Anda di halaman 1dari 39

BAB I

HIPERTENSI

I. 1. Epidemiologi

Hipertens
Hipertensii ada
adalah
lah mas
masala
alah
h kes
keseha
ehatan
tan mas
masyar
yaraka
akat.
t. Hip
Hipert
ertens
ensii ya
yang
ng tid
tidak
ak
terkon
terkontro
troll dap
dapat
at mem
memicu
icu tim
timbul
bulnya
nya pen
penyak
yakit
it de
degen
genera
eratif,
tif, seper
seperti
ti gagal
gagal jan
jantun
tungg
kongestif, gagal ginjal, dan penyakit vaskuler. Hipertensi disebut “silent
“ silent killer” karena
sifatnya asimptomatik dan setelah beberapa tahun menimbulkan stroke yang fatal
at
ata
au pen
eny
yak
akit
it jan
antu
tun
ng. Me
Mes
skipu
ipun ti
tid
dak da
dap
pat di
dio
oba
bati
ti,, pe
penc
nce
ega
gah
han dan
pena
penata
tala
laks
ksan
anaa
aan
n da
dapa
patt me
menu
nuru
runk
nkan
an ke
keja
jadi
dian
an hi
hipe
pert
rten
ensi
si da
dan
n pe
peny
nyak
akit
it ya
yang
ng
menyertainya.
Berdas
Berdasark
arkan
an Ris
Riset
et Kes
Keseha
ehatan
tan Das
Dasar
ar (Ri
(Riske
skesda
sdas)
s) 200
2007,
7, dik
diketa
etahui
hui ham
hampir
pir
sepere
seperempa
mpatt (24
(24,5%
,5%)) pen
pendud
duduk
uk Ind
Indone
onesia
sia usi
usia
a di atas
atas 10 tah
tahun
un men
mengko
gkonsu
nsumsi
msi

makanan asin setiap hari, satu kali atau lebih. Sementara prevalensi hipertensi di
Indonesia mencapai 31,7% dari populasi pada usia 18 tahun ke atas. Dari jumlah itu,
60% penderita hipertensi berakhir pada stroke. Sedangkan sisanya pada jantung,
gagal ginjal, dan kebutaan. Pada orang dewasa, peningkatan tekanan darah sistolik
sebesar 20 mmHg menyebabkan peningkatan 60% risiko kematian akibat penyakit
kardiovaskuler.
Berdasarkan American Heart Association (AHA, 2001), terjadi peningkatan
rata-rata kematian akibat hipertensi sebesar 21% dari tahun 1989 sampai tahun
1999.
1999. Sec
Secara
ara kes
keselu
eluruh
ruhan
an kem
kemati
atian
an aki
akibat
bat hip
hipert
erten
ensi
si men
mengal
galami
ami pen
pening
ingkat
katan
an

sebesar 46%. Data Riskesdas menyebutkan hipertensi sebagai penyebab kematian


nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, jumlahnya mencapai 6,8% dari proporsi
penyebab kematian pada semua umur di Indonesia.
Hipertensi perlu diwaspadai karena merupakan bahaya diam-diam. Tidak ada
gejala atau tanda khas untuk peringatan dini bagi penderita hipertensi. Selain itu,
banyak orang merasa sehat dan energik walaupun memiliki hipertensi. Berdasarkan
hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, sebagian besar kasus hipertensi di
masyarakat belum terdiagnosis.

I. 2. Definisi
Hipertensi (tekanan darah tinggi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam
arteri. Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya didefinisikan sebagai hipertensi
esens
esensial.
ial. Menu
Menurut
rut The Sev
Sevent
enth
h of The Jo
Joint
int nat
nation
ional
al Com
Commit
mittee
tee on Pre
Preven
ventio
tion,
n,
detect
detection
ion,, Wva
Wvalua
luatio
tion,
n, and Tre
Treatm
atment
ent of Hig
High
h Blo
Blood
od Pre
Pressure (JNC 7) klasifikasi
ssure
tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prehipertensi,

hipertensi derajat 1, dan derajat 2.

Klasifikasi Tekanan darah menurut JNC 7


Klasifikasi Tekanan
TDS (mmHg) TDD (mmHg)
Darah
Normal < 120 dan < 80
Prehipertensi 120 – 139 atau 80 – 90
Hipertensi derajat 1 140 – 159 atau 90 – 99
Hipertensi derajat 2 ≥ 160 atau ≥ 100

Pasien den
Pasien dengan
gan pre
prehip
hipert
ertens
ensii ber
berisik
isiko
o men
mengal
galami
ami pen
pening
ingkat
katan
an tek
tekana
anan
n dar
darah
ah
menjadi hipertensi; mereka yang tekanan darahnya berkisar antara 130 – 139/80 –
89 mmHg dalam sepanjang hidupnya akan memiliki dua kali risiko menjadi hipertensi
dan men
mengal
galami
ami pen
penya
yakit
kit ka
kardi
rdiova
ovasku
skular
lar da
darip
ripada
ada yan
yang
g tek
tekan
anan
an dar
darahn
ahnya
ya leb
lebih
ih
rendah.
Pada orang yang berumur lebih dari 50 tahun, tekanan darah sistolik >140 mmHg
merupakan factor resiko yang lebih penting untuk terjadinya penyakit kardiovaskular
daripada tekanan darah diastolic.
 Risiko penyakit kardiovaskular dimulai pada tekanan darah 115/75 mmHg,

meningkat dua kali dengan tiap kenaikan 20/10 mmHg


 Risiko penyakit kardiovaskular bersifat kontinyu, konsisten, dan independen
dari factor resiko lainnya

I. 3. Et
Etiolo
iologi
gi

2
Berdas
Berdasark
arkan
an pen
penyeb
yebabn
abnya
ya hip
hipert
ertens
ensii dib
dibagi
agi me
menja
njadi
di 2 gol
golong
ongan,
an, ya
yaitu
itu::
hipertensi esensial atau hipertensi primer dan hipertensi sekunder atau hipertensi
renal.

1) Hipertensi esensial
Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya, disebut
juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95% kasus. Banyak faktor yang
mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan, hiperaktifitas sistem saraf simpatis,
si
sist
stem
em re
reni
nin
n an
angi
giot
oten
ensi
sin,
n, de
defe
fek
k da
dala
lam
m ek
eksk
skre
resi
si Na
Na,, pe
peni
ning
ngka
kata
tan
n Na da
dan
n Ca
intraselul
intraseluler
er dan fakto
faktor-fakt
r-faktor
or yang meni
meningkat
ngkatkan
kan resik
resiko
o sepe
seperti
rti obes
obesitas,
itas, alkoh
alkohol,
ol,
merokok,
merokok, serta pol
polisitem
isitemia.
ia. Hipert
Hipertensi
ensi prim
primer
er biasan
biasanya
ya timbul pad
pada
a usia 30 – 50
tahun.

2) Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder atau hipertensi renal terdapat sekitar 5 % kasus. Penyebab
spesifik diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskular
renal, hiperaldosteronisme primer, dan sindrom cushing, feokromositoma, koarktasio
aorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan, dan lain – lain.

a) Hipertensi pada penyakit ginjal


Penyakit ginjal dapat meningkatkan tekanan darah dan sebaliknya hipertensi dalam
jangka waktu yang lama dapat mengganggu ginjal. Secara klinis sulit untuk
membed
membedaka
akan
n dua kea
keada
daan
an ter
terse
sebut
but,, ter
teruta
utama
ma pad
pada
a pen
penyak
yakit
it gin
ginjal
jal me
menah
nahun.
un.
Beratnya
Beratnya peng
pengaruh
aruh hipe
hipertens
rtensii terha
terhadap
dap ginja
ginjall terga
tergantung
ntung dari tingg
tingginya
inya teka
tekanan
nan
darah dan lamanya menderita hipertensi. Makin tinggi tekanan darah dalam waktu

lama makin berat komplikasi ya


yang
ng mungkin ditimbulkan.

Hipert
Hipertens
ensii pad
pada
a pen
penyak
yakit
it gin
ginjal
jal dap
dapat
at ter
terjad
jadii pad
pada
a pe
penya
nyakit
kit gin
ginjal
jal aku
akutt ma
maupu
upun
n
peny
penyak
akit
it ginj
ginjal
al kr
kron
onik
ik,, ba
baik
ik pa
pada
da ke
kela
lain
inan
an gl
glum
umer
erol
olus
us ma
maup
upun
un pa
pada
da ke
kela
lain
inan
an
vaskular. Hipertensi pada penyakit ginjal dapat dikelompokkan dalam :

1. Penyakit glumerolus akut

2. Penyakit vaskuler
3. Gagal ginjal kronik

3
4. Penyakit glumerolus kronik

b) Hipe
Hipert
rten
ensi
si pad
ada
appe
eny
nya
akit
kit rren
eno
ova
vask
sku
ular.
lar.
Hipertensi
Hipertensi renov
renovasku
askular
lar merup
merupakan
akan peny
penyebab
ebab terse
tersering
ring dari hiper
hipertens
tensii seku
sekunder.
nder.
Diagno
Diagnosa
sa hip
hipert
ertens
ensii ren
renov
ovask
askula
ularr pen
pentin
ting
g kar
karena
ena ke
kelai
lainan
nan ini po
poten
tensia
siall unt
untuk
uk

disembuhkan
disembuhk an deng
dengan
an meng
menghilan
hilangkan
gkan peny
penyebab
ebabnya
nya yait
yaitu
u steno
stenosis
sis arteri renal
renalis.
is.
Stenos
Stenosis
is art
arteri
eri ren
renali
alis
s ad
adala
alah
h sua
suatu
tu kea
keadaa
daan
n ter
terdap
dapatn
atnya
ya les
lesii obs
obstru
trukti
ktiff sec
secara
ara
anatomik pada arteri renalis. Sedangkan hipertensi renovaskular adalah hipertensi
yang terjadi akibat fisiologis adanya stenosis arteri renalis. Istilah nefropati iskemik
menggambarkan suatu keadaan terjadinya penurunan fungsi ginjal akibat adanya
stenosis arteri renalis. Jika terjadi gangguan fungsi ginjal, kelainan ini akan menetap
walaupun tekanan darahnya dapat dikendalikan dengan pengobatan yang meliputi
medikament
medikamentosa
osa antih
antihipert
ipertensi,
ensi, revas
revaskula
kularisas
risasii deng
dengan
an tinda
tindakan
kan beda
bedah
h atau
ataupun
pun
angioplasti.

c) Hipertensi pada kelainan endokrin


Sala
Salah
h sat
atu
u peny
enyak
akit
it yan
ang
g diseb
isebab
abka
kan
n ole
leh
h ke
keru
rus
sak
akan
an endo
dok
kri
rin
n adal
ala
ah
aldosteronisme primer (Sindrom Conn). Hiperaldosteronisme primer adalah sindrom
yang disebabkan oleh hipersekresi aldesteron yang tidak terkendali yang umumnya
beras
berasal
al da
dari
ri ke
kelen
lenjar
jar kor
kortek
teks
s ad
adren
renal.
al. Hip
Hipera
eraldo
ldoste
steron
ronism
isme
e pri
primer
mer sec
secara
ara kli
klinis
nis
dikena
dikenall de
denga
ngan
n tria
triad
d ter
terdir
dirii dar
darii hip
hipert
erten
ensi,
si, hip
hipoka
okalem
lemi,
i, dan alk
alkalo
alosis
sis met
metabo
abolik
lik..
Sindro
Sindrom
m ini dis
diseba
ebabka
bkan
n ole
oleh
h hip
hiperp
erplas
lasii kel
kelenj
enjar
ar kor
kortek
teks
s adr
adrena
enal,
l, ade
adenom
noma
a ata
atau
u
karsinoma adrenal.

d) Sindrom Cushing
Sindrom cushing disebabkan oleh hiperplasi adrenal bilateral yang disebabkan oleh
adenoma hipofisis yang menghasilkan Adenocorticotropin Hormone
Hormone (ACTH).

e) Hipertensi adrenal kongenital


Hipertensi adrenal kongenital merupakan penyabab terjadinya hipertensi pada anak
(jarang terjadi).
f) Feokromositoma
Feokromositoma adalah salah satu hipertensi endokrin yang patut dicurigai apabila
te
terd
rdap
apat
at riwa
riwaya
yatt da
dala
lam
m ke
kelu
luar
arga
ga.. Ta
Tand
nda
a – ta
tand
nda
a ya
yang
ng me
menc
ncur
urig
igai
ai ad
adan
anya
ya

feokromositoma yaitu hipertensi, sakit kepala, hipermetabolisme, hiperhidrosis, dan


hiperglikemia.

