Rofiatun Nikmah (2020012275)
Rofiatun Nikmah (2020012275)
(KEPERAWATAN GAWAT
DARURAT)
“MENGANALISA
JURNAL/ARTIKEL MENGENAI
KEPERAWATAN PALIATIF PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
GAWAT DARURAT” INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN CENDEKIA
Dosen pengampu: Ns. Noor Faidah, UTAMA KUDUS
M.Kep TAHUN AJARAN 2023
Vol. 1 No.1. Hal 41 - 49
2021).
a. Pengkajian
Gempitasari & Feni, (2019) pasien dengan stroke umumnya mengalami penurunan tingkat
kesadaran dan gangguan hemodinamik yang menyebabkan terjadinya penurunan kualitas
hidup penderita. Hal ini sejalan dengan penelitian Hasan, (2018) bahwa pada saat pengkajian
pasien stroke didapatkan pasien mengalami penurunan kesadaran, kelemahan anggota gerak,
Keadaan
Somnolent, TD 164/94, HR 129 x/mnt, Temp 37ºC, RR 26 x/mnt, SpO2 95%, NRM 8 L/menit,
GCS E4, M2, V4, afasia. Sedangkan pengkajian menurut Ulfa dan Ari, (2019) hasil pengkajian
didapatkan data subjektif dari keluarga pasien mengatakan pasien tidak sadarkan diri dengan
hasil pemeriksaan tanda – tanda vital: tekanan darah 150/90 mmHg, nadi 110 x/menit,
respirasi 24 x/menit, suhu 36,7°C, SPO2 90%. Nilai saturasi oksigen menurut Pertami, Siti, dan
Ni Wayan (2019) sebelum dilakukan terapi head up 30° SaO2 : 93,76%, menurut penelitian
Sunarto, (2015) SaO2 85.00%, menurut Ekacahyaningtyas et al, (2017) SaO2 : 97,07%, dan SaO2
: 95.00% (Hasan, 2018).
Berdasarkan uraian fakta dan teori, peneliti berasumsi pada pasein stroke
dimungkinkan akan mengalami resiko perfusi serebral tidak efektif baik dari proses anamnesa
yang menunjukan pasien mengalami penurunan kesadaran, kelemahan anggota gerak,
peningkatan tekanan darah dan penurunan nilai saturasi oksigen. Hal ini disebabkan karena
terganggunya peredaran darah serebral yang mengakibatkan terjadinya penurunan darah dan
oksigen ke otak.
b. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan fakta hasil literature review menunjukan bahwa pada pasien stroke
diagnosa keperawatan yang didapatkan yaitu resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
berhubungan dengan perdarahan, Hasan (2018). Fakta ini didukung dengan SDKI (2017)
menyatakan bahwa kondisi klinis terkait dengan masalah keperawatan risiko perfusi serebral
tidak efektif yaitu stroke, asumsi peneliti pada pasien stroke dengan diagnosa resiko perfusi
serebral tidak efektif ditegakan dari data hasil temuan pada proses pengkajian berdasarkan
batasan karakteristik yang muncul pada pasien stroke dan juga diagnosa yang sesuai dengan
data hasil temuan yaitu resiko perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan adanya
perdarahan serebral.
c. Perencanaan
Berdasarkan hasil analisa jurnal bahwa pasien stroke yang mengalami penurunan
kesadaran juga akan mengalami penurunan mobilisasi. Posisi pasien yang imobilitas di tempat
tidur dapat mempengaruhi fungsi respirasi, Martinez et al, (2015) dalam Gempitasari & Feni,
(2019). Hal ini menstimulasi banyak penelitian untuk menentukan posisi yang dapat
mempertahankan fungsi respirasi dengan baik. Elevasi kepala/head up berdasarkan pada
respon fisiologis merupakan perubahan posisi untuk meningkatkan aliran darah ke otak
memaksimalkan oksigenasi jaringan serebral, dan mencegah terjadinya peningkatan TIK.
Peningkatan TIK adalah komplikasi serius karena penekanan pada pusat-pusat vital di dalam
otak (herniasi) dan dapat mengakibatkan kematian sel otak, (Rosjidi, 2014) dalam (Hasan,
2018).
Berdasarkan uraian tersebut peneliti berasumsi bahwa tindakan untuk mengatasi masalah
resiko perfusi serebral tidak efektif yaitu pemberian posisi head up 30°. Hal ini juga sesuai
dengan penelitian (Pertami, Siti, dan Ni Wayan (2019) ; Ekacahyaningtyas et al (2017), Sunarto
(2015) ; Hasan, (2018)) yang menyatakan bahwa pemberian posisi head up 30° adalah salah
satu terapi non farmakologi yang sangat efektif untuk meningkatkan saturasi oksigen dan
memperbaiki kondisi hemodinamik pasien.
d. Implementasi
Posisi head up 30º/elevasi kepala 30º dilakukan selama 30 menit, kemudian melihat
saturasi oksigen yang ada di monitor terpantau selama 30 menit mengalami peningkatan dari
96% menjadi 98%, Hasan (2018). Hal ini sama dengan penelitian menurut jurnal Gempitasari &
Feni, (2019) untuk implementasi ini dilakukan selama 3 hari dengan waktu 30 menit saat pasien
berada di ruangan HCU karena ruangan HCU difasilitasi monitor dan pulse oksimetri sehingga
bisa dipantau untuk dilihat perubahannya. Hasil memperlihatkan bahwa saturasi oksigen
mengalami peningkatan 2% dari sebelum dilakukan intervensi: 92.00% menjadi 94.00% setelah
diberikan posisi head up 30° selama 30 menit.
Sedangkan menurut
Ekacahyaningtyas et al, (2017) pemberian posisi head up 30° yaitu posisi kepala ditinggikan 30°
dengan menaikkan kepala tempat tidur atau menggunakan ekstra bantal sesuai dengan kenyamanan
pasien selama 30 menit mengalami peningkatan 1,3% dari 97,07% menjadi 98,33% dilakukan sesuai
dengan SOP. Adapun tahapan implementasi nya adalah persiapan bantal atau bed pasien, kemudian
Tahap interaksi : peneliti memperkenalkan diri, menjelaskan maksud dan tujuan penelitian dan
memberikan lembar persetujuan. Selanjutnya tahap kerja : peneliti membaca basmallah, mencuci
tangan, mengobservasi keadaan pasien, memasang pengaman, memeriksa tanda – tanda vital,
menilai saturasi oksigen sebelum dilakukan intervensi posisi head up 30° lalu dicatat dalam lembar
observasi. Kemudian peneliti memberikan intervensi dengan memposisikan head up 30° yaitu posisi
kepala ditinggikan 30° dengan menaikkan kepala tempat tidur atau menggunakan ekstra bantal
sesuai dengan kenyamanan pasien selama 30 menit. Lalu Tahap Evaluasi : peneliti menilai kembali
saturasi oksigen dan dicatat pada lembar observasi, memberikan reinforcement positif atau
mendo’akan kesembuhan klien, dan berpamitan mengucapkan salam.
Berdasarkan hasil literature review, peneliti berasumsi bahwa pemberian posisi head up 30°
dapat dilakukan dengan cara menaikkan bed pasien selama 30 menit dengan pengulangan 2 kali
satu hari dapat meningkatkan saturasi oksigen dan hemodinamik klien.
