Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN

KEPERAWATAN
STROKE
Kelompok 4
Anggota Tim:
Siti Maulina 88205016
Sitinur Halimah 88205017
Asep Cahyana 88205004
latar Belakang
Stroke meruakan masalah kesehatan yang utama bagi masyrarakat modern saat ini.
Dewasa ini, stroke menjadi masalah serius yang dihadapi hampir di seluruh dunia.
Hal tersebut dikarenakan serangan stroke mendadak dapat mengakibatkan
kematian, kecacatan fisik dan menal baik pada usia produkif maun lanjut sia (junaidi,
2011)
Menurut WHO (World Heath Organization) ahn 2012, kematian akibat stroke sebesar
15% di seluruh dunia disebabkan oleh tekanan darah tinggi. Selain itu, diperkirakan
sebesar 16% kematian stroke disebabkan tingginya kadar glukosa darah dalam
tubuh. Tingginya kadar gula dalam tubuh secara patologis berperan dalam
peningkatan konsentrasiglikoprotein, yang merupakan pencetus beberapa penyakit
vesikuler Rico dkk, 2008)
Maslah stroke di Indonesia menjadi semakin penting dan mendesak di Indonesia
sendiri stroke menempati urutan ketiga penyebab kematian setelah penyakit jantung
dan kanker. Dari data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Kementrian Kesehatan
Indonesia diketahi bahwa prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan yang
terdiagnosis tenaga kesehatan sebesar 0,7% (Dekes 2003)
Definisi
Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak,
progresif cepat, berupa deficit neurologis fokal, atau global, yang
berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian,
dan semata-mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak
non traumatic ( kapita Selekta jilid II ).
Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran
darah otak ( Patofisiologi, Elizabeth J. Corwin ).
ETIOLOGI
1. Infark otak (80%)
a. Emboli ; Emboli kardiogenik, fibrilasi atrium dan aritmia lain, trombus
mural dan ventrikel kiri, penyakit katub mitral atau aorta, endokarditis (infeksi atau non
infeksi).
b. Emboli paradoksal (foramen ovalopaten) : emboli arkus aorta, aterotrombotik.
c. Penyakit intacranial : arteri karotis interna, arteri serebri interna, arteri
basilaris, dan lakuner (oklusi arteri perforans kecil).
2. Perdarahan intraserebral (15%).
a. Hipertensi
b. Malformasi arteri vena
c. Angiopati amiloid
3. Perdarahan subarachnoid (5%)
4. Penyebab lain ( dapat menimbulkan infark atau perdarahan ) : trombus sinus dura,
diseksi arteri karotis, vaskulitis sistem saraf pusat, migren, kondisi hiperkoagulasi,
penyalahgunaan obat, kelainan hematologis, dan miksoma atrium.
LANJUTAN
5. Faktor risiko
a. Yang tidak dapat diubah : riwayat keluarga, riwayat
TIA, riwayat jantung koroner, usia, jenis kelamin, dan ras.
b. Yang dapat diubah : hipertensi, DM, merokok,
penyalahgunaan obat-obatan, dan dislipidemia.
Manifestasi Klinis

Pada stroke non hemoragik (iskemik), gejala utamanya adalah timbulnya deficit
neeurologis secara mendadak/subakut, didahului gejala prodormal, terjadinya pada
waktu istirahat atau bangun pagi dan biasanya kesadaran tidak menurun, kecuali bila
embolus cukup besar, biasanya terjadi pada usia >50 tahun.
Menurut WHO dalam international statistical dessification of disease and realeted
health problem 10th revition, stroke hemoragik dibagi atas :
1. Perdarahan intraserebral (PIS)
2. Perdarahan subarachnoid (PSA)
LANJUTAN
Gejala neurologis tergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh darah dan
lokasinya. Manifestasi klinis stroke akut dapat berupa :