4
Feo
eok
kro
romo
mos
sito
itomi
mia
a diseb
iseba
abk
bkan
an ole
oleh tu
tumo
morr sel krom
kromat
atin
in asa
sall ne
neur
ural
al yan
ang
g
mensek
mensekres
resika
ikan
n kat
kateko
ekolam
lamin.
in. Seb
Sebagi
agian
an bes
besar
ar ber
berasa
asall dar
darii kelenj
kelenjar
ar adr
adren
enal,
al, dan
hanya 10 % terjadi di tempat lain dalam rantai simpatis. 10 % dari tumor ini ganas
dan 10 % adenoma adrenal adalah bilateral. Feokromositomia dicurigai jika tekanan
darah berfluktuasi
berfluktuasi tinggi, diser
disertai
tai takik
takikardi,
ardi, berk
berkering
eringat
at atau edema paru karena

gagal jantung.

g) Koartasio aorta
Koarktasi aorta paling sering mempengaruhi aorta pada distal dari arteri subklavia
kiri dan menimbulkan hipertensi pada lengan dan menurunkan tekanan pada kaki,
dengan
dengan den
denyut
yut nad
nadii art
arteri
eri fem
femora
oralis
lis lem
lemah
ah ata
atau
u tid
tidak
ak ad
ada.
a. Hip
Hipert
ertens
ensii ini dap
dapat
at
menetap bahkan setelah reseksi bedah yang berhasil, terutama jika hipertensi terjadi
lama sebelum operasi.

h) Hipertensi pada kehamilan


Hipertensi pada kehamilan merupakan penyebab utama peningkatan morbiditas dan
mortal
mortalita
itas
s mat
matern
ernal,
al, jan
janin
in dan neo
neonat
natus.
us. Ked
Kedaru
arurat
ratan
an hip
hipert
ertens
ensii da
dapat
pat men
menjad
jadii
kompli
komplikas
kasii dar
darii pre
preekl
eklamp
ampsia
sia se
sebag
bagaim
aiman
ana
a ya
yang
ng ter
terjad
jadii pad
pada
a hip
hipert
ertens
ensii kro
kronik
nik..
Perempuan hamil dengan hipertensi mempunyai risiko yang tinggi untuk terjadinya
komplikas
komplikasii yang berat seper
seperti
ti abrup
abruptio
tio plase
plasenta,
nta, peny
penyakit
akit sereb
serebrovas
rovaskule
kuler,
r, gaga
gagall
organ, koagulasi intravaskular. Penelitian observasi pasien hipertensi kronik yang
ringan
ringan didapat
didapatkan
kan risik
risiko
o kehamil
kehamilan
an preakl
preaklamps
ampsia
ia 10 – 25 %, abrupt
abruptio
io 0,7 – 1,5 %,
kehamilan prematur kurang dari 37 minggu 12 – 34 %, dan hambatan pertumbuhan
janin 8 – 16 %. Risiko bertambah pada hipertensi kronik yang berat pada trimester
pert
pertam
ama
a de
deng
ngan
an dida
didapa
patn
tnya
ya prea
preak
klamp
lampsi
sia
a sa
samp
mpai
ai 50 %. Te
Terh
rhad
adap
ap ja
jani
nin,
n,
mengakibatkan risiko retardasi perkembangan intrauterin, prematuritas dan kematian
intrauterin. Selain itu risiko hipertensi seperti gagal jantung, ensepalopati, retinopati,
perdarahan serebral, dan gagal ginjal akut dapat terjadi. Sampai sekarang yang
belum jelas apakah tekanan darah yang terkontrol secara agresif dapat menurunkan
terjadinya eklampsia.

i) Hipe
Hipert
rten
ensi
si ak
akib
ibat
at dari pe
pen
ngg
ggu
unaa
aan
nooba
batt – o
ob
bat
atan
an..
Penggu
Penggunaa
naan
n oba
obatt yan
yang
g pal
paling
ing ban
banyak
yak be
berka
rkaita
itan
n den
dengan
gan hip
hipert
ertens
ensii ad
adala
alah
h pil
kont
kontra
rase
seps
psii or
oral
al (O
(OCP
CP).
). 5% pe
pere
remp
mpua
uan
n me
meng
ngal
alam
amii hi
hipe
pert
rten
ensi
si se
seja
jak
k mu
mula
laii
penggunaan. Perempuan usia lebih tua (> 35 tahun)lebih mudah terkena, begitupula
5
dengan perempuan yang pernah mengalami hipertensi selama kehamilan. Pada 50
% te
teka
kana
nan
n da
dara
rah
h ak
akan
an ke
kemb
mbal
alii no
norm
rmal
al da
dala
lam
m 3 – 6 se
sesu
suda
dah
h pe
peng
nghe
hent
ntia
ian
n pi
pil.
l.
Peng
Penggu
guna
naan
an es
estr
trog
ogen
en pa
pasc
scam
amen
enop
opau
ause
se be
bers
rsif
ifat
at ka
kard
rdio
iopr
prot
otek
eksi
si da
dan
n ti
tida
dak
k
meningkatkan tekanan darah. Obat lain yang terkait dengan hipertensi termasuk
siklosporin, eritopoietin, dan kokain.

I. 4. G
Geja
ejala
la Klini
Kliniss

Peninggia
Peninggian
n tekan
tekanan
an dara
darah
h kada
kadang-ka
ng-kadang
dang meru
merupaka
pakan
n satu
satu-satu
-satunya
nya gejal
gejala
a
pada hipertensi esensial dan tergantung dari tinggi rendahnya tekanan darah, gejala
yang timbul dapat berbeda-beda. Kadang-kadang hipertensi esensial berjalan tanpa
gejala, dan baru timbul gejala setelah terjadi komplikasi pada organ target seperti
pada ginjal, mata, otak dan jantung.
Perjalanan penyakit hipertensi sangat berlahan. Penderita hipertensi mungkin

tidak menunjukkan gejala selama bertahun – tahun. Masa laten ini menyelubungi
perkem
per kemban
banga
gan
n pen
penyak
yakit
it sam
sampai
pai ter
terjad
jadii ker
kerus
usaka
akan
n org
organ
an ya
yang
ng ber
berma
makna
kna.. Bil
Bila
a
terdapat gejala biasanya hanya bersifat spesifik, misalnya sakit kepala atau pusing.
Geja
Gejala
la lain
lain ya
yang
ng se
seri
ring
ng dite
ditemu
muka
kan
n ad
adal
alah
ah ep
epis
ista
taks
ksis
is,, mu
muda
dah
h ma
mara
rah,
h, te
teli
ling
nga
a
berdengung, rasa berat di tungkuk, sukar tidur, dan mata berkunang-kun
berkunang-kunang.
ang. Apabila
hipertensi tidak diketahui dan dirawat dapat mengakibatkan kematian karena payah
jantung, infark miokardium, stroke atau gagal ginjal. Namun deteksi dini dan
parawatan hipertensi dapat menurunkan jumlah morbiditas dan mortalitas.

I. 4. P
Pat
atog
ogen
enes
esis
is
Tekanan darah terutama dikontrol oleh sistem saraf simpatik (kontrol jangka
pendek) dan ginjal (kontrol jangka panjang). Mekanisme yang berhubungan dengan
penyebab hipertensi melibatkan perubahan – perubahan pada curah jantung dan
resistensi vaskular perifer. Pada tahap awal hipertensi primer curah jantung meninggi
sedangkan tahanan perifer normal. Keadaan ini disebabkan peningkatan aktivitas
simpatik. Saraf simpatik mengeluarkan norepinefrin, sebuah vasokonstriktor yang
mempengaruhi pembuluh arteri dan arteriol sehingga resistensi perifer meningkat.
Pada tahap selanjutnya curah jantung kembali ke normal sedangkan tahanan perifer
mening
meningkat
kat yan
yang
g dis
diseba
ebabka
bkan
n ole
oleh
h ref
reflek
leks
s aut
autore
oregul
gulas
asi.
i. Ya
Yang
ng dim
dimaks
aksud
ud den
dengan
gan
reflek
refleks
s aut
autore
oregul
gulasi
asi ada
adalah
lah me
mekan
kanism
isme
e tub
tubuh
uh unt
untuk
uk mem
memper
pertah
tahan
ankan
kan kea
keadaa
daan
n
hemodi
hemodinam
namik
ik yan
yang
g nor
normal
mal.. Ole
Oleh
h kar
karena
ena cur
curah
ah jan
jantun
tung
g yan
yang
g men
mening
ingkat
kat ter
terjad
jadii
6
konstriks
konstriksii sfing
sfingter
ter pre-k
pre-kapile
apilerr yang meng
mengakib
akibatkan
atkan penuruna
penurunan
n curah jantu
jantung
ng dan
peninggian tahanan perifer. Pada stadium awal sebagian besar pasien hipertensi
menunjukkan curah jantung yang meningkat dan kemudian diikuti dengan kenaikan
tahanan perifer yang mengakibatkan kenaikan tekanan darah yang menetap.
Mekanisme
Mekanisme patof
patofisiol
isiologi
ogi yang berhu
berhubung
bungan
an deng
dengan
an peni
peningka
ngkatan
tan hiper
hipertens
tensii

esensial antara lain :

1) Cur
Curah
ah jan
jantun
tung
gddan
an tah
tahan
anan
an per
perife
iferr
Keseim
Keseimban
bangan
gan cur
curah
ah jan
jantun
tung
g dan tah
tahana
anan
n per
perife
iferr san
sanga
gatt berpen
berpengar
garuh
uh
terhadap kenormalan tekanan darah. Pada sebagian besar kasus hipertensi esensial
curah jantung biasanya normal tetapi tahanan perifernya meningkat. Tekanan darah
dite
ditent
ntuk
ukan
an oleh
oleh ko
kons
nsen
entr
tras
asii se
sell ot
otot
ot ha
halu
lus
s ya
yang
ng te
terd
rdap
apat
at pa
pada
da ar
arte
terio
rioll ke
keci
cil.
l.
Peni
Pening
ngka
kata
tan
n ko
kons
nsen
entr
tras
asii se
sell otot
otot ha
halu
lus
s ak
akan
an be
berp
rpen
enga
garu
ruh
h pa
pada
da pe
peni
ning
ngka
kata
tan
n
konsentra
konsentrasi
si kals
kalsium
ium intras
intraselule
eluler.
r. Penin
Peningkata
gkatan
n kons
konsentras
entrasii otot halu
halus
s ini semak
semakin
in

lama ak
lama akan
an men
mengak
gakiba
ibatka
tkan
n pen
peneba
ebalan
lan pe
pembu
mbuluh
luh dar
darah
ah art
arteri
eriol
ol yang
yang mun
mungki
gkin
n
dimediasi oleh angiotensin yang menjadi awal meningkatnya tahanan perifer yang
irreversible..
irreversible

2) Sist
Sistem
em Re
Reni
nin-
n-An
Angi
giot
oten
ensi
sin
n
Gi
Ginj
njal
al me
meng
ngon
ontr
trol
ol te
teka
kana
nan
n da
dara
rah
h me
mela
lalu
luii peng
pengat
atur
uran
an vo
volu
lume
me ca
cair
iran
an
ekstra
ekstrasel
selule
ulerr dan se
sekre
kresi
si renin.1 Sis
renin. Sistem
tem Ren
Renin-
in-An
Angio
gioten
tensin
sin mer
merup
upaka
akan
n sis
sistem
tem
endokrin
endokrin yang penting dalam peng
pengontro
ontrolan
lan teka
tekanan
nan darah
darah.. Renin disekre
disekresi
si oleh
juxtaglomerulus aparantus ginjal sebagai respon glomerulus underperfusion atau

penurunan asupan garam, ataupun respon dari sistem saraf simpatetik.


Mekanisme
Mekan isme terjad
terjadinya
inya hipe
hipertens
rtensii adal
adalah
ah mela
melalui
lui terbe
terbentukn
ntuknya
ya angio
angiotensi
tensin
n II dari
angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE). ACE memegang peranan
fis
fisiolo
iologi
gis
s pen
enti
ting
ng dalam
lam men
enga
gatu
turr te
tek
kan
anan
an da
dara
rah
h. Dara
rah
h meng
nga
andu
dung
ng
angiot
angiotens
ensino
inogen
gen ya
yang
ng dip
diprod
roduks
uksii hat
hati,
i, ya
yang
ng ole
oleh
h hor
hormon
mon ren
renin
in (di
(dipro
produk
duksi
si ole
oleh
h
ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I (dekapeptida yang tidak aktif). Oleh ACE
yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II (oktapeptida
yang sangat aktif). Angiotensin II berpotensi besar meningkatkan tekanan darah
karena bersifat sebagai vasoconstrictor melalui dua jalur, ya
yaitu:
itu:

7
a. Meningkatkan s
seekresi ho
horrmon an
anttid
idiiuretik (A
(AD
DH) da
dan
n ra
ras
sa h
haaus. AD
ADH
H
diprod
diproduks
uksii di hip
hipota
otalam
lamus
us (ke
(kelen
lenjar
jar pit
pituit
uitari
ari)) dan bek
bekerj
erja
a pad
pada
a gin
ginjal
jal untuk
untuk
menga
mengatur
tur osm
osmola
olalita
litas
s dan vol
volume
ume uri
urin.
n. Den
Dengan
gan men
mening
ingkat
katnya
nya ADH
ADH,, san
sangat
gat
sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis) sehingga urin menjadi
peka
pekatt da
dan
n ting
tinggi
gi os
osmo
mola
lali
lita
tasn
snya
ya.. Un
Untu
tuk
k me
meng
ngen
ence
cerk
rkan
an,, vo
volu
lume
me ca
cair
iran
an

ekstra
ekst rase
selu
lule
lerr ak
akan
an diti
diting
ngka
katk
tkan
an de
deng
ngan
an ca
cara
ra me
menanari
rik
k ca
cair
iran
an da
dari
ri ba
bagi
gian
an
instra
instrase
selul
luler.
er. Aki
Akibat
batnya
nya volvolum
ume
e dar
darah
ah men
mening
ingka
katt seh
sehing
ingga
ga men
mening
ingkat
katkan
kan
tekanan darah.

b. Menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron


merupakan hormon steroid yang berperan penting pada ginjal. Untuk mengatur
volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam)
dengan
dengan cara mereabso
mereabsorpsin
rpsinya
ya dari tubul
tubulus
us ginja
ginjal.
l. Naikn
Naiknya
ya kons
konsentras
entrasii NaCl
akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler
yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah.

3) Sist
Sisten
en Sa
Sara
raff O
Oto
tono
nom
m
Sirkulasi
Sirkulasi siste
sistem
m saraf simpatetik dapat meny
menyebab
ebabkan
kan vaso
vasokonst
konstriksi
riksi dan dilat
dilatasi
asi
ar
arte
teri
rio
ol. Siste
istem
m sa
sara
raff ot
oton
ono
om ini
ini memp
mpu
uny
nya
ai pera
ran
n ya
yan
ng pen
enti
tin
ng da
dala
lam
m
pempertah
pempertahanka
ankan
n tekan
tekanan
an dara
darah.
h. Hiper
Hipertens
tensii dapa
dapatt terjad
terjadii karena
karena inter
interaksi
aksi anta
antara
ra
sistem saraf otonom dan sistem renin-angiotensin bersama – sama dengan faktor
lain termasuk natrium, volume sirkulasi, dan beberapa hormon.

4) Disf
Disfun
ungs
gsii En
Endo
dote
teli
lium
um
Pembuluh darah sel endotel mempunyai peran yang penting dalam pengontrolan
pembuluh darah jantung dengan memproduksi sejumlah vasoaktif lokal yaitu molekul
oksida nitrit dan peptida endotelium. Disfungsi endotelium banyak terjadi pada kasus
hipertensi
hipertensi prime
primer.
r. Seca
Secara
ra klinis peng
pengobata
obatan
n deng
dengan
an antih
antihipert
ipertensi
ensi menu
menunjuk
njukkan
kan
perbaikan gangguan produksi dari oksida nitrit.

5) Su
Subs
bsta
tans
nsii vas
vasoa
oakt
ktif
if
Bany
Banyak
ak siste
istem
m vas
aso
oak
akti
tiff yan
ang
g me
memp
mpe
enga
garu
ruhi
hi tr
tran
ans
spor na
natr
triu
ium
m da
dala
lam
m
memper
mempertah
tahank
ankan
an tek
tekana
anan
n dar
darah
ah dal
dalam
am ke
keada
adaan
an nor
norma
mal.
l. Bra
Bradik
dikini
inin
n merupa
merupaka
kan
n

vasodilator yang potensial, begitu juga endothelin. Endothelin dapat meningkatkan


sensitifitas garam pada tekanan darah serta mengaktifkan sistem renin-angiotensin

8
lok
lokal. Arterial natriuretic peptide mer
merupa
upakan
kan hor
hormo
mon
n yan
yang
g dip
diprod
roduks
uksii di atrium
atrium
jantung dalam merespon peningkatan volum darah. Hal ini dapat meningkatkan
ekskresi garam dan air dari ginjal yang akhirnya dapat meningkatkan retensi cairan
dan hipertensi.

6) Hi
Hip
per
erko
koa
agu
gula
las
si
Pasien dengan hipertensi memperlihatkan ketidaknormalan dari dinding pembuluh
darah (disfungsi endotelium atau kerusakan sel endotelium), ketidaknormalan faktor
homeos
homeostas
tasis,
is, pla
platel
telet,
et, dan fib
fibrin
rinolis
olisis.
is. Did
Diduga
uga hip
hipert
ertens
ensii dap
dapat
at men
menye
yebab
babkan
kan
protom
protombot
botik
ik dan hip
hiperk
erkoag
oagula
ulasi
si ya
yang
ng sem
semaki
akin
n lam
lama
a ak
akan
an se
semak
makin
in par
parah
ah dan
merusak organ target. Beberapa keadaan dapat dicegah dengan pemberian obat
anti-hipertensi.

7) Disf
Disfun
ungs
gsii d
dia
iast
stol
olik
ik
Hipertropi ventrikel kiri
kiri menyebabkan ventrikel tidak da
dapat
pat beristirahat ke
ketika
tika terjadi
tekanan diastolik. Hal ini untuk memenuhi peningkatan kebutuhan input ventrikel,
terutama pada saat olahraga terjadi peningkatan tekanan atrium kiri melebihi normal,
dan penurunan tekanan ventrikel.

I. 5 . Fak
Faktor
tor R
Risik
isiko
o

Sampa
Sampaii sa
saat
at ini pen
penyeb
yebab
ab hip
hipert
ertens
ensii sec
secara
ara pas
pasti
ti bel
belum
um dap
dapat
at diketa
diketahui
hui
dengan jelas. Secara umum, faktor risiko terjadinya hipertensi yang teridentifikasi
antara lain :

a. Ke
Ketu
turu
runa
nan
n
Dari hasil penelitian diungkapkan bahwa jika seseorang mempunyai orang tua atau
salah satunya menderita
menderita hiper
hipertens
tensii maka orang terse
tersebut
but memp
mempunya
unyaii risik
risiko
o lebi
lebih
h
besar untuk terkena hipertensi daripada orang yang kedua orang tuanya normal
(tidak
(tidak men
mender
derita
ita hip
hipert
ertens
ensi).
i). Ada
Adanya
nya riw
riway
ayat
at ke
kelua
luarga
rga ter
terhad
hadap
ap hip
hipert
ertens
ensii da
dan
n
penyakit jantung secara signifikan akan meningkatkan risiko terjadinya hipertensi
pada perempuan dibawah 65 tahun dan laki – laki dibawah 55 tahun.

b. Usia

9
Beberapa penelitian yang dilakukan, ternyata terbukti bahwa semakin tinggi usia
seseorang maka semakin tinggi tekanan darahnya.. Hal ini disebabkan elastisitas
dinding pembuluh darah semakin menurun dengan bertambahnya usia. Sebagian
besar
besar hip
hipert
ertens
ensii ter
terjad
jadii pad
pada
a usi
usia
a leb
lebih
ih dar
darii 65 tah
tahun
un.. Seb
Sebelu
elum
m us
usia
ia 55 tah
tahun
un
tekanan darah pada laki – laki lebih tinggi daripada perempuan. Setelah usia 65

tekanan darah pada perempuan lebih tinggi daripada laki-laki. Dengan demikian,
risiko hipertensi bertambah dengan semakin bertambahnya usia.

c. Jenis kelamin
Jenis kelamin mempunyai pengaruh penting dalam regulasi tekanan darah. Sejumlah
fakta
fakta men
menyat
yataka
akan
n hor
hormon
mon sex mem
mempen
pengar
garuhi
uhi sis
sistem
tem ren
renin
in an
angio
gioten
tensin
sin.. Sec
Secara
ara
umum
umum te
teka
kana
nan
n da
dara
rah
h pa
pada
da laki
laki – laki
laki lebi
lebih
h tin
tingg
ggii da
darip
ripad
ada
a pe
pere
remp
mpua
uan.
n. Pa
Pada
da
pere
peremp
mpua
uan
n ri
risi
siko
ko hipe
hiperte
rtens
nsii ak
akan
an me
meni
ning
ngka
katt se
sete
tela
lah
h ma
masa
sa me
meno
nopa
paus
use
e ya
yang
ng
mununjukkan adanya pengaruh hormon.

d. Merokok
Merokok dapat meningkatkan beban kerja jantung dan menaikkan tekanan darah.
Menuru
Menurutt pe
penel
nelitia
itian,
n, diu
diungk
ngkapk
apkan
an bah
bahwa
wa mer
meroko
okok
k dap
dapat
at men
mening
ingkat
katkan
kan tek
tekana
anan
n
darah. Nikotin yang terdapat dalam rokok sangat membahayakan kesehatan, karena
nikotin dapat meningkatkan penggumpalan darah dalam pembuluh darah dan dapat
menyebabk
menyebabkan
an peng
pengapur
apuran
an pada dind
dinding
ing pemb
pembuluh
uluh dara
darah.
h. Nikotin
Nikotin bers
bersifat
ifat toksik
toksik
terhadap jaringan saraf yang menyebabkan peningkatan tekanan darah baik sistolik
maupun diastolik, denyut jantung bertambah, kontraksi otot jantung seperti dipaksa,

pemakaian O2 bertambah, aliran darah pada koroner meningkat dan vasokontriksi


pada pembuluh darah perifer.

e. Obesitas
Kele
Kelebi
biha
han
n lema
lemak
k tu
tubu
buh,
h, kh
khus
usus
usny
nya
a lema
lemak
k ab
abdo
domi
mina
nall er
erat
at ka
kait
itan
anny
nya
a de
deng
ngan
an
hipertensi. Ting
Tinggi
giny
nya
a pe
peni
ning
ngka
kata
tan
n te
teka
kana
nan
n da
dara
rah
h te
terg
rgan
antu
tung
ng pa
pada
da be
besa
sarn
rnya
ya
pena
penamb
mbah
ahan
an be
bera
ratt ba
bada
dan.
n. Pe
Peni
ning
ngka
kata
tan
n ris
risik
iko
o se
sema
maki
kin
n be
bert
rtam
amba
bah
h pa
para
rahn
hnya
ya
hipertensi terjadi pada penambahan berat badan tingkat sedang. Tetapi tidak semua
obesit
obesitas
as dap
dapat
at ter
terken
kena
a hip
hipert
ertens
ensi.
i. Ter
Tergan
gantun
tung
g pad
pada
a mas
masing
ing – mas
masing
ing ind
indivi
ividu.
du.
Peni
Pening
ngka
kata
tan
n teka
tekana
nan
n da
dara
rah
h di atas
atas nila
nilaii op
opti
tima
mall ya
yait
itu
u > 12
120
0 / 80 mm
mmHg
Hg ak
akan
an
meningkat
meningkatkan
kan risiko terja
terjadinya
dinya peny
penyakit
akit kardi
kardiovas
ovaskuler
kuler.. Penur
Penurunan
unan berat bada
badan
n

10
efekti
efektiff unt
untuk
uk men
menuru
urunka
nkan
n hip
hipert
ertens
ensi,
i, Pen
Penuru
urunan
nan ber
berat
at ba
badan
dan sek
sekita
itarr 5 kg dap
dapat
at
menurunkan tekanan darah secara signifikan.

f. Stress
Hubung
Hubungan
an ant
antara
ara str
stress
ess den
dengan
gan hip
hipert
ertens
ensii did
diduga
uga mel
melala
alaui
ui sar
saraf
af sim
simpat
patis
is yan
yang
g

dapat meningkatkan tekanan darah secara intermiten. Apabila stres berlangsung


lama dapat mengakibatkan peninggian tekanan darah yang menetap. Pada binatang
perco
percobaa
baan
n dib
dibukt
uktika
ikan
n bah
bahwa
wa paj
pajana
anan
n ter
terha
hadap
dap str
stres
es men
menyeb
yebabk
abkan
an bin
binata
atang
ng
tersebut menjadi hipertensi.

g. Aktifitas Fisik
Orang dengan tekanan darah yang tinggi dan kurang aktifitas, besar kemungkinan
aktifitas fisik efektif menurunkan tekanan darah. Aktifitas fisik membantu dengan
mengontrol berat badan. Aerobik yang cukup seperti 30 – 45 menit berjalan cepat
23
setiap har
setiap harii mem
memban
bantu
tu men
menuru
urunk
nkan
an tek
tekana
anan
n dar
darah
ah sec
secara
ara lan
langs
gsung
ung.. Olahraga
secara
sec ara ter
teratu
aturr dap
dapat
at men
menuru
urunk
nkan
an tek
tekana
anan
n dar
darah
ah pad
padaa sem
semua
ua ke
kelom
lompok
pok,, bai
baik
k
hipertensi maupun normotensi.

h. Asupan
1) Asupan Natrium
2) Asupan Kalium
3) Asupan Magnesium
4) Asupan Kalsium

I. 6. G
Gej
ejala
ala klini
kli nis
s

Pada
Pada se
seba
bagi
gian
an be
besa
sarr pe
pend
nder
erit
ita,
a, hi
hipe
pert
rten
ensi
si ti
tida
dak
k me
meni
nimb
mbul
ulka
kan
n ge
geja
jala
la,,
meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan berhubungan
dengan tekanan darah tinggi. Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan
dari
dari hidung
hidung,, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik
pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang
normal. Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala

berikut:

11
 Sakit kepala
 Kelelahan
 Mual
 Muntah
 Sesak nafas


Gelisah
 Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak,
mata, jantung dan ginjal.

Kad
Kadan
ang
g pen
pender
derita
ita hip
hipert
ertens
ensii ber
berat
at me
menga
ngalam
lamii pe
penur
nuruna
unan
n ke
kesad
sadara
aran
n da
dan
n
bahkan
bahkan koma kare
karena
na terjadi pembengk
pembengkakan
akan otak
otak.. Kead
Keadaan
aan ini diseb
disebut
ut hiper
hipertens
tensif
if
ensefalopati, yang memerlukan penanganan segera.

Krisis hipertensi merupakan suatu keadaan klinis yang ditandai oleh tekanan
dara
darah
h ya
yang
ng sa
sang
ngat
at tin
tingg
ggii ya
yang
ng ke
kemu
mung
ngki
kina
nan
n da
dapa
patt meni
menimb
mbul
ulka
kan
n at
atau
au te
tela
lah
h
terjadinya kelainan organ target. Biasanya ditandai oleh tekanan darah >180/120
mmHg.

Pada hipertensi emergensi tekanan darah meningkat ekstrim disertai dengan


kerusakan organ target akut yang bersifat progresif, sehingga tekanan darah harus
diturunkan segera (dalam hitungan menit – jam) untuk mencegah kerusakan organ
targett lebih lanjut. Conto
targe Contoh
h gang
gangguan
guan organ targe
targett akut
akut:: ense
ensefalop
falopati,
ati, pend
pendarah
arahan
an
intrakranial, gagal ventrikel kiri akut disertai edema paru, dissecting aortic aneurysm,
aneurysm,
angina pectoris tidak stabil, dan eklampsia atau hipertensi berat selama kehamilan.

