Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH KEPERAWATAN PALIATIF 2 ASUHAN

KEPERAWATAN PALIATIF Chronic Kidney Disease (CKD)


MENGGUNAKAN PENGKAJIAN KARNOFSKY
Dosen Pengampu : Ns. Devi Setya Putri, S.Kep., M.Kep

Di susun Oleh :
PSIK 5B KELOMPOK 08
1. Refi Mariska (2020012273)
2. Rofiatun Nikmah (2020012275)
3. Taufikur Rahman (2020012282)
4. Vina Anggraeni (2020012285)
5. Vita Dina Nasekha (2020012286)

INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN CENDEKIA UTAMA KUDUS (ITEKES)

TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan hikmah dan
hidayah-Nya atas terselesaikannya penulisan makalah ini yang berjudul “ASUHAN
KEPERAWATAN PALIATIF Chronic Kidney Disease (CKD) MENGGUNAKAN
PENGKAJIAN KARNOFSKY”Keperawatan Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
Keperawatan Paliatif 2

Makalah ini disajikan berdasarkan pengamatan dan berbagai sumber reverensi. Dalam
menyelesaikan makalah ini penyusun mengalami banyak hambatan dari segi pengetahuan dan
informasi.

Penyusun menyadari bahwa dalam makalah ini banyak kekurangan, hal ini
dikarenakan keterbatasan pengetahuan yang dimiliki. Maka dari itu penyusun mengharapkan
adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Kudus, 01 Oktober 2022

(Penulis)

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 2
LATAR BELAKANG ......................................................................................... 2
RUMUSAN MASALAH ..................................................................................... 3
TUJUAN ............................................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 4
PENGERTIAN KEPERAWATAN PALIATIF.................................................... 4
PENGKAJIAN KARNOFSKY............................................................................ 4
DEFINISI CKD ................................................................................................... 5
KLASIFIKASI .................................................................................................... 6
ETIOLOGI .......................................................................................................... 6
PATOFISIOLOGI ............................................................................................... 7
PEMERIKSAAN PENUNJANG ......................................................................... 8
PENATALAKSANAAN ..................................................................................... 8
BAB III ........................................................................................................................... 10
PENGKAJIAN .................................................................................................... 10
ANALISA DATA .............................................................................................. 16
DIAGNOSA KEPERAWATAN .......................................................................... 17
INTERVENSI KEPERAWATAN ....................................................................... 18
BAB IV PENUTUP ........................................................................................................ 20
KESIMPULAN ................................................................................................... 20
SARAN .............................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 21
iii
BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Non Comunicable Disease (NCD) atau penyakit tidak menular telah menjadi
perhatian khusus dunia terutama World Health Organization (WHO) karena menjadi
penyebab kematian utama dan kecacatan di dunia. Tahun 2008, penyakit dengan
waktu yang panjang dan progresifitas yang lambat ini dilaporkan telah membunuh
lebih dari 36 juta orang setiap tahunnya dan 80% atau 29 juta kematian terjadi pada
negara-negara dengan pendapatan rendah maupun sedang. Kondisi tersebut
mendorong WHO membuat suatu strategi The 2008 -2013 Action Plan for The Global
Strategy for The Prevention and Control of Non Comunicable Disease dengan
komponen kunci yakni surveilan, pencegahan dan pelayanan kesehatan untuk
mengatasi masalah tersebut (WHO, 2013).
Angka kejadian GGK yang dilaporkan dari seluruh dunia rata-rata
menunjukkan trend yang penting dimana kadang melambat, kadang naik dan dapat
stabil (USRDS Annual Report, 2012)
Indonesia juga merupakan negara dengan tingkat penderita GGK yang cukup
tinggi. PERNEFRI (Persatuan Nefrologi Indonesia) tahun 2011 melaporkan bahwa
diperkirakan ada 70 ribu penderita gagal ginjal di Indonesia, namun yang terdeteksi
menderita GGK tahap akhir dan menjalani hemodialisis hanya sekitar 4-5 ribu saja.
Banyak yang telah menjalani terapi dialisis meninggal dunia karena mahalnya biaya
untuk berobat dan proses dialysis (Fransisca, 2011).
Pada derajat awal penyakit CKD belum menimbulkan gelaja dan tanda,
bahkan hingga laju filtrasi glomerulus sebesar 60% pasien masih asimtomatik tapi
sudah terjadi peningkatan kadar urea dan kreatinin serum. Keluhan yang timbul pada
fase ini biasanya berasal dari penyakit yang mendasari kerusakan ginjal, seperti edema
pada pasien dengan sindroma nefrotik atau hipertensi sekunder pada pasien dengan
penyakit ginjal polikistik. Kelainan secara klinis dan laboratorium baru terlihat dengan
jelas pada derajat 3 dan 4. Saat laju filtrasi glomerulus sebesar 30%, keluhan seperti
nokturia, badan lemah, mual, nafsu makan berkurang dan penurunan berat badan
mulai dirasakan pasien. Pasien mulai merasakan gejala dan tanda uremia yang nyata
saat laju filtrasi glomelurus kurang dari 30% (Suryadi, 2012).

2
Penderita penyakit CKD akan mengalami berbagai dampak fisik dan dampak
psikologis yang akan mempengaruhi aktivitasnya sehari-hari (Kelly, 2006). Dampak
fisik yang bisa terjadi berupa rasa haus berlebihan, tenggorokan kering, tidak selera
makan, gastritis, konstipasi, gangguan tidur, kesulitan bernafas dan kelemahan, selain
dampak fisik individu juga akan mengalami dampak psikologis berupa kecemasan.
Mengapa pasien gagal ginjal stadium akhir di kaitkan dengan perawatan
palliative care, dikarenakan perawatan paliatif adalah sistem perawatan terpadu yang
bertujuan meningkatkan kualitas hidup, dengan cara meringankan nyeri dan
penderitaan lain, memberikan dukungan spiritual dan psikososial mulai saat diagnosa
ditegakkan sampai akhir hayat dan dukungan terhadap keluarga yang kehilangan/
berduka (WHO, 2005).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Konsep Gagal Ginjal Kronik?
2. Bagaimana Konsep Asuhan keperawatan Paltiatif pada kasus Gagal Ginjal
Kronik?
3. Bagaimana Contoh pengaplikasian Kasus Asuhan keperawatan Paltiatif pada
kasus Gagal Ginjal Kronik?
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti mata kuliah askep paliatif dan mendapatkan penjelasan tentang
penyakit gagal ginjal tahap akhir, mahasiswa mampu memahami perawatan
paliatif pada pasien gagal ginjal kronik stadium akhir.

2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami konsep gagal ginjal kronik.
b. Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan paltiatif pada kasus
gagal ginjal kronik
c. Mahasiswa mampu memahami dan mengaplikasikan asuhan keperawatan
palliative care pada pasien gagal ginjal kronik stadium akhir.

3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN KEPERAWATAN PALIATIF

Keperawatan paliatif menurut WHO 2005 adalah system perawatan terpadu yang
bertujuan meningkatkan kualitas hidup, dengan cara meringankan nyeri dan penderitaan
lain, memberikan dukungan spiritual dan psikososial mulai saat diagnose di tegakkan
sampai akhir hayat dan dukungan terhadap keluarga yang kehilangan/berduka.

Organisasi Kesehatan dunia (WHO) menekankan lagi bahwa pelayanan paliatif


berpijak pada pola dasar berikut ini:

1. Mningkatkan kualitas hidup dan menganggap kematian sebagai proses yang


normal
2. Tidak mempercepat atau menunda kematian
3. Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang mengganggu
4. Menjaga keseimbangan psikologis dan spiritual
5. Berusaha agar penderita tetap aktif sampai akhir hayatnya
6. Berusaha membantu mengatasi suasana dukacita pada keluarga
B. PENGKAJIAN KARNOFSKY
The Karnofsky Performance Scale Index memungkinkan pasien untuk
diklasifikasikan sebagai gangguan fungsional mereka. Pengkajian ini dapat digunakan
untuk membandingkan efektivitas terapi yang berbeda dan untuk menilai prognosis
pada masing-masing pasien. Semakin rendah skor Karnofsky, semakin buruk
kelangsungan hidup untuk penyakit yang paling serius. Skor karnofsky adalah salah
satu dari sistem penilaian status performa yang digunakan pada pasien kanker, hasil
pengukuran skor karnofsky berkaitan erat dengan kualitas hidup dan keadaan
fungsional fisik pasien.

Skala ini tersusun dari empat kategori yaitu kemampuan perawatan diri,
aktivitas sehari-hari, kemampuan melakukan pekerjaan, dan gejala penyakit yang
dialami oleh pasien kanker. Skor Karnofsky mulai dari 100 ke 0, di mana 100 adalah
kesehatan "sempurna" dan 0 adalah kematian.

 Berikut adalah rentang skala karnofsky:

100: Normal tidak ada keluhan, tidak ada bukti penyakit.

90: Mampu melakukan aktivitas normal; tanda-tanda kecil atau gejala penyakit.

4
80: aktivitas normal dengan sedikit kesukaran, beberapa tanda penyakit

70: Peduli diri sendiri; tidak dapat melakukan aktivitas normal atau untuk
melakukan pekerjaan aktif.

60 : Membutuhkan bantuan sesekali, tetapi mampu merawat sebagian besar


kebutuhan pribadinya.

50 : Membutuhkan banyak bantuan dan perawatan medis sering. Tidak dapat


merawat diri sendiri; memerlukan perawatan institusional setara atau rumah
sakit; penyakit mungkin maju dengan cepat.

40 : tidak mampu merawat diri, Cacat; membutuhkan perawatan khusus dan


bantuan.

30 : cacat parah; masuk rumah sakit diindikasikan meskipun kematian tidak


dekat.

20 : Sangat sakit; masuk rumah sakit diperlukan, pengobatan suportif aktif


diperlukan.

10 : Hampir mati; proses fatal maju dengan cepat.

0 : Mati

Dengan penilaian :
0 – 40 = buruk

50 – 70 = sedang

80 – 100 = baik
C. DEFINISI NON COMUNICABLE DISEASE (CKD)
Ginjal merupakan salah satu organ yang penting dalam tubuh manusia. Ginjal
melakukan berbagai fungsi yang ditujukan untuk mempertahankan homeostasis.
Ginjal merupakan jalan penting untuk mengeluarkan berbagai macam zat-zat sisa
metabolisme tubuh selain juga berperan penting dalam mengatur keseimbangan cairan
dan elektrolit (Sherwood, 2001).
Gagal ginjal kronis (GGK) atau End Stage Renal Disease (ESRD)
didefinisikan sebagai kondisi dimana ginjal mengalami penurunan fungsi secara
lambat, progresif, irreversibel, dan samar (insidius) dimana kemampuan tubuh gagal

5
dalam mempertahankan metabolisme, cairan, dan keseimbangan elektrolit, sehingga
terjadi uremia atau azotemia (Smeltzer, 2009).
Batas penurunan fungsi ginjal sehingga menimbulkan gejala adalah sebesar
7585% dan ketika fungsi ginjal sudah di bawah 25% maka gejala akan muncul dan
terlihat jelas (Fransiska, 2011).
End Stage Renal Disease (ESRD) atau gagal ginjal tahap akhir terjadi ketika
nilai GFR (Glomerulus Filtration Rate) kurang dari 15 mL/min. Pada poin tersebut
terapi penggantian ginjal (dialisis atau transplantasi) sangat dianjurkan (Smeltzer,
2009). Gagal ginjal terminal terjadi apabila 90% fungsi ginjal telah hilang (Sherwood,
2001).
D. KLAFIKASI
Klasifikasi gagal ginjal kronis berdasarkan derajat (stage) LFG (Laju Filtration
Glomerulus) dimana nilai normalnya adalah 125 ml/min/1,73m2 dengan rumus
Kockroft – Gault sebagai berikut Penyebab dari gagal ginjal kronis antara lain: Tabel
2.1
Klasifikasi Gagal Ginjal Kronis dengan rumus Kockroft – Gault

E. ETIOLOGI
a. Infeksi saluran kemih (pielonefritis kronis).
b. Penyakit peradangan (glomerulonefritis). Derajat Penjelasan LFG
(ml/mn/1.73m2) 1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal ≥ 90 atau ↑ 2 Kerusakan
ginjal dengan LFG ↓ atau ringan 60-89 3 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau
sedang 30-59 4 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau berat 15-29 5 Gagal ginjal <
15 atau dialisis
c. Penyakit vaskuler hipertensif (nefrosklerosis, stenosis arteri renalis).

