Disusun oleh: NAMA : YUNIAR PUSPITHASARI NRP : 5011211005 KELAS :B
S-1 TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2023 REVIEW JURNAL INTERNASIONAL Judul Mettalurgical Assessment of Graphite Reinforced Al-Cu-Mg Nanocomposite Produced by the Shaker Mill Method Jurnal Mechanics of Advanced Composite Structure Volume dan Halaman Volume 10 dan halaman 103-110 Tahun 2023 Penulis L. D. Kartika dan H. Rudianto Reviewer Yuniar Puspithasari Tanggal 16 September 2023 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki pengaruh grafit terhadap perilaku sintering Al-4.5Cu-1.5Mg yang dihasilkan dengan metode shaker mill. Pada bagian abstrak ini dijelaskan secara singkat alasan pemilihan metode shaker mill digunakan. Selain tu, pada bagian ini juga terdapat penjelasan singkat yang dapat menjawab tujuan dari penelitian yaitu pengaruh dari grafit terhadap perilaku sintering Al- Cu-Mg saat menggunakan metode shaker mill. Jadi, pada bagian ini sudah merujuk pada topic bahasan keseluruhan dari jurnal sehingga sebagai pembaca saya mudah memahami isi jurnal. Pengantar Pada 2ahasa22h pertama, penulis menjelaskan definisi nanokomposit sebagai struktur nanokristal kecil dalam atau diantara butiran matriks skala nano dan klasifikasi nanokomposit berdasarkan sifat fisik atau kimia matriksnya yaitu polimer, logam, dan keramik. Paragraf selanjutnya, penulis menekankan bahwa salah satu nanokomposit matriks logam yang banyak digunakan bahkan telah mencapai tahap produksi industry yaitu nanokomposit matriks aluminium. Hal ini karena beberapa kelebihan yaitu kombinasi sifatnya yang sangat baik dan produksi yang terjangkau dengan berbagai bahan penguat seperti grafit. Penerapan nanokomposit ini biasanya di bidang otomotif, ruang angkasa, pertahanan,dll. Pada paragraph selanjunya, penulis menjelaskan bahwa salah satu cara menyiapkan nanokomposit matriks logam adalah paduan mekanis. Paduan mekanis merupakan teknik pemrosesan powder dengan mencampur unsur powder hingga terbentuk bahan homogen yang terjadi karena reaksi antara permukaan reaktan pada suhu kamar. Kelebihan dari paduan mekanis ini yaitu untuk menghasilkan paduann dan senyawa yang sulit atau tidak mungkin diperoleh dengan teknik peleburan dan pengecoran konvensional. Pada paragraph selanjutnya dijelaskan bahwa grafit banyak digunakan sebagai penguat untuk menghasilkan nanokomposit matriks logam aluminium yang biasanya menggunakan ball mill berenergi tinggi. Namun metode ini mengaruh pada kerugian waktu produksi. Hal ini karena sifat sangat stabil dari grafit sehingga timbullah aglomerasi sebagai tantangan utama dalam pembentukan nanokomposit ini. Pada paragraph selanjutnya, penulis berharap bahwa dengan teknik shaker mill berhasil menghasilkan nanokomposit matriks aluminium yang diperkuat grafit pada penelitian ini. Pada paragraph selanjutnya, penulis menjelaskan bahwa serbuk Al- 4.5Cu-1.5Mg sebagai matrik sedangkan grafit sebagai bahan penguat. Selain itu disebutkan juga tujuan penelitian yaitu mengetahui teknik shaker mill untuk pembuatan nanokomposit matriks logam Al-Cu-Mg diperkuat grafit serta menyelidiki sintering dan sifat mekanik untuk mengetahui efek grafit dan shaker mill.