Hipertensi urgensi adalah tingginya tekanan darah tanpa disertai kerusakan organ
target yang progresif. Tekanan darah diturunkan dengan obat antihipertensi oral ke
nil
nilai
ai tek
tekana
anan
n da
darah
rah pad
pada
a tin
tingk
gkat
at 1 dal
dalam
am wak
waktu
tu beb
bebera
erapa
pa jam sa
sampa
mpaii den
dengan
gan
beberapa hari.

I. 7. Pemeriksaan Mencari Faktor Resiko


Faktor resiko penting untuk menentukan resiko hipertensi dan stratifikasi terhadap
kejadian komplikasi kardiovaskular, yaitu :
1. Resiko untuk stratifikasi

a. Der
Deraja
ajatt hipe
hiperte
rtensi
nsi
b. Wan
Wanita
ita > 65 tah
tahun
un

12
c. Lak
Laki-la
i-laki
ki > 55 ttahu
ahun
n
d. Pe
Pero
roko
kok
k
e. Kole
Kolestero
steroll total > 25
250
0 mg% (6,
(6,5
5 mmol/
mmol/L)
L)
f. Diab
Diabet
etes
es me
mell
llit
itus
us
g. Riway
Riwayat
at keluarg
keluarga
a penyak
penyakit
it kardiova
kardiovaskula
skularr lain

2. Re
Res
siko
iko lai
lain y
yan
ang
g me
mem
mpen
eng
gar
aruh
uhii pro
progn
gnos
osis
is
a. Kole
Kolestero
steroll H
HDL
DL renda
rendah
h
b. Kole
Kolestero
steroll LDL menin
meningkat
gkat
c. Mikro
Mikroalbum
albuminaria
inaria p
pada
ada dia
diabetes
betes m
mellitu
ellitus
s
d. Toler
Toleransi
ansi g
glukos
lukosa
a terg
tergangg
anggu
u
e. Ob
Obes
esit
itas
as
f. Tida
Tidak
kbber
erol
olah
ahra
raga
ga (secondary lifestyle)
lifestyle)
g. Fibri
Fibrinoge
nogen
n menin
meningkat
gkat

h. Kelompok resiko tingg


tinggii tertentu; sosioekonomi, ras, geogra
geografik
fik

3. Kerusakan o
orrgan s
sa
asaran
a. Hiper
Hipertrofi
trofi vent
ventrikel
rikel kiri
b. Prote
Proteinuria
inuria / kreat
kreatinin
inin 1,2 – 2,0 mg%
c. Peny
Penyempit
empitan
an a.r
a.retina
etina local / umum
d. Tand
Tanda
a aterosk
ateroskleros
lerosis
is pada A. karotis
karotis,, A. iliak
iliaka,
a, aorta

4. Tan
anda
da klini
linis
s kelain
laina
an den
enga
gan
n pe
peny
nya
akit
kit

a. Penyakit sse
erebrovaskular
 Stroke iskemik
 Perdarahan serebral
b. Penyakit jantung
 Infark miokard
 Angina pectoris
 Revaskularisasi koroner
 Gagal jantung kongestif
c. Retinopati hipertensi lanjut
 Perdarahan atau eksudat
 Edema papil
13
d. Penyakit ginjal
 Nefropati diabetic
 GGK (kreatinin > 2 mg %)
e. Penyakit lain

Diseksi aneurisma
 Penyakit arteri (simtomatik)

I. 8. Komplikasi

Tekanan darah tinggi dalam jangka waktu lama akan merusak endothel arteri
dan memp
mempercep
ercepat
at ather
atheroskle
osklerosis
rosis.. Komp
Komplikas
likasii dari hiper
hipertens
tensii terma
termasuk
suk rusa
rusaknya
knya
or
orga
gan
n tu
tubu
buh
h se
sepe
pert
rtii jant
jantun
ung,
g, ma
mata
ta,, ginj
ginjal
al,, ot
otak
ak,, da
dan
n pe
pemb
mbul
uluh
uh da
dara
rah
h be
besa
sar.
r.
Hipert
Hipertens
ensii ada
adalah
lah fak
faktor
tor res
resiko
iko uta
utama
ma unt
untuk
uk pen
penyak
yakit
it ser
serebr
ebrova
ovasku
skular
lar (st
(strok
roke,
e,
transient ischemic attack), penyakit arteri koroner (infark miokard, angina), gagal
ginjal, dementia, dan atrial fibrilasi. Bila penderita hipertensi memiliki faktor-faktor
resiko kardiovaskular lain, maka akan meningkatkan mortalitas dan morbiditas akibat
gangguan kardiovaskularnya tersebut. Menurut Studi Framingham, pasien dengan
hipertensi mempunyai peningkatan resiko yang bermakna untuk penyakit koroner,
stroke, penyakit arteri perifer, dan gagal jantung.

14
Ginjal

Insufsiensi ginjal

OTAK
Jantung :
PERTENS Stroke
Hipertrof ventrikel kiri TIA
Gagal jantung kronik
Inark miokard
Penyakit jantung konges MATA
Aritmia Renopa

Pembuluh Darah :
Arteriosklerosis
Penyakit pembuluh darah perier
Penyakit jantung koroner

Paradigma Perjalanan Penyakit Kardiovaskular


Disritmia

Infark miokard akut Disungsi diastolik


PVD ma mendadak
plak dak stabil
Disungsi sistolik
ventrikel kiri Hipertrof
ventrikel kiri
Penyakit jantung koroner
remodelling
STROKE Disungsi endotel
aterosklerosis
Gagal jantung Hipertensi
konges Tekanan
Disungsi endotel glomerulus
Gagal ginjal
Gagal jantung tahap akhir Disungsi mesangial
tahap akhir sitokin
Faktor risiko

KEMATIAN Proteinuria
sklerosis & fbrosis

15
I. 9. Diagnosis

Tekana
Tekanan
n da
darah
rah diu
diukur
kur set
setela
elah
h se
seseo
seoran
rang
g duduk
duduk ata
atau
u be
berba
rbarin
ring
g sel
selama
ama 5
menit. Angka 140/90 mmHg atau lebih dapat diartikan sebagai hipertensi, tetapi
diagnosis tidak dapat ditegakkan hanya berdasarkan satu kali pengukuran.

Pengukuran pertama harus pada kedua sisi lengan untuk menghindarkan kelainan
pembul
pembuluh
uh dar
darah
ah per
perife
ifer.
r. Jik
Jika
a pad
pada
a pen
penguk
gukura
uran
n per
pertam
tama
a mem
member
berika
ikan
n has
hasilil yan
yang
g
tinggi, maka tekanan darah diukur kembali dan kemudian diukur sebanyak 2 kali
pada 2 hari berikutnya untuk meyakinkan adanya hipertensi. Hasil pengukuran bukan
hanya
hanya men
menent
entuk
ukan
an ad
adany
anya
a tek
tekana
anan
n dar
darah
ah tin
tingg
ggi,
i, tetapi
tetapi jug
juga
a dig
diguna
unaka
kan
n unt
untuk
uk
menggo
menggolon
longka
gkan
n be
berat
ratnya
nya hip
hipert
ertens
ensi.
i. Set
Setela
elah
h dia
diagn
gnosi
osis
s dit
diteg
egakk
akkan,
an, dil
dilaku
akukan
kan
pemeriksaan terhadap organ utama, terutama pembuluh darah, jantung, otak dan
ginjal

I. 10. Pemeriksaan Penunjang


 Tes darah rutin
 Hemoglobin dan hematokrit
 Urinalisis terutama untuk deteksi adanya darah, protein, gula
 Kimia darah untuk kalium (serum), kreatinin (serum), gula darah puasa, total
kolesterol
 Elektrokardiogram
 Ekokardiogram
 Radiologi: foto toraks
 Sesuai penyakit penyerta
 Kolesterol total serum, kolesterol HDL serum, LDL serum, kolesterol
trigliserida serum (puasa)
 Asam urat serum
 Plasma rennin activity (PRA), aldosteron, katekolamin urin
 Ekokardiografi bila diduga KOS (kerusakan organ sasaran), seperti adanya
LVH
 Ultrasonografi pembuluh darah besar (karotis dan femoral)

Ultrasonografi ginjal bila diduga adanya kelainan ginjal


 Pemeriksaaan neurologis untuk mengetahui kerusakan pada otak

16
 Funduskopi untuk mengetahui kerusakan pada mata

I. 11. Penatala
Penatalaksanaan
ksanaan hi
hipertensi
pertensi
a. Penatalaksanaan non farmakologis
Menerapkan gaya hidup sehat bagi setiap orang untuk mencegah tekanan darah
tinggi dan merupakan bagian yang penting dalam penanganan hipertensi. Semua
pasien dengan prehipertensi dan hipertensi harus melakukan perubahan gaya hidup.
Di sam
sampin
ping
g me
menur
nurunk
unkan
an tek
tekana
anan
n da
darah
rah pa
pada
da pas
pasien
ien-pa
-pasie
sien
n den
dengan
gan hip
hipert
ertens
ensi,
i,
modifi
modifikas
kasii gay
gaya
a hid
hidup
up jug
juga
a da
dapat
pat men
mengur
gurang
angii ber
berlan
lanjut
jutnya
nya tek
tekana
anan
n dar
darah
ah ke
hipertensi pada pasien-pasien dengan tekanan darah prehipertensi. Modifikasi gaya
hidup yang penting yang terlihat menurunkan tekanan darah adalah:
 mengurangi berat badan untuk individu yang obes atau gemuk;
 mengadopsi pola makan DASH (Dietary
( Dietary Approach to Stop Hypertension
Hypertension)) yang
kaya akan kalium dan kalsium; diet rendah natrium; aktifitas fisik; dan
 tidak merokok dan mengkonsumsi alkohol.
Pada
Pada se
sejum
jumlah
lah pas
pasien
ien den
dengan
gan pen
pengon
gontro
trolan
lan tek
tekana
anan
n da
darah
rah cuk
cukup
up bai
baik
k
dengan terapi satu obat antihipertensi; mengurangi garam dan berat badan dapat
membebaskan pasien dari menggunakan obat. Program diet yang mudah diterima
adalah
adalah yang diatur untuk menurun
menurunkan
kan berat badan seca
secara
ra perla
perlahan-
han-lahan
lahan pada
pasien
pasien yan
yang
g ge
gemuk
muk dan obe
obesit
sitas
as dis
disert
ertai
ai pem
pembat
batas
asan
an pem
pemasu
asukan
kan nat
natriu
rium
m da
dan
n
alkohol. Untuk ini diperlukan pendidikan ke pasien, dan dorongan
dorongan moral. Aktifitas fisik
juga dapat menurunkan tekanan darah. Olah raga aerobik secara teratur paling tidak
30 men
menit/
it/har
harii beb
bebera
erapa
pa har
harii per min
mingg
ggu
u ide
ideal
al unt
untuk
uk keb
kebany
anyaka
akan
n pa
pasie
sien.
n. Stu
Studi
di
menunjukkan kalau olah raga aerobik, seperti jogging, berenang, jalan kaki, dan
menggunak
menggunakan
an sepe
sepeda,
da, dapa
dapatt menu
menurunk
runkan
an tekan
tekanan
an darah
darah.. Keun
Keuntunga
tungan
n ini dapa
dapatt
terjadii walau
terjad walaupun
pun tanp
tanpa
a dise
disertai
rtai penu
penuruna
runan
n berat badan. Pasie
Pasien
n haru
harus
s kons
konsultas
ultasii
dengan dokter untuk mengetahui jenis olah raga mana yang terbaik terutama untuk
pasien dengan kerusakan organ target. Merokok merupakan faktor resiko utama
independen untuk penyakit kardiovaskular. Pasien hipertensi yang merokok harus
dikonseling berhubungan dengan resiko lain yang dapat diakibatkan oleh merokok.

17
Tabel II. Modifikasi Gaya Hidup untuk mengontrol hipertensi

Kira-kira penurunan
Modifikasi Rekomendasi
tekanan darah, range

Penurunan berat badan Pelihara berat badan normal 5-20 mmHg/10-kg


(BB) (BMI 18.5 – 24.9) penurunan BB

Diet kaya dengan buah, sayur, dan produk 8-14 mm Hg1


Adopsi pola makan DASH
susu rendah lemak

Mengurangi diet sodium, tidak lebih dari


Diet rendah sodium 2-8 mm Hg
100meq/L (2,4 g sodium aatau
tau 6 g sodium
klorida)

Aktifitas fisik Regular aktifitas fisik aerobik seperti jalan kaki 4-9 mm Hg18

30 menit/hari, beberapa hari/minggu

Limit minum alkohol tidak lebih dari 2/hari (30


Minum alkohol sedikit saja 2-4 mm Hg
ml etanol [mis.720 ml beer], 300ml wine)
untuk laki-laki dan 1/hari untuk perempuan

Sing
Singka
kata
tan:
n: BMI
BMI = body
body ma
mass
ss inde
index,
x, BB = be
bera
ratt bada
badan,
n, DASH
DASH = Di
Diet
etar
ary
y Ap
Appr
proa
oach
ch to Stop
Stop
Hypertension
* Berhenti merokok, untuk mengurangi resiko kardiovaskular secara keseluruhan

b. Penatalaksanaan farmakologis
Jenis – jenis obat antihipertensi untuk terapi farmakologis hipertensi yang dianjurkan
JNC 7:
 Diuretika, terutama jenis Thiazie (Thiaz) atau Aldosterone Antagonist
Antagonist (Aldo
Ant)
 Beta Blocker (BB)
 Calcium Channel Blocker atau Calcium Anatagonist (CCB)
 Angiotensin Converting
Converting Enzyme Inhibitor (ACEI)
 Angiotensin II Receptor Blocker
Blocker atau AT1receptor antagonist / blocker (ARB)

18
Masing
Masing – mas
masing
ing oba
obatt ant
antihi
ihiper
perten
tensi
si me
memil
miliki
iki efe
efekti
ktivit
vitas
as dan kea
keaman
manan
an dal
dalam
am
peng
pengob
obat
atan
an hipe
hiperte
rtens
nsi,
i, te
teta
tapi
pi pe
pemi
mili
liha
han
n ob
obat
at an
antih
tihip
iper
erte
tens
nsii ju
juga
ga di
dipe
peng
ngar
aruh
uhii
beberapa faktor, yaitu :

 Faktor sosioekonomi

Profil faktor resiko kardiovaskular
 Ada tidaknya kerusakan
kerusakan organ target
 Ada tidaknya penyakit
penyakit penyerta
 Variasi individu dari respon
r espon pasien terhadap obat antihipertensi
 Kemungkinan adanya interaksi dengan obat yang digunakan pasien untuk
penyakit lain
 Bukti ilmiah kemampuan obat antihipertensi yang akan digunakan dalam
menurunkan resiko kardiovaskular
Untu
Untuk
k ke
kepe
perl
rlua
uan
n pe
peng
ngob
obat
atan
an,, ad
ada
a pe
peng
ngel
elom
ompo
poka
kan
n pa
pasi
sien
en be
berd
rdas
asar
ar ya
yang
ng
meme
memerl
rluk
ukan
an pe
pert
rtim
imba
bang
ngan
an kh
khus
usus
us (Spec
Special
ial Cons
Consedera
ederations
tions),
), yait
yaitu
u Ke
Kelo
lomp
mpok
ok
Indika
Indikasi
si yan
yang
g Mem
Memaks
aksa
a (Comp
Compelling
elling Indic
Indication
ations
s), dan Ke
Keada
adaan
an Kh
Khusu
usus
s lai
lainny
nnya
a
(Special Situations).
Situations).