6
d. Gangguan jaringan penyambung (SLE, poliarteritis nodusa, sklerosis sitemik).
e. Penyakit kongenital dan herediter (penyakit ginjal polikistik, asidosis tubulus
ginjal).
f. Penyakit metabolik (DM, gout, hiperparatiroidisme).
g. Nefropati toksik.
h. Nefropati obstruktif (batu saluran kemih).
i. BAK sedikit , warna urine lebih tua , bercampur darah.
j. Peningkatan ureum atau kreatinin.

F. PATOFISIOLOGI
Gagal ginjal kronis selalu berkaitan dengan penurunan progresif GFR. Stadium gagal
ginjal kronis didasarkan pada tingkat GFR (Glomerular Filtration Rate) yang tersisa
dan mencakup:
1) Penurunan cadangan ginjal
Yang terjadi bila GFR turun 50% dari normal (penurunan fungsi ginjal), tetapi
tidak ada akumulasi sisa metabolik. Nefron yang sehat mengkompensasi
nefron yang sudah rusak, dan penurunan kemampuan mengkonsentrasi urine,
menyebabkan nokturia dan poliuri. Pemeriksaan CCT 24 jam diperlukan
untuk mendeteksi penurunan fungsi.
2) Insufisien ginjal
Terjadi apabila GFR turun menjadi 20 – 35% dari normal. Nefron nefron yang
tersisa sangat rentan mengalami kerusakan sendiri karena beratnya beban yang
diterima. Mulai terjadi akumulasi sisa metabolik dalam darah karena nefron
yang sehat tidak mampu lagi mengkompensasi. Penurunan respon terhadap
diuretik, menyebabkan oliguri, edema. Derajat insufisiensi dibagi menjadi
ringan, sedang dan berat, tergantung dari GFR, sehingga perlu pengobatan
medis.
3) Gagal ginjal
Yang terjadi apabila GFR kurang dari 20% normal.
4) Penyakit Gagal ginjal stadium akhir
Terjadi bila GFR menjadi kurang dari 5% dari normal. Hanya sedikit nefron
fungsional yang tersisa. Di seluruh ginjal ditemukan jaringan parut dan atrofi
tubulus. Akumulasi sisa metabolik dalam jumlah banyak seperti ureum dan
kreatinin dalam darah. Ginjal sudah tidak mampu mempertahankan

7
homeostatis dan pengobatannya dengan dialisa atau penggantian ginjal
(Corwin, 1994).
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Laboratorium
1. Laboratorium darah BUN, Kreatinin, elektrolit (Na, K, Ca, Phospat),
Hematologi (Hb, trombosit, Ht, Leukosit), protein, antibody (kehilangan
protein dan immunoglobulin).
2. Pemeriksaan Urin Warna, PH, BJ, kekeruhan, volume, glukosa, protein,
sedimen, SDM, keton, SDP, TKK/CCT.
b. Pemeriksaan EKG Untuk melihat adanya hipertropi ventrikel kiri, tanda
perikarditis, aritmia, dan gangguan elektrolit (hiperkalemi, hipokalsemia).
c. Pemeriksaan USG Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal korteks ginjal, kepadatan
parenkim ginjal, anatomi system pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih
serta prostate.
d. Pemeriksaan Radiologi Renogram, Intravenous Pyelography,
Retrograde
Pyelography, Renal Aretriografi dan Venografi, CT-Scan, MRI, Renal Biopsi,
pemeriksaan rontgen dada, pemeriksaan rontgen tulang, foto polos abdomen.
H. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan terhadap gagal ginjal meliputi:

a. Restriksi konsumsi cairan, protein, dan fosfat.


b. Obat-obatan: diuretik untuk meningkatkan urinasi; alumunium hidroksida untuk
terapi hiperfosfatemia; anti hipertensi untuk terapi hipertensi serta diberi obat yang
dapat menstimulasi produksi RBC seperti epoetin alfa bila terjadi anemia.
c. Dialisis: dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal akut yang
serius, seperti hiperkalemia, perikarditis dan kejang. Perikarditis memperbaiki
abnormalitas biokimia; menyebabkan caiarn, protein dan natrium dapat
dikonsumsi secara bebas; menghilangkan kecendurungan perdarahan; dan
membantu penyembuhan luka.
d. Transplantasi ginjal (Reeves, Roux, Lockhart, 2001).
e. Penanganan hiperkalemia; Keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan
masalah utama pada gagal ginjal akut; hiperkalemia merupakan kondisi yang
paling mengancam jiwa pada gangguan ini. Oleh karena itu pasien dipantau akan

8
adanya hiperkalemia melalui serangkaian pemeriksaan kadar elektrolit serum
(nilai kalium > 5.5 mEq/L; SI : 5.5 mmol/L), perubahan EKG (tinggi puncak
gelombang T rendah atau sangat tinggi), dan perubahan status klinis. Pningkatan
kadar kalium dapat dikurangi dengan pemberian ion pengganti resin (Natrium
polistriren sulfonat [kayexalatel]), secara oral atau melalui retensi enema.
penurunan kesadaran, tidak selera makan (anoreksia), mual, muntah, mulut terasa
kering, rasa lelah, napas bau (ureum), dan gatal pada kulit (Muttaqin, 2011).

9
BAB III TINJAUAN KASUS A. PENGKAJIAN
1. Biodata
a. Identitas klien
Nama klien : Tn. D
Umur/tanggal lahir : 35 tahun/ 09 September 1977
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : islam
Suku/Bangsa : sunda/Indonesia
Status pernikahan : Menikah
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl. Nyengseret Selata RW: 03
No. RM : 1040274/12012702
Tanggal masuk RS : 12 Agustus 2014
Tanggal pengkajian : 12 Agustus 2014
Diagnose Medis : CKD stadium V
b. Penanggung jawab
Nama : Ny. M
Umur : 30 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Hubungan dengan klien ; Istri
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama : sesak nafas
Klien mengatakan sesak nafas akan bertambah apabila melakukan aktivitas
berlebihan, seperti: menaiki tangga, jalan-jalan disekitar rumah, dll dan sesak
nafas akan berkurang apabial klien berada di depan kipas angin (menghirup
angin dari kipas angin), klien merasa sesak nafas terus-menerus selama sehari
penuh, klien merasakan sesak sedang,dimana klien masih mampu melakukan
aktifitas sendiri seperti mengambil minum sendiri,mandi, walaupun separuh
aktivitas dibantu oleh keluarga seperti mengantar ke kamar mandi dan toilet,
klien merasa sesak napas pada saat pagi,siang, dan malam hari atau terus
menerus merasakan sesak nafas

10
PENILAIAN AKTIVITAS SEHARI-HARI MENGGUNAKAN
KARNOFSKY PERFORMANCE SCALE (KPS)
KATEGORI KELUHAN SKOR
Kemampuan Perawatan klien masih mampu melakukan 60
Diri aktifitas sendiri seperti
mengambil minum sendiri,mandi,
walaupun separuh aktivitas
dibantu oleh keluarga

Aktivitas Sehari-Hari Klien mengatakan sesak nafas 70


akan bertambah apabila melakukan
aktivitas berlebihan, seperti:
menaiki tangga, jalan-jalan
disekitar rumah, dll

Kemampuan Melakukan Klien mengatakan sesak nafas 70


Pekerjaan akan bertambah apabila melakukan
aktivitas berlebihan,

Gejala Penyakit Yang klien merasa sesak napas pada saat 50


Dialami Oleh Pasien pagi,siang, dan malam hari atau
terus menerus merasakan sesak
nafas

HASIL KARNOFSKY PERFORMANCE SCALE (KPS)


Karnofsky Performance Scale Skor Keterangan
Tidak bisa bekerja, mampu tinggal 70 Cares of self: tidak dapat
di rumah dan merawat Sebagian melakukan aktivitas normal
besar kebutuhan pribadi, berbagai dan melakukan pekerjaan aktif
jumlah bantuan yang di butuhkan
70 Cares of self: tidak dapat
melakukan aktivitas normal
dan melakukan pekerjaan aktif

60 Membutuhkan bantuan
sesekali, namun dapat merawat
Sebagian besar
kebutuhan pribadinya

11
50 Membutuhkan banyak bantuan
dan perawatan medis yang
sering

b. Riwayat Kesehatan Sekarang


Klien mengatakan sesak nafas sudah dua hari, bengkak di kedua tangan dan
kaki,BAK tidak lancar, air kencing sedikit dan berwarna keruh, mual-mual,
nafsu makan menurun, lemah , letih, lesu, pusing.
c. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Pasien mengatakan sering ke rumah sakit untuk melakukan hemodialisa, dan
mengontrol diri ke dokter
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga dan pasien mengatakan tidak ada yang mengalami penyakit-penyakit
ginjal, jantung, dan hipertensi, diabetes melitus, dll
3. Pola Persepsi
Pasien mengatakan dirinya mengalami gagal ginjal dan mengetahui tentang gagal
ginjal yang di deritanya. Pasien tahu apa yang menyebabkan terjadinya gagal ginjal,
akibat lanjut gagal ginjal dan tahu tentang cara perawatanya. Selama ini pasien
mengatakan sering minum minuman keras (alcohol) dan jarang minum air putih.
Pasien tidak menghiraukan tentang Kesehatannya. Setelah sakit, baru menyadari dan
menyesali perbuatan buruknya serta berobat ke sarana Kesehatan.
4. Pola Nutrisi Metabolik
a. Sebelum sakit: pasien makan 3 kali sehari, makan habis satu porsi,
mengkonsumsi nasi, lauk, buah, nafsu makan baik, minum air putih 6-8 gelas
sehari.
b. Setelah sakit: pasien makan 3 kali sehari, porsi sedikit, tidak habis 1 porsi, habis
2-3 sendok makan. Minum, pasin merasa mual-mual, sehingga nafsu makan
menurun.
5. Pola Eliminasi
a. Sebelim sakit: BAB 1 kalisehari, warna kuning, konsistensi lunak, BAK
warna kuning jernih, tidak sakit
b. Selama sakit: BAB 1 kali/3 hari, konsistensi sedikit keras, BAK lewat selang
kateter, warna keruh.

12
6. Pola Latihan Dan Aktivitas
a. Sebelum sakit: melakukan aktivitas sehari-hari tanpa bantuan orang lain
b. Selama sakit: aktivitas di bantu oleh keluarga, karena sesak nafas, klien
kesulitan untuk melakukan aktivitas sehari-hari dan menegluh lemah, letih,
lesu
7. Selama sakit: Pola Istirahat Dan Tidur
a. Sebelum sakit: pasien tidur 7 jam pada malam hari dan kadang-kadang tidur
siang 30-1 jam per hari
b. Selama sakit: pasien susah tidur dan kadang tidak tidur karena sesak nafas
yang di alaminya
8. Pola Sensori Dan Kognitif
Sebelum sakit dan selama sakit daya ingat klien bagus tidak ada keluhan nyeri
maupun yang berkaitan dengan kemampuan sensasi
9. Pola Hubungan Dengan Orang Lain
Sebelum dan selama sakit, hubungan pasien dengan orang lain baik
10. Pola Reproduksi Dan Seksual
Hubungan seksial dengan istri terganggu, terkait penyakit yang di alami klien,
sehingga menghambat hubungan suami istri. Namun pasien mengatakan mampu
mengontrol nafsu seksualnya
11. Riwayat Psikososial
a. Pola konsep diri
Keluarga pasien dan pasien menerima penyakit yang diderita pasien serta
berusaha untuk melakukan perawatan terbaik demi kesembuhan pasien
b. Pola kognitif
Keluarga pasien dan pasie mengetahui penyakit yang diderita pasien.
c. Pola koping
Keluarga pasien dan pasien sempat khawatir dalam menghadapi penyakit yang
diderita pasien terlebih lagi tentang pembiyaan (obar serta cuci darah)
12. Riwayat Spiritual
a. Ketaatan Pasien Beribadah
Pasien beragama islam, pasien rajin solat dan berdoa ditempat tidur setia malam
pasien membaca Al-quran (pasien mengatakan bahwa Tuhan adalah kekuatannya
dan tempat mengadu).
b. Dukungan Keluarga Pasien

13
Keluarga sering berdoa dan membacakan ayat Al-quran ketika mengunjungi
pasien srta mengundang ustadz atau kyai untuk dating mendoakan pasien.
c. Ritual Yang Bisa Dijalankan Pasien
Sholat, berdoa, dan membaca Al-quran.
13. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum Klien : Gelisah, Sesak, Nafas
b. Tingkat Kesadaran : Compos Mentis
c. Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 140/90mmHg
Nadi : 100x/menit
Pernafasan : 35x/menit
Suhu : 37,6 0C
SPO2 : 80%
BB :80 Kg
TB : 165 cm
d. Sistem Kardivaskuler
Jantung berada dibagian depan rongga mediastinum, iktus cordis tak tampak,
iktus cordis teraba di IC VI linca mid clavicula, bunyi redup dan bunyi
tambahan.
e. System Pencemasan
Bentuk perut buncit, tidak ada masa, nteri, bising usu 11x/menit
f. System Muskuloskelektal
Kekuatan otot menurun ada kelaianan tulang, adanya cedera pada kaki dan
tangan, kekuatan otot skala menggunakan Lovett’s, dengan nilai 0-5)
g. System endokrin
Warna kulit putih kebiruan (kusam dan kering), berisiki pada tangan dan kaki,
wajah sedikit bengkak
h. System Intergumen
Warna kulit putih kebiruan (kusam dan kerin), berisik pada tangan dan kaki,
CRT>3 Detik, kulit diraba hangat
i. Sistem Neurologi
Tingkat kesadaran pasien apatis
j. System Reproduksi

14
Tidak ada masalah
k. System perkemihan
BAK tidak lancer, air kencing sedikit dan berwarna keruh. Pasien menggunakan
foley cateter.
l. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
Tgl : 12 Agustus 2014
Ureum : 202,32
Kreatinin : 18,5 mmg/dl
SGOT : 19
SGPT : 30
WBC :5,5 x 103/dl
RBC : 3.90
HGB :10,7
HCT : 32,5%
GDS : 161
2. Pemeriksaan Radiologi
Hasil rontgen thorax
COR: Apeks jantung bergeser ke laterokauadal
CTR tidak dapat dinilai
Pulmo :
Tampak bercak keturunan pada pulmo
Diafragma kanan seyinggi kosta IX posterior
Sinus kostofrenikus kanan kiri lancip
Adanya cairan dirongga alveolus Kesan
:
Supek kardiomegali (CV). Adanya dalam pulmo.
3. Pemeriksaan USG :
Ginjal kanan : Bentuk normal, batas kortiko meduler
tampak tidak jelas, ekogenitas parenkim hiperecoic, tak
tampak batu.

Gijal kiri : Bentuk dan ukuran normal, tak tampak batu.

m. Diet yang diperoleh :

15
Uremia 170 kkal
Protein 0,6 hd/kg BB
Rendah garam
n. Terapi :
Oksigen 3liter (nasa kanul)
Injeksi Lasix kurang lebih 3x2 ampul Hemobion
2x1 (250 mg) personal.

B.ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1. Ds: Edema Pola nafas tidak efektif
Klien mengatakan sesak nafas ↓
Cairan masuk ke paru
Do: ↓
Tanda-tanda Vital Edema paru
Tekanan Darah : 140/90 mmhg ↓
Nadi : 100x/menit Difusi paru
0
Suhu : 36,6. C

SPO2 : 80%. Difusi oksigen dan CO2
Hasil pemeriksaan fisik paru: paru terganggu
Simetros statis dinamis taktil
fremitus teraba kanandan kiri ↓
lemha, redup, ronkhi basah Hasil Pola nafas tidak efektif
rontgen: adanya cairan di ringga
alveolus

2. Ds : GGK dan gagal jantung Kelebihan volume cairan


Klien mengatakan BAK tidak ↓
lancer, air kencing sedikit dan

16
warna keruh. Tanggan dan kaki Peningkatan cairan
membengkak intravaskuler

Do : Terjadi perpindahan
Edema pada tangan dan kaki cairan dari intravaskuler
turgor tidak elastis CRT lebih ke intersitial di parifer
dari 3 detik. ↓
BB : 80kg Cairan intersitial
Ureum 202,32 mg/dl meningkat

Edema perfier dan paru

Kelebihan volume
cairam

3. Ds : Klien dan keluarga Kualitas hidup meningkat


Klien dan keluarga mengatakan ↓
tetap menjalani perawatan untuk Memiliki semangat
kesembuhan pasien dan terus hidup
hidup dengan penuh semangat ↓
dengan menjaga pola makan dan Menghadapi penyakit
pola hidup dengan sabar

Do : Pasrah kepaa Tuhan
Klien dan keluarga tampak ↓
tenang menghadapi perawatan
yang melelahkan Kesulitan hidup
meningkat

C.DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Pola Nafat Tidak Efektif Berhubungan Dengan Edema Paru.


2. Kelebihan Volume Cairan Berhubungan Dengan Input Cairan Lebih Besar Dari Pada
Output.
3. Kualitas Hidup Meningkat Berhubungan Dengan Kemampuan Pasien Dan Keluarga
Dalam Menghadapi Sulitnya Menjalani Hidup Dengan Penyakit Yang Berat.

17
D.INTERVENSI KEPERAWATAN
NO TUJUAN DAN KRITERIA HASIL RENCANA RASIONAL
DX
1. Tujuan : a. .Auskultasi bunyi a. Menanyakan
Pola nafas kembali normal/stabil nafas, catat adanya adanya
crakles. pengumpulan
Kriteria hasil : b. .Ajarkan klien secret.
Klien tidak mengalami dyspnca batuk efektif dan b. Membersihkan
nafas dalam. jalan nafas dan
c. Atur posisi memudahkan
senyaman mungkin.
alirfan
Batasi untuk
d. beraktifitas. c. oksigen.
Anjurkan diet
Mencegah
hipertonis.
e. Kolaborasi terjadinya sesak
pemberian oksigen. d. nafas.
f. Mencegah sesak
e. atau hipoksia.
Mengurangi edema
paru.
f. Perfusi jaringan
adekuat.

2. Tujuan : a. Kaji status cairan a. Mengetahui status


Volume cairan dalam keadaan dengan menimbang
cairan, meliputi
BB perhari,
seimbang keseimbangan input dan output.
masukan dan b. Pembatsan cairan
keluaran, turgor kulit
Kriteria hasil : Tanda-tanda Vital. akan menentukan
Tidak ada edema, keseimbangan antara Batasi masukan
BB ideal,
input dan output cairan cairan.
keluaran urine,
b. dan respon
c. terhadap terapi.
Pemahaman
meningkat

18
c. Jelaskan pada pasien kerjasama klien dan
dan keluarga tentang
keluarga dalam
pembatasan cairan.
Anjurkan pasien/ajari pembatasan cairan.
d. klien untuk mencatat d. Mengetahui
penggunaan cairan
terutama pemasukan keseimbangan
dan keluaran. input dan output

3. Tujuan : a. Mampu a. Menghadapi


Mempertahanan kualitas hidup yang mengendalikan sesuatu dengan
baik. masalah. Menghadapi
tenang.
perawatan dengan
b. tabah dan sabra b. Mampu
mengendalikan
stress dengan baik

19
BAB IV PENUTUP

KESIMPULAN
Makalah ini berisi tentang palliative care pada penderita Gagal ginjal kronik.
Diharapkan mahasiswa dapat mengetahui lebih lagi mengenai palliative care dan cara
penanganan pada pasienpenderita Gagal ginjal kronik, tidak hanya tindakan medis
terapi penanganan pada psikis penderita ( Meningkatkan kualitas hidup penderita )
dan keluarga dan dapat melakukan komunikasi terapeuti

SARAN
Diharapkan makalah ini dapat memberi informasi dan pengetahuan tentang
penyakit Gagal ginjal kronis serta dapat menjadikan pemicu untuk melakukan
tindakan pencegahan dini terhadap penyakit Gagal Ginjal Kronis.

DAFTRA PUSTAKA

20
Suryadi, T. 2012. Prevalensi dan Faktor Risiko Penyakit Ginjal Kronik di RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2012.

National Kidney and Urologic Diseases Information Clearinghouse. Kidney Disease


Statistic for The United States. NIH Publication. 26 November 2012

USRDS Annual Data Report : Atlas of End Stage Renal Disease in United Stated
Volume 2 tahun 2012

21

Anda mungkin juga menyukai