Anda di halaman 1dari 14

JKSP Volume 4 Nomor 1, Februari 2021

Jurnal Kesehatan Saelmakers PERDANA


ISSN 2615-6571 (cetak), ISSN 2615-6563 (online)
Tersedia online di http://ojs.ukmc.ac.id/index.php/JOH

Perilaku Sehat Ibu Hamil dan Kematian Bayi: Perspektif Sosiologi Kesehatan

Healthy Behavior of Pregnant Women and Neonatal Infant Mortality:


Health Sociology Perspectives

Sulyana Dadan¹, Nanang Martono², Urip Tri Wijayanti³


¹,² Jurusan Sosiologi, FISIP, Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto
³ Peneliti Pertama BKKBN Perwakilan Propinsi Jawa Tengah
email: kangdadan_garut@yahoo.com

Submisi: 24 November 2020; Penerimaan: 27 Januari 2020; Publikasi : 10 Februari 2021

ABSTRAK
Angka kematian bayi merupakan salah satu indikator penting untuk menilai derajat kesehatan dan
kualitas hidup penduduk di sebuah wilayah. Beberapa kajian yang membahas penyebab
munculnya kasus kematian bayi, lebih banyak menyoroti faktor eksternal dari ibu hamil, seperti
latar belakang sosial, ekonomi dan ketersediaan pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, penelitian
ini bertujuan untuk mengkaji faktor internal ibu hamil yaitu perilaku sehat ibu hamil dalam
relasinya dengan kemunculan kasus kematian bayi. Metode penelitian yang digunakan adalah
kuantitatif deskriptif dengan melakukan analisis data sekunder SDKI Jawa Tengah 2017. Data
diolah menggunakan statistik deskriptif berupa distribusi frekuensi dan tabel silang. Mengacu
pada konsep-konsep perilaku kesehatan dalam perspektif sosiologis, penelitian ini menemukan
bahwa pemaknaan ibu hamil terhadap konsep kehamilan turut menentukan perilakunya dalam
menjalani proses kehamilan menuju proses persalinan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa
perilaku sehat ibu hamil seperti pemeriksaan kehamilan, konsumsi obat-obatan dan pemeriksaan
bayi pasca melahirkan menjadi salah satu penyebab munculnya kasus kematian bayi di propinsi
Jawa Tengah.
Kata kunci: kematian bayi, perilaku sehat, ibu hamil

ABSTRACT
Infant mortality is one of the important indicators for assessing the degree of health and quality
of life of residents in a region. Several studies that discuss the causes of infant mortality,
highlight more external factors of pregnant women, such as social background, economy and
availability of health services. Therefore, this study aims to examine the internal factors of
pregnant women, namely the healthy behavior of pregnant women in relation to the emergence of
cases of infant death. The research method used is descriptive quantitative by analyzing
secondary of SDKI data 2017 in Central Java . Data is processed using descriptive statistics in
the form of frequency distribution and cross tables. Referring to the concepts of health behaviors
in a sociological perspective, this study found that the meaning of pregnant women to the concept
of pregnancy also determines their behavior in undergoing the process of pregnancy towards the
delivery process. This study concluded that healthy behavior of pregnant women such as
pregnancy examination, drug consumption and postnatal examination of babies is one of the
causes of infant mortality in Central Java province.
Keyword: infant mortality, healthy behavior, pregnant women

10 | Sulyana Dadan, Nanang Martono, Urip Tri Wijayanti : Perilaku Sehat Ibu Hamil dan Kematian Bayi:
Perspektif Sosiologi Kesehatan
JKSP Volume 4 Nomor 1, Februari 2021

Pendahuluan mendukung kesehatan ibu hamil, akan


Pemerintah melalaui BKKBN mencegah ibu hamil dari berbagai
terus berupaya menurunkan angka resiko yang dapat meningkatkan
kematian balita (AKBA), khususnya munculnya kasus kematian bayi saat
neonatal, yang masih menjadi momok dilahirkan (Triharini, Armini and
kesehatan ibu dan anak di Indonesia. Nastiti, 2018).
Berdasarkan hasil Survei Demografi Selain itu, ada pula faktor
dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun pendukung kematian bayi yaitu tingkat
2017 oleh BKKBN, tercatat bahwa pendidikan dan kualitas layanan
angka kematian neonatal adalah 15 per kesehatan. Artinya, aspek demografis
1000 kelahiran hidup. Hal ini juga turut andil dalam kemunculan
mengartikan bahwa 1 dari 67 anak kasus kematian bayi (Rahayu and Rofi,
meninggal pada bulan pertama 2007). Faktor demografi yang
kehidupannya. Sementara laporan berpengaruh signifikan terhadap angka
UNICEF tahun 2015 menyebutkan kematian bayi adalah usia ibu dan usia
bahwa angka AKBA mengalami tren kawin pertama. Sementara karakter
penurunan. Jika pada 1990-an, AKBA demografis yang tidak berpengaruh
Indonesia adalah 84 per 1000 kelahiran antara lain, jumlah anak, tingkat
hidup Maka pada tahun 2015, turun pendidikan, dan pekerjaan ibu hamil
menjadi 27 per 1000 kelahiran hidup. tersebut. Peneliti lain menemukan
Jumlah tersebut memasukan Indonesia bahwa determinan kematian bayi
ke peringkat 24 dari 81 negara adalah usia saat melahirkan yang
berpendapatan rendah dan menengah berkisar dalam rentang 20-35 tahun.
yang berhasil menurunkan AKBA Jenis kelamin bayi juga merupakan
(BKKBN, 2018). determinan kematian bayi karena
Masih adanya kasus kematian sebagian besar bayi yang meninggal
neonatal menjadi hal yang menarik berjenis kelamin perempuan (Abdiana,
untuk dikaji, meskipun sudah banyak 2017).
penelitian yang membincangkan Sementara itu, penelitian lainnya
tentang angka kematian bayi neonatal, yang mengkaji karakteristik ibu dalam
khususnya faktor-faktor penyebabnya. kematian bayi di Kabupaten
Sebuah penelitian yang dilakukan di Banjarnegara menemukan bahwa
Italia menyebutkan bahwa, faktor faktor resiko kematian bayi adalah
yang mempengaruhi kehamilan dan adanya komplikasi persalinan, riwayat
kelahiran bayi yang sehat serta anemia, berat bayi lahir rendah dan
mengurangi resiko kematian neonatal bayi prematur (Kusumawardani and
adalah persoalan nutrisi. Oleh karena Handayani, 2018).
itu, akurasi asupan gizi dan nutrisi bagi Peneliti lainnya menemukan
ibu hamil, harus diperhatikan secara bahwa, karakteristik ibu memang
kualitas maupun kuantitasnya. Dengan berpengaruh terhadap kematian bayi.
demikian, resiko kematian bayi setelah Selain itu, ketidakjelasan informasi
dilahirkan akan dapat diminimalisir yang didapatkan dari petugas
(Mecacci et al., 2015). kesehatan pada saat pemeriksaan
Ada pula kajian yang menyebutkan kehamilan, baik bidan maupun dokter,
bahwa di samping asupan nutrisi, juga mempengaruhi kondisi bayi ketika
faktor dukungan keluarga secara lahir, terutama lahir prematur sampai
psikologis dapat mempengaruhi dan kasus kematian (Wandira dan Indawati,
mengurangi resiko kematian bayi pasca 2012) .
melahirkan. Solidaritas keluarga dalam
11 | Sulyana Dadan, Nanang Martono, Urip Tri Wijayanti : Perilaku Sehat Ibu Hamil dan Kematian
Bayi: Perspektif Sosiologi Kesehatan
JKSP Volume 4 Nomor 1, Februari 2021

