MAKALAH HIRADC - Kelompok3
MAKALAH HIRADC - Kelompok3
Oleh Kelompok 3 :
Naela Yuni Damayanti 221810301010
Cherlian Triandini Putri 221810301006
Nico Krisna Tama 221810301026
Adinda Melysiana Putri 221810301042
Dianti Artha Pramesti 221810301044
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Indonesia sebagai salah satu negara berkembang saat ini sedang giat melakukan pembangunan, baik
pembangunan infrastruktur, peningkatan sumber daya manusia (SDM), maupun usaha lain yang bisa menunjang
perkembangan Negara ini. Penggunaan teknologi maju sangat diperlukan untuk memenuhi Kebutuhan hidup
manusia secara luas, namun tanpa disertai dengan pengendalian yang tepat akan dapat merugikan manusia itu
sendiri.
Perkembangan teknologi telah mengangkat standar hidup manusia dan Mengurangi sumber kecelakaan,
cedera dan stress akibat dari pekerjaan. Kemajuan teknologi juga membawa sumber-sumber stress kerja dan cedera
baru. Kompleksnya teknologi modern, perubahan bentuk kerja, organisasi Kerja dan sistem produksi
menempatkan suatu tuntutan yang tinggi pada daya Kerja. Sebagai akibatnya, tingkat dan bentuk potensi bahaya
di tempat kerja yang Harus dihadapi pekerja juga akan berubah. Hal ini terjadi karena SDM yang ada tidak bisa
mengimbangi peralatan dan atau metode kerja yang digunakan.
Mengatasi masalah tersebut maka implementasi peningkatan kinerja K3 dan ergonomi adalah merupakan
suatu keharusan. Hal ini dimaksudkan untuk Menjamin agar setiap pengembangan dan penggunaan teknologi
dapat diterima dan menguntungkan semua pihak yang melakukan transfer teknologi itu sendiri. Keselamatan dan
kesehatan kerja merupakan suatu masalah penting dalam setiap proses operasional baik di sektor tradisional
maupun sektor modern. Khususnya dalam masyarakat yang sedang beralih dari satu kebiasaan kepada Kebiasaan
lain, perubahan-perubahan ini pada umumnya menimbulkan beberapa Permasalahan yang jika tidak ditanggulangi
secara cermat dapat membawa berbagai akibat buruk bahkan fatal.
Selain itu pemerintah juga mengeluarkan undang-undang guna meningkatkan kesadaran bagi pihak
perusahaan dan karyawan, undang-undang Tersebut diantaranya adalah Undang-Undang No. 1 Tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja yang menyebutkan bahwa keselamatan kerja bertujuan untuk melindungi tenaga kerja
atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan Untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta
produktivitas nasional. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja. Sumber produksi
dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.
PT. Marunda Grahamineral (MGM) sebagai salah satu perusahaan pemegang kontrak perjanjian
kerjasama perusahaan pertambangan batubara (PKP2B) juga tidak lepas dari faktor dan potensi bahaya dari setiap
proses Produksinya yang menggunakan peralatan berteknologi tinggi berusaha untuk menerapkan peraturan-
peraturan yang berlaku melalui kebijakan kesehatan dan Keselamatan kerja. Hal ini tercermin dalam kebijakan
kesehatan dan keselamatan Kerja MGM Coal Project bahwa melakukan semua tindakan yang bisa dilakukan
Untuk memastikan bahwa standar-standar tertinggi kesehatan dan keselamatan Kerja dijaga bagi semua karyawan
dan kontraktor merupakan cita-cita tertingginya.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah kali ini adalah :
1. Bagaimana HIRADC di PT Pertambangan Batu Bara?
2. Bagaimana penerapan SMK3+ pada PT Pertambangan Batu Bara?
3. Bagaimana kehigienisan dan kesehatan kerja dari PT Pertambangan Batu Bara?
4. Apakah pernah terjadi kecelakaan di dalam PT Pertambangan Batu Bara?
1.3 Tujuan
Tujuan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana HIRADC di PT Pertambangan Batu Bara