e. Evaluasi
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil telaah 3 artikel penelitian dan 1 artikel asuhan keperawatan, dapat ditarik
kesimpulan Pengkajian pada pasien stroke dengan resiko gangguan perfusi serebral yaitu pasien
mengalami penurunan kesadaran, kelemahan anggota gerak, nilai rata – rata tekanan darah sistolik
dan diastolik mengalami peningkatan, respirasi, nadi dan suhu meningkat, dan mengalami
penurunan saturasi oksigen. Diagnosa keperawatan yang diangkat yaitu resiko perfusi serebral tidak
efektif yang berhubungan dengan aneurisma serebri, hiperkolesteronemia, hipertensi. Perencanaan
keperawatan pasien stroke dengan masalah resiko perfusi serebral tidak efektif adalah
meningkatkan nilai saturasi oksigen menggunakan terapi non farmakologi yaitu SOP terapi
pemberian posisi head up 30°. Implementasi keperawatan yang digunakan adalah SOP terapi
pemberian posisi head up 30°, dengan rentang waktu 30 menit – 1 shif waktu kerja (7 jam) selama 1
– 3 hari. Evaluasi keperawatan pada pasien stroke dengan penerapan posisi head up 30°
menunjukan bahwa posisi head up 30° terbukti efektif meningkatkan nilai saturasi oksigen.
UCAPAN TERIMAKASIH
Terimakasih saya ucapkan kepada pembimbing yang telah membantu
1,2,3
Universitas Nusa Nipa
Abstract
Received: 1 SeptemberStroke is a loss of brain function due to cessation or
2022 reduced blood supply to the brain, causing local or
Revised: 8 Septemberglobal nerve function disorders that arise suddenly,
2022 progressively, and rapidly. Blood flow that is not
Accepted: 14 Septembersmooth in stroke patients can result in hemodynamic
222 disturbances including oxygen saturation. One of the
independent nursing actions to increase oxygen
saturation is by giving a head up position of 30
degrees. The purpose of this study was to determine
the effect of giving a 30 degree Head Up position on
oxygen saturation in stroke patients. This type of
research is quantitative research with a quasi-
experimental research method with one group pre-test-
post-test design. The number of samples in this study
were 15 samples with accidental sampling technique.
Data were collected using observation instruments.
The results showed that 100% of the 15 respondents
experienced a decrease in oxygen saturation, and
100% experienced an increase in oxygen saturation
after giving the head up position 30 degrees. This
study used the Wilcoxon statistical test which showed
that giving the head up position 30 degrees had a
significant effect in increasing oxygen saturation in
stroke patients (p value = 0.000; = 0.05; and Z count
= -3.493). There is an effect of giving a 30 degree
head-up position on oxygen saturation in stroke
patients in the emergency department of RSUD dr. T.C.
Hillers Maumere. Recommendations from the study are
aimed at nurses so that they can apply the provision of
a 30 degree head up position as one of the independent
nursing actions for stroke patients and to hospitals to
prepare a 30 degree head up position SOP.
Keywords: Head Up 30 Degrees, Oxygen Saturation, Stroke.
How to Cite: Trisila, E., Mukin, F., & Dikson, M. (2022). Pengaruh Pemberian
Posisi Head Up 30 Derajat
Terhadap Saturasi Oksigen Pada Pasien Stroke Di Igd Rsud Dr. T.C. Hillers
Maumere Kabupaten Sikka. Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan, 8(16), 664-674.
https://doi.org/10.5281/zenodo.7117769
PENDAHULUAN
Stroke adalah penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit
jantung dan kanker, selain itu merupakan penyebab kecacatan tertinggi di
dunia (Pertami, et al, 2019). Berdasarkan data World Health Organization
(WHO, 2018), terdapat 15 juta orang menderita stroke setiap tahun. Sekitar 5
juta penderita meninggal, 5 juta diantaranya menderita stroke, dan 5 juta
penderita lainnya mengalami kecacatan. Untuk di Indonesia, kejadian
penyakit stroke merupakan penyebab kematian utama hampir di seluruh
rumah sakit dengan persentase sekitar 14,5 % (Permatasari, 2020).
664
Berdasarkan data dari American Hearth association (AHA, 2018),
sekitar lebih dari 70 % kasus stroke dengan jenis stroke ischemic. Angka
kejadian stroke di dunia masih sangat tinggi yaitu sekitar 795.000 jiwa
setiap tahun, dan serangan stroke pertama terjadi pada 610.000 jiwa serta
185.000 jiwa mengalami stroke berulang (Fong, 2016).
METODE
Jenis penelitian ini adalah penelitian quasi eksperimen dengan
rancangan rangkaian one group pre test, post test design untuk
mendeskripsikan saturasi oksigen pasien stroke sebelum dan sesudah
dilakukan intervensi posisi Head Up 30 derajat. Desain penelitian adalah
penelitian eksperimen di mana peneliti hanya melakukan intervensi pada satu
kelompok tanpa pembanding. Efektifitas perlakuan dinilai dengan cara
membandingkan nilai pre test dan nilai post test. Jumlah sampel dalam
penelitian ini adalah 15 orang pasien stroke dengan teknik sampling non
probability sampling berupa accidental sampling. Kriteria inklusi dalam
penelitian ini adalah Pasien stroke (iskemik dan hemoragik) dengan nilai
saturasi oksigen < 95%, Pasien yang sudah terdiagnosa stroke oleh dokter,
Pasien stroke dengan semua tingkat kesadaran, baik yang GCS 15 dan GCS
di bawah 15. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah Pasien stroke
dengan penyakit paru dan Pasien stroke dengan anemia (Schutz, 2011).
HASIL & PEMBAHASAN
Hasil
Karakteristik respoden berdasarkan nilai saturasi oksigen sebelum
posisi head up 30 derajat dapat dijelaskan sebagai berikut:
Tabel 5.6. Hasil analisis uji Wilcoxon saturasi oksigen sebelum dan sesudah
diberikan posisi head up 30 derajat pada pasien stroke di IGD RSUD dr.
T.C.Hillers Maumere.
Oksigen f % f %
1 Turun 15 100,0 0 0
2 Tetap 0 0 0 0
3 Naik 0 15
0
-3,493 0,000
100,0
Total 15 100,0 15 100,0
PEMBAHASAN
a. Nilai Saturasi Oksigen Pada Pasien Stroke Sebelum Pemberian Posisi
Head Up 30 Derajat di RSUD dr. T.C.Hillers Maumere.
Responden yang mengalami penurunan saturasi oksigen dalam
penelitian ini didapatkan lebih banyak berjenis kelamin perempuan
sebanyak 66,7% yang dapat dilihat pada tabel 5.1. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Ekacahyaningtyias et al, (2016),
mengatakan bahwa kejadian stroke lebih banyak dialami oleh
perempuan setelah usia mencapai menopause. Peningkatan faktor risiko
stroke pada perempuan terjadi karena kelebihan kadar androgen yang
berpengaruh pada kadar kolesterol darah menjadi meningkat sehingga
dapat berpengaruh terjadinya stroke, dan sebaliknya kadar estrogen yang
menurun memiliki efek menurunkan kolesterol plasma dan
mempercepat vasodilatasi dan akan berisiko terkena stroke. Hal tersebut
menyebabkan wanita berisiko dua kali lipat terkena stroke pada 10 tahun
setelah menopause.
KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 100% dari 15 responden
mengalami penurunan saturasi oksigen, dan 100% mengalami peningkatan
saturasi oksigen setelah memberikan posisi head up 30 derajat. Penelitian
ini menggunakan uji statistik Wilcoxon yang menunjukkan bahwa pemberian
posisi kepala tegak 30 derajat berpengaruh signifikan terhadap peningkatan
saturasi oksigen pada pasien stroke (p value = 0,000; = 0,05; dan Z count =
-3,493). Ada pengaruh pemberian posisi head up 30 derajat terhadap
saturasi oksigen pada pasien stroke di IGD RSUD dr. T.C. Hiller Maumere.
Rekomendasi dari penelitian ini ditujukan kepada perawat agar dapat
menerapkan pemberian posisi head up 30 derajat sebagai salah satu
tindakan keperawatan mandiri pada pasien stroke dan kepada pihak rumah
sakit untuk menyusun SOP posisi head up 30 derajat.
DAFTAR PUSTAKA
Arum, S.P. (2015).Stroke: Kenali, Cegah dan Obati. Yogyakarta: EGC.
Anderson, C.S., Arima, H., Lavados, P., Billot, L., Hackett, M.L., Olavarria,
V. V., Munoz Venturelli, P., Brunser, A., Peng, B., Cui, L., Song, L.,
Rogers, K., Middleton, S., Lim, J. Y., Forshaw, D., Lightdody, C. E.,
Woodward, M., Pontes-Neto, O., De Silva, H. A. Watkins, C.
(2017).
Aditya Nugroho, Beni & Martono, Martono, (2018). Pemenuhan Oksigenasi Otak
Melalui Elevasi Kepala pada Pasien Stroke Hemoragik By Beni.
Anisak, D.A.F., dkk. (2019). Pengaruh Posisi Head Up 30ₒ Dan Teknik
Nafas Buteyko Terhadap Peningkatan SPO2 Pada Pasien Stroke di
RSUD Kota Surakarta. Program Studi Sarjana Keperawatan
STIKES Kusuma Husada Surakarta.
Basrowi. (2012). Evaluasi Belajar Berbasis Kinerja. Bandung: Rikena Cipta.
Khandelwal, N., Khorsand, S., Mitchell, S.H., & Joffe, A.M. (2016).
HeadElevated Patient Positioning Decreases Complications of
Emergent
Sofyan, dkk. (2013). Hubungan Umur, Jenis Kelamin dan Hipertensi dengan Kejadian
Stroke. Medula Journal Vol1 No.1. http://ojs.uho.ac.id/
index.php/medular/article/view/182/125. Diakses tanggal 12 Juli 2017.
Srikandi, Waluyo, (2019). Question & Answer Sroke, Jakarta: PT. Elex.
Media Komputindo
Tamam et al, (2020). Faktor Risiko Terhadap Kejadian Srtoke di RSUD Dr.
Koesnadi Bondowoso. Universitas Muhhamadiyah Jember.
Rumah Sakit Stroke Nasional (RSSN) Bukit Tinggi Tahun 2011. Neliti, 2, 1-
9.fmipa.umri.ac.id/wp-content/upload/2016/09/Rendy-PengaruhHipertensi-
pada-Stroke-iskemik.pdf.
Ugraz. (2018). Effects of Different Head-of-Bed Elevations and
BodyPositions on Intracranial Pressure and Cerebral Perfusion
Pressure in Neurosurgical Patients. American Assotiation of
Neuroscience Nurses.
ANALISA JURNAL
ANALISA PICO
“Pengaruh Posisi Head Up 30° Terhadap Saturasi Oksigen Pada Pasien Stroke”
Stroke adalah penyebab kematian nomor 3 setelah penyakit jantung dan kanker, selain
itu merupakan penyebab kecacatan tertinggi di dunia. Berdasarkan data world health
organization terdapat 15 juta orang menderita stroke setiap tahun. Sekitar 5 juta penderita
meninggal, 5 juta diantaranya menderita stroke, dan 5 juta penderita lainnya mengalami
kecacatan titik untuk di Indonesia kejadian penyakit stroke merupakan penyebab kematian
utama hampir di seluruh rumah sakit dengan presentasi sekitar 14,5%.
Oleh karena itu kedua artikel ini membahas mengenai bagaimana pengaruh pemberian
posisi head up 30° terhadap peningkatan saturasi oksigen pada pasien stroke. Dari hasil ke-2
jurnal sama-sama mendapatkan hasil bahwa pemberian posisi head up 30° terhadap
peningkatan saturasi oksigen itu sangat signifikan, bahkan pemberian terapi non farmakologi
yang berupa posisi head up 30° tersebut sangat efektif untuk meningkatkan saturasi oksigen.