Kajian yang hampir serupa tahun adalah 48 per 1.000 kelahiran


menyebutkan, bahwa perilaku ibu hidup, sedang untuk bayi yang lahir
hamil dan usia ibu saat hamil pertama empat tahun atau lebih setelah
kali, turut berperan dalam kelahiran sebelumnya adalah 23 per
meningkatkan resiko kematian anak 1.000 kelahiran hidup (BKKBN, 2018).
neonatal. Temuan Eftekhtar, dkk di Dari beberapa kajian di atas, belum
Iran menyebutkan bahwa terdapat ada yang secara spesifik membahas
hubungan antara perilaku merokok ibu tentang bagaimana perilaku sehat ibu
hamil dengan kesehatan bayi pada saat hamil dalam kaitannya dengan
dilahirkan. Bukan hanya merokok dinamika AKBA. Ibu hamil yang
secara langsung, namun termasuk memiliki perilaku sehat yang baik,
perokok pasif. Artinya, semakin ibu diasumsikan akan meminimalisir
hamil berdekatan dengan perilaku terjadinya kasus kematian neonatal.
merokok, baik aktif maupun pasif, Sebaliknya, ibu hamil dengan perilaku
maka resiko terjadinya kematian bayi sehat yang buruk, maka resiko
neonatal akan semain tinggi (Maryam terjadinya kematian neonatal
et al., 2016). Sementara (Cinar and dimungkinkan akan cukup tinggi.
Menekse, 2017) lebih menyoroti Salah satu daerah di Indonesia
tentang usia si ibu pada saat menjalani yang memiliki AKBA cukup tinggi
kehamilan. Kehamilan pada usia si ibu adalah Propinsi Jawa Tengah.
yang masih remaja akan lebih Berdasarkan hasil SDKI di Jawa
meningkatkan munculnya berbagai Tengah tahun 2012, terdapat 22
resiko pada saat kelahiran, seperti bayi kematian neonatal per 1000 kelahiran
lahir prematur, cacat atau bahkan hidup (SDKI, 2017). Meskipun
berujung kematian karena alat-alat angkanya menurun menjadi 16 per
reproduksi kehamilan belum mencapai 1000 kelahiran pada SDKI 2017,
kematangan. namun angka tersebut masih relatif
Serupa dengan temuan-temuan di tinggi sehingga perlu dicari akar
atas, laporan SDKI tahun 2017 permasalahannya, termasuk
mencatat bahwa ada beberapa faktor kemungkinan perilaku sehat ibu hamil
yang turut mempengaruhi dalam angka yang menjadi faktor penyebab masih
kematian neonatal. Pertama adalah tingginya AKBA di Jawa Tengah. Hal
tingkat pendidikan ibu, AKBA paling ini dikarenakan di Jawa Tengah
tinggi terjadi di antara balita yang memiliki beberapa program khusus
ibunya tidak sekolah (82 per 1.000 untuk ibu hamil dan bayi. Contohnya
kelahiran hidup). AKBA di antara anak program ―Jateng Gayeng Nginceng
dari ibu yang tidak sekolah tiga kali Wong Meteng‖ yang artinya Jawa
lebih tinggi dibandingkan anak dari ibu Tengah Bersatu Mengawasi Orang
yang lulus perguruan tinggi (SDKI, Hamil. Program tersebut merupakan
2017). Selain pendidikan, faktor Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
biodemografi juga turut berandil dalam untuk memonitor ibu hamil dari
AKBA. Faktor biodemografi antara trisemester pertama sampai melahirkan
lain umur saat bersalin, jarak kelahiran bahkan setelah melahirkan yakni
dan urutan kelahiran. Anak yang lahir tentang penggunaan kontrasepsi.
dengan jarak antara kelahiran yang Berdasarkan latar belakang
lebih panjang mempunyai resiko tersebut, tulisan ini akan mengkaji
kematian yang lebih rendah. tentang bagaimana keterkaitan antara
Contohnya AKBA yang lahir dengan perilaku sehat ibu hamil dengan
jarak antar kelahiran kurang dari 2 munculnya kejadian kematian neonatal
12 | Sulyana Dadan, Nanang Martono, Urip Tri Wijayanti : Perilaku Sehat Ibu Hamil dan Kematian
Bayi: Perspektif Sosiologi Kesehatan
JKSP Volume 4 Nomor 1, Februari 2021