2. Untuk mengetahui bagaimana penerapan SMK3+ pada PT Pertambangan Batu Bara?
3. Untuk mengetahui bagaimana kehigienisan dan kesehatan kerja dari PT Pertambangan Batu Bara?
4. Untuk mengetahui apakah pernah terjadi kecelakaan di dalam PT Pertambangan Batu Bara?
1.4 Manfaat
Manfaat dari makalah kali ini adalah :
1. Pembaca mengetahui HIRADC di PT Pertambangan Batu Bara
2. Pembaca mengetahui penerapan SMK3+ pada PT Pertambangan Batu Bara
3. Pembaca mengetahui kehigienisan dan kesehatan kerja dari PT Pertambangan Batu Bara
4. Pembaca mengetahui apakah pernah terjadi kecelakaan di dalam PT Pertambangan Batu Bara
BAB II
KAJIAN TEORI
2.2 Kecelakaan
Bersumber pada Undang- Undang Nomor. 1 (1970) tentang keselamatan kerja, kecelakaan kerja merupakan
sesuatu peristiwa yang tidak diprediksi serta tidak dikehendaki yang mengacaukan proses yang sudah diatur dari
sesuatu kegiatan serta bisa menimbulkan kerugian baik korban manusia ataupun harta barang. Sebaliknya bagi
Undang Undang Nomor. 3 (1992) tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, kecelakaan kerja ialah kecelakaan yang
terjalin dalam pekerjaan semenjak berangkat dari rumah mengarah ke tempat kerja serta kembali ke rumah lewat
jalur yang biasa dilalui.
Kecelakaan kerja didefinisikan sesuatu peristiwa seketika yang tidak diinginkan yang bisa menyebabkan
luka- luka, kehancuran harta barang ataupun kerugian waktu, sampai kematian. Salah satu teori yang menerangkan
terbentuknya musibah kerja 39 dikembangkan oleh H. W. Heinrich yang diketahui selaku“ teori Domino
Heinrich”. Dalam teori tersebut, dipaparkan kalau kecelakaan terdiri atas 5 aspek yang silih berhubungan, ialah:
a. Kondisi kerja
b. Kelalaian manusia
c. Tindakan tidak aman
d. Kecelakaan
e. Cedera.
2.3 Bahaya
Bahaya merupakan kegiatan, keadaan ataupun kondisi, peristiwa, indikasi, proses, material, dan segala
sesuatu yang terletak di tempat kerja yang berhubungan dengan pekerjaan yang berpotensi sebagai sumber
kecelakaan, penyakit, cidera, kerusakan harta barang, kehancuran alam, sampai kematian( Gidwani , 2018).
Menurut (Puji, 2016) faktor- faktor pemicu terbentuknya bahaya dan kecelakaan kerja merupakan sebagai
berikut:
1. Manusia Hasil riset menampilkan jika 80- 85% kecelakaan diakibatkan oleh kelalaian manusia. Sesuatu
pendapat pula menjelaskan bahwa secara langsung ataupun tidak langsung kecelakaan tentu diakibatkan oleh
manusia. Kesalahan tersebut bisa jadi pula dapat diakibatkan oleh perancang pabrik, kontraktor yang
membangun, pimpinan kelompok, ataupun petugas yang melaksanakan riset mesin serta perlengkapan(
Simanjuntak, 1994).
2. Peralatan Pada zona industry bermacam perlengkapan yang digunakan tentu mengandung bahaya bila tidak
digunakan dengan semestinya, tidak menemukan pelatihan khusus tentang pemakaian perlengkapan, serta
tidak memakai pengaman cocok dengan yang disarankan. Jenis- jenis bahaya yang bisa jadi bisa mencuat
antara lain:
a. Kebakaran
b. Ledakan
c. Sengatan listrik
d. Luka ataupun cedera.
3. Bahan maupun Material
Ciri bahaya yang ditimbulkan dari suatu bahan bergantung dari sifat bahan tersebut, antara lain:
a. Memunculkan energi
b. Menimbulkan kanker
c. Memunculkan kerusakan pada kulit ataupun jaringan tubuh
d. Mudah meledak ataupun terbakar
e. Bersifat racun
f. Radioaktif.
4. Lingkungan Faktor- faktor lingkungan yang bisa jadi sumber bahaya, antara lain:
a. Faktor fisik, meliputi penerangan, temperatur hawa, kelembaban, suara, cepat rambat udara, radiasi, tekanan
udara, dll.
b. Faktor kimia, meliputi uap, gas, debu, kabut, asap, cairan, barang padat, dll.
c. vaktor biologi, meliputi kalangan hewan ataupun tanaman.
d. Faktor fisiologis, meliputi konstruksi mesin, perilaku, serta metode kerja.
e. Faktor mental- psikologis, ialah ikatan antar pekerja, lapisan kerja, pemeliharaan kerja, dll
frekuensi peluang
1 jarang terjadi dapat ipikirkan tetapi tidak kurang dari 1 kali dalam 10 tahun
hanya saat keadaan ekstrem
2 kemungkinan kecil belum terjadi tetapi bisa terjadi 1 kali dalam 10 tahun
muncul pada satu waktu
Perumusan Maslah
Studi Literatur
Pengambilan Data
Pengambilan data
Membuat daftar ptensi bahaya dan
resiko yang dapat terjadi
Melakukan Pengamatan
Identifikasi potensi
bahaya dan
pengendalian bahaya Tidak
sudah benar
2) Faktor Kimia
a. Debu
Hasil pengukuran debu total di beberapa titik yang dilaksanakan pada tanggal 4-6 Nopember oleh Balai
Teknik Kesehatan Lingkungan adalah 29,728 µg/m3; 49,134 µg/m3; 16,101 µg/m3; 35,027 µg/m3; 16,688 µg/m3;
109,661 µg/m3. Menurut SNI 19 – 7119.3 – 2005 tentang Baku Mutu Udara Ambien Nasional NAB debu total
untuk waktu pemaparan selama 24 jam adalah 230 µg/m3. Dari Dari hasil pengukuran tersebut dapat diketahui
bahwa debu total yang ada di lingkungan kerja PT. MGM berada di bawah NAB yang ditetapkan. Hal ini karena
pihak manajemen melakukan pengendalian terhadap debu dengan melakukan penyemprotan di jalan hauling dan
di area tambang secara rutin setiap harinya. Selain itu perusahaan juga memberikan masker sebagai alat
perlindungan dari bahaya debu. Pengukuran debu khusus batubara belum pernah dilakukan baik oleh pihak internal
perusahaan maupun pihak eksternal. NAB debu batubara menurut SNI 19-0232-2005 adalah 2 mg/m3.
b. Fume
Fume yang ada pada lingkungan kerja ini dihasilkan dari gas emisi alat berat yang digunakan pada proses
penambangan. Upaya pengendalian faktor bahaya ini bisa dilakukan dengan mengupayakan konstruksi alat berat
dengankabin tertutup untuk meminimalisir adanya penyakit akibat kerja yang diakibatkan oleh fume. Perusahaan
juga memberikan APD berupa masker untuk mengantisipasi bahaya fume ini. Namun pengukuran mengenai
besarnya fume di lingkungan kerja belum pernah dilakukan. Oleh karena itu, pihak manajemen belum mengetahui
apakah kadar fume di lingkungan kerja berada di atas atau di bawah NAB.
3) Faktor Biologi
Faktor biologi bisa menjadi bahaya yang mengganggu pekerjaan. Untuk mengantisipasinya bisa dilakukan
dengan jalan memakai baju kerja yang menutupi semua bagian tubuh kecuali wajah dan telapak tangan.
4) Faktor Fisiologis
Faktor bahaya fisiologis bisa timbul bila terjadi ketidakserasian antara alat dengan kemampuan tubuh. Namun
karena sebagian besar alat bantu kerja yang digunakan ini bisa disesuaikan dengan operator menjadikan faktor
bahaya fisiologis ini tidak menjadi masalah yang sangat mempengaruhi kinerja karyawan.
