Anda di halaman 1dari 9

Materi khutbah Jumat 20 Januari 2023

‫ْالَح ْم ُد ِهَّلِل اَّلِذ ْي َأْر َسَل َر ُسْو َلُه ِباْلُهَد ى َو ِد ْيِن اْلَح ِّق ِلُيْظِهَرُه َع َلى الِّدْيِن‬
‫ُك ِّلِه َو َك َفى ِباِهَّلل َش ِهْيًد ا َأْش َهُد َأْن َالِإلَه ِإَّالُهَّللا َو ْح َد ُه َالَش ِر ْيَك َلُه وَأْش َهُد َأَّن‬
‫ُمَح َّم ًد ا َع ْبُد ُه َو َر ُسْو ُلُه الَّلُهَّم َص ِّل َع َلى ُمَح َّم ٍد َو َع َلى آِلِه َو َأْص َح اِبِه‬
‫ َفَيا ِع َباَد ِهَّللا ُأْو ِص ْيُك ْم َو َنْفِس ْي ِبَتْقَو ى ِهَّللا َو َقاَل ُهَّللا‬: ‫ َأَّم ا َبْعُد‬، ‫َأْج َم ِع ْيَن‬
‫ َيآَأُّيَها اَّلِذ ْيَن َء اَم ُنْو ا اَّتُقْو ا َهَّللا َح َّق ُتَقاِتِه َو َال‬: ‫َتَع اَلى ِفْي ِكَتاِبِه اْلَك ِر ْيِم‬
‫ ِاَّتِق َهَّللا‬: ‫ َو َقاَل الَّنِبُّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم‬، ‫َتُم ْو ُتَّن ِإَّال َو َأْنُتْم ُم ْس ِلُم ْو َن‬
‫َح ْيُثَم ا ُكْنَت َو َأْتِبِع الَّسِّيَئَة اْلَحَس َنَة َتْم ُح َها َو َخ اِلِق الَّناَس ِبُخ ُلٍق َحَس ٍن‬

adirin jamaah Jumat yang berbahagia… Marilah kita bersyukur kehadirat


Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga pada
hari Jum’at ini kita dapat melaksanakan ibadah Jum’at dalam keadaan sehat.

Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpah kepada Nabi Muhammad


SAW beserta keluarganya, sahabatnya dan seluruh pengikutnya termasuk
kita semua. Semoga kelak kita semua mendapatkan syafaatnya di hari akhir
nanti. Aamiin.

adirin jamaah Jumat yang berbahagia…

Kehidupan di dunia yang tidak lama membuat kita sadar bahwa tidak ada
pilihan lain selain berbuat baik kepada sesama. Kita sebagai manusia akan
berusaha untuk tidak menghina, merendahkan martabat orang lain.
Sebaliknya terhadap orang lain kita ingin dihormati dan dihargai. Agar diri
dihormati, maka harus memiliki 6 akhlak yang mulia di antaranya :

Pertama, berusama menjalin persaudaraan yang lebih baik. Firman Allah Q.S
An Nisa’ ayat 1 yang artinya: “Dan bertawalah kepada Allah yang dengan
yang dengan nama-Nya kamu saling meminta dan peliharalah hubungan
kekeluargaan (hubungan silaturahmi). Sesungguhnya Allah selalu menjaga
dan mengawasi”.

Pada ayat ini Allah merintahkan agar manusia selalu taqwa kepada-Nya yaitu
dengan selalu memelihara silaturahmi antar keluarga. Sarana pengikat
silaturahim itu adalah dengan berbuat kebajikan atau kebaikan.

Contoh kebajikan tersebut, Rasulullah SAW juga bersabda yang artinya:


“Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah dia
berkata yang baik atau diam, dan barangsiapa yang beriman kepada Allah
dan Hari Akhir, maka hendaklah ia memuliakan tetangganya, dan
barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka hendaklah ia
memuliakan tamunya. ” (HR Bukhari Muslim).

Kedua: Membina persatuan yang kuat. Firman Allah Q.S Ali Imron ayat 103
yang artinya: “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah,
dan janganlah kamu bercerai berai”

Dahulu, di masa jahiliyah manusia bermusuh-musuhan sehingga timbul


perang saudara yang beratus-ratus tahun lamanya. Seperti kaum Aus dan
Kharaj. Maka Allah telah mempersatukan hati mereka dengan datangnya
Nabi Muhammad SAW dan mereka telah masuk agama Islam dengan
berbondong-bondong dan Allah telah mencabut hati mereka sifat dengki
sehingga tidak bercerai berai. Rasulullah SAW bersabda:

Kamu harus hidup dalam jamaah siapa saja yang mengasingkan diri, dia akan
menyendiri masuk kedalam api neraka (HR Turmidzi)

Hadirin jamaah Jumat yang berbahagia…

Ketiga, Tolong menolong. Firman Allah Q.S Al Maidah ayat 2 yang artinya:
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa, dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan”.

Pada ayat ini Allah memerintahkan agar manusia hidup harus tolong
menolong apalagi sebagai makhluk sosial yang selalu membutuhkan bantuan
orang lain, namun juga jangan tolong-menolong dalam hal perbuatan yang
dosa apalagi dapat menimbulkan permusuhan
Keempat, jangan mencela dan menghina. Firman Allah Q.S Al Hujurot ayat
11, yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan
orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang
ditertawakan itu lebih baik dari mereka”.

Pada ayat ini jangan sampai sebagai orang yang beriman kepada Allah
merendahkan atau menganggap remeh orang lain karena boleh jadi yang
direndahkan atau dianggap remeh lebih mulia dan terhormat dari yang
mengolok-olok. Demikian juga seorang wanita juga tidak boleh mengolok-olok
wanita yang lain.

Kelima, saling memberi salam. Firman Allah Q.S An Nisa ayat 86 yang
artinya: “Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan,
maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau
balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah
memperhitungkan segala sesuatu”.

Pada ayat ini Allah mengajarkan kepada manusia kesopanan dalam


pergaulan supaya memelihara hubungan persaudaraan yang baik dan ketika
diberi salam supaya menjawab dengan salam syukur ucapan salam lebih
lengkap lebih baik.

Itulah beberapa akhlak muslim yang terdapat dalam Al Quran dan hadits.
Semoga kita bisa mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga
kita bisa menjadi muslim yang baik dalam sosial, yang mampu menghadirkan
kedamaian dan ketentraman bagi siapapun dan dimanapun.

‫َب اَر َك ُهَّللا ِلْي َو َلُك ْم ِفْي اْلُقْر آِن اْلَع ِظ ْي ِم َو َنَفَع ِنْي َو ِإَّياُك ْم ِبَم ا ِفْيِه ِمَن ْاَألَياِت َو ِذ ْك ِر اْلَح ِكْي ِم َو َت َقَّبَل ِم ِّن ْي َو ِم ْنُك ْم ِتَالَو ُتُه ِإَّن ُه‬
‫ُه َو الَّسِمْيُع اْلَع ِلْي ُم َو ُقْل َّر ِّب اْغ ِفْر َو اْر َح ْم َو َأْن َت َخ ْيُر الَّر اِحِمْي َن‬
‫‪Ibadah Kurban dan Nilai Sosial Kemasyarakatan‬‬

‫َاْلَح ْم ُد ِهلِل اَّلِذ ْي َأْنَع َم َنا ِبِنْع َم ِة اِاْل ْيَم اِن َو اِاْل ْس اَل ِم ‪َ .‬و الَّص اَل ُة َو الَّس اَل ُم َع ٰل ى‬
‫َس ِّيِد َنا ُمَح َّم ٍد َخ ْيِر اَأْلَناِم ‪َ .‬و َع ٰل ى ٰا ِلِه َو َأْص َح اِبِه اْلِكَر اِم ‪َ .‬أْش َهُد َاْن اَل ِاٰل َه‬
‫ِااَّل ُهللا اْلَم ِلُك اْلُقُّد ْو ُس الَّس اَل ُم َو َأْش َهُد َاَّن َس ِّيَد َنا َو َح ِبْيَبَنا ُمَح َّم ًد ا َع ْبُد ُه‬
‫َو َر ُسْو ُلُه َص اِح ُب الَّش َرِف َو اِإْل ْح ِتَر ام َأَّم ا َبْعُد ‪َ :‬فَياَأُّيَها اْلُم ْؤ ِم ُنْو َن ‪ِ ,‬اَّتُقوا‬
‫َهّٰللا َح َّق ُتَقاِتِه َو اَل َتُم ْو ُتَّن ِااَّل َو َأْنُتْم ُم ْس ِلُم ْو َن ‪َ ,‬و اْشُك ُرْو ُه َع َلى َم ا َهَد اُك ْم‬
‫ِلِإل ْس َالِم ‪َ ،‬و َأْو َالُك ْم ِم َن اْلَفْض ِل َو اِإل ْنَع اِم ‪َ ،‬و َج َع َلُك ْم ِم ْن ُأَّمِة َذ ِو ى‬
‫ْاَألْر َح اِم ‪َ .‬قاَل َتَع اَلى ‪ِ :‬اَّن ِع َّدَة الُّش ُهْو ِر ِع ْنَد ِهّٰللا اْثَنا َع َش َر َش ْهًرا ِفْي ِكٰت ِب‬
‫ِهّٰللا َيْو َم َخ َلَق الَّسٰم ٰو ِت َو اَاْلْر َض ِم ْنَهٓا َاْر َبَع ٌة ُحُر ٌم ۗ ٰذ ِلَك الِّدْيُن اْلَقِّيُم ۙە َفاَل‬
‫َتْظِلُم ْو ا ِفْيِهَّن َاْنُفَس ُك ْم َو َقاِتُلوا اْلُم ْش ِر ِكْيَن َك ۤا َّفًة َك َم ا ُيَقاِتُلْو َنُك ْم َك ۤا َّفًة‬
‫َۗو اْع َلُم ْٓو ا َاَّن َهّٰللا َم َع اْلُم َّتِقْيَن‬
‫َقاَل ُهللا َتَع اَلى ِفْي ِكَتاِبِه اْلَك ِرْيِم ‪ِ :‬إَّنا َأْع َطْيَناَك اْلَك ْو َثَر ‪َ .‬فَص ِّل ِلَر ِّبَك َو اْنَح ْر ‪ِ .‬إَّن‬
‫َش اِنَئَك ُهَو اَأْلْبَتُر‬

‫‪Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat rahimakumullah Segala puji bagi Allah, Tuhan‬‬
‫‪semesta Alam yang telah menciptakan bumi beserta isinya dan memberikan anugerah‬‬
‫‪nikmat kepada seluruh makhluknya. Termasuk kita yang merupakan makhluk ciptaan-‬‬
‫‪Nya, wajib senantiasa bersyukur atas anugerah ini dan terus mengagungkan Allah swt‬‬
‫‪dalam setiap tarikan nafas kehidupan kita. Sekaligus terus melihat betapa Maha‬‬
‫‪Besarnya Allah dengan segala ciptaan-Nya di dunia. Semuanya mengandung hikmah‬‬
yang mendalam bagi kemaslahatan bersama. Allah telah mengingatkan kita dalam Al-
Qur’an:

‫اَّلِذ ْيَن َيْذ ُك ُرْو َن َهّٰللا ِقَياًم ا َّو ُقُعْو ًدا َّوَع ٰل ى ُج ُنْو ِبِهْم َو َيَتَفَّك ُرْو َن ِفْي َخ ْلِق الَّسٰم ٰو ِت‬
‫َو اَاْلْر ِۚض َر َّبَنا َم ا َخ َلْقَت ٰه َذ ا َباِط ۚاًل ُسْبٰح َنَك َفِقَنا َع َذ اَب الَّناِر‬
Artinya: “(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau
dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi
(seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia;
Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka.”

Selanjutnya pada kesempatan mulia ini, khatib mengajak kepada seluruh jamaah
untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah sebagai wujud syukur atas semua
karunia ini. Tingkat ketakwaan bisa terlihat dari seberapa besar komitmen kita dalam
menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Jika kita masih saja tidak
menjalankan perintah-Nya seperti meninggalkan ibadah, serta masih saja melakukan
hal-hal yang dilarang seperti berbuat jahat, maka ketakwaan kita perlu dievaluasi dan
kita harus segera kembali kepada jalan yang benar. Ma’asyiral Muslimin jamaah
Jumat rahimakumullah Di antara wujud ketakwaan berupa mematuhi dan
menjalankan perintah Allah adalah keikhlasan kita untuk melaksanakan ibadah kurban
di Hari Raya Idul Adha. Berkurban adalah perintah Allah yang disampaikan melalui
Nabi Muhammad saw dan secara tegas disebutkan dalam Al-Qur’an:

‫ࣖ ِاَّنٓا َاْع َطْيٰن َك اْلَك ْو َثَۗر َفَص ِّل ِلَر ِّبَك َو اْنَح ْۗر ِاَّن َش اِنَئَك ُهَو اَاْلْبَتُر‬
Artinya: “(1). Sungguh, Kami telah memberimu (Muhammad) nikmat yang banyak.
(2). Maka laksanakanlah shalat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah (sebagai ibadah
dan mendekatkan diri kepada Allah). (3). Sungguh, orang-orang yang membencimu
dialah yang terputus (dari rahmat Allah).” Dari ayat ini kita bisa memahami bahwa
kurban merupakan ibadah yang memiliki dimensi vertikal yakni berhubungan dengan
Allah swt. Dengan melaksanakan kurban, kita menyambungkan diri untuk mendekat
kepada Allah. Hal ini sesuai juga dengan makna kata kurban itu sendiri yang secara
etimologi/bahasa berasal dari bahasa Arab yakni: qariba – yaqrabu – qurban wa
qurbanan wa qirbanan, yang artinya dekat. Selain Dimensi vertikal, ibadah kurban
juga memiliki sisi lain yakni dimensi horizontal. Hal ini bisa kita lihat dari keikhlasan
orang yang berkurban mengeluarkan rezekinya berupa harta untuk dibelanjakan
membeli hewan dan kemudian disembelih untuk dibagikan dagingnya kepada orang
lain. Ibadah ini tentu akan berdampak positif bagi kehidupan dan mampu
menumbuhkan nilai-nilai moral seperti kepedulian, kebahagiaan, dan kebersamaan di
antara individu dalam sebuah masyarakat. Terlebih bagi mereka kaum fakir dan
miskin yang membutuhkan uluran tangan dengan berbagi kegembiraan. Jika di Hari
Raya Idul Fitri kita berbahagia dengan berbagi zakat fitrah, maka pada Idul Adha ini
kita berbahagia bersama dengan berbagi daging kurban. Para fakir dan miskin harus
diprioritaskan sebagaimana diingatkan oleh Allah:

‫ِّلَيْش َهُد ْو ا َم َناِفَع َلُهْم َو َيْذ ُك ُروا اْس َم ِهّٰللا ِفْٓي َاَّياٍم َّم ْع ُلْو ٰم ٍت َع ٰل ى َم ا َر َز َقُهْم‬
‫ۖ ِّم ْۢن َبِهْيَم ِة اَاْلْنَع اِۚم َفُك ُلْو ا ِم ْنَها َو َاْطِع ُم وا اْلَبۤا ِٕىَس اْلَفِقْيَر‬
Artinya: “Agar mereka menyaksikan berbagai manfaat untuk mereka dan agar
mereka menyebut nama Allah pada beberapa hari yang telah ditentukan atas rezeki
yang diberikan Dia kepada mereka berupa hewan ternak. Maka makanlah sebagian
darinya dan (sebagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan
fakir. (QS Al-Hajj: 28).

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat rahimakumullah Selain menumbuhkan nilai-nilai


kebahagiaan dan kepedulian, ibadah kurban juga mampu menumbuhkan dampak
positif pada sisi sosial kemasyarakatan. Bagaimana tidak?

Bisa kita lihat bersama khususnya di Indonesia, ketika waktu penyembelihan hewan
kurban tiba, masyarakat ramai-ramai membentuk kepanitiaan dan bersama-sama,
bahu-membahu, saling membantu menangani dan mengelola hewan kurban. Tradisi
kebersamaan ini harus terus dipupuk dan dipertahankan sekaligus diwariskan kepada
anak cucu kita di tengah perubahan zaman yang mengarah kepada sikap
individualistik akibat perkembangan ilmu dan teknologi. Saat ini perlu kita
maksimalkan kembali tradisi-tradisi berkumpul untuk merekatkan kembali hubungan
sosial antar individu masyarakat. Perlu adanya kesadaran kembali pentingnya
berinteraksi secara fisik dan mental dengan sesama, bukan hanya hubungan secara
virtual melalui media sosial. Kita adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri.
Setiap dari kita pasti membutuhkan orang lain dalam menjalani kehidupan, khususnya
orang-orang yang ada dekat di sekitar kita. Spirit kurban harus bisa menumbuhkan
kebaikan dan kemaslahatan di lingkungan kita. Ibadah kurban harus mampu menjadi
langkah kebaikan yang mampu dirasakan manfaatnya oleh orang lain. Tidak boleh
juga dilihat dari banyak atau sedikitnya daging kurban yang ada, namun harus dilihat
juga dari pentingnya mengawali sebuah kebaikan. Rasulullah bersabda:
‫ َقاَل َر ُسْو ُل ِهَّللا صلى هللا عليه‬: ‫َع ْن َأِبْي َذ ٍّر رضي هللا عنه َقاَل‬
‫ َو َلْو َأْن َتْلَقى َأَخ اَك ِبَو ْج ٍه‬،‫ "َال َتْح ِقَر َّن ِم َن اْلَم ْع ُرْو ِف َش ْيئًا‬:‫وسلم‬
‫" َأْخ َرَج ُه ُم ْس ِلٌم‬.‫َطْلٍق‬
Artinya, “Dari Abu Dzar ra, beliau berkata: Rasulullah SAW pernah bersabda:
“Sungguh janganlah kamu memandang rendah suatu kebaikan pun, meski kamu
sekedar bertemu saudaramu dengan wajah yang berseri-seri.” (HR Muslim).

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat rahimakumullah Demikian khutbah singkat pada


kesempatan kali ini, semoga bisa membawa pencerahan bagi kita semua. Semoga
kurban yang kita laksanakan pada hari Raya Idul Adha tahun ini akan benar-benar
mampu meningkatkan solidaritas dan soliditas sosial di lingkungan kita, sehingga
mampu memunculkan kebahagiaan bagi seluruh masyarakat. Dan juga kepada
saudara saudara kita yang sudah melaksnakan ibadah haji ditanah suci akan kembali
dengan membawa predikat haji yang mabrur/roh amin ya robbal alamin.

‫ َلْن َتَناُلوا‬: ‫ ِبْس ِم ِهّٰللا الَّرْح ٰم ِن الَّر ِح ْيِم‬. ‫َأُع ْو ُذ ِباِهَّلل ِم َن الَّش ْيَطاِن الَّر ِج يِم‬
‫اْلِبَّر َح ّٰت ى ُتْنِفُقْو ا ِمَّم ا ُتِح ُّبْو َن ۗ َو َم ا ُتْنِفُقْو ا ِم ْن َش ْي ٍء َفِاَّن َهّٰللا ِبٖه َع ِلْيٌم‬
‫ َو َنَفَعِنْي َو ِاَياُك ْم ِبَم ا ِفْيِه ِم َن‬، ‫َباَر َك ُهللا ِلْي َو َلُك ْم ِفْي َهَذ ا اْلَيْو ِم اْلَك ِرْيِم‬
‫ َو َتَقَّبَل ِم ِّنْي َو ِم ْنُك ْم‬،‫الَّص اَل ِة َو الَّص َد َقِة َو ِتاَل َو ِة اْلُقْر َاِن َو َج ِم ْيِع الَّطاَع اِت‬
‫ َأُقْو ُل َقْو ِلْي َهَذ ا َو َأْسَتْغ ِفُر َهللا ِلْي‬، ‫َج ِم ْيَع َأْع َم اِلَنا ِإَّنُه ُهَو اْلَح ِكْيُم اْلَعِلْيُم‬
ُ‫ ِاَّنُه ُهَو اْلَغ ُفْو ُر الَّر ِح ْيم‬،‫ َفاْسَتْغ ِفُرْو ُه‬، ‫َو َلُك ْم‬
‫‪Khutbah II‬‬

‫َاْلَح ْم ُد ِهلِل َح ْم ًد ا َك َم ا َأَم َر ‪َ .‬أْش َهُد َأْن اَل ِاَلَه ِااَّل هللا َو ْح َد ُه اَل َش ِر ْيَك َلُه‪ِ ،‬اَلٌه‬
‫َلْم َيَزْل َع َلى ُك ِّل َش ْي ٍء َو ِكْياًل ‪َ .‬و َأْش َهُد َأَّن ُمَح َّم ًد ا َع ْبُد ُه َو َر ُسْو ُلُه َو َح ِبْيُبُه‬
‫َو َخ ِلْيُلُه‪َ ،‬أْك َر ِم اَأْلَّو ِلْيَن َو اَأْلِخ ِر ْيَن ‪َ ،‬اْلَم ْبُعْو ِث َر ْح َم ًة ِلْلَع اَلِم ْيَن ‪ .‬اللهم َص ِّل‬
‫َو َس ِّلْم َع َلى َس ِّيِد َنا ُمَح َّم ٍد َو َع لَى َأِلِه َو َأْص َح اِبِه َو َم ْن َك اَن َلُهْم ِم َن‬
‫الَّتاِبِع ْيَن ‪َ ،‬ص اَل ًة َد اِئَم ًة ِبَد َو اِم الَّس َم َو اِت َو اَأْلْر ِض ْيَن َأَّم ا َبْعُد ‪َ :‬فَيا َأُّيَها‬
‫اْلَح اِض ُرْو َن اَّتُقوا َهَّللا َح َّق ُتَقاِتِه َو َذ ُرْو ا اْلَفَو اِح َش َم ا َظَهَر ِم ْنَها َو َم ا‬
‫َبَطَن ‪َ .‬و َح اِفُظْو ا َع َلى الَّطاَع ِة َو ُحُضْو ِر اْلُج ْمَعِة َو اْلَج َم اَع ِة َو الَّص ْو ِم‬
‫َو َج ِم ْيِع اْلَم ْأُم ْو َر اِت َو اْلَو اِج َباِت‪َ .‬و اْع َلُم ْو ا َأَّن َهللا َأَم َر ُك ْم ِبَأْم ٍر َبَد َأ ِبَنْفِس ِه‪.‬‬
‫َو َثَنى ِبَم اَل ِئَك ِة اْلُمَس ِّبَحِة ِبُقْد ِس ِه‪ِِ .‬إَّن َهَّللا َو َم الِئَكَتُه ُيَص ُّلوَن َع َلى الَّنِبِّي َيا‬
‫َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا َص ُّلوا َع َلْيِه َو َس ِّلُم وا َتْس ِليمًا اللهم َص ِّل َع َلى َس ِّيِد َنا‬
‫ُمَح َّم ٍد َو َع َلى َأِل َس ِّيِد َنا ُمَح َّم ٍد َك َم ا َص َّلْيَت َع َلى َس ِّيِد َنا ِاْبَر اِهْيَم َو َع َلى َأِل‬
‫َس ِّيِد َنا ِاْبَر اِهْيَم َو َباِرْك َع َلى َس ِّيِد َنا ُمَح َّم ٍد َو َع َلى َأِل َس ِّيِد َنا ُمَح َّم ٍد َك َم ا‬
‫َباَر ْك َت َع َلى َس ِّيِد َنا ِاْبَر اِهْيَم َو َع َلى َأِل َس ِّيِد َنا ِاْبَر اِهْيَم ِفْي الَع اَلِم ْيَن ِاَّنَك‬
‫َح ِم ْيٌد َم ِج ْيٌد ‪ .‬اللهم اْغ ِفْر ِلْلُم ْس ِلِم ْيَن َو اْلُم ْس ِلَم اِت َو اْلُم ْؤ ِمِنْيَن َو اْلُم ْؤ ِم َناِت‬
‫َاَأْلْح َياِء ِم ْنُهْم ِو اَأْلْم َو اِت‪ .‬اللهم اْدَفْع َع َّنا اْلَباَل َء َو اْلَغ اَل َء َو اْلَو َباَء‬
‫َو اْلَفْح َش اَء َو اْلُم ْنَك َر َو اْلَبْغ َي َو الُّس ُيْو َف اْلُم ْخ َتِلَفَة َو الَّش َد اِئَد َو اْلِمَح َن ‪َ ،‬م ا‬
‫َظَهَر ِم ْنَها َو َم ا َبَطَن ‪ِ ،‬م ْن َبَلِد َنا َهَذ ا َخ اَص ًة َو ِم ْن ُبْلَد اِن اْلُم ْس ِلِم ْيَن َع اَم ًة‪،‬‬
‫ْأ‬
‫ِاَّنَك َع َلى ُك ِّل َش ْي ٍء َقِد ْيٌر ِع َباَد ِهللا‪ِ ،‬اَّن َهللا َي ُم ُر ُك ْم ِباْلَع ْد ِل َو اِاْل ْح َس اِن‬
‫َو ِاْيَتاِء ِذ ْي اْلُقْر َبى َو َيْنَهى َع ِن اْلَفْح َش اِء َو اْلُم ْنَك ِر َو اْلَبْغ ِي ‪َ ،‬يِع ُظُك ْم َلَع َّلُك ْم‬
‫َتَذَّك ُرْو َن ‪َ .‬فاْذ ُك ُرْو ا َهللا اْلَعِظ ْيَم َيْذ ُك ُر ُك ْم َو َلِذ ْك ُر ِهللا‬

Anda mungkin juga menyukai