Anda di halaman 1dari 3

• Konsolidasi Kekuasaan dan Perkembangan Kerajaan Mataram

1. Pemerintahan Raja-raja Mataram: Struktur dan Sistem Pemerintahan


Kerajaan bercorak Hindu-Buddha yang ada di Jawa Tengah pada abad ke-8, dan
kemudian dipindah ke Jawa Timur pada abad ke-10 adalah Kerajaan Mataram
Kuno. Selama berdiri, pusat pemerintahan kerajaan ini beberapa kali mengalami
perpindahan hingga sampai ke Jawa Timur. Adapun pendiri Kerajaan Mataram
Kuno adalah Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya yang berkuasa antara 732 hingga
760 M. Selama hampir tiga abad berkuasa, Kerajaan Mataram Kuno terbilang
memiliki sistem pemerintahan yang baik. Kerajaan Mataram Kuno diperintah oleh
dua dinasti yang memiliki perbedaan corak, yaitu Wangsa Sanjaya (Hindu) dan
Wangsa Syailendra (Buddha). Wangsa Sanjaya berkuasa atas Kerajaan Mataram
Kuno di Jawa Tengah, sedangkan Wangsa Syailendra di Jawa Tengah bagian
selatan. Setelah didirikan, kekuasaan Kerajaan Mataram Kuno pertama kali
dipegang oleh Raja Sanjaya yang bergelar Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya,
dibuktikan dengan Prasasti Canggal dan Carita Parahyangan. Selama berkuasa,
Raja Sanjaya dikenal sebagai pemimpin yang bijaksana, baik, cakap, dan taat
beragama. Di bawah pemerintahannya, wilayah Kerajaan Mataram Kuno semakin
luas dan kehidupan rakyatnya sejahtera. Tidak hanya itu, Kerajaan Mataram Kuno
juga berhasil menjadi pusat pembelajaran agama Hindu, dibuktikan dengan
banyaknya pendeta yang berkunjung dan tinggal di Mataram. Pada pertengahan
abad ke-8, Raja Sanjaya meninggal dunia. Kedudukannya pun digantikan oleh sang
putra, Rakai Panangkaran. Namun, setelah Rakai Panangkaran wafat, Kerajaan
Mataram Kuno terbagi menjadi dua, yaitu Dinasti Sanjaya dan Dinasti Syailendra.
Kerajaan Mataram Kuno terpecah selama kurang lebih satu abad, sebelum akhirnya
Mataram kembali bersatu pada abad ke-9. Mataram yang terpecah menjadi dua
akhirnya kembali bersatu karena pernikahan yang terjadi antara Rakai Pikatan dari
Dinasti Sanjaya dengan Pramodawardhani dari Dinasti Syailendra. Sistem
pemerintahan Kerajaan Mataram Kuno yang selanjutnya adalah kekuasaan tertinggi
dipegang oleh raja. Pada masa Hindu-Buddha, raja memang dianggap sebagai
penjelmaan dewa di dunia. Hal ini sesuai dengan landasan kosmogonis, di mana di
dalam diri seorang raja terdapat delapan dewa, yaitu Indra, Yama, Surya, Soma,
Wayu, Kuwera, Waruna, dan Agni. Hal ini berarti raja sebagai pemimpin harus
berpegang teguh pada dharma, adil, dan menghukum yang bersalah serta memberi
anugerah kepada orang-orang bijaksana, baik, dan selalu mengusahakan
ketentraman rakyat. Pada masa Kerajaan Mataram Kuno, pajak merupakan sumber
penghasilan dan kekayaan kerajaan. Berdasarkan dari catatan beberapa prasasti,
pajak di desa-desa ditarik setelah panen selama dua kali setiap tahunnya. Kemudian,
uang pajak itu akan diserahkan kepada raja oleh pemimpin daerah. Di samping
membayar pajak, warga Mataram Kuno juga diwajibkan mengikuti kerja bakti di
proyek-proyek kerajaan. Salah satunya adalah pembangunan candi.Mataram
memiliki struktur pemerintahan yang dipimpin oleh seorang susuhunan/sultan.
Dalam konsep kenegaraan Jawa raja-raja Mataram disebutkan dengan konsep
Keagungbinatharaan atau diungkapkan sebagai "gung binathara, bahu dhendha
nyakrawati" (kekuasaan yang agung, memelihara hukum di muka bumi). Raja
dikatakan "wenang wisesa ing sanagari" (memegang kuasa di negara). Dia
harus "wicaksana" (bijaksana), bersifat "budi bawa leksana, ambeg adil para
marta" (meluap budi luhur-mulia dan bersifat adil terhadap sesama),
tugasnya "anjaga tata titi tentreming praja" (menjaga keteratutan dan ketenteraman
negeri), agar tercipta suasana "karta tuwin raharja" (aman dan sejahtera).
Kemasyhuran sultan Mataram telah dikenal sampai tanah Arab sebagai seorang
pemimpin para mukmin di tanah Jawa. Sehingga penguasa Mekah waktu itu
memberi gelar Sultan kepada raja Mataram. Inilah awal mula raja Mataram
menggunakan gelar Sultan. Pemakaian gelar raja pada Mataram selain Sultan
yaitu: Panembahan, Susuhunan atau Sunan.Anyakrakusuma mendapat gelar
Sultan. Gelar tersebut dianugerahkan Sultan Murad IV yang diwakilkan
syarif Mekah, Zaid ibnu Muhsin Al Hasyimi. Anyakrakusuma ditahbiskan
sebagai Sultan Abdullah Muhammad Maulana Matarami, disertai kuluk untuk
mahkotanya, bendera, pataka, dan sebuah guci yang berisi air zamzam. Guci yang
dulunya berisi air zamzam itu kini ada di makam Astana Kasultan Agungan
di Imogiri dengan nama Enceh Kyai Mendung.Pemerintahan kerajaan Mataram
Kuno dipegang oleh dua dinasti yang berbeda,yaitu Dinasti Sanjaya yang bercorak
Hindu dan Dinasti Syailendra yang bercorak Buddha.Dinasti Sanjaya didirikan oleh
Raja Sanjaya yang merupakan raja pertama Mataram Kuno dengan gelar Sri Rakai
Mataram sang Ratu Sanjaya.Pada masa pemerintahannya,Raja Sanjaya berhasil
mengembangkan agama Hindu Siwa dan banyak membangun Candi Siwa di
pegunungan Dieng.Dinasti Syailendra merupakan dinasti kerajaan Mataram Kuno
yang bercorak Budha dan sudah memerintah sejak tahun 700-an M di Jawa
Tengah.Samaratungga(812-883 M) merupakan raja terbesar dari Dinasti
Syailendra.Pada masa pemerintahannya,pembangun Candi Borobudur berhasil
diselesaikan dan menjadi candi Buddha terbesar di Nusantara.Pemerintahan
kerajaan Mataram Kuno sudah menegenal jabatan Menteri.Terdapat tiga Menteri
utama dalam pemerintahannya,yaitu rakryan I huno,rakryan I halu, dan rakryan I
sirikan.Ketiga jabatan tersebut berperan membantu raja dalam menjalankan
pemerintahannya.Selain itu,ada juga dewan penasihat yang terdiri atas lima orang
patih.Dengan demikian,dapat disimpulkan bahwa struktur pemerintahan di kerajaan
mataram kuno dipegang oleh dua dinasti yang berbeda,yaitu dinasti Sanjaya yang
bercorak Hindu dan dinasti Syailendra yang bercorak Budha serta terdiri dari tiga
menteri,yaitu rakryan I hino ,rakryan I halu,dan rakryan I sirikan.

Supriatna, Nana. (1987). Sejarah. Jakarta: Grafindo Media Pratama.

Moedjanto, G (1987). Konsep Kekuasaan Jawa; Penerapannya Oleh Raja-raja


Mataram. Yogyakarta: Kanisius.

2. Perkembangan Wilayah Kekuasaan dan Pengaruh Kerajaan Mataram di Nusantara


Kerajaan Mataram Kuno berdiri pada abad ke-8 hingga ke-11 dan dikuasai oleh tiga
dinasti yaitu Dinasti Sanjaya, Dinasti Syailendra, dan Dinasti Isyana. Mataram kuno
pertama kali diperkirakan berdiri di Bhumi Mataram yang berada di sekitar
Yogyakarta. Berdasarkan periode kepemimpinannya, lokasi ibu kota awalnya
berada di Jawa Tengah ketika Dinasti Sanjaya dan Dinasti Syailendra berkuasa.
Pada masa kepemimpinan Dinasti Sanjaya, Kerajaan Mataram Kuno dengan corak
Hindu memiliki pengaruh yang luar. Setelah digantikan Rakai Panangkaran mulai
muncul perpecahan yang membuat kepemimpinan terbagi dua. Dinasti Sanjaya
yang memimpin Kerajaan Mataram Kuno dengan corak Hindu berkuasa di Jawa
Tengah bagian utara. Sementara Dinasti Syailendra dengan Kerajaan Mataram
Kuno dengan corak Buddha berkuasa di Jawa Tengah bagian selatan. Di bawah
kekuasaan Dinasti Syailendra, Kerajaan Mataram Kuno mencapai puncak kejayaan.
Pada masa kepemimpinan Sri Dharmatungga, wilayah kekuasaan meluas hingga
Semenanjung Malaka. Penggantinya Syailendra juga berhasil mengalahkan Chenla
di Kamboja. Tak hanya kekuasaan, namun kebudayaan juga berkembang termasuk
membangun Candi Borobudur pada masa kepemimpinan Samaratungga. Kedua
dinasti ini bersatu kembali melalui pernikahan Rakai Pikatan dan
Pramodawardhani. Sementara pada masa pemerintahan Dinasti Isyana, oleh Mpu
Sindok ibu kota kerajaan bergeser ke Jawa Timur. Ada beberapa faktor yang disebut
memengaruhi kepindahan ini antara lain meletusnya Gunung Merapi, perebutan
kekuasaan, serangan Kerajaan Sriwijaya, hingga tidak adanya pelabuhan hingga
ekonomi sulit berkembang.
Berikut adalah daftar beberapa peninggalan sejarah kerajaan Mataram Kuno:
-Prasasti Canggal
-Prasasti Kalasan
-Prasasti Balitung
-Prasasti Klurak
-Candi Gedong Songo
-Candi Borobudur
-Candi Mendut
-Candi Plaosan
-CandiPrambanan
Salah satu pengaruh kerajaan mataram kuno bagi bangsa indonesia masa kini dapat
dilihat dari salah satu peninggalannya, yaitu Borobudur. Borobudur yang telah
dipercaya dunia sebagai salah satu keajaiban dunia, adalah peninggalan terbesar
kerajaan mataram kuno.Desain bangunan candi borobudur, mempengaruhi arsitek
bangunan di Indonesia. Hal itu dapat ditemui diberbagai tempat. Misalnya,
arsitektur bangunan gapura, pendopo, dan beberapa candi di daerah jawa.Relief
yang terdapat di sekitar bangunan candi borobudur dijadikan sebagai rujukan para
seniman pahat. Bangunan yang diresmikan oleh pemerintah sebagai monumen
nasional pada tahun 1983 ini juga menjadi inspirasi bagi para peneliti untuk
menjelaskan cikal bakal hingga makna relief dari candi borobudur.

budaya.jogjaprov.go.idjatengprov.go.idintisari.grid.idkompas.com

Anda mungkin juga menyukai