di propinsi Jawa Tengah berdasarkan masing sebanyak 5.7%. Hal ini dapat
data SDKI tahun 2017. diartikan bahwa usia responden pada
saat dilakukan penelitian, sebagian
besar sudah cukup dewasa dan
Metode Penelitian
mengetahui tentang berbagai hal terkait
Metode yang digunakan dalam
berbagai persoalan pengelolaan
penelitian ini adalah metode kuantitatif
keluarga. Meskipun demikian, ada juga
yakni analisis data sekunder. Objek
responden yang bisa dikategorikan
penelitiannya berupa Laporan SDKI
sebagai ibu muda dengan usia yang
Jawa Tengah tahun 2017 dengan
masih 18 tahun (kelahiran tahun 2000)
jumlah responden 1065 orang. Jumlah
sebanyak 0,1%, 19 tahun (1999)
responden setiap kabupaten diambil
sebanyak 0.5% dan 21 tahun (1998)
secara proporsional berdasarkan besar
sebanyak 0.7%. Hal ini
kecilnya jumlah penduduk khususnya
mengindikasikan bahwa responden
perempuan di tiap kabupaten.
tersebut adalah ibu muda yang masih
Dipilihnya Laporan SDKI Jawa
dalam tahap awal pernikahan dan baru
Tengah dikarenakan povinsi ini
pertama kali mengalami proses
merupakan salah satu wilayah yang
kehamilan.
cukup berhasil menurunkan AKBA
sehingga cukup relevan untuk dilihat 2. Pendidikan
bagaimana keterkaitan antara perilaku Penelitian ini menemukan bahwa
sehat ibu hamil dengan AKBA-nya. sebagian besar responden yakni 64.2%
Tahap penelitian, pertama-tama dengan telah mengenyam pendidikan
melakukan identifikasi terhadap menengah (SMP dan SMA). Sisanya
berbagai variabel yang menjadi 23.5% hanya berhasil mengenyam
indikator perilaku sehat ibu hamil pendidikan dasar (SD) dan 12% telah
dalam SDKI Jawa Tengah tahun 2017. menempuh pendidikan tinggi (diploma
Setelah variabel teridentifikasi, data dan sarjana). Meskipun demikian ada
dianalisis dengan menghubungkan sekitar 0.3% responden yang tidak
berbagai variabel tersebut secara mengenyam dunia pendidikan.
statistik yakni menggunakan tabel Berdasarkan data tersebut, dapat
silang. Terdapat lima variabel yang diartikan bahwa tingkat pendidikan
dioperasionalkan dalam penelitian ini, responden cukup baik, karena sebagian
yaitu karakteristik demografi, dari mereka sudah berhasil mengenyam
penggunaan sanitasi, kebiasaan pendidikan tingkat dasar dan
merokok, akses terhadap layanan dan menengah.
jumlah kematian bayi.
3. Jumlah Anak
Data jumlah anak menunjukkan
bahwa sebagian besar responden yakni
Hasil dan Pembahasan 43.1% memiliki 2 (dua) orang anak.
A. Gambaran Demografi Sementara yang memiliki 1 anak
1. Usia Responden sebesar 33.7% dan yang memiliki 3
Berdasarkan temuan penelitian,
anak sebanyak 17.5%. Meskipun
diketahui bahwa sebagian besar
demikian, ada pula responden yang
responden adalah ibu rumah tangga
memiliki 4 sampai 8 anak sebanyak
berusia 29 tahun atau lahir pada tahun
5.7%.
1988 sebanyak 6.2%, kemudian usia 28
Bervariasinya jumlah anak yang
tahun (lahir pada tahun 1987) dan 26
dimiliki responden bisa disebabkan
tahun (lahir pada tahun 1991) masing-
13 | Sulyana Dadan, Nanang Martono, Urip Tri Wijayanti : Perilaku Sehat Ibu Hamil dan Kematian
Bayi: Perspektif Sosiologi Kesehatan
JKSP Volume 4 Nomor 1, Februari 2021

oleh beberapa hal. Pertama, sudah dalamnya kesehatan reproduksi


tingginya kesadaran dalam membatasi (Pratiwi, 2019).
jumlah anak sehingga banyak
responden yang mengikuti program 5. Pekerjaan
pemerintah dengan program Keluarga Berdasarkan latar belakang
Berencana (KB). Kedua, dimungkinkan pekerjaan responden, sebagian besar
responden juga sedang merencanakan responden yakni 50.9% mengakui tidak
kehamilan untuk masa mendatang, bekerja. Artinya mereka hanya
mengingat dari segi usia masih banyak berposisi sebagai ibu rumah tangga dan
responden yang masih berusia muda tidak memiliki pekerjaan formal.
dan memiliki kesempatan untuk punya Meskipun demikian, ada pula
anak lagi. Ada pun responden yang responden yang bekerja sebagai
memiliki anak lebih dari tiga, bahkan pedagang (15.1%) dan petani/ buruh
delapan, banyak faktor yang bisa tani sebanyak 16.2%. Sisanya tersebar
menjelaskannya, baik keyakinan di sektor pekerjaan lain seperti pelayan,
agama, ekonomi maupun struktur staf administrasi, dan karyawan
sosial tempat ibu tinggal yang perusahaan. Secara umum jika dilihat
memungkinkan ia memiliki banyak dari aspek pekerjaan, latar belakang
anak. pekerjaan responden tidak begitu
variatif karena sebagian besar
4. Usia Saat Menikah Pertama Kali responden adalah ibu rumah tangga.
Dilihat dari usia pada saat
menikah, lebih dari setengah responden 6. Sumber air yang digunakan
menikah di usia 20 tahun ke bawah, responden
dengan total 50.4%. Mereka ada yang Kesadaran responden terhadap
menikah dari rentang ketika usia lingkungan relatif baik. Hal ini dapat
mereka baru 12 tahun sampai dengan dilihat dari perilaku mereka dalam
19 tahun. Hal ini dapat diartikan pemenuhan kebutuhan terhadap air dan
bahwa dimungkinkan sebagian besar cara mereka menggunakan sanitasi
dari mereka belum siap memasuki untuk keperluan buang air kecil (BAK)
kehidupan pernikahan, karena menurut maupun buang air besar (BAB). Secara
BKKBN, usia ideal perkawinan umum sebagian besar responden, yakni
pertama pada perempuan adalah 20.8% menggunakan air isi ulang
minimal 21 tahun. Usia 21 tahun sebagai sumber air minum.
dipandang sebagai usia matang bagi Penggunaan air minum isi ulang
perempuan yang sudah siap biasanya disebabkan karena mereka
menghadapi berbagai persoalan dalam menginginkan pemenuhan kebutuhan
pernikahan, baik emosional maupun yang serba praktis. Dengan air minum
kesehatan. Pernikahan dengan usia isi ulang, mereka tidak perlu
yang belum matang dikhawatirkan mengambil dan memasak air dari
menimbulkan berbagai persoalan, tempat tertentu, baik sumur maupun
terutama masalah psikologis ketika PDAM. Meskipun demikian, masih ada
menghadapi berbagai persoalan rumah responden yang menggunakan sumber
tangga, baik ekonomi, sosial maupun mata air terlindungi untuk memenuhi
keluarga. Oleh karena itu, di sini kebutuhan minum, yakni 17.8% dan
dibutuhkan peran keluarga untuk dari air sumur bor 18.6%. Sisanya, atau
membimbing masa pubertas seorang sebagian kecil menggunakan air dari
anak agar dapat mengedukasi berbagai PDAM, mata air tak terlindungi dan
hal terkait pernikahan termasuk di kiriman air dari pemerintah. Untuk
14 | Sulyana Dadan, Nanang Martono, Urip Tri Wijayanti : Perilaku Sehat Ibu Hamil dan Kematian
Bayi: Perspektif Sosiologi Kesehatan
JKSP Volume 4 Nomor 1, Februari 2021