Indikasi yang memaksa meliputi :

 Gagal jantung
 Pasca infark miokardium
 Resiko penyakit pembuluh darah koroner tinggi

Diabetes
 Penyakit ginjal kronis
 Pencegahan stroke berulang

Keadaan khusus lainnya meliputi :

 Populasi minoritas
 Obesitas dan sindrom metabolic
 Hipertrofi ventrikel kanan
 Penyakit arteri perifer
 Hipertensi pada usia lanjut

19
 Hipotensi postural
 Demensia
 Hipertensi pada perempuan
 Hipertensi pada anak dan dewasa muda
 Hipertensi urgensi dan emergensi

Untuk sebagian besar pasien hipertensi, terapi dimulai secara bertahap, dan
target
target tek
tekana
anan
n dar
darah
ah tin
tinggi
ggi dic
dicapa
apaii se
secar
cara
a pro
progre
gresif
sif dal
dalam
am beb
bebera
erapa
pa min
minggu
ggu..
Dianjurkan untuk menggunakan obat antihipertensi dengan masa kerja panjang atau
yang memberikan efikasi 24 jam dengan pemberian sekali sehari.

Piliha
Pilihan
n mem
memula
ulaii ter
terap
apii den
dengan
gan sat
satu
u jen
jenis
is oba
obatt ant
antihi
ihiper
perten
tensi
si ata
atau
u den
dengan
gan
kombinasi tergantung tekanan darah awal dan ada tidaknya komplikasi. Jika terapi
dimulai dengan satu jenis obat dan dalam dosis rendah, dan kemudian tekanan
darah belum mencapai target, maka langkah selanjutnya adalah meningkatkan dosis
obatt ter
oba terse
sebut
but,, ata
atau
u be
berpin
rpindah
dah ke ant
antihi
ihiper
perten
tensi
si lai
lain
n den
dengan
gan dos
dosis
is ren
rendah
dah.. Efek
Efek
samping umumnya bisa dihindarkan dengan dosis rendah, baik tunggal maupun
kombinasi. Sebagian besar pasien memerlukan kombinasi obat antihipertensi untuk
mencapai target tekanan darah, tetapi terapi kombinasi dapat meningkatkan bisaya
pengobatan dan menurunkan kepatuhan pasien karena jumlah obat yang semakin
bertambah.

Kombinasi yang telah terbukti efektif dan dapat ditoleransi pasien adalah :

 CCB dan BB
 CCB dan ACEI atau ARB
 CCB dan diuretika
 AB dan BB
 Kadang diperlukan tida atau empat kombinasi obat

20
Tabel III. Indikasi dan Kontraindikasi (KI) Obat Antihipertensi

Kelas Obat Indikasi KI Mutlak KI Tidak Mutlak

Gagal jantung kongestif, usia


Diuretika (Thiazide) lanjut, isolated systolic Gout Kehamilan
hypertension

Insufisiensi ginjal, gagal


Diuretika (Loop
(Loop))
jantung kongestif

Gagal jantung kongestif,


Diuretika (anti aldosteron) Gagal ginjal, hiperkalemia
pasca infark miokardium

Angina pectoris, pasca infark


Asma, penyakit paru Penyakit
Penyakit pembuluh
pembuluh darah
darah perife
perifer,
r,
miokardium, gagal jantung
Β-blocker obst
obstru
rukt
ktif
if me
mena
nahu
hun,
n, A-V intoleransi glukosa, atlit atau pasien
kongestif, kehamilan,
block (derajat 2 atau 3) yang aktif secara fisik
takiaritmia

Usia lanjut, isolated systolic


hypertension, angina
hypertension,
Calcium Antagonist
pectoris, penyakit pembuluh Takiaritmia, gagal jantung kongestif
(dihydopiridine)
darah perifer, aterosklerosis
karotis, kehamilan

Angina pectoris,
Calcium Antagonist A-V block (derajat 2 atau 3),
aterosklerosis karotis,
(verapamil, diltiazem) gagal jantung kongestif
takikardia supraventrikuler

Gagal jantung kongestif,


disfungsi ventrikel kiri, pasca Keha
Kehami
mila
lan,
n, hi
hipe
perka
rkale
lemi
mia,
a,
Penghambat ACE infark miokardium, non- stenosis
sis arter i renali
lis
s
diabetic nefropati, nefropati bilateral
DM tipe 1, proteinuria

Nefropati DM tipe 2,
Keha
Kehami
mila
lan,
n, hi
hipe
perka
rkale
lemi
mia,
a,
Angiotensin II receptor mikroalbuminaria diabetic,
stenosis
sis arter i renali
lis
s
antagonist (ATI-
(ATI-blocker
blocker) proteinuria, hipertrofi ventrikel
bilateral
kiri, batuk karena ACEI

Hyperplasia prostat (BPH),


α – Blocker Hipotensi ortostatik Gagal jantung kongestif
hiperlipidemia

21
Tabel IV. Monitoring kerusakan target organ

Parameter pasien yang di Monitoring


Kelas Obat
monitor Tambahan
ACE Inhibitor Hipotensi pada
pada pemberian
pemberian Fungsi ginjal (BUN, serum
dosis pertama, pusing, kreatinin),
kreatinin), serum elektrolit
batuk, tekanan darah, (kalium)
adherence (kepatuhan)
ARB Hipotensi pada
pada pemberian
pemberian Fungsi ginjal (BUN, serum
dosis pertama, pusing, kreatinin),
kreatinin), serum elektrolit
tekanan darah, adherence (kalium)
Alpha-blocker
Alpha-blocker Hipotensi ortostatik
(Penyekat alfa) (terutama
-
dengan dosis pertama),
Pusing, tekanan darah,
adherence
Beta-blocker Denyut nadi, tekanan darah, Gejala gagal jantung,
(Penyekat beta) toleransi thd olah raga, gula darah
pusing, disfungsi seksual,
gejala gagal jantung,
adherence
Antagonis Denyut nadi (verapamil, Gejala gagal jantung
kalsium diltiazem), edema perifer,
sakit kepala (terutama
dengan
dihidropiridin),
dihidropiridin), gejala gagal
jantung, tekanan
tekanan darah,
adherence
Obat yang bekerja sentral Sedasi, mulut kering, denyut Enzim liver (metildopa)
(metildopa, klonidin) nadi, gejala retensi cairan,
tekanan darah, adherence
Diuretik Pusing, status cairan, urine
Fungsi ginjal (BUN, serum
output, berat badan, kreatinin),
kreatinin), serum elektrolit
tekanan darah, adherence (kalium, magnesium,
natrium), kadar gula, asam
urat (untuk tiazid)
ACE: angiotensin
angiotensin converting enzyme;
enzyme; ARB:angiotensin
ARB:angiotensin receptor
receptor blocker;
BUN:blood urea nitrogen

22
Tabel V. Tatalaksana Hipertensi Menurut JNC 7

Klasifikasi TDS (mmHg) TDD (mmHg) Perbaikan Pola Terapi Obat Terapi Obat
Tekanan darah Hidup Awal tanpa awal dengan
Indikasi Indikasi
Memaksa Memaksa

Normal < 120 dan < 80 Dianjurkan

Prehipertensi 120 – 139 atau 80 – 89 Ya Tidak indikasi Obat-obatan


obat untuk indikasi
yang memaksa

Hipertensi 140 – 159 atau 90 – 99 Ya Diuretika jenis Obat-obatan


derajat 1 Thiazide untuk untuk indikasi
sebagian besar yang memaksa
kasus, dapat obat
dipertimbangkan antihipertensi
ACEI, ARB, BB, lain (diuretika,
CCB, atau ACEI, ARB, BB,
BB,
kombinasi CCB) sesuai
kebutuhan

Hipertensi ≥ 160 atau ≥ 100 ya Kombinasi 2


derajat 2 obat untuk
sebagian besar
kasus umumnya
diuretika jenis
Thiazide dan
ACEI atau ARB
atau BB atau
CCB

Untuk melihat toksisitas dari terapi, efek samping dan interaksi obat harus di nilai
secara teratur. Efek samping bisanya muncul 2 sampai 4 minggu setelah memulai
obat baru atau setelah menaikkan dosis (tabel 7). Kejadian efek samping mungkin
memerlukan penurunan dosis atau substitusi dengan obat antihipertensi yang lain.
Monitoring yang intensif diperlukan bila terlihat ada interaksi obat.

23
Tabel VI. Efek samping dan kontraindikasi obat-obat antihipertensi
Kelas Obat Kontraindikasi Efek samping
ACE inhibitors Kehamilan, bilateral artery Batuk, angioedema, hiperkalemia,
stenosis, hiperkalemia hilang rasa, rash,
disfungsi renal
ARB Kehamilan, bilateral artery Angioedema (jarang),
stenosis, hiperkalemia hiperkalemia, dusfungsi renal
Penyekat alfa Hipotensi ortostatik, gagal Sakit kepala, pusing, letih,
jantung, diabetes hipotensi postural, hipotensi
dosis pertama, hidung
tersumbat, disfungsi ereksi
Pe
Peny
nyek
ekat
at beta
beta Asma
Asma,, he
hear
artt bl
block,
ock si
sind
ndro
roma
ma Bronkospasm, gagal jantung,
Raynaud’s yg parah gangguan sirkulasi perifer,
insomnia, letih, bradikardi,
trigliserida meningkat, impoten,
hiperglikemi, exercise
intolerance
Antagonis kalsium Heart
Heart bl
block,
ock disf
disfun
ungs
gsii si
sist
stol
olik
ik Sakit kepala, flushing, edema
gagal jantung (verapamil, perifer, gingival hyperplasia,
diltiazem) constipasi (verapamil), disfungsi
ereksi
Agonis sentral Depresi, penyakit liver Rebound hipertensi bila
(metildopa, (metildopa), diabetes dihentikan, sedasi, mulut kering,
klonidine) bradikardi, disfungsi ereksi, retensi
natrium dan cairan, hepatitis
(jarang)
Diuretik Pirai Hipokalemia, hiperurisemia,
glucose intolerance (kecuali
indapamide), hiperkalsemia
(tiazid), hiperlipidemia,
hiponatremia, impoten (tiazid)

Tabel VII. Interaksi antara obat antihipertensi dengan obat lain


Kelas Obat Berinteraksi dengan Mekanisme Efek
Diuretik
- Tiazid Digoksin Hipokalemia Digoksin menjadi
lebih toksik
- Loop Obat-obat yang Hipokalemia Lemah otot, aritmia
menurunkan kadar jantung
kalium
- Potasium- ACEI, ARB, Hiperkalemia Hiperkalemia yg
Sparing siklosporin,
siklosporin, garam serius dapat
kalium menyebabkan
cardiac arrest
Carbamazepin, Hiponatremia Mual, muntah,
24
- Tiazid chlorpropamid letargi, bingung, dan
kejang
Kelas Obat Berinteraksi dengan Mekanisme Efek
Penyekat Diltiazem, verapamil Efek negatif Bradikardia, depresi
inotropik miokardial
beta
Antidiabetik
Antidiabetik oral yang aditif Gejala hipoglisemia
Blokade reseptor tertutupi
Dobutamin beta-2 Efek inotropik dr
Antagonis reseptor
reseptor dobutamin dihambat
Adrenalin β-1 Hipertensi dan
α-vasokonstriksi bradikardi
oleh
adrenalin
Verapamil Penyekat beta Efek negatif Bradikardia, depresi
inotropik miokardial
diltiazem
Digoksin yang aditif Akumulasi digoksin,
digoksin,
Menghambat efek aritmogenik
ekskresi renal
digoksin
ACEI/ARB Diuretik penahan
penahan Ekskresi kalium Hiperkalemia
Kalium melalui ginjal
berkurang
NSAID Retensi Na dan H2O Efek antihipertensi
antihipertensi
berkurang
Klonidin Penyekat beta Tidak diketahui Fenomena rebound
bila klonidin
dihentikan
Antidepresan
Antidepresan trisiklik Antagonisme
Antagonisme Efek antihipertensi
antihipertensi
adrenoreseptor α-2 berkurang dan
sentral fenomena
rebound bila klonidin
dihentikan

I. 12. Pencegahan
Resiko seseorang untuk mendapatkan hipertensi dapat dikurangi dengan cara :
-
Memeriksa tekanan darah secara teratur
- Menjaga berat badan dalam rentang normal
- Mengatur pola makan, antara lain dengan mengkonsumsi makanan berserat,
rendah lemak dan mengurangi garam dan makanan berlemak .
- Hentikan kebiasaan merokok dan minuman beralkohol
- Berolahraga secara teratur
- Hidup secara teratur
- Mengurangi stress dan emosi

25
BAB II
PENYAKIT JANTUNG HIPERTENSI

II. 1 Pendahuluan
Tidak terkendali
terkendali dan tingg
tingginya
inya tekan
tekanan
an dara
darah
h yang berk
berkepan
epanjanga
jangan
n dapa
dapatt
mengakibatkan berbagai perubahan struktur otot jantung, pembuluh darah koroner,
dan sistem konduksi jantung. Perubahan ini pada akhirnya dapat mengarah pada
hipert
hipertrof
rofii ven
ventri
trikel
kel kiri ata
atau
u of left vent
ventricul
ricular
ar hype
hypertroph
rtrophy
y (LVH), penyak
penyakit
it arter
arterii
koroner, berbagai penyakit sistem konduksi, dan sistolik dan disfungsi diastolik dari
miokardium, yang secara klinis sebagai angina atau infark miokard, aritmia jantung
(terutama fibrilasi atrium ), dan gagal jantung kongestif atau congestive heart failure

(CHF).

II. 2 Definisi
Penyakit jantung hipertensif merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh
peningkatan tekanan darah (hipertensi). Hipertensi yang berkepanjangan dan tidak
terkendali dapat mengubah struktur miokard, pembuluh darah dan sistem konduksi
jantung. Perubahan-perub
Perubahan-perubahan
ahan ini dapat mengakibatkan hipertrofi ventrikel kiri,
penyakit arteri koroner, gangguan sistem konduksi, disfungsi sistolik dan diastolik
miokard
miokard yang nantinya bermanif
bermanifesta
estasi
si klinis sebaga
sebagaii angin
angina
a (nye
(nyeri
ri dada
dada),
), infar
infark
k

miokard, aritmia jantung (terutama fibrilasi atrium) dan gagal jantung kongestif.

II. 3 Epidemiologi
Sampa
Sampaii sa
saat
at ini pre
preva
valen
lensi
si hip
hipert
ertens
ensii di Ind
Indone
onesia
sia ber
berkis
kisar
ar ant
antara
ara 5-1
5-10%
0%
sedangkan tercatat pada tahun 1978 proporsi penyakit jantung hipertensif sekitar
14,3%
14,3% dan men
mening
ingkat
kat men
menjad
jadii sek
sekita
itarr 39% pad
pada
a tah
tahun
un 19
1985
85 se
sebag
bagai
ai pe
penye
nyebab
bab
peny
penyak
akit
it ja
jant
ntun
ung
g di In
Indo
done
nesi
sia.
a. Se
Seba
bany
nyak
ak 85
85-9
-90%
0% hi
hipe
perte
rtens
nsii ti
tida
dak
k di
dike
keta
tahu
huii
penyababnya (hipertensi primer/hipertensi idiopatik/hipertensi esensial) dan hanya
sebagian kecil yang dapat ditetapkan penyebabnya (hipertensi sekunder).

Frekuensi yang tepat dari hipertrofi ventrikel kiri atau of left ventricular hypertrophy
(LVH) tidak diketahui. Tingkat EKG LVH berdasarkan temuan adalah 2,9% untuk pria

26
dan 1,5% untuk perempuan. Tingkat berdasarkan temuan ekokardiografi mencapai
15-20%. Pasien tanpa LVH, 33% memiliki bukti disfungsi diastolik LV asimtomatik.

Menurut studi Framingham, hipertensi menyumbang sekitar seperempat dari


kasus gagal jantung.7 Dalam populasi lansia, sebanyak 68% kasus gagal jantung
yang dise
disebabka
babkan
n hiper
hipertensi
tensi.. pene
penelitian
litian berba
berbasis
sis masy
masyaraka
arakatt telah menu
menunjukk
njukkan
an
bahwa hipertensi dapat berkontribusi bagi pengembangan gagal jantung sebanyak
50-60% dari pasien. Pada pasien dengan hipertensi, risiko gagal jantung meningkat
2 kali lipat pada pria dan 3 kali lipat pada wanita.

Kapan seorang dengan hipertensi akan jatuh dalam kegagalan jantung tidak
dapat diketahui dengan pasti. Seorang penderita hipertensi kronik walaupun tekanan
darahnya tinggi dapat hidup bertahun-tahun tanpa terjadi komplikasi pada jantung
sedang
sedangkan
kan se
seora
orang
ng de
denga
ngan
n phe
pheoch
ochrom
romocy
ocytom
toma,
a, glo
glomer
merulo
ulonef
nefriti
ritis
s aku
akut,
t, ata
atau
u
toxemia gravidarum dapat dengan mudah jatuh dalam kegagalan jantung walaupun
tekana
tekanan
n dar
darahn
ahnya
ya tid
tidak
ak be
begit
gitu
u tin
tinggi
ggi.. Jad
Jadii tid
tidak
ak ada hub
hubung
ungan
an langsu
langsung
ng antara
antara
tinggi
tingginya
nya tek
tekana
anan
n dar
darah
ah den
dengan
gan ter
terjad
jadiny
inya
a ke
kegag
gagala
alan
n jan
jantun
tung,
g, dan keg
kegaga
agalan
lan
jantung bukanlah suatu komplikasi yang harus terjadi pada hipertensi. Ternyata
dengan menurunkan tekanan darah arteri, fungsi jantung menjadi baik kembali. Hal
yang sama dapat dijumpai pula pada penyakit jantung koroner yang terjadi akibat
hipertensi
hipertensi.. Froh
Frohlich
lich dkk. meneliti 20 pend
penderita
erita hipertens
hipertensii deng
dengan
an kelu
keluhan
han angina
pektoris, pada pemeriksaan angiografi koroner ternyata tidak terdapat penyumbatan
A. koronaria. Keadaan ini membuktikan bahwa perubahan-perubahan
perubahan-perubahan hemodinamika
menyebabkan gangguan fungsi dan oksigenisasi miokard dan menimbulkan keluhan
angina
angina pek
pektor
toris,
is, kel
keluha
uhan-k
n-kelu
eluhan
han ter
terseb
sebut
ut men
menghi
ghilan
lang
g den
dengan
gan dit
dituru
urunka
nkanny
nnya
a
tekanan darah. Melihat pengamatan-pengamatan di atas, kedua kelainan jantung
akibatt hiper
akiba hipertensi
tensi—keg
—kegagala
agalan
n jantu
jantung
ng dan atero
ateroskle
sklerosis
rosis—
— merup
merupakan
akan suat
suatu
u hal
yang kompleks.

Dari penelitian Frohlich pada 200 penderita hipertensi didapatkan tekanan


darah arteri dan jumlah tekanan perifer (TPR) meningkat secara progresif dan nyata.
Denyut jantung lebih cepat pada penderita hipertensi daripada orang normal, tapi
denyut jantung ini (heart rate) tidak menunjukkan perbedaan yang nyata di antara

penderita hipertensi (lihat gambar I). Bila sudah ada pembesaran atrium kiri maka
denyut jantung akan menurun dan cardiac output menetap. Selanjutnya bila sudah

27
ada pembesaran ventrikel kiri maka cardiac output menurun bersama dengan denyut
jantung.

Gambar I
Perbandingan denyut jantung dengan jumlah tahanan perifer diantara orang normal
dan hipertensi.

II. 4 Patofisiologi
Pada tahun-tahun terakhir ini banyak penelitian tentang hipertrofi ventrikel kiri
sebagai akibat dari kenaikan beban kerja pada hipertensi. Akhir-akhir ini diketahui
bahw
bahwa
a bila
bila hipe
hiperte
rtens
nsii diob
diobat
atii se
seca
cara
ra ba
baik
ik ma
maka
ka ja
jara
rang
ng se
seka
kali
li me
meng
ngak
akib
ibat
atka
kan
n
kegaga
kegagalan
lan jan
jantun
tung.
g. Coh
Cohn
n dkk
dkk.. pad
pada
a au
autop
topsi
si pen
pender
derita
ita hip
hipert
ertens
ensii men
mendap
dapatk
atkan
an
kelainan arteria koronaria lebih banyak pada penderita dengan kegagalan jantung
daripada yang belum menunjukkan kegagalan jantung .

II. 4. 1. Hipertro
Hipertrofi
fi Ventrikel Kiri

Hipertrofi ventrikel kiri (left


(left ventricular hypertrophy/LVH) terjadi pada 15-20%
penderita hipertensi dan risikonya meningkat dua kali lipat pada pasien obesitas.
Hipert
Hipertrof
rofii ven
ventrik
trikel
el kir
kirii mer
merup
upaka
akan
n per
pertam
tambah
bahan
an mas
massa
sa pa
pada
da ven
ventrik
trikel
el (bi
(bilik
lik)) kir
kirii
jantung, hal ini merupakan respon sel miosit terhadap stimulus yang menyertai
peningkatan tekanan darah. Hipertrofi miosit terjadi sebagai mekanisme kompensasi

peningk
peningka
atan
tan tek
tekana
nann afterload. Stim
Stimul
ulus
us me
meka
kani
nis
s da
dann ne
neur
uroh
ohor
ormo
mona
nall ya
yang
ng
menyertai hipertensi akan mengaktivasi pertumbuhan sel miokard, ekspresi gen dan

28
berujung kepada hipertrofi ventrikel kiri. Selain itu aktivasi sistem renin-angiotensin
akan menyebabkan pertumbuhan intestitium dan komponen sel matriks.

Berbag
Berbagai
ai be
bentu
ntuk
k hip
hipert
ertrof
rofii ven
ventrik
trikel
el kir
kirii tel
telah
ah dii
diiden
dentifi
tifikas
kasi,
i, di ant
antara
aranya
nya
hipert
hipertrof
rofii ven
ventrik
trikel
el kir
kirii kon
konse
sentr
ntrik
ik dan hip
hipert
ertrof
rofii ve
ventr
ntrike
ikell kir
kirii ek
ekste
stenst
nstrik
rik.. Pad
Pada
a

hipertrofi
hipertrofi vent
ventrikel
rikel kiri kons
konsentrik
entrik terjadi peningka
peningkatan
tan mass
massa a dan kete
ketebala
balan
n sert
sertaa
volume da
volume dan
n tek
tekana
anann dia
diasto
stolik
lik.. Pas
Pasien
ien de
denga
ngann hip
hipert
ertrof
rofii ven
ventri
trikel
kel kir
kirii kon
konsen
sentrik
trik
umumnya memiliki prognosis yang lebih buruk. Adapun pada hipertrofi ventrikel kiri
eksentrik
eksentrik terja
terjadi
di peni
peningka
ngkatan
tan hanya pada lokas
lokasii terten
tertentu,
tu, misalnya daerah septal
septal..
Walaupun hipertrofi ventrikel kiri bertujuan untuk melindungi terhadap stres yang
ditimbulkan
ditimbulkan oleh hipe
hipertens
rtensi,
i, namu
namun
n pada akhi
akhirnya
rnya dapa
dapatt meny
menyebab
ebabkan
kan disfu
disfungsi
ngsi
miokard sistolik dan diastolik.

II. 4. 2. Abnormalitas Atrium Kiri

Abnormalitas atrium kiri, meliputi perubahan struktural dan fungsional, sangat


sering terjadi pada pasien hipertensi. Peningkatan tekanan darah/hipertensi akan
meningkat
meningkatkan
kan volu
volume
me dias
diastolik
tolik akhi
akhirr (end diast
diastolic
olic volum
volume/EDV
e/EDV) di ve
vent
ntri
rike
kell kiri
kiri
sehingga atrium kiri pun akan mengalami perubahan fungsi dan peningkatan ukuran.
Peningkatan ukuran atrium kiri tanpa disertai gangguan katup atau disfungsi sistolik
biasanya menunjukkan hipertensi yang sudah berlangsung lama/kronis dan mungkin
berhubungan dengan derajat keparahan disfungsi diastolik ventrikel kiri. Pasien juga
dapat mengalami fibrilasi atrium dan gagal jantung.

Pembesaran dari atrium kiri pada pemeriksaan EKG (tabel II), berhubungan
erat dengan adanya atrial (presystolic), irama gallop (suara jantung ke-4 — S 4).
Kelainan atrium kiri ini tidak dapat diartikan bahwa gangguan fungsi jantung pada
hipert
hipertens
ensii per
pertam
tama-t
a-tama
ama men
menyer
yerang
ang atr
atrium
ium kir
kiri,
i, tet
tetap
apii kar
karena
ena ada
adanya
nya hip
hipert
ertrof
rofii
ventrikel kiri yang berhubungan dengan menurunnya ventricular compliance.
compliance. Dalam
keadaan ini atrium kiri memompa darah ke dalam ventrikel kiri yang mempunyai
compliance yang sudah berkurang. Jadi pembesaran atrium kiri ini sebagai respons
terhadap kelainan veritrikel.

Bila keadaan ini berjalan terus maka akan timbul pembesaran dan hipertrofi
ventrikel kiri, fungsi ventrikel kiri akan menurun dengan cepat, kerja jantung ( Cardiac

29
Work) bertambah dan cardiac output akan terus menurun sampai timbul kegagalan
jantung.

II. 4. 3
3.. Gan
Gangguan
gguan katup

Hipertensi berat dan kronik dapat menyebabkan dilatasi pada pangkal aorta
sehi
sehing
ngga
ga me
meny
nyeb
ebab
abka
kan
n ins
insuf
ufis
isie
iens
nsii ka
katu
tup.
p. Hi
Hipe
pert
rten
ensi
si ya
yang
ng ak
akut
ut mu
mung
ngki
kin
n
menyeb
menyebabk
abkan
an ins
insufi
ufisie
siensi
nsi aor
aorta,
ta, yan
yang
g ak
akan
an kem
kemba
balili normal
normal jika
jika tek
tekan
anan
an dar
darah
ah
dikendalikan. Selain menyebabkan regurgitasi (aliran balik) aorta, hipertensi juga
akan mempercepat proses sklerosis aorta dan regurgitasi katup mitral.

II. 4. 4. Gagal Jantung

Gagal
Gagal jan
jantun
tung
g mer
merupa
upakan
kan kom
kompli
plikas
kasii yan
yang
g ser
sering
ing ter
terjad
jadii pad
pada
a hip
hipert
ertens
ensii
kronis. Pasien dengan hipertensi dapat menunjukkan gejala-gejala gagal jantung
namun dapat juga bersifat asimtomatis (tanpa gejala). Prevalensi (gagal jantung)
disfun
disfungsi
gsi dia
diasto
stolik
lik asi
asimto
mtomat
matis
is pad
pada
a pas
pasien
ien hip
hipert
ertens
ensii tan
tanpa
pa dis
disert
ertai
ai hip
hipert
ertrof
rofii
ventrik
ventrikel
el kir
kirii ada
adalah
lah se
seban
banyak
yak 33
33%.
%. Pen
Pening
ingka
katan
tan tek
tekana
anan
n afterload kro
kronik
nik dan
hipertrofi ventrikel kiri dapat mempengaruhi fase relaksasi dan pengisian diastolik
ventrikel.

Disfungsi diastolik sering terjad


Disfungsi terjadii pada penderit
penderita
a hiper
hipertens
tensi,
i, dan terka
terkadang
dang
dise
disert
rtai
ai hipe
hipert
rtro
rofi
fi ve
vent
ntrik
rikel
el ki
kiri.
ri. Ha
Hall ini
ini dise
diseba
babk
bkan
an ol oleh
eh pe
peni
ning
ngka
kata
tan
n te
teka
kana
nan
n

30
afterload, penyakit arteri koroner, penuaan, disfungsi sistolik dan fibrosis. Disfungsi
sistolik asimtomatis biasanya mengikuti disfungsi diastolik. Setelah beberapa lama,
hipertrofi ventrikel kiri gagal mengkompensasi peningkatan tekanan darah sehingga
lume
lumen
n ve
vent
ntri
rike
kell ki
kiri
ri be
berd
rdil
ilat
atas
asii un
untu
tuk
k me
memp
mper
erta
taha
hank
nkan
an card
cardiac
iac output. Lama
output Lama--
kelamaan fungsi sistolik ventrikel kiri akan menurun. Penurunan ini mengaktifkan

sistem neurohormonal dan renin-angiontensin, sehingga meretensi garam dan air


dan men
mening
ingkat
katkan
kan vas
vasoko
okonst
nstrik
riksi
si per
perife
ifer,
r, yan
yang
g akh
akhirn
irnya
ya mal
malah
ah memempe
mperbu
rburuk
ruk
keadaan dan menyebabkan disfungsi sistolik.

Apoptosis (kematian sel terprogram yang dirangsang oleh hipertrofi miosit dan
ketidakseimbangan stimulus dan inhibitornya) diduga memainkan peranan penting
dalam peralihan fase “terkompensasi” menjadi fase “dekompensasi”. Peningkatan
mendadak tekanan darah dapat menyebabka
menyebabkan
n edema paru tanpa adanya perubahan
fraksi
fraksi eje
ejeks
ksii ve
ventr
ntrike
ikell kir
kiri.
i. Sec
Secara
ara umu
umum
m dil
dilata
atasi
si ven
ventrik
trikel
el kir
kirii (as
(asimt
imtoma
omatik
tik ata
atau
u

simtom
simtomati
atik)
k) dap
dapat
at mem
memper
perbur
buruk
uk kea
keadaa
daann dan me
menin
ningka
gkatka
tkan
n ris
risiko
iko ke
kemat
matian
ian..
Disfungsi ventrikel kiri serta dilatasi septal dapat menyebabkan penebalan ventrikel
kanan dan disfungsi diastolik.

Tekana
Tekanan
n da
darah
rah art
arteri
eri ya
yang
ng men
mening
ingkat
kat men
mengak
gakiba
ibatka
tkan
n teg
tegang
angan
an din
dindin
ding
g
ventrik
ventrikel
el kir
kirii jug
juga
a me
menin
ningk
gkat
at da
dan
n dil
dilata
atasi
si ven
ventri
trikel
kel kir
kiri.
i. Akibat
Akibatnya
nya keb
kebutu
utuhan
han O 2
mening
meningkat
kat.. Bil
Bila
a ter
terjad
jadii hip
hipert
ertrof
rofii ve
ventr
ntrike
ikell kir
kirii ma
maka
ka keb
kebutu
utuha
han
n O 2 akan menjad
menjadii
normal kembali. Keadaan ini dapat berjalan bertahun-tahun tanpa keluhan. Selama
hipert
hipertrof
rofii ven
ventrik
trikel
el kir
kirii da
dapat
pat men
mengat
gatasi
asi beb
beban
an jan
jantun
tung
g mak
maka
a teg
tegang
angan
an din
dindin
ding
g
ventrikel tidak meningkat dan kebutuhan O2 juga tidak meningkat.

Bila
Bila ter
terjad
jadii ke
kenai
naika
kan
n men
mendad
dadak
ak dar
darii tek
tekana
anan
n dar
darah
ah mak
maka
a ter
terjad
jadii dil
dilata
atasi
si
ventrikel secara cepat tanpa adanya hipertrofi ventrikel kiri. Hal ini menyebabkan
kebu
kebutu
tuha
han
n O2 me
meni
ning
ngka
katt da
dan
n te
terj
rjad
adil
ilah
ah hi
hipo
poks
ksia
ia mi
miok
okar
ard,
d, se
sepe
pert
rtii pa
pada
da
glomerulon
glomerulonefritis
efritis,, toxe
toxemia
mia gravi
gravidarum
darum atau pheo
pheochro
chromocy
mocytoma.
toma. Deng
Dengan
an adan
adanya
ya
penyakit jantung koroner maka suplai O 2 ke ventrikel berkurang padahal kebutuhan
O2 meningkat. Berkurangnya suplai O 2 ini terutama terjadi pada lapisan dalam dari
miokard karena tekanan intraventrikuler yang meningkat. Akibat dari semuanya ini
diasto
diastolik
lik compliance menurun, tekanan ventrikel kiri pada akhir diastolik (LVEDP)

meninggi mengakibatkan hipertensi pada pembuluh darah kapiler paru dan terjadilah
bendun
bendungan
gan par
paru-p
u-paru
aru,, hip
hipoks
oksemi
emia
a dan hip
hipoks
oksia
ia miokar
miokard
d aka
akann leb
lebih
ih berat
berat.. Bil
Bila
a

31
keadaa
keadaan
n ini ber
berlan
langsu
gsung
ng ter
terus
us ma
maka
ka aka
akan
n ter
terjad
jadii keg
kegaga
agalan
lan jan
jantun
tung
g kir
kirii yang
yang
sebe
sebena
narn
rnya
ya da
dapa
patt diat
diatas
asii atau
atau dice
dicega
gah
h de
deng
ngan
an me
menu
nuru
runk
nkan
an te
teka
kana
nan
n da
dara
rah
h
tingginya. Mekanisme terjadinya kegagalan jantung adalah seperti yang tertera pada
gambar 2.

II. 4. 5. Iskemia miokard

Pada pasien hiper


hipertens
tensii dapa
dapatt timbu
timbull iskem
iskemia
ia mioka
miokard
rd yang bermanife
bermanifestasi
stasi
sebagai nyeri dada/angina pektoris. Hal ini dikarenakan hipertensi menyebabkan
peningkatan tekanan di ventrikel kiri dan transmural, peningkatan beban kerja yang
mengakibatkan hipertrofi ventrikel kiri. Suplai oksigen yang tidak sanggup memenuhi
kebutu
kebutuhan
han oto
otott jan
jantun
tung
g yan
yang
g mem
membes
besar
ar aka
akan
n men
menye
yebab
babkan
kan nye
nyeri
ri dad
dada.
a. Hal ini
diperparah jika terdapat penyulit seperti aterosklerosis.

II. 4. 6. Aritmia jantung

Aritmia jantung yang sering ditemukan pada pasien hipertensi adalah fibrilasi
atrium, kontraksi prematur ventrikel dan takikardia ventrikel. Berbagai faktor berperan
dalam mekanisme arituma seperti miokard yang sudah tidak homogen, perfusi buruk,
fibro
fibrosi
sis
s mi
miok
okar
ard
d da
dan
n fl
fluk
uktu
tuas
asii pa
pada
da sa
saat
at afterload. Sekita
Sekitarr 50% pas
pasien
ien den
dengan
gan
fibrilasi
fibrilasi atriu
atrium
m memil
memiliki
iki peny
penyakit
akit hiper
hipertens
tensi.
i. Walau
Walaupun
pun peny
penyebab
ebab pastinya belum

32
diketahui, namun penyakit arteri koroner dan hipertrofi ventrikel kiri diduga berperan
dalam
dalam men
menyeb
yebabk
abkan
an abo
aborma
rmalit
litas
as str
strukt
uktura
urall di atr
atrium
ium kir
kiri.
i. Fib
Fibril
rilasi
asi atr
atrium
ium da
dapat
pat
menyebabkan disfungsi sistolik dan diastolik serta meningkatkan risiko komplikasi
trombo-embolik seperti stroke.

Kont
Kontra
raks
ksii prem
premat
atur
ur ve
vent
ntri
rike
kel,
l, arit
aritmi
miaa ven
entr
trik
ikel
el da
dan
n kekema
matitian
an jajant
ntun
ung g
mendad
mendadak
ak dit
ditemu
emukan
kan leb
lebih
ih se
serin
ringg pad
pada
a pas
pasien
ien den
dengagann hip
hipert
ertrof
rofii ven
ventrik
trikel
el kir
kiri.
i.
Penyebab aritmia seperti ini diduga akibat proses penyakit arteri koroner dan fibrosis
miokard yang berjalan bersamaan.

II. 5. Klasifikasi

Frohlich membagi kelainan jantung akibat hipertensi menjadi empat tingkat :


1. Ting
Tingka
katt I : Be
Besa
sarr jant
jantun
ung
g ma
masi
sih
h no
norm
rmal
al,, be
belu
lum
m ad
ada
a ke
kela
lain
inan
an jantu
jantung
ng pad
pada
a
EKG
atau radiologi.
2. Tingk
Tingkat
at II : Ke
Kelaina
lainan
n atriu
atrium
m kiri p
pada
ada EK
EKG
G dan a
adany
danya
a suar
suara
a jan
jantung
tung k
ke
e4
(atrial gallop) sebagai tanda dari permulaan hipertrofi ventrikel kiri.
3. Tingk
Tingkat
at III : Ada
Adanya
nya h
hipert
ipertrofi
rofi v
ventrik
entrikel
el kir
kirii pad
pada
a EKG dan radio
radiologis
logis..
4. Ting
Tingka
katt IV : K
Keg
egag
agal
alan
an jjan
antu
tung
ng k
kir
iri.
i.

II. 6. Kel
Keluhan
uhan dan geja
gejala
la

Pada tahap awal, seperti hipertensi pada umumnya kebanyakan pasien tidak

ada kel
keluha
uhan.
n. Gej
Gejala
ala pe
penya
nyakit
kit jan
jantun
tungg hip
hipert
ertens
ensii ter
tergan
gantun
tung
g pad
pada
a dur
durasi
asi,, tin
tingka
gkatt
keparahan
keparahan,, dan jen
jenis
is pe
penya
nyakit
kit.. Se
Selai
lain
n itu
itu,, pa
pasie
sienn mu
mungk
ngkin
in atau
atau mun
mungki
gkinn tid
tidak
ak
menyadari memiliki hipertensi, sehingga mengapa hipertensi disebut sebagai "silent
" silent
killer."

Pada pasien dengan hiper


ipertr
trof
ofii ven
entr
trik
ikel
el kir
irii atau of Le
Left
ft Ve
Vent
ntric
ricul
ular
ar
Hypertrophy (LV
(LVH)
H) mem
memili
iliki
ki gej
gejala
ala yan
yang
g asi
asimto
mtomat
matik
ik kec
kecual
ualii LVH
LVH men
menye
yebab
babkan
kan
perkembangan disfungsi diastolik dan gagal jantung.

Meskipun gejala gagal jantung diastolik dan gagal jantung sistolik tidak bisa

dibedakan, namun pada anamnesis mungkin cukup dapat mengungkapkan. Secara


khusus,
khusus, oran
orang-ora
g-orang
ng yang tiba-tiba mengalam
mengalamii geja
gejala
la gaga
gagall jantu
jantung
ng kong
kongestif
estif atau

33
Congestive Heart Failure (CHF) parah dan cepat kembali ke baseline dengan terapi
medis lebih cenderung memiliki disfungsi diastolik terisolasi.

34
Gejala gagal jantung antara lain:

1. Exertional dan dyspnea nonexertional (NYHA kelas I-IV)

2. Ortopnea

3. Paroxysmal nocturnal dyspnea

4. Ke
Kele
lela
laha
han
n (l
(leb
ebih
ih s
ser
erin
ing
g te
terj
rjad
adii pa
pada
da d
dis
isfu
fung
ngsi
si s
sis
isto
toli
lik)
k)

5. Ed
Edem
ema
appad
ada
apper
erge
gela
lang
ngan
an ka
kaki
ki da
dan
nkken
enai
aika
kan
nbber
erat
at ba
bada
dan
n

Pasien bisa hadir dengan edema paru akut karena tiba-tiba dekompensasi LV
si
sist
stol
olik
ik at
atau
au dias
diasto
toli
lik
k disf
disfun
ungs
gsii ya
yang
ng dise
diseba
babk
bkan
an ol
oleh
eh fa
fakt
ktor
or-f
-fak
akto
torr se
sepe
pert
rtii
peningkatan tekanan darah secara akut, diet yang berlebihan, atau iskemia miokard.
Pasien dapat mengalami
mengalami aritmia jantung, teru
terutama
tama fibrilasi atrium, atau pasien
pasien dapat
mengalami gejala gagal jantung secara diam-diam dari waktu ke waktu.

Pada iskemi miokard dapat terjadi angina, yaitu komplikasi yang sering pada
penyakit jantung hipertensi, dan juga dapat dibedakan dari penyebab lain iskemia
miokard. Gejala khas angina termasuk rasa sakit dada substernal yang berlangsung
kurang dari 15 menit (versus> 20 menit pada infark).

Nyeri sering digambarkan dengan cara berikut:

1. Ny
Nyer
erii ter
teras
asa
abber
era
at, ada te
tek
kan
ana
an, me
mere
rem
mas

2. Me
Mema
manc
ncar
ar k
ke
e le
lehe
her,
r, rrah
ahan
ang,
g, p
pun
ungg
ggun
ung
gaata
tas,
s, a
ata
tau
u le
leng
ngan
an ki
kiri
ri

3. Dipr
Diprov
ovok
oka
asi o
ole
leh
h tte
enag
aga
aeem
mos
osii a
ata
tau
u ffis
isik
ik

4. Le
Lega
ga de
deng
ngan
an isti
istira
raha
hatt a
ata
tau
unnit
itro
rogl
glis
iser
erin
in su
subl
blin
ingu
gual
al

5. Pas
asiien ju
jug
ga dap
apat
at ha
hadi
dirr den
eng
gan ge
geja
jalla at
atip
ipik
ika
al ta
tan
npa ny
nye
eri da
dad
da, se
sepe
pert
rtii
dyspnea exertional atau kelelahan yang berlebihan, sering disebut sebagai angina
setara.
setara. Pasi
Pasien
en wanit
wanita,
a, khus
khususny
usnya,
a, lebi
lebih
h mung
mungkin
kin untu
untuk
k hadir dengan presentasi
presentasi
atipikal.

35
6. Pa
Pasie
sien
nmmung
ungkin
kin had
hadir
ir den
dengan
gan ang
angina
ina sta
stabil
bil kronis
kronis ata
atau
ussind
indrom
rom kor
korone
onerr a
akut
kut,,
termasuk infark miokard tanpa elevasi ST-segmen dan infark miokard akut dengan
elevas
elevasii ST. Per
Perub
ubaha
ahan
n EKG isk
iskemi
emik
k dap
dapat
at dit
ditemu
emukan
kan pa
pada
da ind
indivi
ividu
du pe
penya
nyajia
jian
n
dengan krisis hipertensi pada yang tidak aterosklerosis koroner signifikan terdeteksi
oleh angiografi koroner.

7. Ar
Arit
itmi
mia
a jan
jantu
tung
ng da
dapa
patt men
menye
yeba
babk
bkan
an be
berb
rbag
agai
ai ge
geja
jala
la,, terma
termasu
suk
k pal
palpi
pita
tasi
si,, near
atau tot
total
al syn
syncop
cope
e, precipitation of angina
angina,, kema
kematia
tian
n ja
jant
ntun
ung
g me
mend
ndad
adak
ak,, da
dan
n
precipitation of heart failure
failure,, te
teru
ruta
tama
ma de
deng
ngan
an fi
fibr
bril
ilas
asii at
atri
rium
um da
dala
lam
m di
disf
sfun
ungs
gsii
diastolik.

II. 7. Peme
Pemeriks
riksaan
aan Fisi
Fisikk

Tanda-tanda fisik dari penyakit jantung hipertensi tergantung pada kelainan


jantung utama dan durasi serta keparahan dari penyakit jantung hipertensi. Temuan

dari pemeriksaan fisik tidak dapat sepenuhnya normal pada tahap dini penyakit, atau
pasien mungkin memiliki tanda-tanda klasik pada saat pemeriksaan. Selain temuan
umum
umum ter
terkai
kaitt lan
langsu
gsung
ng ke tek
tekan
anan
an dar
darah
ah yan
yang
g tin
tinggi
ggi,, pem
pemeri
eriks
ksaan
aan fis
fisik
ik dap
dapat
at
mengungkapkan petunjuk potensi etiologi hipertensi, seperti obesitas truncal dan
striae pada sindrom Cushing, renal artery bruit di stenosis arteri renalis, dan massa
abdomen pada penyakit ginjal polikistik.

1. Pu
Puls
lsas
asi:
i: pu
puls
lsas
asii ar
arte
teri
ri no
norm
rmal
al p
pad
ada
a ta
taha
hap
p aw
awal
al p
pen
enya
yaki
kitt in
ini,
i, y
yan
ang
g di
dini
nila
laii anta
antara
ra
lain :

a. Irama

i. Re
Regu
gula
larr ji
jika
ka p
pas
asie
ien
n be
bera
rada
da d
dal
alam
am rrit
itme
me s
sin
inus
us

ii. Irr
Irregu
egular
lar jika
jika p
pas
asien
ien ber
berada
ada da
dalam
lam atr
atrial
ial fib
fibrila
rilasi
si

b. Kecepatan

i. Nor
Norma
mall p
pada
ada pas
pasien
ien den
dengan
gan ira
irama
ma sin
sinus,
us, da
dan
n tid
tidak
ak da
dalam
lam gag
gagal
al jan
jantun
tung
g

dekompensasi

ii. Takikardi pada pasien dengan gagal jantung dan pada pasien dengan fibrilasi

36
atrial dan rapid ventricular response

c. Volume

i. Normal

ii.
ii. Pe
Penu
nuru
runa
nan
n pa
pada
da p
pas
asie
ien
n de
deng
ngan
an d
dis
isfu
fung
ngsi
si L
LV
V

2. Tek
ekan
ana
an da
darrah
ah:: sist
sisto
olik
lik da
dan
n / at
atau
au te
teka
kan
nan da
dara
rah
h dia
ias
sto
toli
lik
k yan
ang
g ti
ting
ngg
gi (>
140/90 mm Hg). Nilai mean tekanan darah dan tekanan pulsasi umumnya juga
tinggi. Tekanan darah mungkin akan normal pada saat evaluasi jika pasien pada
obat-obatan antihipertensi yang memadai atau pasien yang telah memiliki disfungsi
LV dan LV tidak dapat menghasilkan cukup stroke volume dan cardiac output untuk
menghasilkan tekanan darah yang tinggi.

3. Ve
Vena
na:: Pa
Pada
da p
pas
asie
ien
n de
deng
ngan
an g
gag
agal
al jjan
antu
tung
ng,, te
teka
kana
nan
n pa
pada
da v
ven
ena
a jug
jugul
ular
aris
is dap
dapat
at
meningkat, dominasi gelombang tergantung pada beratnya gagal jantung dan setiap
lesi lainnya.

4. Jantung

a. Su
Suar
ara
a ja
jant
ntun
ung:
g: S
S1
1 d
dal
alam
am iint
nten
ensi
sita
tas
s n
nor
orma
mal.
l. S
S2
2 di pe
perb
rbat
atas
asan
an s
ste
tern
rnum
um k
kan
anan
an
atas adalah keras karena komponen aorta ditekankan (A2), yang dapat memiliki
reverse split atau paradoks karena baik untuk peningkatan afterload atau terkait blok
kiri bundel-cabang (LBBB). S4 sering bisa diraba dan terdengar, menyiratkan adanya

ventrikel, menegang patuh karena kelebihan tekanan kronis dan LVH. S3 biasanya
tidak hadir pada awalnya namun terdengar di hadapan gagal jantung, baik sistolik
atau diastolik.
b. Mu
Murm
rmur
ur:: Se
Sebu
buah
ah de
decr
cres
esce
cend
ndo
o mu
murm
rmur
ur di
dias
asto
toli
lik
k awa
awall da
dari
ri in
insu
sufi
fisi
sien
ensi
si ao
aort
rta
a
dapatt mend
dapa mendenga
engarr sepa
sepanjan
njang
g daer
daerah
ah paras
parasterna
ternall perte
pertengah
ngahan-ke
an-ke-kiri,
-kiri, terut
terutama
ama di
hadapan BP benar-benar ditinggikan, sering menghilang setelah BP lebih terkontrol.
Sela
Selain
in itu,
itu, aw
awal
al me
meng
nggu
guma
mam
m pe
pert
rten
enga
gaha
han
n sist
sistol
olik
ik da
dari
ri skle
sklero
rosi
sis
s ao
aort
rta
a se
serin
ring
g
terdengar. Gumaman holosystolic regurgitasi mitral dapat hadir pada pasien dengan
gagal jantung canggih dan anulus mitral melebar.

37
5. Paru-paru: Temuan pada pemeriksaan paru-paru mungkin normal atau
mungkin termasuk tanda-tanda kongesti paru, seperti rales
rales,, penurunan suara napas,
dan pekak pada perkusi karena efusi pleura.

6. Ab
Abdo
dome
men:
n: da
dapa
patt d
dit
item
emuk
ukan
an a
art
rter
erii re
rena
nalis
lis br
brui
uitt pa
pada
da pasi
pasien
en deng
dengan
an hi
hipe
perte
rtens
nsii
sekunder akibat stenosis arteri ginjal, massa expansile berdenyut dari aneurisma
aorta abdominal, dan hepatomegali dan asites karena CHF.

7. Ka
Kaki
ki:: ed
edem
ema
a p
pad
ada
a p
per
erge
gela
lang
ngan
an k
kak
akii da
dapa
patt te
terj
rjad
adii pa
pada
da p
pas
asie
ien
n de
deng
ngan
an g
gag
agal
al
jantung lanjut.

8. SSP dan retina

a. Te
Temu
muan
an pa
pada
da pe
peme
meri
riks
ksaa
aan
n SS
SSP
P bias
biasan
anya
ya no
norm
rmal
al,, ke
kecu
cual
alii pa
pasi
sien
en me
memi
mili
liki
ki
kecelakaan serebrovaskular sebelumnya dengan defisit residual.

b. Pe
Peme
meri
riks
ksaa
aan
n fu
fund
ndus
us da
dapa
patt me
menu
nunj
njuk
ukka
kan
n ad
adan
anyya re
reti
tino
nopa
pati
ti hi
hipe
pert
rten
ensi
si,,
beratnya yang tergantung pada durasi dan keparahan hipertensi, atau tanda-tanda
awal hipertensi seperti nicking arteriovenosa.
arteriovenosa.

c. Per
erub
ubah
ahan
an pad
ada
a SSP da
dap
pat dilih
ilihat
at pad
ada
a pa
pasi
sie
en yang da
data
tan
ng den
enga
gan
n
hipertensi darurat.

38
BAB III
DAFTAR PUSTAKA
I. Alm
lma
atsier, S
Su
unita. 2
20004. Penuntun Diet edisi baru
baru.. Jakarta : Gramedia
II. Dep
Depkes
kes,, Di
Direk
rektor
torat
at B
Bina
ina Far
Farmas
masii Kom
Komuni
unitas
tas Dan Kli
Klinik
nik,, Dit
Ditjen
jen Bin
Bina
a

Kefarmasian Dan Alat Kesehatan. PHARMACEUTICAL CARE UNTUK


PENYAKIT HIPERTENSI. 2006
III. Goodman, Cathrine Cavallaro .1998. Pathology Implication for The Physical
Therapist. US : W. B
B.. Saunders company
IV. Ruhyanuddin, Faqih. 2006. Asuhan Keperawatan
Keperawatan Pada Klien Denga
Dengan
n
Gangguan Sistem KARDIOVASKULER
KARDIOVASKULER.. Ma
Malang
lang : UMM Press
V. Stump, Kathleen Mahan, Sylvia Escoot. 1996. Krause’s Food, Nutrition, & Diet
Therapy. 9th edition. W. B. Saunders Company
VI. Ganong, M
MDD.(2003). Buk
Buku
u Aja
Ajarr Fis
Fisiol
iologi
ogi Ked
Kedokt
oktera
eran
n.C
.Cet
etak
akan
an I, Ed
Ed.. 20
20..

Jakarta EGC.

VII. Gunawan , L.(


L.(2001) Hipertensi Tekanan Darah Tinggi , Cetakan I, Ed.III, Jilid

2. Jakarta : Media Aescalapius.

VIII. Mansjoer, Arif


Arife
et. et. al. (2000). Kapita Selekta Kedokteran,
Kedokteran , Ed. III, Jilid II.

Jakarta : Media Aesculapius.

IX
IX.. No
Noer
er,, S
Sja
jaif
ifoe
oell
llah
ah,, H.
H.M.
M. et
et.. a
al.
l. ((19
1999
99).
). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed. III.

Jilid I. Jakarta. Balai Penerbit FKUI.

X. Sustrani, e tt.. al (2004) Hipertensi. Cet


Cetak
akan
an I. Jak
Jakart
arta
a : Gra
Gramed
media
ia Pus
Pustak
taka
a

Utama.

39

Anda mungkin juga menyukai