2-Article Text-21-1-10-20210223
2-Article Text-21-1-10-20210223
Perilaku Sehat Ibu Hamil dan Kematian Bayi: Perspektif Sosiologi Kesehatan
ABSTRAK
Angka kematian bayi merupakan salah satu indikator penting untuk menilai derajat kesehatan dan
kualitas hidup penduduk di sebuah wilayah. Beberapa kajian yang membahas penyebab
munculnya kasus kematian bayi, lebih banyak menyoroti faktor eksternal dari ibu hamil, seperti
latar belakang sosial, ekonomi dan ketersediaan pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, penelitian
ini bertujuan untuk mengkaji faktor internal ibu hamil yaitu perilaku sehat ibu hamil dalam
relasinya dengan kemunculan kasus kematian bayi. Metode penelitian yang digunakan adalah
kuantitatif deskriptif dengan melakukan analisis data sekunder SDKI Jawa Tengah 2017. Data
diolah menggunakan statistik deskriptif berupa distribusi frekuensi dan tabel silang. Mengacu
pada konsep-konsep perilaku kesehatan dalam perspektif sosiologis, penelitian ini menemukan
bahwa pemaknaan ibu hamil terhadap konsep kehamilan turut menentukan perilakunya dalam
menjalani proses kehamilan menuju proses persalinan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa
perilaku sehat ibu hamil seperti pemeriksaan kehamilan, konsumsi obat-obatan dan pemeriksaan
bayi pasca melahirkan menjadi salah satu penyebab munculnya kasus kematian bayi di propinsi
Jawa Tengah.
Kata kunci: kematian bayi, perilaku sehat, ibu hamil
ABSTRACT
Infant mortality is one of the important indicators for assessing the degree of health and quality
of life of residents in a region. Several studies that discuss the causes of infant mortality,
highlight more external factors of pregnant women, such as social background, economy and
availability of health services. Therefore, this study aims to examine the internal factors of
pregnant women, namely the healthy behavior of pregnant women in relation to the emergence of
cases of infant death. The research method used is descriptive quantitative by analyzing
secondary of SDKI data 2017 in Central Java . Data is processed using descriptive statistics in
the form of frequency distribution and cross tables. Referring to the concepts of health behaviors
in a sociological perspective, this study found that the meaning of pregnant women to the concept
of pregnancy also determines their behavior in undergoing the process of pregnancy towards the
delivery process. This study concluded that healthy behavior of pregnant women such as
pregnancy examination, drug consumption and postnatal examination of babies is one of the
causes of infant mortality in Central Java province.
Keyword: infant mortality, healthy behavior, pregnant women
10 | Sulyana Dadan, Nanang Martono, Urip Tri Wijayanti : Perilaku Sehat Ibu Hamil dan Kematian Bayi:
Perspektif Sosiologi Kesehatan
JKSP Volume 4 Nomor 1, Februari 2021
di propinsi Jawa Tengah berdasarkan masing sebanyak 5.7%. Hal ini dapat
data SDKI tahun 2017. diartikan bahwa usia responden pada
saat dilakukan penelitian, sebagian
besar sudah cukup dewasa dan
Metode Penelitian
mengetahui tentang berbagai hal terkait
Metode yang digunakan dalam
berbagai persoalan pengelolaan
penelitian ini adalah metode kuantitatif
keluarga. Meskipun demikian, ada juga
yakni analisis data sekunder. Objek
responden yang bisa dikategorikan
penelitiannya berupa Laporan SDKI
sebagai ibu muda dengan usia yang
Jawa Tengah tahun 2017 dengan
masih 18 tahun (kelahiran tahun 2000)
jumlah responden 1065 orang. Jumlah
sebanyak 0,1%, 19 tahun (1999)
responden setiap kabupaten diambil
sebanyak 0.5% dan 21 tahun (1998)
secara proporsional berdasarkan besar
sebanyak 0.7%. Hal ini
kecilnya jumlah penduduk khususnya
mengindikasikan bahwa responden
perempuan di tiap kabupaten.
tersebut adalah ibu muda yang masih
Dipilihnya Laporan SDKI Jawa
dalam tahap awal pernikahan dan baru
Tengah dikarenakan povinsi ini
pertama kali mengalami proses
merupakan salah satu wilayah yang
kehamilan.
cukup berhasil menurunkan AKBA
sehingga cukup relevan untuk dilihat 2. Pendidikan
bagaimana keterkaitan antara perilaku Penelitian ini menemukan bahwa
sehat ibu hamil dengan AKBA-nya. sebagian besar responden yakni 64.2%
Tahap penelitian, pertama-tama dengan telah mengenyam pendidikan
melakukan identifikasi terhadap menengah (SMP dan SMA). Sisanya
berbagai variabel yang menjadi 23.5% hanya berhasil mengenyam
indikator perilaku sehat ibu hamil pendidikan dasar (SD) dan 12% telah
dalam SDKI Jawa Tengah tahun 2017. menempuh pendidikan tinggi (diploma
Setelah variabel teridentifikasi, data dan sarjana). Meskipun demikian ada
dianalisis dengan menghubungkan sekitar 0.3% responden yang tidak
berbagai variabel tersebut secara mengenyam dunia pendidikan.
statistik yakni menggunakan tabel Berdasarkan data tersebut, dapat
silang. Terdapat lima variabel yang diartikan bahwa tingkat pendidikan
dioperasionalkan dalam penelitian ini, responden cukup baik, karena sebagian
yaitu karakteristik demografi, dari mereka sudah berhasil mengenyam
penggunaan sanitasi, kebiasaan pendidikan tingkat dasar dan
merokok, akses terhadap layanan dan menengah.
jumlah kematian bayi.
3. Jumlah Anak
Data jumlah anak menunjukkan
bahwa sebagian besar responden yakni
Hasil dan Pembahasan 43.1% memiliki 2 (dua) orang anak.
A. Gambaran Demografi Sementara yang memiliki 1 anak
1. Usia Responden sebesar 33.7% dan yang memiliki 3
Berdasarkan temuan penelitian,
anak sebanyak 17.5%. Meskipun
diketahui bahwa sebagian besar
demikian, ada pula responden yang
responden adalah ibu rumah tangga
memiliki 4 sampai 8 anak sebanyak
berusia 29 tahun atau lahir pada tahun
5.7%.
1988 sebanyak 6.2%, kemudian usia 28
Bervariasinya jumlah anak yang
tahun (lahir pada tahun 1987) dan 26
dimiliki responden bisa disebabkan
tahun (lahir pada tahun 1991) masing-
13 | Sulyana Dadan, Nanang Martono, Urip Tri Wijayanti : Perilaku Sehat Ibu Hamil dan Kematian
Bayi: Perspektif Sosiologi Kesehatan
JKSP Volume 4 Nomor 1, Februari 2021
responden yang mengandalkan air dari ibu hamil yang berkonsultasi ke dokter
kiriman pemerintah biasanya berada di dimungkinkan karena dokter,
daerah-daerah yang sumber airnya khususnya dokter spesialis kandungan
memang langka, sehingga jumlahnya terbatas dan biasanya berada
menggantungkan pemenuhan di kota. Selain itu, biaya yang relatif
kebutuhan airnya terhadap pemerintah. lebih mahal dibandingkan bidan,
Kesadaran responden terhadap membuat sebagian besar ibu hamil
kesehatan lingkungan juga dapat dilihat memilih bidan atau perawat daripada
dari pemakaian septic tank. Sebanyak dokter.
74.7% responden sudah menggunakan Untuk tempat periksa kehamilan,
septic tank untuk keperluan mandi, cuci responden banyak yang memeriksakan
terutama BAB dan BAK. Ada pula kehamilannya ke rumah sakit
yang memakai toilet tanpa septic tank, pemerintah dan Puskesmas yakni
yang biasanya saluran pembuangan sebanyak 27.1% dengan rincian ke
toiletnya diarahkan ke kali atau kolam. rumah sakit pemerintah 16.5% dan
Meskipun demikian, ada juga Puskesmas 12.6%. Sementara yang
responden yang masih menggunakan memeriksakan kehamilannya ke rumah
toilet umum sebanyak 6% dan sakit swasta sebanyak 20.5%.
menggunakan kolam, sungai, pantai Meskipun demikian ada pula yang
untuk BAB dan BAK sebanyak 5.9%. hanya memeriksakan kehamilannya di
rumah sendiri sebanyak 3.5%. Mereka
7. Kebiasaan Merokok biasanya menunggu petugas kesehatan
Gambar tersebut menunjukkan (bidan/ perawat desa) datang
bahwa sebanyak 99.1 responden berkunjung ke rumahnya, baik secara
menyatakan tidak merokok dan hanya berkala atau insidental. Banyaknya ibu
0.9% responden yang merokok. hamil yang memeriksakan
Responden yang merokok setiap hari kehamilannya ke Rumah Sakit
sebanyak 0.1%, sementara yang pemerintah atau Puskesmas biasanya
kadang-kadang sebanyak 0.8%. Hal ini disebabkan faktor biaya dan lama
dapat diterjemahkan bahwa sebagian layanan. Mereka yang memeriksakan
besar responden sudah memiliki kehamilannya ke rumah sakit, biasanya
perilaku sehat yang baik karena berasal dari golongan kelas menengah
berupaya menjaga kesehatannya atas yang tinggal di wilayah perkotaan.
dengan tidak melakukan hal-hal yang Sementara ibu hamil yang
dapat merugikan kesehatannya, seperti memeriksakan kehamilannya ke
merokok. Puskesmas, adalah mereka yang
menginginkan pelayanan kesehatan
8. Akses Kesehatan tidak terlalu lama, seperti kalau berobat
Dalam pemeriksaan kehamilan, ke rumah sakit yang harus antri berjam-
sebagian besar responden lebih banyak jam untuk mendapatkan giliran
menggunakan jasa perawat dan bidan layanan.
yakni 60.7%. Sementara yang Sebagian besar responden sudah
memeriksakan ke dokter hanya 24.7%. memiliki kesadaran untuk memeriksa
Hal ini dimungkinkan karena saat ini kehamilan. Jika diasumsikan masa
jumlah perawat dan bidan sudah relatif kehamilan 9 bulan, maka yang
banyak, bahkan di tingkat desa memeriksakan kehamilan 9 kali atau
biasanya pemerintah sudah rata-rata satu kali setiap bulannya
menempatkan bidan desa untuk sebanyak 19.1%. Bahkan yang 10 kali
melayani kaum ibu. Sangat sedikitnya dan 11 kali masing-masing mencapai
15 | Sulyana Dadan, Nanang Martono, Urip Tri Wijayanti : Perilaku Sehat Ibu Hamil dan Kematian
Bayi: Perspektif Sosiologi Kesehatan
JKSP Volume 4 Nomor 1, Februari 2021
melakukan pemeriksaan bayi setelah pekerjaan. Hal ini karena tiga variabel
lahir. Pemeriksaan segera akan tersebut diasumsikan terkait erat
memungkinkan penanganan sedini dengan tingkat kematian balita.
mungkin jika bayi mengalami Misalnya, pernikahan dan kehamilan
gangguan. Oleh karena itu, seyogyanya pada usia yang belum dewasa sangat
pemeriksaan bayi baru lahir dilakukan memungkinkan terjadinya problem
di tempat atau fasilitas pelayanan kematian ibu dan anak, karena secara
kesehatan yang memiliki tenaga serta fisik ibu tersebut belum siap untuk
peralatan kesehatan yang lengkap. melahirkan. Begitu pula jumlah anak
Sayangnya dalam penelitian ini yang menunjukan seringnya seorang
ditemukan bahwa sebagian besar ibu menjalani proses melahirkan.
responden yakni sebanyak 31.5%, Beberapa literatur kesehatan
justru menjadikan rumah sendiri menyebutkan bahwa banyak ibu hamil
sebagai tempat pertama memeriksakan yang kurang mengetahui berbagai
bayinya yang baru lahir. Artinya, resiko tinggi kehamilan, di antaranya
mereka hanya menunggu kedatangan semakin sering hamil, maka makin
petugas kesehatan untuk memeriksa buruk dampaknya bagi kesehatan
keadaan bayinya. Sementara, hanya karena meningkatkan risiko kematian
14.2% yang memeriksakan di tempat ibu (Indrawati et al., 2018). Perempuan
atau layanan kesehatan yakni di tempat yang melahirkan anak lima orang atau
praktik/ layanan kesehatan swasta. lebih memiliki risiko kehamilan
Pada saat seorang ibu melakukan bermasalah. Salah satu komplikasi
proses persalinan di rumah dan yang mungkin dialami adalah
menjadikan rumah sebagai perdarahan saat persalinan. Sementara
pemeriksaan bayi yang baru lahir, hal jenis pekerjaan, terutama pekerjaan
tersebut tentu saja kurang ideal karena berat, juga diasumsikan dapat
adanya keterbatasan alat jika si bayi mempengaruhi kesehatan ibu dan anak
memerlukan perawatan segera yang ketika melahirkan. Secara lengkap
membutuhkan alat kesehatan. Selain hubungan ketiga variabel di atas
itu, dari aspek kesehatan lingkungan dengan tingkat kematian bayi
dimungkinkan rumah orang tua si bayi dijelaskan sebagai berikut.
tidak memenuhi persyaratan atau Berdasarkan hasil tabulasi silang
kurang layak untuk dijadikan tempat antara tahun pertama kali menikah
tinggal si bayi sehingga memiliki dengan kondisi anak baru lahir yang
kerentanan terhadap munculnya meninggal, ditemukan bahwa sebagian
berbagai macam penyakit, misalnya besar responden yang bayi laki-lakinya
suhu ruangan yang terlalu dingin atau meninggal adalah mereka yang
terlalu panas, jarak yang terlalu dekat menikah pada usia 19 tahun. Dari 135
dengan kandang binatang peliharaan/ responden, ada 13 (9.6%) yang bayi
ternak (jika ada), kondisi tempat tidur (laki-laki) meninggal setelah
yang kurang nyaman bagi bayi, dan dilahirkan. Sementara untuk bayi
lain-lain. perempuan yang meninggal setelah
dilahirkan, sebagian besar terjadi pada
B. Hubungan Karakter Demografi ibu yang menikah pada usia 22 tahun.
dan Kematian Bayi Dari data tersebut
Pada uji hubungan karakteristik memperlihatkan bahwa pernikahan
demografis, variabel yang diujikan pada usia muda menjadi salah satu
difokuskan pada variabel tahun pemicu munculnya angka kematian
pertama kali menikah, jumlah anak dan anak di Jawa Tengah, karena kematian
17 | Sulyana Dadan, Nanang Martono, Urip Tri Wijayanti : Perilaku Sehat Ibu Hamil dan Kematian
Bayi: Perspektif Sosiologi Kesehatan
JKSP Volume 4 Nomor 1, Februari 2021
anak sebagian besar terjadi pada ibu lebih banyak menghabiskan waktu di
yang menikah di usia remaja, yakni 12- rumah.
19 tahun. Hal ini menegaskan bahwa Sekilas, karakter demografis di
pengetahuan tentang berbagai resiko atas seperti tidak memiliki keterkaitan
pernikahan dini terhadap kehamilan dengan perilaku sehat ibu hamil.
dan kematian balita, tidak dimiliki oleh Namun seperti diungkapkan Suchman
mereka yang menikah pada usia (dalam Muzaham, 1995), bahwa
tersebut (Cinar and Menekse, 2017; perilaku sehat berkaitan dengan
Oktavia et al., 2018). struktur dimana orang tersebut tinggal.
Dilihat dari jumlah anak, Artinya perilaku sehat seseorang juga
sebagian besar bayi laki-laki yang ditentukan oleh afiliasi dan bagaimana
meninggal dunia, lahir dari ibu yang kondisi lingkungan sosialnya. Dalam
memiliki dua anak. Dari 459 responden kasus perilaku sehat ibu hamil,
yang memiliki dua anak, sebanyak 20 keputusan-keputusannya dari mulai
orang (4.4%) bayinya (laki-laki) menikah sampai menjalani proses
meninggal. Sementara untuk bayi kehamilan dan kehamilan, juga tidak
perempuan yang meninggal, sebagian terlepas dari struktur sosialnya.
besar lahir dari ibu yang memiliki tiga Misalnya, keputusannya untuk menikah
anak. Dari 186 responden yang di usia muda bisa jadi disebabkan
memiliki 3 anak, sebanyak 10 orang karena di lingkungannnya sudah biasa
(5.4%) bayinya meninggal. Data terjadi pernikahan dini. Baik
tersebut menunjukan bahwa ibu yang pernikahan dini yang disebabkan faktor
anaknya sudah meninggal dunia pasca kepercayaan agama, tuntutan ekonomi
melahirkan, mengalami trauma dan lain-lain (Shufiyah, 2018).
sehingga mereka mengurungkan Hal ini berlanjut ketika
niatnya untuk punya anak lagi. perempuan tersebut menjalani proses
Sementara ibu yang tidak memiliki kehamilan dan melahirkan. Perilaku
bayi meninggal tidak mengalami sehatnya dalam menjaga kandungan,
trauma tersebut sehingga memilih motivasi untuk mengakses layanan
hamil untuk beberapa kali. kesehatan, keinginan untuk mencari
Sebagian besar bayi laki-laki informasi tentang berbagai hal terkait
maupun perempuan yang meninggal, proses kehamilan, juga dipengaruhi
lahir dari ibu yang tidak bekerja. Ada oleh kohesifitas lingkungan sosialnya.
22 bayi laki-laki (4,1%) yang Artinya, lingkungan sosial dapat
meninggal dari 542 ibu yang tidak menjadi faktor pendukung untuk
bekerja. Sementara untuk bayi memantau dan mengontrol proses
perempuan, ada 16 bayi perempuan kehamilan yang sehat (Prajayanti et al,
(3%) yang meninggal dari 542 2019). Hal ini bisa dilihat dari program
responden. Data tersebut menunjukan Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah
bahwa faktor pekerjaan ibu juga yakni ―Jateng Gayeng Nginceng Wong
memiliki hubungan dengan tingkat Meteng” di mana setiap orang
kematian bayi. Kemungkinan besarnya ditugaskan memonitor ibu hamil yang
adalah perempuan yang tidak bekerja ada di lingkungannya dan segera
memiliki sumber informasi yang relatif melaporkan kepada pihak yang
terbatas daripada perempuan yang berkompeten jika menemukan ibu
bekerja. Selain itu, hal ini juga dapat hamil yang bermasalah dalam
disebabkan faktor fisik perempuan kesehatannya. Secara Sosiologis, hal
ketika hamil, perempuan yang tidak itu menegaskan adanya korelasi antara
bekerja relatif kurang gerak, mereka
18 | Sulyana Dadan, Nanang Martono, Urip Tri Wijayanti : Perilaku Sehat Ibu Hamil dan Kematian
Bayi: Perspektif Sosiologi Kesehatan
JKSP Volume 4 Nomor 1, Februari 2021
lebih baik adalah lebih dari delapan institusi kesehatan formal sangat
kali. rendah.
Data di atas menunjukan bahwa
frekuensi memeriksakan kehamilan, Kesimpulan dan Saran
menjadi salah satu faktor yang Dari paparan di atas, dapat
mengakibatkan angka kematian bayi, disimpulkan hal-hal sebagai berikut.
karena dengan jarangnya Pertama, terdapat hubungan antara
memeriksakan kehamilan, maka karakteristik demografis dengan tingkat
kondisi kehamilan tidak akan terpantau kematian anak, khususnya pada
dan ketika ada persoalan persalinan, variabel usia pada saat pertama kali
maka penanganannya menjadi menikah. Kasus kematian bayi banyak
terlambat. Oleh karena itu, motivasi terjadi pada ibu yang usia pertama
pemeriksaan kehamilan seharusnya menikahnya masih usia remaja, yaitu
perlu digalakan dalam menjalani proses rentang 12—19 tahun.
kehamilan yang sehat (Prasojo, et al Kedua, tidak terdapat
2015). hubungan antara sanitasi dengan
Tempat pelayanan kesehatan tingkat kematian bayi. Sebagian besar
tempat memeriksakan bayi ketika bayi bayi yang meninggal terjadi pada ibu
lahir juga berhubungan dengan angka yang menggunakan sumber mata air
kematian bayi. Hal ini dimungkinkan tertutup artinya layak dikonsumsi.
kalau hanya diperiksa di rumah Ketiga, tidak terdapat hubungan atau
responden, maka jika ada persoalan pengaruh dari kebiasaan merokok
medis yang menyangkut bayi maka dengan angka kematian bayi. Sebagian
akan terlambat penanganannya, besar bayi yang meninggal lahir dari
terutama jika permasalahan kesehatan ibu yang tidak merokok. Hanya satu
bayinya memerlukan peralatan medis kasus kematian bayi dari ibu yang
yang biasanya terdapat di tempat merokok dan itu pun frekuensi
layanan kesehatan seperti puskesmas merokoknya sangat jarang. Keempat,
dan rumah sakit. terdapat hubungan atau pengaruh akses
Perilaku sehat ibu hamil dalam terhadap layanan dan petugas
mengakses layanan kesehatan disebut kesehatan terhadap angka kematian
Rosenstock (dalam Muzaham, 1995: bayi. Sebagian besar bayi meninggal
50) sebagai model kepercayaan terjadi pada ibu yang frekuensi
kesehatan (Health Belief Model-HBM). memeriksakan kehamilannya jarang.
Motivasi, pengetahuan dan Berdasarkan temuan penelitian
kepercayaan ibu hamil terhadap di atas, Pendewasaan Usia Perkawinan
intervensi medis berandil dalam (PUP) perlu dilakukan sosialisasi
menentukan perilaku sehatnya. dengan gencar. Resiko menikah muda
Bagaimana ibu hamil berupaya baik dari aspek kesehatan, ekonomi,
mengakses berbagai layanan kesehatan psikologis, pendidikan maupun
merupakan cerminan dari kependudukan perlu diketahui generasi
kepercayaannya terhadap institusi muda secara dini. Salah satunya dengan
kesehatan itu sendiri. Misalnya, jika optimalisasi program Genre (Generasi
selama proses kehamilan lebih banyak Berencana) bukan hanya di perguruan
mengunjungi dukun bayi untuk dipijat tinggi, tapi sampai sekolah menengah
daripada puskesmas, hal itu khususnya SMA. Bahkan jika bisa,
mengindikasikan bahwa tingkat program tersebut harus menyebar ke
kepercayaan masyarakat terhadap sekolah-sekolah non-formal.
21 | Sulyana Dadan, Nanang Martono, Urip Tri Wijayanti : Perilaku Sehat Ibu Hamil dan Kematian
Bayi: Perspektif Sosiologi Kesehatan
JKSP Volume 4 Nomor 1, Februari 2021