responden yang mengandalkan air dari ibu hamil yang berkonsultasi ke dokter
kiriman pemerintah biasanya berada di dimungkinkan karena dokter,
daerah-daerah yang sumber airnya khususnya dokter spesialis kandungan
memang langka, sehingga jumlahnya terbatas dan biasanya berada
menggantungkan pemenuhan di kota. Selain itu, biaya yang relatif
kebutuhan airnya terhadap pemerintah. lebih mahal dibandingkan bidan,
Kesadaran responden terhadap membuat sebagian besar ibu hamil
kesehatan lingkungan juga dapat dilihat memilih bidan atau perawat daripada
dari pemakaian septic tank. Sebanyak dokter.
74.7% responden sudah menggunakan Untuk tempat periksa kehamilan,
septic tank untuk keperluan mandi, cuci responden banyak yang memeriksakan
terutama BAB dan BAK. Ada pula kehamilannya ke rumah sakit
yang memakai toilet tanpa septic tank, pemerintah dan Puskesmas yakni
yang biasanya saluran pembuangan sebanyak 27.1% dengan rincian ke
toiletnya diarahkan ke kali atau kolam. rumah sakit pemerintah 16.5% dan
Meskipun demikian, ada juga Puskesmas 12.6%. Sementara yang
responden yang masih menggunakan memeriksakan kehamilannya ke rumah
toilet umum sebanyak 6% dan sakit swasta sebanyak 20.5%.
menggunakan kolam, sungai, pantai Meskipun demikian ada pula yang
untuk BAB dan BAK sebanyak 5.9%. hanya memeriksakan kehamilannya di
rumah sendiri sebanyak 3.5%. Mereka
7. Kebiasaan Merokok biasanya menunggu petugas kesehatan
Gambar tersebut menunjukkan (bidan/ perawat desa) datang
bahwa sebanyak 99.1 responden berkunjung ke rumahnya, baik secara
menyatakan tidak merokok dan hanya berkala atau insidental. Banyaknya ibu
0.9% responden yang merokok. hamil yang memeriksakan
Responden yang merokok setiap hari kehamilannya ke Rumah Sakit
sebanyak 0.1%, sementara yang pemerintah atau Puskesmas biasanya
kadang-kadang sebanyak 0.8%. Hal ini disebabkan faktor biaya dan lama
dapat diterjemahkan bahwa sebagian layanan. Mereka yang memeriksakan
besar responden sudah memiliki kehamilannya ke rumah sakit, biasanya
perilaku sehat yang baik karena berasal dari golongan kelas menengah
berupaya menjaga kesehatannya atas yang tinggal di wilayah perkotaan.
dengan tidak melakukan hal-hal yang Sementara ibu hamil yang
dapat merugikan kesehatannya, seperti memeriksakan kehamilannya ke
merokok. Puskesmas, adalah mereka yang
menginginkan pelayanan kesehatan
8. Akses Kesehatan tidak terlalu lama, seperti kalau berobat
Dalam pemeriksaan kehamilan, ke rumah sakit yang harus antri berjam-
sebagian besar responden lebih banyak jam untuk mendapatkan giliran
menggunakan jasa perawat dan bidan layanan.
yakni 60.7%. Sementara yang Sebagian besar responden sudah
memeriksakan ke dokter hanya 24.7%. memiliki kesadaran untuk memeriksa
Hal ini dimungkinkan karena saat ini kehamilan. Jika diasumsikan masa
jumlah perawat dan bidan sudah relatif kehamilan 9 bulan, maka yang
banyak, bahkan di tingkat desa memeriksakan kehamilan 9 kali atau
biasanya pemerintah sudah rata-rata satu kali setiap bulannya
menempatkan bidan desa untuk sebanyak 19.1%. Bahkan yang 10 kali
melayani kaum ibu. Sangat sedikitnya dan 11 kali masing-masing mencapai
15 | Sulyana Dadan, Nanang Martono, Urip Tri Wijayanti : Perilaku Sehat Ibu Hamil dan Kematian
Bayi: Perspektif Sosiologi Kesehatan
JKSP Volume 4 Nomor 1, Februari 2021

12.4% dan 10.7%. Meskipun demikian, Selain suntikan tetanus,


ada juga responden yang tidak mengkonsumsi zat besi juga sangat
memeriksakan kehamilannya sebanyak dibutuhkan bagi ibu hamil, baik dalam
0.3%. Menurut Permenkes No. 25 bentuk sirup maupun tablet. Zat besi
tahun 2014 Pasal 6 ayat 1b, diperlukan agar ibu hamil tidak mudah
pemeriksaan kehamilan sebaiknya merasa lelah dan tidak terserang infeksi
dilakukan setidaknya 4 (empat) kali dan mencegah anemia saat kehamilan
selama masa kehamilan. WHO (Romlah dan Sari, 2020). Bukan hanya
menganjurkan setiap ibu hamil untuk itu, yang lebih penting lagi adalah
melakukan pemeriksaan kehamilan mengkonsumsi zat besi merupakan
setidaknya 8 kali, dimulai dari usia upaya untuk mencegah perdarahan
kehamilan 12 minggu. Berdasarkan pada saat bersalin dan menjaga
rekomendasi dua lembaga kesehatan kandungan dalam tubuh janin/ bayi.
tersebut dapat disimpulkan bahwa Selain itu, zat besi juga dapat
semakin sering memeriksakan mengurangi risiko bayi lahir dengan
kehamilan, maka angka harapan hidup berat di bawah normal. Survey ini
bayi dan ibu semakin tinggi. Banyak menunjukan, sebagian besar responden
hal yang didapatkan ketika ibu hamil telah mengetahui manfaat zat besi. Hal
memeriksakan kesehatannya ke ini dibuktikan dari banyaknya
fasilitas kesehatan, seperti mengikuti responden yang telah mendapatkan dan
perkembangan berat badannya yang minum zat besi pada saat kehamilan
bisa dijadikan sebagai salah satu yakni sebanyak 85.4%, sementara
prediksi kesehatan janin, khususnya yang tidak mengonsumsi zat besi hanya
berat badan janin (Puspitasari, 2019) 5.2%.
Ibu yang melakukan ANC Selain asupan vitamin dan zat
teratur, maka akan mendapatkan besi, hal yang harus diperhatikan
asuhan sesuai standar pelayanan, salah selama kehamilan, salah satunya adalah
satunya imunisasi Tetanus. Vaksin pemeriksaan tekanan darah.
Tetanus Toxoid (TT) aman diberikan Pemeriksaan tekanan darah dilakukan
kepada ibu hamil dan telah diteliti untuk mengecek preeklampsia, yakni
dapat mencegah terjadinya infeksi komplikasi fatal yang dapat merusak
tetanus neonatal pada bayi baru lahir, ginjal, hati, mata dan otak. Bagi wanita
serta mencegah risiko tetanus pada ibu hamil dengan preeklampsia, mereka
serta janin di dalam kandungan. Dalam akan mengeluarkan kadar protein yang
beberapa literatur kesehatan, khusus berlebihan di air seni, selain keringat di
bagi ibu hamil, suntikan tetanus kaki dan tangan. Bagi bayi, efeknya
sebaiknya diberikan atau dilakukan adalah komplikasi termasuk
sebanyak dua kali. Dalam data SDKI pertumbuhan lambat dalam rahim, lahir
Jateng 2017, sebagian besar responden dengan berat rendah dan kematian.
yakni sebanyak 38.4% ternyata hanya Pada penelitian ini diketahui, bahwa
mendapat suntikan tetantus satu kali. responden yang melakukan
Sebanyak 25.6% responden pemeriksaan tekanan darah mencapai
mendapatkan suntikan tetanus dua kali. 90.7%, dan yang tidak hanya 0.4%.
Bahkan ada yang sama sekali tidak Artinya, kesadaran mereka untuk
menerima suntikan tetanus sebanyak mengurangi resiko pada saat
21.9%. Tentu saja hal ini sangat melahirkan sudah sangat tinggi.
mengkhawatirkan, karena dapat Selain pada masa kehamilan,
meningkatkan resiko kematian pada ibu resiko kematian bayi juga dapat
dan anak. dikurangi pasca melahirkan dengan
16 | Sulyana Dadan, Nanang Martono, Urip Tri Wijayanti : Perilaku Sehat Ibu Hamil dan Kematian
Bayi: Perspektif Sosiologi Kesehatan
JKSP Volume 4 Nomor 1, Februari 2021

melakukan pemeriksaan bayi setelah pekerjaan. Hal ini karena tiga variabel
lahir. Pemeriksaan segera akan tersebut diasumsikan terkait erat
memungkinkan penanganan sedini dengan tingkat kematian balita.
mungkin jika bayi mengalami Misalnya, pernikahan dan kehamilan
gangguan. Oleh karena itu, seyogyanya pada usia yang belum dewasa sangat
pemeriksaan bayi baru lahir dilakukan memungkinkan terjadinya problem
di tempat atau fasilitas pelayanan kematian ibu dan anak, karena secara
kesehatan yang memiliki tenaga serta fisik ibu tersebut belum siap untuk
peralatan kesehatan yang lengkap. melahirkan. Begitu pula jumlah anak
Sayangnya dalam penelitian ini yang menunjukan seringnya seorang
ditemukan bahwa sebagian besar ibu menjalani proses melahirkan.
responden yakni sebanyak 31.5%, Beberapa literatur kesehatan
justru menjadikan rumah sendiri menyebutkan bahwa banyak ibu hamil
sebagai tempat pertama memeriksakan yang kurang mengetahui berbagai
bayinya yang baru lahir. Artinya, resiko tinggi kehamilan, di antaranya
mereka hanya menunggu kedatangan semakin sering hamil, maka makin
petugas kesehatan untuk memeriksa buruk dampaknya bagi kesehatan
keadaan bayinya. Sementara, hanya karena meningkatkan risiko kematian
14.2% yang memeriksakan di tempat ibu (Indrawati et al., 2018). Perempuan
atau layanan kesehatan yakni di tempat yang melahirkan anak lima orang atau
praktik/ layanan kesehatan swasta. lebih memiliki risiko kehamilan
Pada saat seorang ibu melakukan bermasalah. Salah satu komplikasi
proses persalinan di rumah dan yang mungkin dialami adalah
menjadikan rumah sebagai perdarahan saat persalinan. Sementara
pemeriksaan bayi yang baru lahir, hal jenis pekerjaan, terutama pekerjaan
tersebut tentu saja kurang ideal karena berat, juga diasumsikan dapat
adanya keterbatasan alat jika si bayi mempengaruhi kesehatan ibu dan anak
memerlukan perawatan segera yang ketika melahirkan. Secara lengkap
membutuhkan alat kesehatan. Selain hubungan ketiga variabel di atas
itu, dari aspek kesehatan lingkungan dengan tingkat kematian bayi
dimungkinkan rumah orang tua si bayi dijelaskan sebagai berikut.
tidak memenuhi persyaratan atau Berdasarkan hasil tabulasi silang
kurang layak untuk dijadikan tempat antara tahun pertama kali menikah
tinggal si bayi sehingga memiliki dengan kondisi anak baru lahir yang
kerentanan terhadap munculnya meninggal, ditemukan bahwa sebagian
berbagai macam penyakit, misalnya besar responden yang bayi laki-lakinya
suhu ruangan yang terlalu dingin atau meninggal adalah mereka yang
terlalu panas, jarak yang terlalu dekat menikah pada usia 19 tahun. Dari 135
dengan kandang binatang peliharaan/ responden, ada 13 (9.6%) yang bayi
ternak (jika ada), kondisi tempat tidur (laki-laki) meninggal setelah
yang kurang nyaman bagi bayi, dan dilahirkan. Sementara untuk bayi
lain-lain. perempuan yang meninggal setelah
dilahirkan, sebagian besar terjadi pada
B. Hubungan Karakter Demografi ibu yang menikah pada usia 22 tahun.
dan Kematian Bayi Dari data tersebut
Pada uji hubungan karakteristik memperlihatkan bahwa pernikahan
demografis, variabel yang diujikan pada usia muda menjadi salah satu
difokuskan pada variabel tahun pemicu munculnya angka kematian
pertama kali menikah, jumlah anak dan anak di Jawa Tengah, karena kematian
17 | Sulyana Dadan, Nanang Martono, Urip Tri Wijayanti : Perilaku Sehat Ibu Hamil dan Kematian
Bayi: Perspektif Sosiologi Kesehatan
JKSP Volume 4 Nomor 1, Februari 2021

anak sebagian besar terjadi pada ibu lebih banyak menghabiskan waktu di
yang menikah di usia remaja, yakni 12- rumah.
19 tahun. Hal ini menegaskan bahwa Sekilas, karakter demografis di
pengetahuan tentang berbagai resiko atas seperti tidak memiliki keterkaitan
pernikahan dini terhadap kehamilan dengan perilaku sehat ibu hamil.
dan kematian balita, tidak dimiliki oleh Namun seperti diungkapkan Suchman
mereka yang menikah pada usia (dalam Muzaham, 1995), bahwa
tersebut (Cinar and Menekse, 2017; perilaku sehat berkaitan dengan
Oktavia et al., 2018). struktur dimana orang tersebut tinggal.
Dilihat dari jumlah anak, Artinya perilaku sehat seseorang juga
sebagian besar bayi laki-laki yang ditentukan oleh afiliasi dan bagaimana
meninggal dunia, lahir dari ibu yang kondisi lingkungan sosialnya. Dalam
memiliki dua anak. Dari 459 responden kasus perilaku sehat ibu hamil,
yang memiliki dua anak, sebanyak 20 keputusan-keputusannya dari mulai
orang (4.4%) bayinya (laki-laki) menikah sampai menjalani proses
meninggal. Sementara untuk bayi kehamilan dan kehamilan, juga tidak
perempuan yang meninggal, sebagian terlepas dari struktur sosialnya.
besar lahir dari ibu yang memiliki tiga Misalnya, keputusannya untuk menikah
anak. Dari 186 responden yang di usia muda bisa jadi disebabkan
memiliki 3 anak, sebanyak 10 orang karena di lingkungannnya sudah biasa
(5.4%) bayinya meninggal. Data terjadi pernikahan dini. Baik
tersebut menunjukan bahwa ibu yang pernikahan dini yang disebabkan faktor
anaknya sudah meninggal dunia pasca kepercayaan agama, tuntutan ekonomi
melahirkan, mengalami trauma dan lain-lain (Shufiyah, 2018).
sehingga mereka mengurungkan Hal ini berlanjut ketika
niatnya untuk punya anak lagi. perempuan tersebut menjalani proses
Sementara ibu yang tidak memiliki kehamilan dan melahirkan. Perilaku
bayi meninggal tidak mengalami sehatnya dalam menjaga kandungan,
trauma tersebut sehingga memilih motivasi untuk mengakses layanan
hamil untuk beberapa kali. kesehatan, keinginan untuk mencari
Sebagian besar bayi laki-laki informasi tentang berbagai hal terkait
maupun perempuan yang meninggal, proses kehamilan, juga dipengaruhi
lahir dari ibu yang tidak bekerja. Ada oleh kohesifitas lingkungan sosialnya.
22 bayi laki-laki (4,1%) yang Artinya, lingkungan sosial dapat
meninggal dari 542 ibu yang tidak menjadi faktor pendukung untuk
bekerja. Sementara untuk bayi memantau dan mengontrol proses
perempuan, ada 16 bayi perempuan kehamilan yang sehat (Prajayanti et al,
(3%) yang meninggal dari 542 2019). Hal ini bisa dilihat dari program
responden. Data tersebut menunjukan Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah
bahwa faktor pekerjaan ibu juga yakni ―Jateng Gayeng Nginceng Wong
memiliki hubungan dengan tingkat Meteng” di mana setiap orang
kematian bayi. Kemungkinan besarnya ditugaskan memonitor ibu hamil yang
adalah perempuan yang tidak bekerja ada di lingkungannya dan segera
memiliki sumber informasi yang relatif melaporkan kepada pihak yang
terbatas daripada perempuan yang berkompeten jika menemukan ibu
bekerja. Selain itu, hal ini juga dapat hamil yang bermasalah dalam
disebabkan faktor fisik perempuan kesehatannya. Secara Sosiologis, hal
ketika hamil, perempuan yang tidak itu menegaskan adanya korelasi antara
bekerja relatif kurang gerak, mereka
18 | Sulyana Dadan, Nanang Martono, Urip Tri Wijayanti : Perilaku Sehat Ibu Hamil dan Kematian
Bayi: Perspektif Sosiologi Kesehatan
JKSP Volume 4 Nomor 1, Februari 2021

karakter demografi, struktur sosial tidak bagus seperti toilet umum,


dengan perilaku sehat ibu hamil. sungai, kolam, dan pantai justru
menunjukan tingkat kematian bayinya
C. Perilaku Sehat Ibu Hamil dalam relatif rendah.
Menjaga Lingkungan Perilaku sehat ibu hamil dalam
Salah satu bentuk perilaku sehat menjaga lingkungannya merupakan
ibu hamil adalah upayanya dalam upaya ibu hamil dalam meningkatkan
menjaga kebersihan lingkungan. Hal derajat kesehatannya. Sarwono
ini bisa dilihat dari cara ibu hamil mengungkapkan bahwa meningkatkan
mengkonsumsi air bersih dan derajat kesehatan berarti merubah
menggunakan sanitasi yang sehat untuk perilaku dari yang tidak sehat ke arah
mencegah janinnya dari ancaman perilaku sehat yang antara lain
berbagai penyakit. Berdasarkan data mencakup peningkatan kesadaran akan
SDKI Jateng 2017, sebagian besar bayi kesehatan (health promotion),
laki-laki dan perempuan yang pencegahan, pengobatan dan upaya
meninggal dunia dilahirkan dari ibu rehabilitasi. Perilaku ibu hamil dalam
yang mengkonsumsi air minum dari mengkonsumsi air minum dan
mata air tertutup. Dari 190 responden penggunaan sanitasi dapat dikatakan
yang menggunakan sumber air minum sebagai pencegahan ibu hamil dari
dari mata air tertutup, ada 13 (6.8%) berbagai faktor resiko negatif yang bisa
bayi laki-laki yang meninggal dan 8 muncul dari lingkungan (Sarwono,
(4.2%) bayi perempuan yang 1997).
meninggal.
Data di atas setidaknya D. Kebiasaan Merokok Ibu Hamil
memungkinkan dua hal. Pertama, perlu Dari aspek medis, sudah terbukti
dilakukan studi lanjutan tentang bahwa merokok sangat berbahaya bagi
kondisi mata air sebagai sumber air kesehatan. Merokok dapat memberikan
minum mereka terutama dikaji dari efek merugikan, termasuk janin yang
aspek higenitasnya apakah layak masih ada dalam kandungan. Paparan
dikonsumsi atau tidak. Kedua, data di asap rokok terus menerus dan
atas juga memungkinkan bahwa berkepanjangan oleh ibu hamil akan
sumber air minum tidak berhubungan mengakibatkan banyak masalah
langsung dengan tingkat kematian bayi. kesehatan terkait untuk janin (Eftekhar
Kemudian, dalam hal et al., 2016).
penggunaan sanitasi, ternyata sebagian Beberapa efek berbahaya dari
besar bayi laki-laki dan perempuan asap rokok bagi janin antara lain cacat
yang meninggal dunia dilahirkan dari fisik, cacat lahir, kematian bayi saat
ibu yang menggunakan toilet dengan lahir, berat lahir rendah, masalah
septic tank. Dari 796 responden yang pernafasan, kelahiran prematur dan
menggunakan toilet dengan septic tank, lain-lain. Informasi ini pulalah yang
ada 33 (4.1%) bayi laki-laki yang mungkin menyebabkan sebagian
meninggal dan 18 (2.3%) bayi responden tidak memiliki kebiasaan
perempuan yang meninggal. Hal ini merokok. Jika dihubungkan dengan
juga setidaknya membuktikan bahwa angka kematian bayi, sebagian besar
untuk kasus kematian bayi di Jawa bayi laki-laki yang meninggal dunia
Tengah, persoalan sanitasi bukan salah dilahirkan dari perempuan yang tidak
satu penyebab munculnya kasus merokok. Dari 1055 responden yang
kematian bayi. Hal ini karena ibu yang tidak merokok, sebanyak 4.6% bayinya
melahirkan dengan sanitasi yang relatif meninggal. Sementara untuk bayi
19 | Sulyana Dadan, Nanang Martono, Urip Tri Wijayanti : Perilaku Sehat Ibu Hamil dan Kematian
Bayi: Perspektif Sosiologi Kesehatan
JKSP Volume 4 Nomor 1, Februari 2021

perempuan, sebagian besar bayi memadai serta peralatan kesehatan


perempuan yang meninggal dunia, juga yang layak yang dapat membantu ibu
dilahirkan dari ibu yang tidak merokok, hamil dalam menjalani proses
yakni 27 (2.6%). Ada satu bayi yang kehamilannya (White, 2011).
meninggal dari ibu yang merokok yang Terkait dengan petugas
bayi perempuannya meninggal. Data kesehatan, dari data SDKI ditemukan
tersebut menunjukan bahwa kematian bahwa sebagian besar bayi laki-laki
bayi mereka tidak disebabkan oleh maupun perempuan yang meninggal
rokok, tapi oleh faktor lain. dunia, dilahirkan dari ibu yang
Terlepas dari itu, kebiasaan memeriksakan kehamilannya ke
merokok sangat terkait dengan persepsi perawat dan bidan. Untuk bayi laki-laki
dan arti penting kesehatan bagi ibu ada 2.7% dari 646 responden yang
hamil. Field (dalam Muzaham, 1995), memeriksakan kehamilannya ke bidan.
menegaskan persepsi kesehatan akan Sementara untuk bayi perempuan ada
sangat menentukan tentang cara 1.7%. Hal ini tentu saja bukan berarti
bagaimana menghindari penyakit serta kematian bayi disebabkan karena
metode hidup sehat yang benar. bidan/ perawat, tetapi dimungkinkan
Persepsi tentang bahaya rokok bagi petugas kesehatan yang paling
kesehatan, tentu saja akan membuat ibu berdekatan dengan ibu hamil adalah
hamil berfikir seribu kali untuk bisan dan perawat di sekitar rumah
merokok, meskipun mungkin tadinya ia responden. Keterbatasan akses dengan
adalah seorang perokok. Dalam kajian dokter spesialis kandungan
sosiologi, hal ini juga terkait dengan memungkinkan ibu hamil hanya
bagaimana tindakan seseorang, selalu berkonsultasi dengan bidan, meskipun
terhubung dengan konsekwensi yang mungkin sebenarnya ada hal-hal yang
akan diterimanya kelak, apakah seharusnya dikonsultasikan dengan
penghargaan (sesuatu yang bersifat dokter spesialis kenadungan.
positif, seperti kesehatan membaik) Frekuensi atau jumlah
atau hukuman (sesuatu yang bernuansa pemeriksaan saat kehamilan juga
negatif, kesehatannya memburuk). berhubungan dengan angka kematian
bayi. Hal ini dibuktikan dari jumlah
E. Akses Kesehatan Ibu Hamil kematian bayi yang sebagian besar
Terhadap Layanan Kesehatan lahir dari ibu yang relatif jarang
Perilaku sehat ibu hamil juga bisa memeriksakan kehamilannya. Sebagian
dilihat dari bagaimana motivasinya besar bayi yang meninggal terjadi pada
dalam mengakses layanan kesehatan. ibu yang memeriksakan kehamilannya
Tentu saja hal ini terkait dengan kurang dari hanya 3-5 kali. Dari 13
upayanya agar proses persalinannya responden yang memeriksakan
berjalan lancar dan bayi yang kehamilannya hanya tiga kali, ada 3
dilahirkan juga selamat. Oleh karena (23.2%) yang bayi meninggal.
itu, akses kesehatan menjadi sangat Sementara ibu dengan frekuensi sering
penting bagi ibu hamil karena dengan memeriksakan kehamilannya bahkan
kemudahan akses kesehatan maka lebih dari 20 kali, hanya sedikit kasus
kondisi kehamilan seorang ibu akan bayi lahir yang meninggal. Meskipun
terus terpantau sehingga mengurangi secara medis standar minimal
resiko persalinan yang bermasalah. pemeriksaan kehamilan dapat
Akses kesehatan dapat ditunjukan dari dilakukan sebanyak 4 kali, namun
tempat layanan kesehatan yang mudah pemeriksaan kehamilan yang dianggap
dijangkau, petugas kesehatan yang
20 | Sulyana Dadan, Nanang Martono, Urip Tri Wijayanti : Perilaku Sehat Ibu Hamil dan Kematian
Bayi: Perspektif Sosiologi Kesehatan
JKSP Volume 4 Nomor 1, Februari 2021

lebih baik adalah lebih dari delapan institusi kesehatan formal sangat
kali. rendah.
Data di atas menunjukan bahwa
frekuensi memeriksakan kehamilan, Kesimpulan dan Saran
menjadi salah satu faktor yang Dari paparan di atas, dapat
mengakibatkan angka kematian bayi, disimpulkan hal-hal sebagai berikut.
karena dengan jarangnya Pertama, terdapat hubungan antara
memeriksakan kehamilan, maka karakteristik demografis dengan tingkat
kondisi kehamilan tidak akan terpantau kematian anak, khususnya pada
dan ketika ada persoalan persalinan, variabel usia pada saat pertama kali
maka penanganannya menjadi menikah. Kasus kematian bayi banyak
terlambat. Oleh karena itu, motivasi terjadi pada ibu yang usia pertama
pemeriksaan kehamilan seharusnya menikahnya masih usia remaja, yaitu
perlu digalakan dalam menjalani proses rentang 12—19 tahun.
kehamilan yang sehat (Prasojo, et al Kedua, tidak terdapat
2015). hubungan antara sanitasi dengan
Tempat pelayanan kesehatan tingkat kematian bayi. Sebagian besar
tempat memeriksakan bayi ketika bayi bayi yang meninggal terjadi pada ibu
lahir juga berhubungan dengan angka yang menggunakan sumber mata air
kematian bayi. Hal ini dimungkinkan tertutup artinya layak dikonsumsi.
kalau hanya diperiksa di rumah Ketiga, tidak terdapat hubungan atau
responden, maka jika ada persoalan pengaruh dari kebiasaan merokok
medis yang menyangkut bayi maka dengan angka kematian bayi. Sebagian
akan terlambat penanganannya, besar bayi yang meninggal lahir dari
terutama jika permasalahan kesehatan ibu yang tidak merokok. Hanya satu
bayinya memerlukan peralatan medis kasus kematian bayi dari ibu yang
yang biasanya terdapat di tempat merokok dan itu pun frekuensi
layanan kesehatan seperti puskesmas merokoknya sangat jarang. Keempat,
dan rumah sakit. terdapat hubungan atau pengaruh akses
Perilaku sehat ibu hamil dalam terhadap layanan dan petugas
mengakses layanan kesehatan disebut kesehatan terhadap angka kematian
Rosenstock (dalam Muzaham, 1995: bayi. Sebagian besar bayi meninggal
50) sebagai model kepercayaan terjadi pada ibu yang frekuensi
kesehatan (Health Belief Model-HBM). memeriksakan kehamilannya jarang.
Motivasi, pengetahuan dan Berdasarkan temuan penelitian
kepercayaan ibu hamil terhadap di atas, Pendewasaan Usia Perkawinan
intervensi medis berandil dalam (PUP) perlu dilakukan sosialisasi
menentukan perilaku sehatnya. dengan gencar. Resiko menikah muda
Bagaimana ibu hamil berupaya baik dari aspek kesehatan, ekonomi,
mengakses berbagai layanan kesehatan psikologis, pendidikan maupun
merupakan cerminan dari kependudukan perlu diketahui generasi
kepercayaannya terhadap institusi muda secara dini. Salah satunya dengan
kesehatan itu sendiri. Misalnya, jika optimalisasi program Genre (Generasi
selama proses kehamilan lebih banyak Berencana) bukan hanya di perguruan
mengunjungi dukun bayi untuk dipijat tinggi, tapi sampai sekolah menengah
daripada puskesmas, hal itu khususnya SMA. Bahkan jika bisa,
mengindikasikan bahwa tingkat program tersebut harus menyebar ke
kepercayaan masyarakat terhadap sekolah-sekolah non-formal.