5) Faktor Mental Psikologis
Lokasi tempat kerja yang berada jauh dari pemukiman penduduk bisa menjadi faktor bahaya berupa gangguan
mental psikologis bagi karyawannya. Oleh karena itu, perusahaan memberlakukan sistem kerja cuti supaya
karyawan bisa berkumpul dengan keluarga dan membaur dengan masyarakat sebagai upaya pengendalian faktor
bahaya mental psikologis yang bisa dialami karyawannya.
1) Peledakan
Upaya untuk mengantisipasi bahaya peledakan yang telah dilakukan oleh pihak manajemen sudah sesuai
dengan Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi nomor: 555.K/26/M.PE/1995 Tentang Kesehatan dan
Keselamatan Kerja Pertambangan Umum Bab II Mengenai Bahan Peledak dan Peledakan.
2) Kebakaran
Usaha yang dilakukan untuk mengantisipasi bahaya kebakaran dan upaya pengendalian terhadap bahaya
kebakaran telah sesuai dengan Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi nomor: 555.K/26/M.PE/1995
Tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja Pertambangan Umum Bab IV Tentang Sarana Tambang di Permukaan
Bagian Ketiga Mengenai Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran.
3) Tertimpa Material
Potensi bahaya tertimpa meterial bisa terjadi saat aktivitas loading atau pada saat dilakukannya blasting.
Untuk menghindari potensi bahaya ini, pihak manajemen telah mengantisipasinya ketika safety induksi yang
memaparkan radius aman saat adanya aktivitas blasting agar tidak terkena material. Namun, kehati-hatian dan
kepatuhan karyawan atau pengunjung menjadi faktor utama pencegahan terjadinya kecelakaan tersebut. Usaha
yang dilakukan tersebut telah sesuai dengan Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi nomor:
555.K/26/M.PE/1995 Tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja Pertambangan Umum.
4) Kecelakaan Lalulintas Tambang
Kecelakaan lalulintas tambang merupakan jenis potensi bahaya yang sering terjadi. Berbagai upaya telah
dilakukan manajemen berupa aturan-aturan yang harus dipatuhi semua driver. Peraturan tersebut berupa kewajiban
menggunakan sabuk pengaman, menyalakan lampu, monitoring dengan radio, pengaturan batas maksimum
kecepatan, rambu-rambu lalulintas sampai pemasangan bendera sebagai tanda. Namun, terlepas dari itu semua
kehati-hatian dan kepatuhan driver dan operator adalah kunci utama agar tidak terjadi kecelakaan lalulintas
tambang. Semua peraturan dan ketentuan yang berlaku di PT. MGM diintegerasikan dan telah sesuai dengan
Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi nomor: 555.K/26/M.PE/1995 Tentang Kesehatan dan Keselamatan
Kerja Pertambangan Umum.
5) Longsor
Untuk potensi bahaya longsor, usaha pencegahaan hanya bisa dilakukan dengan pengaturan kemiringan
desain konstruksi tambang. Oleh karena itu pihak manajemen mengambil kebijakan untuk memberlakukan standar
kemiringan tambang yang selandai mungkin. Upaya pengendalian lonsor dalam desain konstruksi tambang
disesuaikan dengan Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi nomor: 555.K/26/M.PE/1995 Tentang
Kesehatan dan Keselamatan Kerja Pertambangan Umum.
4.7 Ergonomi
1. Material Handling
Aktivitas material handling yang sepenuhnya dibantu oleh alat dengan teknologi tinggi bisa menjadi faktor
bahaya yang membutuhkan konsentrasi dan kompetensi tinggi dari operatornya. Oleh karena itu, diberlakukannya
SIMPER oleh manajemen perusahaan untuk operator alat berat dan driver adalah sebuah keputusan yang bijak
untuk mengantisipasi kecelakaan kerja.
2. Shift Kerja
Perusahaan ini memberlakukan 10 jam kerja dengan 1 jam istirahat perhari atau 70 jam kerja dengan 7 jam
istirahat per minggu telah sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor:
PER- 15/MEN/VII/2005 Tentang Waktu Kerja dan Istirahat Pada Sektor Usaha.
4.8 Kampanye K3
Kampanye K3 diselenggarakan untuk meningkatkan kesadaran tentang K3 atau safety aware. Selain itu,
kegiatan yang dilakukan untuk mengkampanyekan K3 seperti lomba poster, membuat logo dan lain-lain juga
bertujuan melibatkan semua karyawan untuk ikut berperan aktif dalam meningkatkan kesehatan dan keselamatan
kerja serta turut mengkampanyekannya.
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan, maka kesehatan dan keselamatan kerja pada
pertambangan batubara di PT. Marunda Grahamineral dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) PT. MGM ini merupakan bagian dari
Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. 555.K/26/M.PE/1995 tentang kesehatan dan keselamatan
kerja di bidang pertambangan umum
2. Faktor fisik berupa penerangan, dan radiasi radio aktif belum pernah dilakukan monitoring. Usaha
pengendalian yang telah dilakukan oleh pihak perusahaan adalah dengan engineering control dan
administrative control berupa pemasangan peredam dan ruangan tertutup pada sumber bising serta
pemberlakauan shift kerja untuk tekanan panas.
3. Faktor kimia berupa debu berada di bawah NAB, sedangkan faktor kimia fume belum pernah dilakukan
monitoring.
4. Gizi kerja dikelola oleh pihak ketiga belum memenuhi semua persyaratan dalam Surat Keputusan Menteri
Kesehatan RI No. 715/MENKES/SK/V/2003 Tentang Persyaratan Higene Sanitasi Jasa Boga
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standarisasi Nasional, 2005. Standar Nasional Indonesia No. SNI 19- 7119.3-2005 Tentang Baku Mutu
Udara Ambien Nasional. Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional, 2005. Standar Nasional Indonesia No. SNI 19-0232- 2005 Tentang Nilai Ambang
Batas Zat Kimia di Udara Tempat Kerja. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI, 2003. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 715/MENKES/SK/V/2003 Tentang
Persyaratan Higene Sanitasi Jasa Boga. Jakarta.
Direktorat Teknik Mineral dan Batubara, 2004. Keputusan Menteri Petambangan dan Energi Nomor:
555.K/M.PE/1995 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan Umum. Jakarta.
Gidwani, D. G. 2018. Job Safety Analysis (JSA) Applied In Construction Industry. IJSTE - International Journal
of Science Technology & Engineering. 4(9): 177-187.
Luri, H., & Rinawati, D. I. 2015. Analisis Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan Menggunakan Job
Hazard Analysis. Jurnal Undip. 2(11): 1-11.
Puji, A. A. 2016. Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja Terhadap Produktivitas Menggunakan Structural
Equation Modeling. Jurnal Rekayasa dan Manajemen Indusri. 2(5): 1-11.
Soehatman, R. 2010. Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja OHSAS 18001. Jakarta: Dian Rakyat.
Simanjuntak, J. 1994. Manajemen Keselamatan Kerja. Jakarta: HIPSMI.
Susihono, W., Akbar, & R., F. 2013. Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan
Identifikasi potensi bahaya kerja (Studi kasus: PT. LTX kota Cilegon-Banten). Spectrum Industri. 11(2):
209-226.
Suma’mur, 1996. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT. Gunung Agung.
Tarwaka, 2008. Kesehatan dan Keselamatan Kerja ”Manajemen dan Implementasi K3 di Tempat Kerja”.
Surakarta: Harapan Press.
LIST PERTANYAAN
1. Arini Audina
Bagian kecelakaan erja apakah ada data baru?
2. Tamir Arkan
Potensi yang terjadi faktor biolgi, apa saja potensi yang paling merugikan MGM?
3. Sukma (Kelompok 1)
Banyaknya kasus PT MGM ini apakah layak dijalankan?
4. Azzahrawani (Kelompok 7)
Sistem managemen izin serta sistem kerjanya bagaimana?
5. Desta (Kelompok 4)
Alasan kenapa monitoring tidak dilakukan secara menyeuruh
6. Aufa Miftah (kelompok 6)
Faktor kimia tentang cara pengolahan limbah bagaimana?
7. Inayah (kelompok 8)
Alasan memilih PT MGM?