Pembahasan Pada bagian pembahasan, penulis membaginya mnjeadi beberapa
sub pokok bahasan yaitu: Percobaan Persiapan Bahan Pada bagian ini, penulis mencantumkan komposisi serbuk unsur matriks dan grafit yang digunakan. Penulis disini juga memberikan informasi bahwa semua powder diproduksi oleh Zhok Material Technical Co., Ltd China dengan spesifikasi beserta rumus teoritis kepadatan senyawa yang juga dicantumkan oleh penulis. Selain itu, di bagian ini juga terdapat gambar yang menunjukkan morfologi grafit. Pada bagian persiapan bahan dijelaskan bahwa serbuk digiling dalam shaker mill, kemudian dipadatkan dengan masin press 500 MPa. Untuk mengurangi gesekan selam proses pemadatan, ditambahkan asam stearic sebesar 1.5wt% dari berat spesimen. untuk sintering dilakukan di bawah gas argon dengan kemurnian sangat tinggi pada 550 C, 580 C, 600 C, dan 620 C. Struktur Mikro Pada bagian ini penulis mengungkapkan bahwa setelah dilakukan proses shakermill, dilakukan beberapa pengujian untuk menganalisis struktur mikro dan mengkarakterisasikan bubuk. Pengujian ini antara lain particle size analyzing (PSA )untuk mengukur distribusi ukuran partikel bubuk nanokomposit menggunakan isopropanol sebagai pelarut dan pada suhu kamar, Scanning Electron Microscope untuk karakterisasi morfologi bubuk, dan DSC-TGA untuk karakterisasi sifat termal bubuk dan memperkirakan suhu optimal untuk proses sintering. Uji Kepadatan dan Kekerasan Pada bagian ini, penulis menegaskan bahwa dibutuhkan uji kekerasan Vickers dengan standar ASTM E92-16 untuk mengetahui sifat mekanik dan pengukuran kepadatan dengan prinsip Archimedes sesuai standar ASTM 8961.
Hasil dan pembahasan
Karakterisasi serbuk Pada awal pembahasan, penulis mencantumkan gambar hasil SEM berupa morfologi serbuk setelah proses shakermill dan didapatkan bentuknya tidak beraturan. Namun, disini penulis menegaskan bentuk tersebut dapat mempermudah proses sintering nantinya. Berdasarkan hasil Analisa didapatkan bahwa setelah 8 jam shaker mill membuktikan bahwa shaker mill mampu menghasilakn nanokomposit karena diameter rata-rata 112,521 mm. namun, penulis menyayangkan bahwa rentang D10%, D 50%, dan D 90% menunjukkan ukuran partikel yang tidak homogen karena masih adanya aglomerasi. Pada pembahasan selanjutnya, penulis mencantumkan kurva DSC- TGA dari nanokomposit Al-Cu-Mg dengan grafit 0.5% berat. Dan dapat terlihat pada kurva, bahwa terjadi transformasi fasa dari reaksi eksotermik dan endotermik, dimana pada suhu 447 C terjadi reaksi eksotermis yang membuat adanya reaksi pemecahan lapisan oksida dan hal ini bermanfaat bagi sintering. Sedangkan proses endotermik muncul pada suhu 650 C yang menunjukkan melelhnya paduan matriks. Selain itu, penulis dibagian ini juga mencantumkan hasil pola difraksi sinar X untuk melihat transformasi fasa yang terjadi. Penulis menunjukkan bahwa grafik puncak yang dominan adalah aluminium. Selain itu, juga menghasilkan beberapa senyawa seperti AlMg, AlCu yang mampu meningkatkan sifat mekanik matriks. Serta AlF sebagai pengotor dari tabung berbahan polytetrafluorethylene. Selain itu, ada juga senyawa AlC yang mampu menerima beban atau tegangan pada matriks. Karakteristik Green Compact Pada bagian ini, penulis mencantumkan grafik dari kepadatan green compact. Dari grafik ini terlihat bahwa kepadatan terbaik pada saat grafit 0,5wt% dan diatas itu green compact mengalami penurunan karena aglomerasi. Perilaku sintering Pada bagian ini penulis menjelaskan terkait sintering sebagai proses pengikatan partikel yang dipadatkan dengan gayya termal di bawah titik leleh untuk menghasilkan material dengan kepadatan tinggi. Selain itu, penulis mencantumkan proses sintering yang dilakukan pada penelitian ini dengan variasi suhu. Penulis menyebutkan bahwa suhu sebagai salah satu faktor penting sintering. Temperature terlalu tinggi akan menghasilkan porositas karena fenomena Ostwald yang terjadi ketika partikel berdifusi satu sama lain. Berdasarkan penelitian, penulis mendapatkan bahwa suhu sintering paling cocok adalah 550 C yang telah diprediksi sebelumnya dengan kurva DSC- TGA. Penulis juga menegaskan bahwa tantangan utama dalam sintering yaitu aglomerasi yang dapat menyebabkan porositas sehingga sifat sintering lebih rendah dan hal ini diperlihatkan penulis pada gambar struktur mikro. Selain itu, di bagian ini penulis menjelaskan Kembali mengenai fasa intermetalik yang terbentuk khususnya pada proses sintering yang dipengaruhi oleh suhu. Penulis juga menyebutkan Kembali terkait kekerasan Vickers yang optimum ternyata terjadi saat suhu sintering 550 C dan akan menurun seiring kenaikan suhu.
Simpulan Pada bagian kesimpulan, penulis menegaskan bahwa penelitian
berhasil menghasilkan nanokomposit matriks Al-4.5Cu-1.5Mg yang diperkuat grafit dengan kandungan grafit cocok sebesar 0.5wt%. Sintering dengan gas argon dengan kemurnian sangat tinggi mampu menghasilkan nanokomposit dengan kepadatan dan kekerasan 4ahasa4 tinggi pada suhu sintering 550 C. Selain itu, penulis menyimpulkan bahwa setelah sintering menghasilkan senyawa seperti AlCu, AlMg, dan AlC. Kelebihan Penelitian Penulis menjabarkan pembahasan dengan 5ahasa yang mudah dan runtut disertai dengan gambar gambar yang mempermudah pemahaman pembaca terkait isi penelitian di dalam jurnal Kelemahan Penelitian 1. Tujuan yang dituliskan di bagian abstrak tidak secara keseluruhan menunjukkan tujuan dari penelitian. Karena di bagian abstrak tujuannya hanya disebutkan untuk menyelidiki pengaruh dari grafit sedangkan dalam penelitian menyelidiki efek shaker mill dan pengaruh grafit. 2. Di bagian pengantar disebut kan sekilas berupa 1 kalimat menngenai seri paduan aluminium tanpa dicantumkan apa alasan pencantuman informasi tersebut.
Berdasarkan review jurnal internasional, jelaskan mengenai:
1. Jenis kompositnya Nanokomposit biasanya diklasifikasikan berdasarkan sifat fisik atau kimia fase matriks yang terdiri dari matriks polimer, matrik logam, dan materiks keramik. Pada jurnal yang telah direview penelitian menggunakan bahan nanokomposit Al-4.5Cu- 1.5Mg dengan bahan penguat grafit (nanokomposit matriks aluminium). Di antara bahan matriks yang tersedia, aluminium dan paduannya banyak digunakan dalam pembuatan nanokomposit matriks logam bahkan telah mencapai tahap produksi industry. 2. Penyusun komposit Serbuk unsur sebagai matriks dibuat dengan perbandingan komposisi seperti tabel di bawah ini: Tabel 1. Komposisi Matriks Al-Cu-Mg Materials Al Cu Mg Komposisi (wt%) Menyesuaikan 4.5 1.5 Untuk grafit yang berperan sebagai bahan penguat digunakan dengan variasi komposisi 0.1, 0.5, 1, dan 3% berat. 3. Kelebihan dan kekurangan kompositnya. Kelebihan dari penggunaan nanokomposit matriks aluminium ini yaitu kombinasi sifatnya yang sangat baik. Selain itu, pengembangan nanokomposit matriks logam berbasis aluminium ini terjangkau dengan berbagai penguat keras maupun lunak seperti SiC, Al2O3, grafit, dan mika dan kemungkinan kombinasi ini dapat menghasilkan komposit yang sangat diinginkan. Kelemahan dari nanokomposit ini terdapat pada bahan oenguat berupa grafit yang pada tekanan atmosfer memiliki ikatan antar atom yang sangat stabil (bentuk karbon stabil) sehingga grafit sulit berikatan dengan unsur lainnya. Hal ini dapat mengakibatkan aglomerasi yang terjadi karena kuatnya afinitas antar partikel. Aglomerasi ini telah menjadi tantangan dalam pembuatan nanokomposit. → jelasin aglomerasi di perilaku sintering. 4. Aplikasi kompositnya Penerapan material nanokomposit matriks aluminium banyak ditemukan pada bidang otomotif, ruang angkasa, dan pertahanan. Di bidang otomotif, komposit aluminium digunakan untuk memproduksi berbagai komponen seperti tromol rem, liner silinder, blok silinder, dan poros penggerak.