1. Kelumpuhan wajah atau anggota badan (biasanya hemiparesis yang timbul mendadak).
2. Gangguan sensabilitas pada satu atau lebih anggota badan (gangguan hemiparesik).
3. Perubahan mendadak status mental (konfusi, delirium, letargi, stupor atau koma).
4. Afasia (bicara tidak lancar, kurang ucapan atau kesulitan memahami ucapan).
5. Disartria (bicara pelo atau cadel).
6. Gangguan penglihatan (hemianopia atau monokuler, atau diplopia).
7. Ataksia (trunkal atau anggota badan).
8. Vertigo, mual dan muntah, atau nyeri kepala.
PATOFISIOLOGI
Otak merupakan bagian tubuh yang sangat sensitif oksigen dan glukosa karena
jaringan otak tidak dapat menyimpan kelebihan oksigen dan glukosa seperti halnya pada
otot. Meskipun berat otak sekitar 25% suplay oksigen dan 70% glukosa. Jika aliran darah
ke otak terhambat maka akan terjadi iskemia dan akan terjadi gangguan metabolisme otak
yang kemudian terjadi gangguan perfusi serebral. Area otak disekiar yang mengalami
hipoperfusi disebut penumbra. jika aliran darah ke otak terganggu, lebih dari 30 detik
pasien dapat mengalami tidak sadar dan dapat terjadi kerusakan jaringan otak yang
permanen jika aliran darah ke otak terganngu lebih dari 4 menit.(Tarwoto, 2013)
Untuk mempertahankan aliran darah ke otak maka tubuh akan melakukan dua
mekanisme tubuh yaitu mekanisme anastomis dan mekanisme autoregulasi. Mekanisme
anatomis berhubngan dengan suplai darah ke otak untuk pemenuhan kebuthan oksigen dan
glukosa. sedagkan mekanisme autoregulasi adalah bagaimana otak melakukan
mekanisme/usaha sendiri dalam menjaga keseimbangan. Misalnya jika terjadi hipoksemia
otak akan mengalami vasodilaasi. (Tarwoto 2013 )
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
1. Pemeriksaan radiologi sistem saraf : miografi, CT Scan, angiografi, MRI, EEG,
EMG.
2. Laboratorium : darah, urine, cairan serebrospinal.
Penatalaksanaan
• Demam
• Nutrisi
• Hidrasi intravena
• Glukosa
• Perawatan paru
• Fisioterapi dada setiap 4 jam harus dilakukan untuk mencegah atelektasis
paru pada pasien yang tidak bergerak.
• Aktivitas
• Neurorestorasi dini
• Profilaksis trombosis vena dalam
• Perawatan vesika
Askep Stroke Teori

1. Pengkajian
a. Identitas diri klien
• Pasien (diisi lengkap) : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan,
agama, pendidikan, pekerjaan, suku bangsa, Tgl masuk RS, no CM,
alamat.
• Penanggung jawab (diisi lengkap) : nama, umur, jenis kelamin, agama,
pendidikan, pekerjaa, alamat.
b. Riwayat kesehatan
• Keluhan utama
• Riwayat penyakit sekarang
• Riwayat kesehatan lalu
• Riwayat kesehatan keluarga
C. Pemeriksaan fisik
a). Keadaan umum.
b). Pemeriksaan persistem
• Sistem persepsi dan sensori :pemeriksaan 5 indera
• Sistem persarafan : bagaimana tingkat kesadaran, GCS, reflekbicara, pupil,
orientasi waktu dan tempat.
• Sistem pernafasan : nilai frekuensi nafas, kualitas, suara dan jalan nafas.
• Sistem kardiovaskuler: nilai TD, nadi dan irama, kualitas dan frekuensi.
• Sistem gastrointestinal : nilai kemampuan menelan, nafsu makan/minum,
peristaltik usus, dan eliminasi.
• Sistem integumen : warna kulit, turgor, tekstur dari kulit pasien.
• Sistem reproduksi.
• Sistem perkemihan : nilai frekuensi BAK, volume BAK
D. Pola fungsi kesehatan
• Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
• Pola aktifitas dan latihan
• Pola nutrisi dan metabolisme
• Pola eliminasi
• Pola tidur dan istirahat.
• Pola kognitif dan perceptual
• Persepsi diri/ konsep diri.
• Pola toleransi dan koping stres
• Pola seksual reproduktif
• Pola hubungan dan peran.
2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan stroke adalah sebagai berikut :
a. Perfusi jaringan tidak efektif (spesifik: renal, serebral, kardiovaskular, pulmonal, gastrointestinal, perifer)
b/d aliran arteri lambat.
b. Kerusakan mobilitas fisik b/d kerusakan muskuloskeletal dan neurovaskuler.
c. Risiko disfungsi neurovaskuler perifer b/d imobilisasi.
d. Konstipasi b/d aktifitas fisik tidak adekuat.
e. Gangguan citra tubuh b/d penyakit.
f. Kurang perawatan diri : mandi, berpakain, makan, toileting b/d tidak berfungsinya anggota gerak.
g. Ansietas kematian b.d pembahasan mengenai topik kematian Ansietas kematian b/d pembahasan
mengenai topik kematian
h. Distress spiritual b/d aktivitas kematian
3. Prioritas diagnosa
a. Perfusi jaringan tidak efektif (spesifik : serebral) b/d aliran arteri lambat.
b. Kerusakan mobilitas fisik b/d kerusakan muskuloskleletal dan
neurovaskuler.
c. Kurang perawatan diri b/d tidak berfungsinya anggota gerak.

4. Intervensi keperawatan.

a. Perfusi jaringan tidak efektif


Kriteria hasil :
1) Vital sign dalam batas normal
2) Nilai lab dalam batas normal
3) Nilai lab dalam batas normal
4) Tekanan darah dalam batas yang dapat diterima.
Intervensi
1) Monitor tekanan darah tiap 4 jam, nadi apical dan neurologis tiap 10 menit.
Rasional :untuk mengevaluasi perkembangan penyakit dan keberhasilan terapi.
2) Pertahankan tirah baring pada posisi semifowler sampai tekanan darah dipertahankan pada
tingkat yang dapat diterima.
Rasional : tirah baring membantu menurunkan kebutuhna oksigen, posisi duduk meningkatkan
aliran darah arteri berdasarkan gaya gravitasi, konstruksi arteriol dan hipertensi menyebabkan
peningkatan pada arteri.
3) Pantau data laboratorium misal : AGD, kreatin
Rasional : indicator perfusi atau fungsi organ
4) Anjurkan tidak menggunakan nikotin atau rokok.
Rasional : dapat meningkatakan vasokontriksi
5) Kolabirasi pemberian obat-obatan anti hipertensi mislanya golongan inhibitor simpatis
(propanolol, atenolol), golongan vasodilator (hidralazin).
Rasional : golongan inhibitor secara umum menurunkan
tekanan darah melalui efek kombinasi penurunan tahanan
perifer, menurunan curah jantung, menghambat saraf simpatis,
dan menekan pelepasan rennin. Golongan vasodilator
berfungsi untuk memeriksakan otot polos vaskuler.
b. Kerusakan mobilitas fisik b/d kerusakan muskuloskeletal dan nerovaskuler.
Kriteria hasil :
• ·Kerusakan kulit terhindar tidak ada kontraktur dan footdrop.
• ·Klien berpartisipasi dalam latihan.
• ·Klien mencapai keseimbangan saat duduk.
• ·Klien mampu menggunakan sisi tubuh yang tidak sakit untuk kompensasi
hilangnya fungsi pada sisi yang hemiplagi.
Intervensi :
• Berikan posisi tidur yang tepat
Rasional : mempertahankan posisi tegak di tempat tidur dalam periode yang lama
akan memperberat deformitas fleksi panggul dan pembentukan dekubitus di sakrum
• ·Cegah adduksi bahu
Rasional : membantu mencegah edema dan fibrosis yang akan mencegah rentang
gerak normal bila pasien teah dapat melakukan kontrol lengan.
• Atur posisi tangan dan jari (jari-jari diposisikan sedikit fleksi dan tangan
ditempatkan agak supinasi)
Rasional :posisi tangan dan jari yang fungsional dapat mencegah edema tangan.
• Ubah posisi pasien tiap 2 jam
Rasional : pemberian posisi ini penting untuk mengurangi tekanan dan mengubah
posisi dengan sering untuk mencegah pembentukan dekubitus.
• Latihan ROM 4-5 kali sehari
Rasional : latihan bermanfaat untuk mempertahankan mobilitas sendi, mengembalikan
kontrol motorik, cegah terjadinya kontraktur pada ekstermitas yang mengalami
paralisis, mencegah bertambah buruknya sistem neurovaskuler dan meningkatkan
sirkulasi. Latihan juga menolong dan mencegah terjadinya stasis vena yang dapat
mengakibatkan adanya troombus dan emboli paru.
c. Kurang perawatan diri b/d tidak berfungsinya anggota gerak
Kriteria hasil :
• Pasien dapat merawat diri berpakaian
• Pasien dapat merawat diri mandi
• Pasien dapat merawat diri makan
• Pasien dapat merawat diri toileting
Intervensi (self care assistance) :
• Kaji kemapuan untuk perawatan diri
• Pantau kebutuhan klien untuk alat bantu dalam mandi, berpakaian, makan,
toileting.
• Berikan bantuan hingga klien sepenuhnya dapat mandiri.
• Dukung klien untuk menunjukan aktivitas normal sesuai kemampuan.
• Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan parawatan diri klien
d. Ansietas kematian b.d pembahasan mengenai topik kematian Ansietas
kematian b/d pembahasan mengenai topik kematian
Kriteria hasil :
• Pasien dapat mengontrol ansietas
• Perbaikan komunikasi sosial
Intervensi
• Identifikasi tingkat kecemasan
• Berikan pengetahuan yang adekuat tentang penyakit yang diderita untuk
mengurangi cemas.
• Dekati pasien untuk memberikan rasa aman dan mengurangi rasa takut.
• Dengarkan pasien dengan penuh perhatian.
• Berikan lingkungan yang mendukung untuk mengurangi rasa cemas.
•Intruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi.
e. Distress spiritual b.d. aktivitas kematian :
• Arti dan tujuan hidup sedikit terganggu
• Kemampuan beribadah sedikit terganggu.
• Perasaan kedamaian sedikit terganggu.
Intervensi
• Gunakan komunikasi terapeutik dalam membangun hubungan saling percaya dan caring
• Gunakan alat untuk memantau dan mengevaluasi kesejahteraan spiritual klien dengan
baik
• Perlakukan individu dengan hormat dan bermartabat
• Dorong partisipasi terkait dengan keterlibatan anggota keluarga, teman dan orang lain
• Berdoa bersama individu dan keluarga
• Berikan artikel-artikel spiritual yang disukai, tergantung pilihan klien pada keluarga
Kesimpulan
Keperawatan paliatif mengarah terhadap perawatan yang berfokus terhadap keluarga. Keluarga dianggap sebagai elemen
penting dalam proses perawatan terhadap pasien dalam keadaan terminal untuk menuju kematian yang damai. Selain
penyakit kanker, penyakit stroke merupakan permasalahan utama dalam perawatan paliatif (Stevens, Payne, Burton,
Addington-Hall, & Jones, 2007). Stroke merupakan masalah kesehatan yang utama bagi masyarakat modern saat ini.
Dewasa ini, stroke semakin menjadi masalah serius yang dihadapi hampir diseluruh dunia. Hal tersebut dikarenakan
serangan stroke yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental baik pada usia produktif
maupun usia lanjut (Junaidi, 2011). Stroke adalah gangguan peredaran darah otak yang menyebabkan defisit neurologis
mendadak sebagai akibat iskemia atau hemoragi sirkulasi saraf otak. Istilah stroke biasanya digunakan secara spesifik
untuk menjelaskan infark serebrum (Nurarif & Hardhi, 2015). Stroke merupakan penyakit neurologis yang sering
dijumpai dan harus di tangani secara tepat dan cepat. Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak yang
disebabkan karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja. Stroke non
hemoragik merupakan proses terjadinya iskemia akibat emboli dan trombosis serebral biasanya terjadi setelah lama
beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari dan tidak terjadi perdarahan. Namun terjadi iskemia yang menimbulkan
hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder. (Arif Muttaqin, 2008).
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai