Anda di halaman 1dari 11

NAMA : Regina Titisya Nur Cahyani

NIM : 235080307111055

FAKULTAS : Perikanan dan Ilmu Kelautan

CLUSTER : 56

Indeks Pembangunan Pemuda di Bidang Pendidikan

Pendidikan merupakan hal yang dianggap penting di dunia, karena


dunia membutuhkan orang orang yang memiliki pendidikan guna membangun
negara yang maju. Namun tidak hanya itu, karakter juga harus diutamakan.
Sebab,zaman ini banyak orang yang tidak hanya melihat betapa tinggi pendidikan
atau gelar yang sudah diraih namun juga karakter dari pribadi dari setiap orang.
Proses pendidikan di sekolah bisa dibilang masih banyak yang mementingkan
aspek kognitifnya alih-alih bidang psikomotoriknya, tidak sedikit guru-guru di setiap
sekolah yang hanya sekedar mengajar formalitas, tanpa mengajarkan bagaimana
etika yang baik untuk dilakukan.

Pernyataan tersebut, dapat kita temui dalam buku mengenai


Kecerdasan Ganda atau Multiple Intelligences, Daniel Goleman telah menjelaskan
bahwa kecerdasan emosional dan sosial di dalam kehidupan dibutuhkan 80 %,
sedangkan kecerdasan intelektual hanya 20 % saja. Di dalam hal ini sehingga
pendidikan karakter dibutuhkan untuk membangun kehidupan yang lebih baik dan
beradab, bukan kehidupan yang malah dipenuhi dengan perilaku biadab. Jadi
tepikirlah oleh para ahli apa yang dikenal dengan pendidikan karakter. Tak sedikit
pilar karakter yang harus ditanamkan kepada anak anak penerus bangsa, yaitu
seperti kejujuran. Kejujuran merupakan hal yang sangat utama dan harus
ditanamkan ke diri sendiri mau pun ke generasi penerus bangsa. Karena kejujuran
merupakan banteng dari semua hal, tak hanya itu saja tapi juga ada pilar karkater
mengenai keadilan, seperti yang bisa dilihat begitu banyak ketidakadilan terutama
di negara Indonesia ini. Tak hanya itu juga harus ditanamkan juga pilar karakter
seperti rasa hormat ke kakak kelasnya, dan kakak kelas juga akan menyayangi
adik-adik kelasnya, dan juga dengan teman seangkatan rasa saling menghargai
harus ada di dalam diri setiap para murid murid supaya tercipta dunia pendidikan
yang tidak rama dengan tawuran. Saat ini sudah banyak sekolah sekolah di
Indonesia yang telah mengajarakan pendidikan karakter yang juga menjadi mata
pelajaran khusu di sekolah yang bersangkutan. Mereka telah diajarkan bagaiman
cara yang sifatnya untuk ke orang tua, para guru, dan juga lingkungan ditempat
hidupnya.

Oleh karena hal tersebutlah mulai diberlakukannya Indeks


Pembangunan Pemuda atau biasa kita sebut dengan IPP. IPP ini merupakan
suatu alat ukur pembangunan pemuda di lima domain dasar yang mencakup;
pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan, lapangan dan kesempatan kerja,
partisipasi dan kepemimpinan, serta gender dan diskriminasi. Indeks
Pembangunan Pemuda (IPP) merupakan salah satu indikator keberhasilan
pembangunan pemuda. Namun, capaian IPP secara nasional masih terbilang
rendah. Pencatatan terakhir pada 2019, IPP nasional hanya sebesar 52,67. Jika
dibandingkan dengan negara ASEAN, perolehan IPP dari Indonesia masih
terbilang rendah dan hanya berada di peringkat nomor 7. Bahkan di tingkat global,
hanya berada di peringkat nomor 139 dari 183 negara, sungguh pernyataan yang
sangat memprihatinkan dan perlu untuk segera ditindaklanjuti. Selain itu IPP juga
merupakan nilai kinerja pembangunan kepemudaan dari 15 indikator dari berbagai
data. Capaian atau data IPP ini, baik pada data capaian indikator maupun capaian
dimensi dan capaian IPP secara keseluruhan, selaras dengan kebijakan Satu Data
Indonesia atau disingkaat dengan SDI. Indeks Pembangunan Pemuda atau IPP
merupakan instrumen pengukur keberhasilan pembangunan kepemudaan
berbasis hasil (outcome) yang dapat memberikan gambaran kemajuan
pembangunan pemuda di Indonesia dan provinsi.

Sumber data yang digunakan diperoleh dari hasil Survei Sosial


Ekonomi Nasional dan Survei Angkatan Kerja Nasional yang dikoordinasikan oleh
Badan Pusat Statistik (BPS). Merujuk hasil pengkajian bertahun-tahun, akhirnya
IPP ini menjadi instrumen resmi terkait indikator peningkatan kualitas pemuda
pada rencana pembangunan jangka menengah nasional 2020-2024. IPP domain
pendidikan, kata Sananugraha sangat membantu perolehan skor IPP. Nilai domain
ini dari tahun 2015 hingga 2019 terus meningkat, dari 63,33 pada 2015 menjadi
70,00 pada 2019. Peningkatan kualitas implementasi kebijakan dan kapasitas
pendidikan pemuda merupakan salah satu sasaran strategis dari salah satu
program prioritas RPJMN tahun 2020-2024. Namun, dikatakan Sananugraha, jika
mencermati perolehan skor IPP domain pendidikan per provinsi, maka masih
terdapat permasalahan klasik, yaitu belum meratanya peningkatan kualitas di
semua provinsi. Sebagai contoh Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
mendapatkan skor domain pendidikan tertinggi dengan nilai 90, sementara raihan
domain pendidikan terendah diraih oleh Provinsi Papua dengan nilai 56,67.
Dengan rentang yang sangat besar ini menandakan adanya kesenjangan
pembangunan pendidikan di Indonesia. Menyambung penyampaian Sananugraha,
Asisten Deputi Pemberdayaan Pemuda Kemenko PMK Yohan mengatakan, untuk
meningkatkan IPP domain pendidikan dan menyelesaikan permasalahan
ketimpangan pembangunan pendidikan ini diperlukan rencana aksi dan koordinasi
lintas sektor kementerian dan lembaga. Urusan pemuda adalah urusan lintas
sektor, tidak bisa dibebankan ke satu kementerian atau satu dinas saja. Sehingga
dalam hal ini perlu adanya koordinasi dan rencana aksi supaya sama-sama kita
selesaikan permasalahan ini dan bisa dirancang peta bisnis dan pelaksanaannya
di daerah. Terkait pelaksanaan kebijakan IPP domain pendidikan di daerah,
diperlukan penyamaan presepsi mengenai IPP baik di tingkat pusat maupun di
tingkat daerah. Selain itu diperlukan sosialisasi kepada pihak daerah agar
memahami betul pentingnya peningkatan IPP domain pendidikan.

Kunci peningkatan IPP domain pendidikan adalah peningkatan


kualitas pendidikan di daerah. Dalam hal untuk meningkatkan ini selain
meningkatkan kapasitas juga perlu ada dorongan di daerah untuk memerhatikan
pemuda. Kebijakan untuk mendukung iklim ekosistem yang kondusif terutama
pendidikan agar daerah bisa meningkatkan wajib belajar maupun kualitasnya.
Misalnya dengan pemberian beasiswa dan lainnya. Kepala Biro Perencanaan dan
Organisasi Kemenpora Esa Sukmawijaya menjelaskan bahwa untuk meningkatkan
IPP domain pendidikan diperlukan strategi lintas sektor. Salah satu strategi yang
terpenting adalah mendorong partisipasi organisasi atau komunitas pemuda
secara tematik, baik di pusat dan daerah.Sementara perwakilan Bappenas Arfan
menyampaikan bahwa perlu ada peningkatan capacity building di kalangan
pemuda untuk menciptakan SDM unggul yang akan berkesinambungan dalam
peningkatan IPP domain pendidikan.

Selain itu, dia mengatakan, perlu diperhatikan juga program untuk


pemuda dengan kekurangan seperti mereka yang disabilitas. Sebagai informasi,
turut hadir dalam rapat koordinasi teknis secara daring dan luring perwakilan dari
Kemenpora, Kemendikbud, Kemendagri, Kemenag, Setkab, Bappenas, dan BPS.

Karena Yogyakarta berhasil mendapatkan nilai indeks tertinggi


akhirnya terdapat berbagai daerah yang mulai mencari tahu apa cara untuk bisa
meningkatkan nilai indeks pendidikan sebagaimana di daerah Yogyakarta.
Penjabat Walikota Yogyakarta Sumadi yang menerima kunjungan kerja
Pemerintah Kabupaten Garut yang diwakili oleh Wakil Bupati Garut Helmi Budiman
beserta rombongan, Jumat (10/2) di Ruang Yudhistira Balaikota Yogyakarta.
Dalam kunjungan ini Pemerintah Kabupaten Garut ingin mulai menimba ilmu
mengenai Indeks Pembangunan Pemuda (IPP) di Kota Yogyakarta. Kota
Yogyakarta sendiri pada Indeks Pembangunan Pemuda paling tinggi di tingkat
Nasional dengan capaian 90 persen. Sedangkan tertinggi kedua pada indeks
Lapangan dan Kesempatan Kerja Pemuda yang mencapai 70 persen. Disisi lain
Kota Yogyakarta mendapatkan nilai indeks dengan kategori sedang pada domain
Kesehatan dan Kesejahteraan Pemuda dengan capaian 65 persen, Partisipasi dan
Kepemimpinan Pemuda mencapai 53,33 persen, Gender dan Diskriminasi
Pemuda 70 persen serta Indeks Pembangunan Pemuda mencapai 69,67 persen.

Dari data tersebut tidak terlepas dari peran pemuda dan pihak-pihak
terkait seperti organisasi kepemudaan yang sampai saat ini memberikan kontribusi
nyata untuk peningkatan pembangunan Kota Yogyakarta.Sumadi mengatakan,
Kota Yogyakarta memiliki jumlah pemuda sebanyak 22.985 laki-laki dan 22.680
perempuan yg ikut andil dalam peningkatan IPP Kota Yogyakarta.“Jumlah pemuda
di Kota Yogyakarta ini hanya 10 persen dari penduduk Kota Yogyakarta
berdasarkan dari hasil pendataan kepemudaan oleh Balai Pemuda dan Dindikpora
Di Yogyakarta. Capaian ini cukup memuaskan semoga bisa terus ditingkatkan,''
katanya. Hal ini sesuai dengan visi dan misi Kota Yogyakarta yakni meneguhkan
Kota Yogyakarta sebagai Kota nyaman huni dan pusat pelayanan jasa yang
berdaya saing kuat untuk keberdayaan masyarakat dengan berpijak pada nilai
Keistimewaan.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota


Yogyakarta, Budi Santosa Asrori mengungkapkan, dalam capaian indeks
pembangunan kepemudaan program prioritas Dindikpora Kota Yogyakarta adalah
mengadakan pembinaan kepemudaan sebagai Sebagai Pilot Project Kemenpora
RI dalam penyusunan RAD Kepemudaan Tahun 2023. "Dengan capaian indeks ini
tidak membuat kami merasa puas, sebab masih ada nilai lainnya yang belum
mencapai nilai tertinggi seperti indeks Pendidikan Pemuda yang mendapatkan nilai
paling tinggi di tingkat Nasional dengan capaian 90 persen," jelasnya.

Selanjutnya, Wakil Bupati Garut Helmi Budiman mengatakan, terima


kasih kepada Pemerintah kota Yogyakarta menerima rombongan dengan hangat.
Terlebih lagi memberikan informasi bagaimana Kota Yogyakarta bisa
mendapatkan nilai tertinggi pada indeks Pendidikan Pemudanya. Oleh karena hal
tersebut, Pemerintah Kabupaten Garut melakukan kunjungan untuk tiru ilmu agar
nantinya dapat berdampak di Kabupaten Garut dengan mengikuti pola
Pemerintahan Kota Yogyakarta ini. Hess mengatakan bahawa kita sebgai
masyarakat Garut sudah sangat jauh dari berbagai indeks pembangunan
kepemudaan dan olahraga. Merupakan PR bagi kami sehingga kita berkunjung
untuk mendapatkan masukan serta saran agar bisa bangkit dan berkarya.
Harapannya apa yang diberikan dapat kita terapkan di Kabupaten Garut.

Dan sebagai pemuda, baik individual maupun kelompok, sudah


sepantasnya untuk ikut berperan dalam meningkatkan Indeks Pembangunan
Pemuda ini, seperti merujuk pada UU Kepemudaan, peran pemuda sangat
penting, yakni sebagai kontrol moral, kontrol sosial dan agen perubahan.
Pemuda memiliki peranan sebagai agen perubahan atau menjadi pusat
kemajuan bangsa. Peran pemuda diharapkan sebagai penerima manfaat dapat
memberikan pembangunan, pengendali dan terlibat aktif di dalamnya. Pada
Undang-undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang peran pemuda dalam
meningkatkan IPP berfokus pada penyadaran, pemberdayaan serta
pengembangan kepemimpinan, kewirausahaan, dan kepeloporan pemuda agar
mereka lebih bisa berperan dalam proses pembangunan di negara ini. Bagi
organisasi kepemudaan, sesuai level kepengurusan dan anggotanya masing-
masing, dinanti perannya dalam meningkatkan IPP di setiap lapisan
pemerintahan hingga level desa/kelurahan.

Contoh program atau kegiatan yang dapat mendukung IPP


dengan melakukan gerakan pemuda peduli pendidikan, seperti mengadakan
seminar atau webinar yang terbuka untuk umum guna memberikan wawasan
bagi sesama pemuda. Selain itu dapat melakukan pilot projek pembinaan
daerah pemuda, koordinasi lintas terkait pengembangan pendidikan pemuda,
pengembangan ketentraman dan kreativitas pemuda, pembinaan karakter
idaeologi Pancasila dan kebudayaan bagi pemuda, serta dengan menanamkan
nilai nilai toleransi di kalangan pemuda.

Selanjutnya mengenai hubungan IPP dengan SDGs. Keduanya


merupakan parameter keberhasilan pembangunan yang berbasis pada hasil
(outcome). IPP merupakan produk komitmen dan hasil riset pada tahun 2015-
2017 oleh Pemerintah Indonesia (Bappenas, Kemenpora, BPS, Kemenko PMK,
Kemdagri). IPP berfungsi sebagai acuan dalam pembangunan kepemudaan
bagi seluruh pemangku kepentingan secara komprehensif, terintegrasi dan
terkoordinir, termasuk pemuda (secara individu dan organisasi/komunitas
kepemudaan). Saat ini IPP telah digunakan sebagai tolok ukur pembangunan
kualitas pemuda di dalam RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional) 2020-2024. Adapun, SDGs atau TPB merupakan komitmen global
seluruh anggota PBB, penanda keberhasilan pembangunan setiap negara
sejak tahun 2015 hingga 2030. Berdasarkan telaahan Bappenas, Kemendagri,
BPS, dan Kemenpora telah diidentifikasi bahwa dari 241 indikator dari SDGs,
terdapat sekitar 60 indikator yang relevan untuk remaja dan pemuda Indonesia.

Sebetulnya IPP ini merupakan nilai yang berasal dari hasil


perhitungan setiap indikator pada IPP baik pada tingkat Provinsi maupun
Kota/Kabupaten. setiap data indikator tersebut memiliki metadata. Salah satu
hal pada metada yang dapat diketahui adalah konsep definisi dan bentuk
pertanyaan ketika survey dilakukan oleh BPS. Misalnya terkait dengan
konsentrasti pemuda terkait yang mengikuti kegiatan kepemudaan. Konsep
defisinisnya berbunyi persentase penduduk usia 16-30 tahun yang mengikuti
kegiatan sosial kemasyarakatan di lingkungan sekitar dalam 3 bulan terakhir
terhadap jumlah penduduk usia 16-30 tahun. Adapun bentuk pertanyaan dari
BPS kepada sampel para pemuda di suatu rumah tangga adalah: Dalam tiga
bulan terakhir, apakah (nama) pernah mengikuti kegiatan sosial
kemasyarakatan di lingkungan sekitar (RT/RW/Dusun/Desa) yang berkaitan
dengan keagamaan, keterampilan, olahraga, gotong royong, arisan, kematian,
sosial lainnya. Dengan demikian kegiatan kepemudaan di seluruh Indonesia
terutama di tingkat RT/RW/Dusun/Desa seharusnya didorong untuk yang
banyak berkaitan dengan semua kegiatan tersebut yang melibatkan dukungan
sumber daya yang membutuhkan dukungan yang relevan (Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah, swasta, organisasi pemuda, dll)

Selain itu, nilai IPP pada tingkat kota/kabupaten belum dapat


diketahui karena dari 15 indikator hanya tersedia 8 indikator saja. Delapan
indikator tersebut adalah rata-rata lama sekolah pemuda; angka partisipasi
kasar pendidikan menengah; angka partisipasi kasar pendidikan inggi; angka
kesakitan pemuda; persentase emuda korban kejahatan; persentase
perkawinan usia anak; emuda perempuan yang sedang menempuh pendidikan
menengah atas dan tinggi; tingkat pengangguran terbuka pemuda. Delapan
indikator tersebut memiliki kecukupan data yang representatif pada tingkat
kota/kabupaten, memenuhi standar minimal sesuai kaidah multistage random
sampling. Adapun tujuh indikator lainnya pada IPP belum memenuhi ketentuan
tersebut di atas mengingat minimnya data yang tersedia.

Data tersebut adalah; persentase pemuda yang merokok;


persentase remaja perempuan yang sedang hamil; pemuda wirausaha kerah
putih; persentase pemuda yang mengikuti kegiatan sosial kemasyarakatan;
persentase pemuda yang aktif dalam organisasi; persentase pemuda yang
memberikan saran dalam rapat; persentase pemuda perempuan yang bekerja
di sektor formal.

Namun demikian, delapan indikator yang telah tersedia datanya,


sebagaimana tersebut di atas, yang datanya dapat diperoleh di BPS
kota/kabupaten, dapat menjadi baseline untuk kemudian dianalisa perjalanan
capaian datanya pada tahun-tahun sebelumnya. Pada gilirannya data dimaksud
akan menginspirasi terhadap target untuk tahun-tahun selanjutnya dan, ini yang
sangat penting, menginspirasi pada kegiatan apa yang relevan dieksekusi
secara bersama-sama dan masif dalam rangka pencapaian target kinerja
tersebut. Semua rangkaian kegiatan lintas pemangku kepentingan tersebut
mewarnai implementasi Rencana Aksi Daerah pelayanan kepemudaan pada
tingkat kota/kabupaten.Capaian pada tahun 2020, Indonesia memiliki nilai IPP
sebesar 51,00. Nilai tersebut mengalami penurunan sebesar 1,67 poin dari
tahun 2019. Padahal target nilai IPP Indonesia di tahun 2024 sebesar 57,67.

Menurut, Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Anak


Perempuan dan Pemuda Kemenko PMK Femmy Eka Kartika Putri, penurunan
nilai tersebut disebabkan oleh Pandemi Covid-19 yang berdampak salah
satunya pada domain kesempatan dan lapangan kerja. "Penurunan Indeks
Pembangunan Pemuda ini salah satunya ada pada bidang kesempatan dan
lapangan kerja. Karena dari 29,12 juta penduduk usia kerja yang terdampak
Covid-19, sebesar 27 persennya adalah pemuda," ucapnya saat memberikan
arahan pada Rapat Koordinasi Evaluasi Capaian IPP 2021 dan Pencapaian
Target Pembangunan Pemuda Tahun 2022, pada Jumat (21/1). Ia juga
mengatakan perlunya kerja keras dan komitmen bersama dalam menyusun
strategi kebijakan yang tepat untuk dapat mendorong capaian target IPP
sebesar 57,67 di tahun 2024. Sinergitas semua pemangku kepentingan sesuai
dengan skema pentahelix yang ada yaitu pemerintah, swasta, dunia
pendidikan, media, dan masyarakat (termasuk pemuda dan organisasi
kepemudaan) harus terus ditingkatkan pola koordinasi dan komunikasinya serta
dimaksimalkan perannya sesuai dengan potensi yang dimiliki masing-masing.

"Pada tahun 2022 ini kita perlu menyusun strategi koordinasi dan
sinkronisasi antar pemangku kepentingan terkait dengan target pembangunan
pemuda di tahun 2024 nanti. Sinergitas semua pemangku kepentingan sesuai
dengan skema pentahelix yang ada yaitu pemerintah, swasta, dunia
pendidikan, media, dan masyarakat (termasuk pemuda dan organisasi
kepemudaan) harus terus ditingkatkan pola koordinasi dan komunikasinya serta
dimaksimalkan perannya sesuai dengan potensi yang dimiliki masing-masing,"
ujar Femmy.Beberapa catatan utama dari Direktur KPAPO Kemen
PPN/Bappenas terhadap tantangan pengukuran IPP ke depan adalah adalah 1)
political will Koordinasi Strategis Lintas Sektor dan legal basis (RPerpres KSLS
Penyelenggaraan Pelayanan Kepemudaan), 2) pemahaman stakeholder baik di
pusat maupun di daerah terhadap IPP, dan 3) metode perhitungan, rumusan
indikator, dan domain IPP yang belum sempurna.Sedangkan catatan dari
Direktorat Statistik Kesejahteraan rakyat BPS di luar substansi penghitungan
indeks adalah Demografi pemuda yang berjumlah 55% terkonsentrasi di Pulau
Jawa harus menjadi poin utama pertimbangan penyusunan program kegiatan
pembangunan pemuda. Pemerintah harus mendorong para pemuda untuk
bermigrasi mengembangkan daerah daerah di luar Jawa melalui program
kegiatan yang mampu menarik perhatian pemuda untuk pindah.Pemerintah
melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) saat ini telah memiliki
program Sentra Pemberdayaan Pemuda Desa/Kelurahan untuk meningkatkan
sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing.

Sekretaris Deputi Pemberdayaan Pemuda Pemuda Kemenpora


Esa Sukmawijaya, menjelaskan manfaat dari Program Sentra Pemberdayaan
Pemuda Desa/Kelurahan untuk mengukur potensi penduduk usia muda yang
masuk ke pasar kerja. "Dengan adanya Program Sentra Pemberdayaan
Pemuda Desa/Kelurahan diharapkan dapat mengukur potensi penduduk usia
muda yang masuk ke pasar kerja, termasuk pekerja usia muda yang putus asa,
dan kaum muda yang bukan angkatan kerja karena disabilitas, mengurus
rumah tangga, dan lain sebagainya," jelasnya.SPP desa/kelurahan berbasis
data desa presisi akan menjawab 1) perhitungan IPP/SDGs sampai level RW,
2) potensi dan permasalahan pemuda di level RW, 3) pemberdayaan pemuda
sebagai enumerator humanis dan berintegritas, 4) model pemberdayaan
pemuda khas RW, desa dan kelurahan, 5) sumbangsih konsep inovasi
pemberdayaan pemuda pada forum ASEAN, ECOSOC, Y-20 dan OIC Youth.

Selain itu, pemerintah mendorong percepatan penyelesaian


Rancangan Peraturan Presiden tentang Koordinasi Strategis Lintas Sektor
Penyelenggaraan Pelayanan Kepemudaan serta mengimplementasikannya
melalui penyusunan Rencana Aksi Daerah dan Kelompok Kerja. Setelah
RPerpres diatas disahkan, dimana terdapat lampiran RAN Pelayanan
Kepemudaan, Kemen PPN/Bappenas melalui fasilitasi dari Dirjen Bangda Dit
SUPD IV Kemendagri akan menyiapkan pilot project di 24 provinsi untuk
penyusunan RAD KSLS Penyelenggaraan Pelayanan Kepemudaan di daerah.

Pendidikan merupakan hal memang dianggap penting di dunia,


karena di dunia membutuhkan dengan orang orang yang memiliki pendidikan
supaya bisa membangun negara yang maju. Tapi tak hanya itu karakter itu juga
begitu diutamakan karena orang ornag di jamai sekarang ini tidak hanya
melihat betapa tinggi pendidikan atau gerlar yang sudah dia raih, tapi untuk
karakter dari peribadi dari setiap orang. Proses pendidikan di sekolah bisa
dibilang masih banyak yang mementingkan aspek kognitifnya ketimbang dari
pada psikomotoriknya, tak sedikit guru guru di setiap sekolah yang hanya
sekedar mengejar saja supay a terlihat formalitasnya, tanpa menajarkan
gimana etika etika yang baik yang harus dilakukan

Di dalam buku mengenai Kecerdasan Ganda / Multiple


Intelligences, Daniel Goleman telah menjelaskan bahwa kecerdasan emosional
dan sosial di dalam kehidupan dibutuhkan 80 %, sedangkan kecerdasan
intelektual hanya 20 % saja. Di dalam hal ini sehingga pendidikan karakter
dibutuhkan untuk membangun kehidupan yang lebih baik dan beradab, bukan
kehidupan yang malah dipenuhi dengan perilaku biadab. Jadi tepikirlah oleh
para ahli apa yang dikenal dengan pendidikan karakter.

Tak sedikit pilar karakter yang harus ditanamkan kepada anak


anak penerus bangsa, yaitu seperti kejujuran, memang kejujuran merupakan
hal yang sangat utama dan harus ditanamkan ke diri sendiri mau pun ke anak
anak penerus bangsa karena kejujuran merupakan banteng dari semua hal, tak
hanya itu saja tapi jug ada pilar karkater mengenai keadilan, karan seperti yang
bisa dilihat begitu banyak ketidakadilan terutama di negara Indonesia ini. Tak
hanya itu juga harus ditanamkan juga pilarkarakter seperti rasa hormat ke
kakak kelasnya, dan kakak kelas juga akan menyayangi adik adik kelasnya,
dan juga dengan teman seangkatan rasa saling menghargai harus ada di
dalam diri setiap para murid murid supaya tercipta dunia pendidikan yang tidak
rama dengan tawuran. Saat ini sudah banyak sekolah sekolah di Indonesia
yang telah mengajarakan pendidikan karakter yang juga menjadi mata
pelajaran khusu di sekolah yang bersangkutan. Mereka telah diajarkan
bagaiman cara yang sifatnya untuk ke orang tua, para guru, dan juga
lingkungan ditempat hidupnya. Semoga dengan menerapkan pendidikan
karakter di sekolah semua potensi kecerdasan anak anak akan berdasarkan
oleh karakter karakter yang bisa membawa mereka menjadi orang orang yang
telah diharapkan untuk menjadi penerus bangsa. Seperti negara yang bebas
akan korupsi, ketidak adilan, dan masalah masalah yang lainnya.

Kesimpulan :

Pentingnya pendidikan untuk pemuda dalam meningkatkan


ketahanan ketika terjadi krisis. Laporan ini diharapkan menjadi pemantik untuk
analisis-analisis pembangunan kepemudaan dan penyusunan kebijakan,
program, dan kegiatan pembangunan kepemudaan. Laporan ini menawarkan
beberapa analisis mendasar yang dapat dikembangkan secara lebih
mendalam. Beberapa analisis yang dapat dilakukan antara lain analisis faktor-
faktor yang mempengaruhi capaian IPP saat ini, analisis regulasi, analisis
kesenjangan berdasarkan wilayah, gender, dan disabilitas. Selain itu, bagi para
pemangku kepentingan, laporan ini dapat digunakan sebagai acuan untuk
penyusunan rekomendasi kebijakan pembangunan pemuda yang lebih optimal.
Hal ini termasuk kerangka kelembagaan berupa identifikasi peran dan
mekanisme pelaksanaan program pembangunan kepemudaan.

Kemudian, capaian IPP saat ini dapat digunakan sebagai dasar


koordinasi pembangunan kepemudaan yang dituangkan dalam dokumen RAN
dan RAD pelayanan kepemudaan. Selanjutnya, dalam beberapa FGD
penyusunan laporan IPP ini terdapat beberapa masukan untuk penyempurnaan
IPP.
DAFTAR PUSAKA

Afandi, T. (2017). Bonus Demografi 2030-2040: Strategi Indonesia Terkait Ketenagakerjaan dan
Pendidikan. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional, 1–2. Retrieved from
https://www.bappenas.go.id/ files/9215/0397/6050/Siaran_Pers_-
_Peer_Learning_and_Knowledge_ Sharing_Workshop.pdf

Jaggars, S., & Bailey, T. R. (2010). E ffectiveness of Fully Online Courses for College Students:
Response to a Department of Education Meta-Analysis. Response to a Department of
Education meta-analysis.

Anna, Z., Yusuf , A. A., & Satriana, B. (2020). Pencapaian Agenda Pendidikan Berkualitas untuk
Semua (SDG-4) di Tengah Disrupsi Pandemi Covid-19. Bandung: Center for Sustainable
Development Goals Studies

Badan Pusat Statistik (BPS). (2020). Statistik Pemuda Indonesia 2020. Retrieved from BPS:
https://www.bps.go.id/publication/

Badan Pusat Statistik. (2020). Hasil Survei Sosial Demografi Dampak COVID-19. Retrieved from
https://www.bps.go.id/ publication/2020/06/01/669cb2e8646787e52dd171c4/hasil-survei-
sosialdemografidampak-COVID-19-2020.html

Beatty, A., Berkhout, E., Bima, L., Pradhan, M., & Suryadarma, D. (2021). Schooling progress,
learning reversal: Indonesia’s learning profiles between 2000 and 2014. International Journal
of Educational Development, 85(September 2020), 102436.
https://doi.org/10.1016/j.ijedudev.2021.102436

Anda mungkin juga menyukai