voss.)


terhadap Konsentrasi Kadar Kalsium ̅ (% b/v)
Keterangan : % b/v menunjukkan konsentrasi kadar kalsium pada bayam merah

Hasil analisis konsentrasi kadar Hasil kadar kalsium bayam merah


kalsium ̅ (% b/v) sebelum perebusan pada perlakuan perasan yaitu sebesar
(perasan) sebesar 0,1229 % b/v, 0,1229 % b/v, sedangkan pada
sedangkan waktu terbaik perebusan perlakuan perebusan selama 3 menit
bayam merah (Alternanthera amoena dengan suhu 90° C, 6 menit 95° C dan
Voss.) terhadap konsentrasi kadar 9 menit dengan suhu 100° C masing-
kalsium ̅ (% b/v) sesudah perebusan masing kadarnya yaitu 0,06189 % b/v,
adalah 3 menit dengan suhu 90° C. 0,05749 % b/v dan 0,05309 % b/v.
Terdapat selisih perbedaan jumlah
3. Kesimpulan kandungan kalsium sebelum dengan
lama perebusan bayam merah

7
(Alternanthera amoena Voss.). Waktu [12] Rusdi, Maryesri Metalia dan
terbaik perebusan sampel bayam Zulharmitta. 2013. Pembuatan
merah (Alternanthera amoena Voss.) Kalsium Karbonat dari Batu Kapur
yang menghasilkan kadar kalsium Bukit Tui Kota Padang Panjang.
tertinggi yaitu pada waktu 3 menit Padang :Universitas Andalas
dengan suhu 90° C. (UNAND) dan Sekolah Tinggi
Ilmu Farmasi (STIFARM).
4. Daftar Pustaka [13] Voight, R. 1994. Buku Pelajaran
[1] Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan Teknologi Farmasi. Yogyakarta :
dan Gizi. Jakarta : Gramedia Gajah Mada University Prees.
Pustaka. Halaman 558-559.
[2] Almatsier, S. 2004. Prinsip Dasar [14] Nielsen SS. Food analysis 4th Ed.
Ilmu Gizi. Jakarta. Gramedia Springer Science + Business Media,
Pustaka Utama. LLC: New York, Dordrecht,
[3] Sunarjono.H. 2006. Bertanam 36 Heidelberg, London ; 2010.
Jenis Sayur. Jakarta. Penebar [15] Wardlaw, G. M. (2003).
Swadaya. Contemporary Nutrition Issues and
[4] Bandini, Yusni dan Nurudin Azis, Insight. Boston: McGraw Hill.Hal.
2001. Bayam .Cetakan ke V. 274.
Jakarta : Penebar Swadaya. [16] Riyadi W. 2009. Validasi Metode
[5] Ward RE and Carpenter CE. Analisa.
Traditional methods for mineral [17] Amalia, Rizka.,Yuliana Riris.
analysis. In: Nielsen SS. 2010. 2013. Studi Pengaruh Proses
Food analysis. 4th Ed. Springer Perendaman dan Perebusan
Science + Business Media, LLC: Terhadap Kandungan Kalsium
New York, Dordrecht, Heidelberg, Oksalat Pada Umbi Senthe. Jurnal
London; 2010. Teknologi Kimia dan Industri, Vol
[6] Svehla, G. 1995. Vogel Buku Teks 2, No. 3, Tahun 2013, Hal 17-23.
Analisis Anorganik Kualitatif
Makro dan Semimakro bagian II.
Jakarta : Kalman Media Pustaka.
[7] Svehla, G. 1985. Vogel Buku Teks
Analisis Anorganik Kualitatif
Makro dan Semimakro bagian I.
Jakarta : Kalman Media Pustaka.
[8] Endang et al. 2013. Penggunaan
Metode Kompleksometri pada
Penetapan Kadar Seng Sulfat
dalam Campuran Seng Sulfat
dengan Vitamin C. Dosen FIKKES
UNIMU. Semarang.
[9] Khopkar SM. Konsep Dasar Kimia
Analitik. Saptorahardjo A,
penerjemah. Jakarta (ID): UI Press;
2008.
[10] Anonim. 2012. Website :
http://bisakimia.com/2012/11/16/m
engenal-titrasi/. Diunduh tanggal 27
Maret 2018.
[11] Ratna Rianti. 2008. Jurnal
Rekayasa Proses, Vol. 2 No. 2.
Politeknik LPP, Jl Sumoharjo,
Balapan. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai