Anda di halaman 1dari 43

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu bagian yang tidak

dapat di pisahkan dari kesehatan tubuh secara keseluruhan. Perawatan gigi

dan mulut secara keseluruhan di awali dari kebersihan gigi dan mulut pada

setiap individu. Selain itu gigi geligi merupakan salah satu organ pencernaan

yang berperan penting dalam proses pengunyahan makanan, sehingga

pemeliharaan kesehatan gigi penting dilakukan. Upaya pemeliharaan

kesehatan gigi dan mulut sebaiknya dilakukan sejak usia dini. Usia sekolah

dasar merupakan saat yang ideal untuk melatih kemampuan motorik seorang

anak, termasuk diantaranya menyikat gigi. Kemampuan menyikat gigi secara

baik dan benar merupakan faktor yang cukup penting untuk pemeliharaan

kesehatan gigi dan mulut. Keberhasilan pemeliharaan kesehatan gigi dan

mulut juga dipengaruhi oleh faktor penggunaan sikat gigi, metode penyikatan

gigi, serta frekuensi dan waktu penyikatan yang tepat (Reca, 2020).

Kesehatan gigi dan mulut di Indonesia masih perlu mendapat

perhatian khusus dari tenaga kesehatan gigi dan mulut. Hal ini disebabkan

karena sebagian besar masyarakat di Indonesia mengabaikan kesehatan gigi

dan mulut mereka sendiri, termasuk anak usia sekolah dasar. Kelompok anak

usia sekolah dasar merupakan kelompok yang rentan terhadap penyakit gigi

dan mulut sehingga perlu diperhatikan dan dicegah secara baik dan benar.

Selain peran orang tua dalam membimbing, memberikan pengertian dan

mengingatkan anak untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut, perlu dilakukan

1
2

penyuluhan kesehatan gigi dan mulut oleh tenaga kesehatan. Penyuluhan

kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu upaya untuk mencegah

masalah kesehatan gigi dan mulut, dengan tercapainya tingkat kesehatan gigi

yang lebih baik di masa mendatang (Gunawan, 2014).

Upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sebaiknya dilakukan

sejak usia dini. Peran sekolah sangat diperlukan dalam proses menciptakan

kebiasaan menyikat gigi pada anak. Usia sekolah dasar merupakan saat ideal

untuk melatih kemampuan motorik seorang anak, termasuk menyikat gigi.

Perkembangan motorik halus dan kasar semakin menuju ke arah kemajuan.

Oleh karena itu anak lebih dapat diajarkan cara memelihara kesehatan gigi

dan mulut secara lebih rinci, sehingga akan menimbulkan rasa tanggung

jawab akan kebersihan dirinya sendiri. Respons atau perilaku adaptasi

seseorang terhadap perubahan atau kemunduran, menurut teori adaptasi Roy,

bergantung pada stimulus yang masuk dan tingkat atau kemampuan adaptasi

orang tersebut. Tingkat atau kemampuan adaptasi seseorang ditentukan oleh

3 hal, yaitu masukan (input), kontrol, efektor, dan keluaran (output) (Dian,

2012).

Teknik menyikat gigi yang tepat sangat penting dalam mencapai

kebersihan gigi dan mulut. Banyak anak yang tidak diberi pengetahuan

tentang cara menyikat gigi. Keberhasilannya juga masih tergantung pada

pasta gigi, jenis sikat, waktu menyikat, dan metode menyikat gigi yang

digunakan. Metode menyikat gigi manual termasuk Bass, Stillman, Fones,

Charter, horizontal, vertikal, Scrub, dan Roll telah diajarkan selama beberapa

dekade. Dari beberapa metode menyikat gigi, metode Bass dan metode Roll
3

merupakan metode yang paling sering direkomendasikan dalam praktek

dokter gigi (Ristika, 2014).

Pentingnya mengenalkan anak teknik menyikat gigi yang tepat,

memotivasi menyikat gigi secara teratur dan pemilihan pasta gigi yang tepat.

Teknik kebiasaan sikat gigi secara horizontal lazim dilakukan dan dikenal

secara umum, namun hal itu merupakan kesalahan karena dengan cara

demikian lambat laun dapat menimbulkan resesi ngingival dan abrasi gigi,

selain itu juga akna menyebabkan penyakit periodontal akan lebih mudah

terjadi. Pemilihan bulu sikat yang halus juga penting agar tidak melukai gusi.

Hendaknya sikat gigi diganti tiap sebulan sekali, karena dengan demikian

bulu sikat masih tetap efektif dalam membersihkan gigi (Hidayat, 2016).

Teknik menyikat gigi bagi anak harus merupakan teknik menyikat

yang sederhana dan mudah dimengerti, sehingga pasti akan dikerjakan oleh

anak ataupun orang tuanya. Pada prinsipnya teknik menyikat gigi anak adalah

permukaan gigi yang disikat sampai benar-benar bersih (Suwelo, 2012).

Pembersihan gigi yang kurang baik dapat menyebabkan terjadinya

akumulasi plak. Salah satu cara menghilangkan plak yaitu dengan menyikat

gigi. Plak adalah lapisan tipis, tidak berwarna, mengandung kumpulan

bakteri, melekat pada permukaan gigi dan selalu terbentuk di dalam mulut

dan bila bercampur dengan gula yang ada dalam makanan akan membentuk

asam. Plak akan terlihat satu sampai dua hari apabila tidak ada langkah-

langkah pembersihan mulut (Gunawan, 2014).

Menjaga kebersihan gigi harus dilakukan setiap hari sehingga gigi

dan mulut bersih dari sisa-sisa makanan yang bisa menyebabkan kerusakan

gigi. Kerusakan gigi pada anak bisa menyebakan gangguan masalah


4

pertumbuhan dan perkembangan pada anak akibat kekurangan gizi (Dian,

2012).

Menurut World Health Organizations (WHO), sekitar 90%

penduduk pernah mengalami penyakit gigi, yang sebagian besar sebenarnya

dapat dicegah. Sebanyak 78% anak-anak di dunia, yakni sekitar 573 juta

anak, menderita penyakit gigi yang tidak terawat, dan terutama disebabkan

kurangnya asesibilitas terhadap sarana kedokteran gigi. Penyakit gigi selain

menimbulkan rasa tidak nyaman juga mempengaruhi produktivitas serta

kualitas hidup. Penyakit gigi di Amerika Serikat mengakibatkan per tahun

total kehilangan 2,4 juta hari kerja, dan 1,6 juta hari sekolah. Sedang di

Thailand per 1000 murid kehilangan 1900 jam sekolah per tahunnya karena

penyakit gigi (WOHD, 2020).

Secara nasional, menunjukkan proporsi terbesar masalah gigi di

Indonesia adalah gigi rusak, berlubang, sakit (45,3%). Sedangkan masalah

kesehatan mulut yang mayoritas dialami penduduk Indonesia adalah gusi

bengkak dan/atau keluar bisul (abses) sebesar 14%. Sebanyak 57,6%

penduduk Indonesia bermasalah gigi dan mulut, tetapi hanya 10,2% yang

mendapat perawatan oleh tenaga medis gigi. Berdasarkan kelompok umur,

proporsi terbesar dengan masalah gigi dan mulut adalah kelompok umur 5-9

tahun (67,3%) dengan 14,6% telah mendapat perawatan oleh tenaga medis

gigi. Sedangkan proporsi terendah dengan masalah gigi dan mulut adalah

umur 3-4 tahun (41,1%) dengan 4,3% telah mendapat perawatan oleh tenaga

(Pusdatin kemkes, 2019).

Tingginya angka penyakit gigi dan mulut saat ini sangat dipengaruhi

oleh beberapa faktor yang salah satunya adalah faktor perilaku masyarakat
5

yang belum menyadari pentingnya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut.

Data menunjukkan 22,8% penduduk Indonesia tidak menyikat gigi dan dari

77,2% yang menyikat giginya, hanya 8,1% yang menyikat gigi tepat waktu

(Yudita, 2019).

Sedangkan di Provinsi Aceh, tingkat kepedulian masyarakat kita

terhadap kesehatan gigi dan mulut masih sangat rendah masalah kesehatan

gigi dan mulut juga masih perlu peningkatan. kasus yang mengalami karies

gigi mencapai 80 %, bahkan lebih dari 90 % anak berumur lima tahun telah

mengalami gigi berlubang (Khalis, 2019).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten

Bireuen, jumlah sasaran peserta didik SD/MI sebanyak 6.185 orang, jumlah

peserta didik yang dijaring sebanyak 5.842 orang, dan yang mengalami karies

gigi sebanyak 2664 orang (Dinkes Bireuen, 2022).

Berdasarkan hasil survey awal yang peneliti lakukan di SDN 2 Kuala

Kabupaten Bireuen jumlah siswa-siswi kelas IV sebanyak 35 orang, kelas V

sebanyak 36 orang dan kelas VI sebanyak 21 orang. Dari hasil wawancara

terhadap 10 orang siswa/siswi, hanya 2 orang yang tau tatacara menyikat gigi

dengan baik.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk

meneliti tentang “Pengaruh edukasi kesehatan gigi terhadap keterampilan

anak dalam menyikat gigi di SDN 2 Kuala Kabupaten Bireuen”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah yaitu

“Bagaimana pengaruh edukasi kesehatan gigi terhadap keterampilan anak

dalam menyikat gigi di SDN 2 Kuala Kabupaten Bireuen”.


6

C. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian berupa teori yang memeparkan konsep

keterampilan menyikat gigi pada anak, ruang lingkup waktu sampai Desember

2022 dan ruang lingkup tempat hanya di SDN 2 Kuala Kabupaten Bireuen.

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh edukasi kesehatan gigi terhadap

keterampilan anak dalam menyikat gigi di SDN 2 Kuala Kabupaten

Bireuen.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui keterampilan anak dalam menyikat gigi sebelum

diberikan edukasi kesehatan di SDN 2 Kuala Kabupaten Bireuen

b. Untuk mengetahui keterampilan anak dalam menyikat gigi sesudah

diberikan edukasi kesehatan di SDN 2 Kuala Kabupaten Bireuen

c. Untuk mengetahui pengaruh edukasi kesehatan terhadap keterampilan

anak dalam menyikat gigi di SDN 2 Kuala Kabupaten Bireuen.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Responden

Agar anak mampu secara terampil menyikat gigi dengan benar sehingga,

tidak terjadi karies pada gigi, gigi berlubang dan gangguan kesehatan gigi

dan mulutnya lainnya.

2. Bagi Institusi Pendidikan


7

Bagi Institusi pendidikan dapat menambah bahan kepustakaan tentang

teknik menyikat gigi pada anak usia sekolah

3. Bagi Peneliti

Dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan bagi penulis tentang

kesehatan gigi dan mulut, khususnya yang berkaitan dengan keterampilan

menyikat gigi yang benar pada anak usia sekolah.

4. Bagi instansi terkait

Dapat menjadi bahan referensi serta tolak ukur dalam memantau sejauh

mana upaya yang diterapkan anak dalam menyikat gigi untuk menjaga

kesehatan gigi dan mulut, sehingga pihak terkait seperti dokter gigi,

perawat gigi, instansi puskesmas turut andil dalam mempromosikan teknik

menyikat gigi yang benar pada anak usia sekolah.

5. Bagi pemerintah

Dapat menjadi bahan evaluasi untuk pemerintah setempat untuk membuat

kebijakan-kebijakan khusus untuk meningkatkan derajat kesehatan gigi

dan mulut khususnya untuk anak usia sekolah.

F. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan proposal penelitian ini terdiri dari 3 BAB

yaitu sebagai berikut:

BAB I

A. Latar belakang

B. Rumusan masaalah

C. Ruang lingkup penelitian

D. Tujuan penelitian
8

E. Manfaat penelitian

F. Sistematika penulisan

BAB II

A. Tinjauan Pustaka

B. Kerangka Teori

BAB III

1) Kerangka Konsep

1. Kerangka konsep

2. Definisi operasional

3. Hipotesis

2) Metode Penelitian

1. Jenis dan desain penelitian

2. Populasi dan sampel penelitian

3. Lokasi dan waktu penelitian

4. Instrumen penelitian

5. Teknik pengumpulan data

6. Pengolahan data

7. Analisa data

8. Jadwal penelitian
9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Konsep Edukasi Kesehatan

Edukasi atau pendidikan kesehatan gigi dan mulut dilaksanakan

di sekolah oleh tenaga kesehatan, guru, dan/atau Kader kesehatan sekolah

yang terlatih. Penyuluhan dan pelatihan perawatan kesehatan gigi dan

mulut kepada orang tua/pendamping dilakukan oleh tenaga kesehatan

dan/atau Kader secara langsung atau tidak langsung kepada orang

tua/pendamping agar dapat merawat penyandang disabilitas secara

mandiri (Permenkes, 2016).

Pendidikan cara-cara penyikatan gigi bagi anak-anak perlu

diberikan contoh suatu model yang baik serta dengan teknik yang

sesederhana mungkin. Penyampaian pendidikan kesehatan gigi dan mulut

pada anak-anak harus dibuat semenarik mungkin, antara lain melalui

penyuluhan yang atraktif tanpa mengurangi isi pendidikan, demonstrasi

secara langsung, program audio visual, atau melalui sikat gigi massal

yang terkontrol. dibutuhkan gagasan inovatif sehingga tenaga kesehatan

gigi dapat mengembangkan suatu model promosi kesehatan dan

pencegahan karies melalui pengendalian faktor risiko karies, salah

satunya melalui penyuluhan dan pelatihan cara sikat gigi yang benar

(dental health education). Dental health education ini dapat mengajarkan


10

dan mendidik anak melakukan kebiasaan pemeliharaan Kesehatan gigi

sejak dini yang dapat mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut di

kemudian hari (Reca, 2020).

Penyuluhan atau edukasi kesehatan tentang cara menyikat gigi

sangat diperlukan untuk meningkatkan kesehatan gigi dan mulut.

Penyuluhan yang diberikan kepada siswa dengan materi penyuluhan

meliputi metode menyikat gigi, pemilihan sikat gigi, frekuensi menyikat

gigi (Gunawan, 2014).

Menurut Permenkes (2016), ada beberapa hal yang harus

diedukasikan pada anak usia 6-12 tahun tentang kesehatan gigi dan mulut

antara lain yaitu:

b. Memberikan informasi anak usia 6-12 tahun bahwa gigi seri atas dan

bawah telah tumbuh

c. Menilai risiko untuk penyakit gigi dan mulut pada anak dengan

mengidentifikasi indikator risiko sebagai berikut:

1. Adanya riwayat penyakit gigi berlubang pada anggota keluarga

2. Sering mengonsumsi makanan manis dan lengket.

3. Pembersihan gigi dan mulut yang tidak rutin dan tidak benar

4. Pemberian fluor yang tidak adekuat.

5. Adanya white spot pada gigi.

d. Menganjurkan penggunaan gelas sebagai pengganti botol setelah anak

dapat minum dari gelas pada usia kira-kira 12 bulan.

e. Menganjurkan kepada ibu atau pengasuh untuk mulai membersihkan

gigi anak segera setelah gigi mulai erupsi.


11

f. Menganjurkan pemberian makanan bergizi dan membatasi pemberian

makanan manis pada anak di antara dua waktu makan.

Menurut Nurmala (2018), sasaran edukasi kesehatan antara lain

sebagai berikut:

a. Individu dan keluarga

1. Memperoleh informasi kesehatan melalui berbagai saluran baik

langsung maupun media massa

2. Mempunyai pengetahuan, kemauan dan kemampuan untuk

memelihara serta meningkatkan dan melindungi kesehatannya

b. Masyarakat atau LSM

Upaya peningkatan kesehatan dan saling bekerja sama serta saling

membantu untuk mewujudkan lingkungan sehat.

c. Lembaga pemerintah

Kepedulian dan dukungan pemerintah dalam upaya mengembangkan

perlaku dan lingkungan sehat, membuat kebijakan yang

berhubungan dengan bidang kesehatan.

d. Institusi

Peningkatan mutu kesehatan yang dapat memberi kepuasan pada

masyarakat

2. Konsep Keterampilan

Pengertian Keterampilan yaitu kemampuan untuk menggunakan

akal, fikiran, ide dan kreatifitas dalam mengerjakan, mengubah ataupun

membuat sesuatu menjadi lebih bermakna sehingga menghasilkan sebuah

nilai dari hasil pekerjaan tersebut. Pengertian keterampilan secara

sederhana adalah "kecakapan untuk menyelelesaikan tugas. Keterampilan


12

ada yang bersifat fisik seperti membuat sepatu, memasak makanan

tertentu, mengetik surat, membangun rumah, dan lain-lain. Selain itu, ada

pula keterampilan yang bersifat non fisik seperti mengajar, memimpin

rapat, menyusun karya ilmiah, dan lain-lain. Keterampilan untuk

mengerjakan suatu pekerjaan, di samping dipengaruhi oleh bakat juga

ditentukan oleh latihan dan pembiasaan. Seseorang akan terampil

mengerjakan sesuatu, apakah yang bersifat fisik atau psikis, jika ia

terlatih dan terbiasa dalam melakukan pekerjaan itu. Seorang yang

terlatih memetik gitar akan terampil dalam bermain gitar atau seorang

yang terlatih dan biasa mengendarai mobil akan menjadi sopir yang

terampil. Demikian pula untuk berbagai macam pekerjaan lain yang dapat

dikerjakan oleh manusia (Sudarto, 2016).

Pengertian lain bahwasanya kata keterampilan berasal dari kata

terampil yang berarti cakap dalam menyelesaikan tugas; mampu dan

cekatan. Keterampilan berarti kecakapan untuk menyelesaikan tugas

(Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa

Indonesia, 1990: 935). Keterampilan adalah kemampuan teknis untuk

melakukan suatu perbuatan. Ia merupakan aplikasi atau penerapan dari

pengetahuan teoritis yang dimilik seseorang, seperti keterampilan

bercocok tanam bagi petani, mengajar bagi guru, membuat kursi bagi

tukang kayu, memotong dan menjahit baju bagi penjahit, dan lain-lain.

Dengan keterampilan, seseorang dapat melakukan suatu pekerjaan secara

efektif dan efisien.

3. Konsep menyikat gigi

a. Pengertian menyikat gigi


13

Menyikat gigi dengan menggunakan sikat gigi adalah bentuk

penyingkiran plak secara mekanis. Saat ini telah banyak tersedia sikat

gigi dengan berbagai ukuran, bentuk, tekstur, dan desain dengan

berbagai derajat kekerasan dari bulu sikat. Salah satu penyebab

banyaknya bentuk sikat gigi yang tersedia adalah adanya variasi

waktu menyikat gigi, gerakan menyikat gigi, tekanannya, bentuk dan

jumlah gigi yang ada pada setiap orang (Nurhasanah, 2015).

Menggosok gigi dengan teratur hingga bersih dapat

membantu membersihkan sisa makanan dan plak gigi serta mencegah

kerusakan gigi(karies gigi), penyakit gusi dan nafas berbau. Ada

beberapa faktor yang harus diperhatikan saat menggosok gigi yaitu:

cara menggosok gigi yang benar, pemilihan sikat gigi yang benar,

frekuensi menggosok gigi yang tepat.Sikat gigi yang baik sebaiknya

mempunyai ukuran yang sesuai dengan mulut anak, dengan gagang

sikat gigi yang nyaman dan kuat serta mempunyai bulu sikat yang

lembut dan ujung yang membulat. Frekuensi menggosok gigi adalah 2

kali sehari yaitu pagi setelah sarapan pagi dan malam sebelum tidur

(Aflah, 2018).

Untuk mencapai kesehatan gigi dan mulut yang optimal pada

ibu hamil, bayi, anak balita, dan anak usia prasekolah maka harus

dilakukan perawatan secara berkala. Perawatan dapat dimulai dengan

memperhatikan konsumsi makanan, pembersihan plak dan sisa

makanan yang tersisa dengan menyikat gigi secara teratur dan benar,

pembersihan karang gigi, penambalan gigi yang berlubang, dan

pencabutan gigi yang sudah tidak bisa dipertahankan lagi, serta


14

kunjungan berkala ke dokter gigi baik ada keluhan ataupun tidak ada

keluhan. Dengan memperhatikan hal-hal tersebut, maka akan dicapai

suatu kesehatan gigi dan mulut yang optimal yang akan meningkatkan

kesehatan tubuh secara keseluruhan (Permenkes, 2016).

b. Hal-hal yang harus diperhatikan saat menyikat gigi

Menurut Ramadhan (2010), ada beberapa hal yang harus

diperhatikan dalam menyikat gigi antara lain yaitu:

1) Waktu penyikatan gigi

Waktu penyikatan gigi yang dianjurkan yaitu setelah sarapan pagi

dan sebelum tidur.

2) Sikat gigi dengan lembut

Menyikat gigi yang terlalu keras ataupun Gerakan menyikat gigi

yang terlalu Panjang misalnya menyikat 5 sampai 6 gigi sekaligus

juga bisa menyebabkan kerusakan pada gigi dan gusi.

3) Sikat gigi minimal 2 menit

Menyikat gigi yang terlalu cepat tidak akan efektif membersihkan

gigi dan gusi. Menyikat gigi yang paling tepat membutuhkan

waktu minimal 2 menit.

4) Sikat gigi dengan urutan yang sama setiap harinya

Lakukan urutan yang sama setiap hari. Misalnya dimulai dari

permukaan bagian luar gigi dilengkung rahang atas sebelah kanan

sampai kelengkung sebelah kiri, dilanjutkan dengan permukaan

bagian luar pada lengkung gigi di rahang bawah, lalu permukaan


15

kunyah gigi pada rahang atas dan bawah, dan permukaan bagian

dalam gigi rahang atas dan bawah.

5) Rutin mengganti sikat gigi

Apabila bulu sikat sudah mekar alias rusak ataupun sikat gigi

sudah berusia 3 bulan, maka sikat gigi tersebut akan kehilangan

kemampuan untuk membersihkan gigi dengan baik.

6) Jaga kebersihan sikat gigi

Sikat gigi bisa menjadi tempat perkembang biakan kuman dan

jamur. Setiap selesai sikat gigi harus selalu dibersihkan dengan

cara mengocokkan kedalam air dengan kencang dan membilasnya

dengan air bersih.

7) Jangan takut gusi berdarah

Tetaplah menyikat gigi dengan teknik yang benar sekalipun

mengalami gusi berdarah, apabila terus berdarah segera hubungi

dokter atau unit pelayanan gigi terdekat.

b. Langkah-langkah menyikat gigi

Menurut Ramadhan (2010), ada beberapa langkah yang harus

dilakukan dalam menyikat gigi antara lain yaitu:

1) Bersihkan permukaan gigi bagian luar yang menghadap kebibir

dan pipi. Mulai pada rahang atas terlebih dahulu lalu dilanjutkan

dengan yang rahang bawah. Tata caranya yaitu dengan cara

berikut:

a) Pegang sikat gigi secara horizontal dan letakkan kepala sikat

gigi pada permukaan gigi, lebih tepatnya ditepi gusi, karena


16

disinilah banyak kotoran menumpuk. Agar lebih yakin

gunakanlah cermin untuk melihat posisi sikat gigi

b) Miringkan kepala sikat gigi kira-kira sebesar 45 derajat

menghadap permukaan gigi

c) Gerakan sikat kamu secara horizontal kekanan dan kiri

dengan jarak yang sangat pendek atau kecil seperti suatu

getaran dan dengan tekanan yang lembut. Dengan sudut dan

Gerakan ini, bulu sikat akan bisa masuk kedalam gusi dan

membuang kotoran yang ada didalamnya.

d) Sikatlah dengan Gerakan sebanyak 10-20 kali gosokan baru

berpindah ke gigi-gigi disebelahnya.

e) Gerakan sikat kamu secara horizontal

2) Bersihkan seluruh permukaan kunyah gigi pada lekung gigi

sebelah kanan dan kiri dengan gerangan maju mundur sebanyak

10-20 kali gosokan juga. Lakukan pada rahang atas terlebih dulu

lalu dilanjutkan dengan rahang bawah. Bulu sikat gigi diletakkan

tegak lurus menghadap permukaan kunyah gigi.

3) Bersihkan permukaan dalam gigi yang menghadap lidah dan

langit-langit dengan menggunakan teknik modifikasi bass untuk

lengkung gigi sebelah kanan dan kiri.

c. Metode menyikat gigi

Teknik menyikat gigi terdiri dari teknik menyikat gigi secara

kombinasi yaitu teknik dengan menggabungkan teknik horizontal

(kiri-kanan), vertikal (atas-bawah) dan sirkular (memutar). Teknik

menyikat gigi secara vertikal adalah teknik menyikat gigi dengan


17

gerakan vertikal dimulai pada rahang atas dimana gerakan

penyikatannya dari atas ke bawah dan pada rahang bawah gerakannya

dari bawah ke atas. Teknik horizontal adalah teknik menyikat gigi

dengan arah horizontal ke kiri dan ke kanan. Teknik ini biasanya

dianjurkan pada anak-anak dan gerakannya dalam arah horizontal

pada permukaan oklusal gigi. Teknik fones (sirkuler) adalah teknik

yang gerakan menyikat secara memutar pada arah gingiva dan

permukaan gigi (Keloay, 2019).

Teknik penyikatan gigi yang sering digunakan, yaitu metode

Bass, metode Stillman dimodifikasi, dan metode Charter. Metode

Bass merupakan metode yang efektif untuk menghilangkan plak pada

bagian bawah margin gingiva sebagai bagian dari perawatan untuk

mengendalikan penyakit periodontal dan karies. Teknik

penyikatannya dengan menempatkan bulu sikat pada tepi gingival

dengan membentuk sudut 45º terhadap poros panjang gigi dengan

tekanan yang disertai getaran, dan ujung bulu sikat ditekankan masuk

ke sulkus gingiva dan embrassur interproksimal (Lestari, 2014).

Upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sebaiknya

dilakukan sejak usia dini. Usia sekolah dasar merupakan saat yang

ideal untuk melatih kemampuan motorik seorang anak, termasuk

diantaranya menyikat gigi. Kemampuan menyikat gigi secara baik dan

benar merupakan faktor yang cukup penting untuk pemeliharaan

kesehatan gigi dan mulut. Keberhasilan pemeliharaan kesehatan gigi

dan mulut juga dipengaruhi oleh faktor penggunaan sikat gigi, metode
18

penyikatan gigi, serta frekuensi dan waktu penyikatan yang tepat

(Reca, 2020).

Teknik apapun yang dipergunakan, harus diperhatikan cara

menyikat gigi tersebut jangan sampai merusak struktur gigi. Ada

bermacam-macam metode penyikatan gigi, yaitu : (Nurhasanah, 2015)

1) Metode Vertikal: dilakukan untuk menyikat bagian depan gigi,

kedua rahang tertutup lalu gigi disikat dengan gerakan ke atas dan

ke bawah. Untuk permukaan gigi belakang, gerakan yang

dilakukan sama tetapi mulut dalam keadaan terbuka. Sedangkan

pada metode horizontal semua permukaan gigi disikat dengan

gerakan ke kiri dan ke kanan. Kedua metode tersebut cukup

sederhana, tetapi tidak begitu baik untuk dipergunakan karena

dapat mengakibatkan resesi gingiva dan abrasi gigi.

2) Metode Roll: ujung bulu sikat diletakkan dengan posisi mengarah

ke akar gigi dan arah bulu sikat pada margin gingiva, sehingga

sebagian bulu sikat menekan gusi. Ujung bulu sikat digerakkan

perlahan-lahan sehingga kepala sikat gigi bergerak membentuk

lengkungan melalui permukaan gigi. Permukaan atas mahkota

juga disikat. Gerakan ini diulangi 8- 12 kali pada setiap daerah

dengan sistematis. Cara pemijatan ini terutama bertujuan untuk

pemijatan gusi dan untuk pembersihan daerah interdental.

3) Metode Charter: ujung bulu sikat diletakkan pada permukaan gigi

(oklusal), membentuk sudut 45 derajat terhadap sumbu panjang

gigi dan ke atas. Sikat gigi digetarkan membentuk lingkaran kecil,

tetapi ujung bulu sikat harus berkontak denga tepi gusi. Setiap
19

bagian dapat dibersihkan 2-3 gigi. Metode ini merupakan cara

yang baik untuk pemeliharaan jaringan pendukung gigi, walaupun

agak sukar untuk dilakukan.

4) Metode Bass: bulu sikat pada permukaan gigi membentuk sudut

45 derajat dengan panjang gigi dan diarahkan ke akar gigi

sehingga menyentuh tepi gusi. Dengan cara demikian saku gusi

dapat dibersihkan dan tepi gusinya dapat dipijat. Sikat gigi

digerakkan dengan getaran kecil-kecil ke depan dan ke belakang

selama kurang lebih 15 detik. Teknik ini hampir sama dengan

teknik Roll, hanya berbeda pada cara pergerakan sikat giginya

dan cara penyikatan permukaan belakang gigi depan. Untuk

permukaan belakang gigi depan, sikat gigi dipegang secara

vertikal.

5) Metode Fones atau teknik sirkuler: bulu sikat ditempelkan tegak

lurus pada permukaan gigi. Kedua rahang dalam keadaan

mengatup. Sikat gigi digerakkan membentuk lingkaranlingkaran

besar, sehingga gigi dan gusi rahang atas dan bawah dapat disikat

sekaligus. Daerah diantara 2 gigi tidak mendapat perhatian

khusus. Untuk permukaan belakang gigi, gerakan yang dilakukan

sama tetapi lingkarannya lebih kecil.

6) Metode Stillman dimodifikasi: dianjurkan untuk pembersihan

pada daerah dengan resesi gingiva yang parah disertai

tersingkapnya akar gigi, guna menghindari dekstruksi yang lebih

parah pada jaringan akibat abrasi sikat gigi. Jenis sikat gigi yang

dianjurkan adalah sikat gigi dengan kekerasan bulu sikat sedang


20

sampai keras, yang terdiri dari dua atau tiga baris rumpun bulu

sikat.

Teknik menyikat gigi yang benar menurut Weny (2019) antara

lain sebagai berikut:

1) Ganti sikat gigi 3 bulan sekali

2) Membasahi sikat gigi terlebih dahulu sebelum digunakan untuk

menggosok gigi

3) Berkumur sebelum menggosok gigi

4) Menggosok gigi menggunakan pasta gigi (odol)

5) Mengatupkan rahang, dilanjutkan menggosok gigi dari atas ke

bawah (naik turun)

6) Menggosok gigi dengan menghadap pipi, gerakan ini memutar dari

arah gusi ke bagian pipi kiri dan kanan

7) Membuka rahang dengan menggosok gigi bagian rahang bawah

(kiri, kanan) dan bagian rahang atas (kiri, kanan)

8) Berkumur dengan air bersih

9) Menggosok gigi 2 kali sehari

d. Kondisi Dan Kelainan Gigi Dan Mulut Yang Sering Terjadi Pada Anak

Kelainan yang terjadi pada gigi dan mulut pada anak meliputi

kelainan yang terjadi pada jaringan kerasdan jaringan lunak

(Permenkes, 2016).

1) Warna putih pada lidah

Warna putih pada lidah sering kita dapatkan pada bayi yang minum

ASI maupun susu formula. Sisa-sisa air susu yang menempel pada

lidah akan mengalami fermentasi sehingga merangsang untuk


21

timbulnya jamur. Pemberian susu formula yang telah melewati 3 jam

dari waktu pembuatan juga merupakan faktor pencetus terjadinya

proses fermentasi. Apabila warna putih terlihat sangat tebal dan

menimbulkan bau yang kurang sedap, maka hendaknya diberikan

obat anti jamur, namun bila belum terlalu parah dapat dilakukan

penyikatan lidah dengan menggunakan sikat gigi dengan bulu yang

lunak.

2) Gigi berlubang Faktor yang menyebabkan gigi berlubang yaitu

kualitas gigi, makanan, mikroorganisme dan waktu Gigi berlubang

dapat terjadi pada gigi anterior maupun pada gigi posterior. Lubang

pada gigi anterior anak dapatdisebabkan oleh pemberian susu

menggunakan botol pada waktu tidur malam, karena pada saat tidur

posisi kepala lebih rendah dari pada botol sehingga air susu

menggenangi gigi anterior Bila hal tersebut berlangsung lama, gigi

posterior akan berlubang juga Selain itu gigi berlubang pada anak

umumnya disebabkan oleh pembersihan gigi yang kurang baik.

3) Pembengkakan dapat disebabkan adanya radang pada gigi maupun

pada gusi.Radang yang terjadi pada gigi dapat menjalar menjadi

pembengkakan pada gusi. Pembengkakan yang meluas tidak hanya

terlihat di dalam mulut namun dapat pula terlihat sampai dipipi.

Wajah akan terlihat sembab, disertai rasa sakit yang hebat dan

demam, pada keadaan lanjut dapat menyebabkan kesulitan saat

menelan.Apabila pembengkakan tidak diobati maka radang dapat

menjadi kronis dan menimbulkan fistula(bisul) pada gusi di sekitar

gigi tersebut. Fistula juga dapat terjadi pada gigi gangren (mati) yang
22

tidak dirawat Jika gigi gangren tidak dirawat kerusakan akan

semakin parah dan gigi harus dicabut. Bila gigi penggantinya masih

lama waktu erupsinya maka akan terjadi pergeseran gigi sebelahnya

dan dapat menyebabkan kehilangan ruang untuk pertumbuhan gigi

permanen, sehingga mengakibatkan gigi berjejal. Gigi gangren yang

tidak dirawat akan menimbulkan keradangan yang mempengaruhi

pertumbuhan benih gigi permanen pengganti. Selain itu gigi gangren

yang tidak dirawat dapat menjadi fokal (sumber) infeksi yang dapat

menimbulkan penyakit umum seperti kelainan jantung, rematik,

ataupun alergi.

4) Stomatitis

Sariawan yang sering terjadi pada rongga mulut (Gambar 24), dapat

disebabkan oleh adanya trauma (adanya gigi yang tajam, makanan

yang mengiritasi mukosa mulut) maupun karena kurangnya

konsumsi vitaminantara lain vitamin C. Lesi/luka tersebut akan

terasa pedih apabila tersentuh oleh lidah ataupun makanan. Faktor

pencetus utama terjadinya sariawan adalah stres yang timbul tanpa

disadari.Perawatan yang dapat dilakukan adalah pemberian salep

atau gel khusus untuk mulut yang dapat merangsang pertumbuhan

jaringan baru agar luka segera menutup, hindari stress, konsumsi

vitamin C yang cukup, dan kurangi makanan yang mengiritasi

mukosa mulut.

e. Konsep anak usia sekolah


23

1) Pengertian anak usia sekolah

Anak usia sekolah adalah investasi bangsa, karena pada usia

inilah pertama kali anak diperkenalkan dengan dunia pendidikan

formal dimana anak dituntut mampu menerapkan kemampuan

intelektualnya dalam memecahkan berbagai masalah sehingga dapat

menjadi generasi penerus. Kualitas bangsa di masa depan sangat

ditentukan oleh kualitas anak-anak pada masa ini, yang ditentukan

oleh kualitas dan kuantitas pendidikan (sekolah). Kualitas dan

kuantitas pendidikan yang baik dan benar pada anak usia sekolah

merupakan tanggung jawab kita bersama antara keluarga, masyarakat,

dan pemerintah (Permenkes, 2016).

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memberi batasan anak

usia sekolah adalah anak dengan rentang usia 6–12 tahun, yang

merupakan tahap perkembangan anak dengan melibatkan aspek

sekolah dalam kehidupannya. Para orangtua berkeyakinan bahwa

tugas orangtua adalah bekerja dan mengasuh, sementara tugas anak

pada rentang usia tersebut difokuskan untuk belajar. Anak usia

sekolah adalah anak yang berusia 6 sampai 12 tahun yang masih

duduk di Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) dari kelas 1

sampai kelas 6 dan perkembangannya sesuai usia (Permenkes, 2016).

Usia sekolah merupakan usia penting dalam pertumbuhan

dan perkembangan fisik anak. Periode ini juga disebut sebagai periode

kritis karena pada masa ini anak mulai mengembangkan kebiasaan

yang biasanya cenderung menetap sampai dewasa. Salah satunya

adalah kebiasaan menjaga kebersihan gigi dan mulut. Perilaku anak


24

Indonesia di dalam menjaga kesehatan rongga mulut masih rendah.

Perawatan gigi dianggap tidak terlalu penting, padahal manfaatnya

sangat vital dalam menunjang kesehatan dan penampilan. Perilaku

tersebut timbul karena kurangnya pengetahuan anak mengenai

pentingnya pemeliharaan gigi dan mulut, sehingga mereka

mengabaikan kebersihan gigi dan mulut. Hal ini, menjadi penyebab

timbulnya masalah kesehatan gigi dan mulut yang sering terjadi pada

anak usia sekolah (Dian, 2012).

Usia anak sekolah dimulai dari umur 6 tahun sampai umur 12

tahun. Usia anak adalah usia dimana anak sedang mengembangkan

segala kemampuannya seperti kemampuan berkomunikasi,

bekerjasama dengan orang lain, dan kemampuan mengemukakan

pendapat. Anak kecil berfokus pada perilaku dan bukan pada motivasi

atau akibat. Mereka 29 melihat alternatif sebagai sesuatu yang

konkret, dan mereka tidak mampu membedakan antara informasi yang

diplot secara sentral atau perifer. Anak kecil mengingat berbagai hal

di dalam program, misal mereka mengingat suatu tindakan, bukan

motifasi atau akibatnya (Nurhasanah, 2015).

Masa lima tahun awal dalam tahap perkembangan anak

adalah masa golden age, ialah suatu masa emas dalam periode

pertumbuhan dan perkembangan anak. Pada masa ini segala hal yang

tercurah dan terserap pada diri anak akan menjadi dasar dan memori

yang tajam pada diri anak tersebut. Hal terkait dengan kesehatan gigi,

jika pada masa emas anak ini telah terbentuk memori, perilaku,

kebiasaan dan sikap tentang cara merawat gigi dan mulut, maka sikap
25

hidup ini akan terbawa nantinya kelak dewasa, sehingga pengetahuan

tentang cara hidup bersih dan sehat, termasuk pemeliharaan kesehatan

gigi perlu ditanamkan pada masa balita, dan usia prasekolah. Orang

tua dapat menjadi contoh bagi anak.Bagaimana anak mau menyikat

gigi di malam menjelang tidur, kalau orang tuanya juga tidak pernah

memberikan contoh. Untuk itu pengetahuan orang tua mengenai

kesehatan gigi dan mulut anak perlu ditingkatkan antara lain tentang

pertumbuhan gigi anak serta kelainan gigi dan mulut yang sering

terjadi pada anak (Permenkes, 2016).

2) Karakteristik anak usia sekolah

Masa usia sekolah dikenal juga sebagai masa tengah dan

akhir dari masa kanak-kanak, pada masa inilah anak siap untuk

belajar. Mereka ingin menciptakan sesuatu, bahkan berusaha untuk

dapat membuat sesuatu sebaik-baiknya, ingin sempurna dalam segala

hal. Masa usia sekolah sering pula disebut sebagai masa intelektual

atau masa keserasian sekolah. Pada masa keserasian sekolah ini

secara relatif anak-anak lebih mudah dididik dari pada sebelumnya

dan sesudahnya (Permenkes, 2016).

3) Pertumbuhan anak usia sekolah

Pertumbuhan (Growth) berkaitan dengan masalah perubahan

dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun

individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound,

kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan

keseimbangan metabolik (retensi natrium dan nitrogen tubuh). Pada

usia sekolah pertumbuhan tinggi dan berat badan cenderung lebih


26

stabil, rata–rata akan tumbuh 5cm (2 inci) setiap tahunnya, serta berat

badan akan bertambah 2–3 kg (4,5–6,5 pon) pertahun, terdapat sedikit

perbedaan pertumbuhan antara laki–laki dengan perempuan anak

laki–laki akan lebih tinggi serta lebih berat dibanding perempuan

(Nurhasanah, 2015).

4) Perkembangan anak usia sekolah

Masa anak ditandai beberapa ciri baik perkembangan dari

fisik, kepandaian, emosi dan sosial (Nurhasanah, 2015):

a) Ciri fisik

(1) Pertumbuhannya sangat lambat, tetapi mantap

(2) Takaran makanannya bertambah karena ia bisa menjadi

gemuk bila terlalu banyak makan.

(3) Secara lahiriah tidak rapi, tidak suka berdandan

(4) Mudah terserang penyakit campak, cacar air, atau batuk.

b) Kepandaiannya

(1) Ketrampilan Anak menjadi terampil bagi dirinya sendiri, ia

dapat berpakaian dan berdandan sendiri.

(2) Perkembangan komunikasi Anak bertambah luas pergaulanya,

maka komunikasi merupakan salah satu teknik yang sangat

penting.

c) Emosi

(1) Takut Anak takut pada kegelapan, takut pergi ke dokter.


27

(2) Marah Ini terjadi apabila pekerjaanya terganggu,

dibandingkan dengan teman, sadar dengan kelemahannya,

sadar telah ditipu,disalah pahami,atau melihat ketidakadilan.

(3) Rasa ingin tahu Pemuasan rasa ingin tahunya dilakukan

dengan menyelidiki dan bertanya.

(4) Kasih Pengertian ini agak sedikit kabur. Anak laki-laki

merasa kurang enak bila dicium atau dipeluk. Sedangkan anak

perempuan tidak suka berterus terang dan lebih suka

menyatakan diri secara tidak langsung.

d) Sosial

(1) Masih berkelompok Anak mulai menyukai kehidupan

berkelompok.

(2) Bekerja sama Anak-anak pada masa ini sudah dapat

mangatasi egonya, kurang bertengkar dan mampu bekerja

sama. Mereka perlu dilatih untuk dapat masuk dalam

masyarakat. Perantara yang baik adalah bergaul dengan

teman-teman yang lain.

(3) Penerimaan masyarakat Anak yang tidak dapat diterima oleh

teman-temannya kebanyakan pendiam atau agresif. Anak

yang bermasalah, sering tidak bisa hidup bersama dengan

teman yang lain; ia merasa terasing, tidak memiliki suka cita.

Perilaku meningkatkan kesehatan gigi dan mulut dipengaruhi

oleh perbedaan psikologis anak. Hal ini adanya perbedaan kondisi

gen. Menurut penelitian Mirani yang menyatakan laki-laki sedikit

lebih agresif dibandingkan perempuan karena pada laki-laki terdapat


28

gen Sex Determining Region Y (SRY). Gen ini diduga menyebabkan

anak laki-laki memiliki tingkat pengendalian emosi lebih rendah

dibandingkan anak perempuan. Selain itu, psikologis anak juga dapat

dipengaruhi oleh adanya sibling. Penelitian oleh Khasanah dan

Rosyida (2018) menyebutkan bahwa kejadian sibling rivalry pada

anak usia sekolah sering terjadi. Artinya, sibling yang dapat

mempengaruhi perilaku anak perlu diarahkan oleh orangtua agar

persaingan dapat positif, yaitu meningkatkan kesehatan gigi dan mulut

(Rahayu, 2019).

f. Usaha Kesehatan Gigi Sekolah

1) Konsep dasar kesehatan gigi sekolah

Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) adalah upaya

kesehatan masyarakat yang ditujukan untuk memelihara,

meningkatkan kesehatan gigi dan mulut seluruh peserta didik di

sekolah binaan yang ditunjang dengan upaya kesehatan

perorangan berupa upaya kuratif bagi individu (peserta didik)

yang memerlukan perawatan kesehatan gigi dan mulut

(Permenkes, 2016).

Pelayanan kesehatan gigi dan mulut sebagai bagian integral

dari pelayanan kesehatan secara keseluruhan telah menetapkan

indikator status kesehatan gigi dan mulut masyarakat yang

optimal, yang mengacu pada Oral Health Global Goal Indicator

dari WHO. Kementerian Kesehatan Indonesia menetapkan

Pengalaman penyakit karies (DMF–T) tidak lebih dari 1 pada

anak usia 12 tahun. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada anak
29

sekolah selain dilaksanakan melalui kegiatan pokok kesehatan

gigi dan mulut di Puskesmas juga diselenggarakan secara terpadu

dengan kegiatan pokok UKS dalam bentuk program Usaha

Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) yang juga dilaksanakan oleh

swasta. Untuk pelaksanaan usaha kesehatan gigi sekolah

diperlukan pedoman bagi pelaksana kesehatan gigi dan mulut di

daerah yang pelaksanaannya di sesuaikan dengan kemampuan dan

kebutuhan daerah. (Permenkes, 2016).

2) Tujuan usaha kesehatan gigi sekolah

Pedoman ini disusun dengan maksud memberikan arahan

bagi petugas kesehatan dan petugas lintas sektor terkait dalam

pelaksanaan program UKGS guna mewujudkan pelayanan

kesehatan gigi dan mulut yang bermutu, merata dan terjangkau

(Permenkes, 2016).

Tercapainya derajat kesehatan gigi dan mulut peserta didik yang

optimal. Tujuan khususnya yaitu:

a) Meningkatnya pengetahuan, sikap dan tindakan peserta didik

dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut.

b) Meningkatnya peran serta guru, dokter kecil, orang tua dalam

upaya promotif-preventif.

c) Terpenuhinya kebutuhan pelayanan medik gigi dan mulut

bagi peserta didik yang memerlukan

3) Sasaran usaha kesehatan gigi dan mulut

Sasaran pelaksanaan dan pembinaan UKGS meliputi: (Permenkes,

2016)
30

a) Sasaran primer: peserta didik (murid sekolah) TK–SD.

b) Sasaran sekunder seperti guru, petugas kesehatan, pengelola

pendidikan, orang tua murid serta TP UKS disetiap jenjang.

c) Sasaran tertier seperti lembaga pendidikan mulai dari tingkat

pra sekolah sampai pada sekolah lanjutan tingkat atas,

termasuk perguruan agama serta pondok pesantren beserta

lingkungannya. Sarana dan prasarana pendidikan kesehatan

dan pelayanan kesehatan. Lingkungan, yang meliputi:

Lingkungan sekolah, Lingkungan keluarga dan Lingkungan

masyarakat

4) Ruang Lingkup program UKGS

Ruang lingkup program UKGS sesuai dengan Tiga Program

Pokok Usaha Kesehatan Sekolah (TRIAS UKS) yang meliputi

pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan

lingkungan kehidupan sekolah sehat maka ruang lingkup UKGS

yaitu:

a) Penyelenggaraan Pendidikan Kesehatan gigi dan mulut yang

meliputi:

1) Pemberian pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut

2) Latihan atau demonstrasi cara memelihara kebersihan dan

kesehatan gigi dan mulut.

3) Penanaman kebiasaan pola hidup sehat dan bersih agar

dapat di implementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

b) Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan gigi dan mulut dalam

bentuk:
31

1) Pemeriksaan dan penjaringan kesehatan gigi dan mulut

peserta didik;

2) Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut perorangan;

3) Pencegahan penyakit gigi dan mulut;

4) Perawatan kesehatan gigi dan mulut;

5) Rujukan kesehatan gigi dan mulut.

c) Pembinaan lingkungan kehidupan sekolah kerjasama antara

masyarakat sekolah (guru, murid, pegawai sekolah, orang tua

murid, dan masyarakat).

g. Indikator usaha kesehatan gigi dan mulut

Sehubungan dengan situasi tersebut diatas menjadi

kebutuhan yang mendasar untuk memenuhi pelayanan kesehatan

gigi pada anak sekolah terutama pada aspek menyelamatkan apa

yang masih bisa diselamatkan pada gigi anak bangsa disamping

upaya edukatif untuk mempertahankan gigi yang sehat. Oleh

karena itu komponen KIE dan deteksi dan penanganan dini pada

program UKGS merupakan upaya wajib untuk dilaksanakan.

Dengan demikian tanpa kedua komponen tersebut maka UKGS

sulit untuk dikatakan sebagai program yang efektif, efisien dan

bermutu. Dari indikator diatas tampak jelas bahwa status

kesehatan gigi masyarakat yang optimal bisa dicapai dengan

meningkatkan upaya promotif dan preventif sejak usia dini,

sampai dengan usia lanjut. Kebijakan paradigma sehat yang

mengutamakan upaya promotif – preventif disamping upaya


32

kuratif – rehabilitatif sangat tepat untuk mencapai sasaran tersebut

(Permenkes, 2016).

Upaya Kesehatan pada UKGS berupa kegiatan yang

terencana, terarah dan berkesinambungan.

1) Intervensi perilaku yaitu penggerakan guru, dokter kecil, orang

tua murid melalui lokakarya/pelatihan. Pendidikan kesehatan

gigi oleh guru, sikat gigi bersama, penilaian kebersihan mulut

oleh guru/dokter kecil. Pembinaan oleh tenaga kesehatan.

2) Intervensi lingkungan meliputi fluoridasi air minum (bila

diperlukan) dan Pembinaan kerjasama lintas program/lintas

sektor melalui TP UKS.

h. Kebijakan Usaha kesehatan gigi sekolah

Menurut Permenkes (2016), ada beberapa kebijakan dalam usaha

kesehatan gigi sekolah antara lain yaitu:

1. Untuk mencapai derajat kesehatan gigi dan mulut anak sekolah

yang optimal, Usaha Kesehatan Gigi Sekolah harus

diutamakan pada upaya meningkatkan kemampuan self care

(pelihara diri) melalui kegiatan UKGS.

2. Upaya kesehatan masyarakat berupa upaya promotif –

preventif dilaksanakan oleh tenaga non-professional terutama

oleh guru / dokter kecil sebagai bagian integral dari UKS.

3. Upaya kesehatan perorangan dilaksanakaan oleh tenaga

profesional (dokter gigi, terapis gigi dan mulut).

4. UKGS diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta, di

bawah binaan Puskesmas dan TP UKS.


33

B. Kerangka Teori

Berdasarkan teori-teori yang sudah dipaparkan sebelumnya, maka

dapat digambarkan kerangka teori sebagai berikut:

Sasaran edukasi ada 4 golongan


yaitu:
1. Individu dan keluarga
2. Masyarakat atau LSM
34

Edukasi Keterampilan
Hal-hal yang harus diperhatikan saat menyikat gigi
kesehatan
menyikat gigi:
menggunakann
1. Waktu penyikatan gigi
leaflet
2. Sikat gigi dengan lembut
3. Sikat gigi minimal 2 menit
4. Sikat gigi dengan urutan yang
sama setiap harinya
5. Rutin mengganti sikat gigi
6. Jaga kebersihan sikat gigi
7. Jangan takut gusi berdarah

Keterampilan menyikat gigi pada anak usia sekolah


1. Ganti sikat gigi 3 bulan sekali
2. Membasahi sikat gigi terlebih dahulu sebelum
digunakan untuk menggosok gigi
3. Berkumur sebelum menggosok gigi
4. Menggosok gigi menggunakan pasta gigi (odol)
5. Mengatupkan rahang, dilanjutkan menggosok gigi
dari atas ke bawah (naik turun)
6. Menggosok gigi dengan menghadap pipi, gerakan
ini memutar dari arah gusi ke bagian pipi kiri dan
kanan
7. Membuka rahang dengan menggosok gigi bagian
rahang bawah (kiri, kanan) dan bagian rahang atas
(kiri, kanan)
8. Berkumur dengan air bersih
9. Menggosok gigi 2 kali sehari

Keterangan:
: Diteliti
: Tidak diteliti
: Berhubungan
: Berpengaruh

Gambar. 2.1. Kerangka Teori


Modifikasi Teori Ramadhan (2010), Nurhasanah (2015), Weny (2019)
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep
35

1. Kerangka konsep

Berdasarkan jumlah variabel, maka dapat digambar kerangka

konsep penelitian sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Ketrampilan Menyikat
Edukasi Kesehatan Gigi

Gambar. 3.1.
Kerangka Konsep
2. Definisi operasional

Definisi operasional menjelaskan tentang variabel- variabel

yang akan diteliti. Definisi operasional menguraikan variabel yang

sedang atau akan diteliti (Iman, 2016).

Tabel. 3.1.
Definisi Operasional Dan Metode Pengukuran
Terhadap Beberapa Variabel

No Varabel Definisi Cara ukur Alat Skala Hasil Ukur


Operasional Ukur Ukur
1 Edukasi Upaya yang Dengan - - - Ada
kesehatan dilakukan oleh melakukan - Tidak ada
tenaga kesehatan penyuluhan
ataupun petugas dengan
dalam media
memberikan leaflet
informasi atau
penyuluhan serta
mempraktekkan
teknik atau cara
menyikat gigi
yang benar
2 Keterampilan Upaya yang Dengan Lembar Ordinal -Terampil
menyikat gigi dilakukan anak Observasi observas -Kurang
dalam menyikat i terampil
gigi dengan
teknik
Yang benar

3. Hipotesis
36

Hipotesis merupakan pernyataan tentative atau pernyataan

sementara mengenai kemungkinan hasil dari suatu penelitian (Iman,

2015). Adapun hipotesis dalam penelitian ini yaitu:

a. Ha : Ada pengaruh edukasi kesehatan terhadap keterampilan anak

dalam menyikat gigi di SDN 2 Kuala Kabupaten Bireue

b. Ho : Tidak ada pengaruh edukasi kesehatan terhadap

keterampilan anak dalam menyikat di SDN 2 Kuala Kabupaten

Bireuen

B. Metode Penelitian

1. Jenis dan desain penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah preeksperimental

design dengan pendekatan one group pretest posttest yaitu rancangan

penelitian yang dilakukan dengan cara memberikan pretest

(pengamatan awal) setelah itu dilakukan intervensi dengan cara

memberikan edukasi kesehatan, kemudian dilakukan posttest. Bentuk

rancangan penelitian ini adalah sebagai berikut (Notoatmodjo, 2012).

Pretest Perlakuan Posttest

O1 X O2

Gambar 4.1.
Rancangan One Group Pretest Posttest

Keterangan:

O1 : Observasi sebelum edukasi kesehatan

X : Perlakuan memberikan edukasi kesehatan

O2 : Observasi sesudah edukasi kesehatan


37

2. Populasi dan sampel penelitian

a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Iman, 2016).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak kelas IV sampai

VI yang ada di SDN 2 Kuala Kabupaten Bireuen sebanyak 93

orang.

b. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Iman,

2016). Tehnik pengambilan sampel yaitu dengan cara total populasi

sebanyak 93 responden. Kriteria sampel dalam penelitian ini

meliputi kriteria inklusi:

1) Bersedia menjadi responden

2) Anak usia sekolah (usia 10-12 tahun atau kelas 4 sampai 6)

3) Tidak mengalami kelainan mental ataupun fisik

3. Lokasi dan waktu penelitian

a. Lokasi Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di SDN 2 Kuala Kabupaten Bireuen

Waktu Penelitian

Waktu penelitian direncanakan pada bulan Desember 2022.

4. Instrumen penelitian

Alat pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu lembar

observasi yang berisi sejumlah pernyataan sehubungan dengan


38

keterampilan dalam menyikat gigi anak. Peneliti melakukan observasi

sebanyak 2 kali, yaitu 1 kali sebelum diberikan edukasi dengan

menggunakan leaflet tentang keterampilan menggosok gigi yang

benar pada anak usia sekolah dan 1 kali setelah dilakukan edukasi.

5. Teknik pengumpulan data

a. Metode Pengumpulan Data

1) Data Primer

Data primer pertama diperoleh melalui survei awal dan

penelitian yang dilakukan selama 1 hari yang peneliti lakukan

di SDN 2 Kuala Kabupaten Bireuen. Sebelum edukasi

dilakukan, terlebih dahulu dilakukan pre-test dengan

menggunakan lembar observasi. Selanjutnya peneliti

mengumpulkan responden untuk dilakukan edukasi kesehatan

mengenai keterampilan menyikat gigi yang dilakukan dengan

cara sebagai berikut:

1) Responden terlebih dahulu menyikat gigi dengan

observasi sebelum edukasi

2) Edukasi kesehatan dilakukan dengan memberikan materi

selama 20-30 menit.

3) Selanjutnya peserta diajak berdiskusi dari hasil edukasi

kesehatan

4) Peneliti memfasilitasi diskusi tersebut

5) Selanjutnya peneliti menyimpulkan hasil diskusi


39

6) Kemudian kembali dilakukan post-test setelah dilakukan

edukasi kesehatan untuk menilai kembali keterampilan

dalam menyikat gigi anak.

Alat pengumpul data atau instrument yang digunakan

dalam penelitian ini terdiri dari dua bagian, yaitu:

1) Bagian A, berisi karakteristik responden

2) Bagian B, berisi lembar observasi keterampilan dalam

menyikat gigi anak.

2) Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari jurnal, buku dan data jumlah

siswa dan siswi dari SDN 2 Kuala Kabupaten Bireuen.

6. Pengolahan data

Menurut Notoatmodjo (2012), pengolahan data dapat

dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Editing (Editing)

Peneliti memeriksa kembali kekeliruan dalam pengisian data.

Pada tahap ini data yang telah dikumpulkan oleh peneliti

kemudian dilakukan pengecekan yang meliputi kelengkapan

identitas dan kelengkapan keterampilan menyikat gigi yang

dilakukan oleh siswa dan siswi di SDN 2 Kuala Kabupaten

Bireuen.

b. Coding (Kode)

Setelah semua data yang ada pada kuesioner lengkap, peneliti

melakukan coding terhadap semua jawaban atau informasi

responden. Peneliti memberikan simbol, kode bagi tiap-tiap data


40

yang termasuk dalam kategori yang sama supaya lebih mudah

disusun dan sederhana. Jika jawaban benar nilainya 1 dan jika

nilainya salah nilainya 0.

c. Transfering (Memindahkan Data)

Dalam proses ini, peneliti memasukkan data kedalam master

tabel. Semua data dimasukkan secara cermat sampai nomor

responden terakhir. Entri data ini dilakukan dengan mengisi

kolom-kolom atau kotak-kotak pada master table sesuai dengan

jawaban masing-masing. Peneliti memasukkan data yang telah

dikumpulkan dari hasil kuesioner dan pengukuran alat kedalam

master table atau data base computer. Data yang telah diberi kode

disusun secara berurutan dari responden pertama sampai dengan

responden terakhir.

d. Processing (Proses)

Setelah peneliti memeriksa data dan memberikan kode, kemudian

dimasukkan kedalam program computer atau master table

selanjutnya peneliti melakukan pemindahan data dengan

menggunakan program SPSS versi 16 untuk dianalisa.

e. Tabulating (Tabel)

Peneliti mengelompokkan responden berdasarkan kategori yang

telah dibuat untuk variabel yang diukur dan ditampilkan dalam

bentuk table. Peneliti memisahkan untuk table karakteristik

responden, Analisa univariat dan Analisa bivariat supaya lebih

mudah dipahami bagi yang membaca.


41

7. Analisa data

a. Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan dengan tujuan untuk

mendeskripsikan data yang dilakukan pada tiap variabel dari hasil

penelitian. Analisa data untuk penelitian ini menggunakan

komputerisasi. Data disajikan dalam tabel distribusi frekuensi.

Langkah-langkah analisa data yang akan dilakukan peneliti adalah:

(Iman, 2016)

P= x 100%

N
Keterangan:

P = Persentase

f = Frekuensi

n = Jumlah responden yang menjadi sampel

b. Analisa Bivariat

Analisis ini untuk membandingkan nilai variabel terikat

berdasarkan variabel bebas yaitu sebelum dan sesudah diberikan

perlakuan. Namun sebelum dilakukan analisis data, data harus

terlebih dahulu dilakukan uji normalitas. Uji normalitas adalah

sebuah uji yang dilakukan dengan tujuan untuk menilai sebaran

data pada sebuah kelompok data atau variabel, apakah sebaran data

tersebut berdistribusi normal ataukah tidak, untuk memberikan

kepastian, data yang dimiliki berdistribusi normal atau tidak,

sebaiknya digunakan uji normalitas. Uji statistik normalitas yang


42

dapat digunakan diantaranya, Kolmogorov Smirnov dan Shapiro

Wilk (Sopiyudin, 2019).

Untuk jumlah sampel kecil (dibawah 50) uji normalitas

yang dipakai adalah uji Shapiro Wilk, sedangkan untuk jumlah

sampel yang besar (diatas 50) uji normalitas yang dipakai adalah

uji Kolmogorov Smirnov. Apabila nilai p < 0,05 maka dapat

disimpulkan bahwa ditribusi kedua kelompok tidak normal,

sebaliknya jika nilai p > 0,05 maka disimpulkan bahwa ditribusi

kedua kelompok normal (Sopiyudin, 2019).

Analisa data apabila data berdistribusi normal maka

menggunakan uji t dependen (paired t test), namun apabila data

tidak berdistribusi normal maka digunakan uji Wilcoxon. Analisis

dalam penyelesaian ini, dengan taraf signifikan 5% (a=0.05) berarti

Ha diterima (p value < 0.05) dan apabila (p value ≥ 0.05) maka Ho

diterima (Sopiyudin, 2019).

8. Jadwal penelitian

Tabel 3.1
Langkah Penyusunan dan Pelaksanaan Penelitian Menurut Waktu Berjalan
2022
Bulan
No Proses Pelaksanaa penelitian
Oktober November Desember
1. Penyusunan proposal : X X
- Penyelesaian bab I, II, dan
III
- Penyusunan instrument
2. Seminar proposal dan revisi X
proposal
3. Penetapan perijinan X
4. Pengambilan data X
5. Pengolahan dan analisa data X
6. Penyusunan bahan untuk X
43

seminar hasil penelitian


7. Seminar hasil penelitian dan X
ujian skripsi

Anda mungkin juga menyukai