21 | Sulyana Dadan, Nanang Martono, Urip Tri Wijayanti : Perilaku Sehat Ibu Hamil dan Kematian
Bayi: Perspektif Sosiologi Kesehatan
JKSP Volume 4 Nomor 1, Februari 2021

Temuan menarik dari analisis Kematian Bayi Di Kabupaten


SDKI Jawa Tengah 2017 adalah Sidoharjo‘, Jurnal Biometrika dan
keterbatasan ibu hamil untuk Kependudukan.
berkonsultasi dengan dokter spesialis BKKBN (2018) Laporan SDKI Tahun
kandungan. Selama ini mereka hanya 2017, BKKBN BPS Kemenkes RI.
mengandalkan petugas kesehatan yang
tersedia seperti perawat dan bidan di Cinar, N. and Menekse, D. (2017)
sekitar tempat tinggal mereka. Padahal ‗Affects of Adolescent Pregnancy on
dimungkinkan ada masalah-masalah Health of Baby‘, Open J Pediatr
kesehatan ibu hamil yang seharusnya Neonatal Care, 3(1), pp. 12–16.
dikonsultasikan dan ditangani oleh Available at: www.scireslit.com.
dokter spesialis. Oleh karena itu, Devi Indrawati, N., Damayanti, F. N.
pemerintah seyogyanya memikirkan and Nurjanah, S. (2018) ‗Peningkatan
program pemerataan persebaran dokter Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil
spesialis kandungan sampai ke desa Resiko Tinggi dengan Penyuluhan
atau minimal ibu kota kecamatan. Hal Berbasis Media‘, Jurnal Kebidanan.
ini untuk lebih memudahkan doi: 10.26714/jk.7.1.2018.69-79.
penanganan ibu hamil ketika ada
persoalan kehamilan yang tidak bisa Eftekhar, M. et al. (2016) ‗Relation of
ditanggulangi oleh perawat atau bidan. Second Hand Smoker and Effect on
Kasus kematian bayi juga Pregnancy Outcome and Newborns
berhubungan dengan frekuensi ibu Parameters‘, Women’s Health &
hamil memeriksakan kehamilannya Gynecology.
yang juga berbanding lurus dengan Kusumawardani, A. and Handayani, S.
sejumlah pelayanan yang seharusnya (2018) ‗Karakteristik Ibu dan Faktor
didapatkan ibu hamil. Jarangnya Risiko Kejadian Kematian Bayi di
mereka memeriksakan kehamilannya Kabupaten Banjarnegara‘, Jurnal
salah satunya adalah keengganan Promosi Kesehatan Indonesia. doi:
mereka pergi ke petugas kesehatan 10.14710/jpki.13.2.168-178.
dengan beragam alasan, baik biaya,
lokasi yang jauh atau hal lainnya. Maryam, E. et al. (2016) ‗Relation of
Second Hand Smoker and Effect on
Ucapan Terimakasih Pregnancy Outcome and Newborns
Tim Peneliti menghaturkan terimakasih Parameters‘, Women’s Health &
atas fasilitasi dan dukungan dari Gynecology, 2(2), p. 022.
BKKBN Perwakilan Mecacci, F. et al. (2015) ‗Nutrition in
Jawa Tengah atas pelaksanaan dan pregnancy and lactation: how a healthy
publikasi penelitian ini. infant is born‘, Journal of pediatric and
neonatal individualized medicine. doi:
10.7363/040236.
Referensi
Muzaham, F. (1995) Memperkenalkan
Abdiana, A. (2017) ‗Determinan Sosiologi Kesehatan. I. Edited by M. F.
Kematian Bayi Di Kota Payakumbuh‘, Jakarta: UI Press.
Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas, Oktavia, E. R. et al. (2018)
9(2), p. 88. doi: ‗Pengetahuan Risiko Pernikahan Dini
10.24893/jkma.v9i2.193. pada Remaja Umur 13-19 Tahun‘,
Arinta Kusuma Wandira dan Rachmah HIGEIA (Journal of Public Health
Indawati (2012) ‗Faktor Penyebab Research and Development). doi:
22 | Sulyana Dadan, Nanang Martono, Urip Tri Wijayanti : Perilaku Sehat Ibu Hamil dan Kematian
Bayi: Perspektif Sosiologi Kesehatan
JKSP Volume 4 Nomor 1, Februari 2021

10.15294/higeia.v2i2.23031. Edited by A. Siyfudin. Jakarta:


Rajawali Press.
Prajayanti, H., Maslikhah, M. and
Baroroh, I. (2019) ‗Implementasi
Program Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K) di
Puskesmas Poned Kabupaten
Pekalongan‘, Jurnal Kebidanan
Harapan Ibu Pekalongan. doi:
10.37402/jurbidhip.vol6.iss2.62.
Prasojo, S., Fadilah, U. and Sulaiman,
M. (2015) ‗Motivasi Ibu Hamil Untuk
Melakukan Pemeriksaan Kehamilan‘,
Jurnal Ilmiah Kesehatan.
Rahayu, T. A. A. and Rofi, A. (2007)
‗Kematian Bayi Menurut Karakteristik
Demografi dan Sosial Ekonomi Rumah
Tangga di Provinsi Jawa Barat
(Analisis Data Kor SDKI 2007)‘,
Protein Science. doi:
10.1161/01.STR.32.1.139.
Romlah dan Sari, AP. (2020).
Konsumsi Tablet Tablet Fe Terhadap
Kadar Hemoglobin Ibu Hamil
Trimester Dua. Jurnal Kesehatan
Poltekkes Palembang, 15(1), p. 45-51
Sarwono, S. (1997) Sosiologi
Kesehatan, Beberapa Konsep beserta
Aplikasinya. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
SDKI (2017) ‗Laporan Pendahuluan
Survey Demografi dan Kesehatan
Indonesia 2017‘, in Survey Demografi
dan Kesehatan Indonesia 2017.
Shufiyah, F. (2018) ‗Pernikahan Dini
dan Dampaknya‘, Journal of the
Society for Social Work and Research.
Triharini, M., Armini, N. K. A. and
Nastiti, A. A. (2018) ‗Effect of
Educational Intervention on Family
Support for Pregnant Women in
Preventing Anemia‘, Belitung Nursing
Journal, 4(3), pp. 304–311. doi:
10.33546/bnj.332.
White, K. (2011) Pengantar Sosiologi
Kesehatan dan Penyakit. Edisi Keti.
23 | Sulyana Dadan, Nanang Martono, Urip Tri Wijayanti : Perilaku Sehat Ibu Hamil dan Kematian
Bayi: Perspektif Sosiologi Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai