Anda di halaman 1dari 2

Nama : Ziky Shufa Azra

NIM : 11210110000019
Kelas :4A

PEMIKIRAN POLITIK ISLAM PADA ZAMAN KLASIK SAMPAI


ZAMAN MODERN

1. Bagaimana sistem pemikiran politik Islam pada zaman klasik?


2. Bagaimana sistem pemikiran politik Islam pada zaman modern?
Secara umum politik dalam Islam dibagi menjadi tiga periode, yakni klasik,
pertengahan, dan modern. Pada masa klasik dan pertengahan, pandangan politik umat Islam
cenderung bersifat khalifah sentris. Maksudnya, khalifah sebagai kepala negara memegang
peranan penting dan memiliki kekuasaan yang sangat luas. Rakyat dituntut mematuhi khalifah
dan mengikuti semua perintahnya. Bahkan, sebagian pemikir Sunni dinilai sangat berlebihan
dalam memperlakukan khalifah.
Pada masa klasik ini pula mulai muncul sarjana-sarjana Islam yang kemudian bergelut
dengan persoalan pemikiran politik Islam. Sarjana Islam yang pertama menuangkan gagasan
atau teori politik dalam Islam adalah Ibn Abi Rabi’, 1 setelah itu menyusul pemikir-pemikir
seperti AlFarabi,2 Al-Mawardi, Ibn Taimiyyah dan pemikir-pemikir Islam lainnya. Para
pemikir tersebut dapat dianggap sebagai eksponen-eksponen yang mewakili pemikiran politik
di dunia Islam pada masa Klasik dan Pertengahan.
Menurut Munawir Syazali,3 terdapat dua ciri umum pada gagasan politik para pemikir
tersebut, yakni (1) adanya pengaruh pemikiran Yunani, terutama Plato, dalam masing-masing
pemikiran mereka, meskipun kadarnya mungkin berbeda, dan (2) mereka, kecuali Al-Farabi,
mendasarkan pemikirannya atas penerimaan terhadap sistem kekuasaan yang ada pada
zamannya masing-masing. Meskipun demikian, mereka sepakat untuk menerima prinsip
umum yang muncul, di mana syarat minimal bagi pemerintahan Islam itu bukan untuk kepala
negara, tetapi pemerintahan yang sesuai dengan syari’ah, dan syari’ah di sini dimaksudkan
pada kriteria bagi legitimasi sebuah negara Islam.
1. Al-Mawardi
Pemikir ini memiliki nama lengkap Abu al-Hasan Ali bin Habib al-Mawardi. Dia
lahir di Basrah, Irak. Mengutip buku Pemikiran Politik Islam tulisan Muhammad Iqbal dan
Amin Husein Nasution, al-Mawardi hidup di tengah gejolak yang dialami Dinasti Bani
Abbasiyah. Baghdad saat itu tak mampu membendung desakan daerah-daerah yang hendak
lepas dari pengaruh sentralistik. Menurut al-Mawardi, imamah dilembagakan untuk
menggantikan kenabian (nubuwwah) dalam rangka melindungi agama dan mengatur
kehidupan dunia.

Sosok yang pernah menjadi ketua mahkamah agung di Baghdad ini menegaskan
adanya kontrak sosial antara kepala negara dan masyarakat yang diwakili oleh para ahl al-
ikhtiyar. Seorang kepala negara memiliki 10 tugas. Di antaranya adalah memelihara agama
dan menjaga keamanan dalam negeri agar tiap warga dapat beraktivitas dengan aman. Di
sisi lain, rakyat wajib taat pada pemimpin, sekalipun pemimpin mereka sedang dalam ekses
keburukan. Bagaimanapun, al-Mawardi menilai, umat dapat tak taat bila kepala negara
menyimpang dari keadilan, kehilangan salah satu fungsi organ tubuhnya, dan dikuasai
orang-orang dekat atau musuh.

2. Ibnu Khaldun

Dunia modern mengenangnya sebagai Bapak Sosiologi. Nama lengkapnya cukup


panjang: Wali al-Din Abdurrahman bin Muhammad bin Muhammad bin Abi Bakr
Muhammad al-Hasan bin Khaldun. Dia lahir di Tunis, Afrika Utara, pada 1332. Ibnu
Khaldun hidup saat umat Islam umumnya sedang diterpa berbagai musibah, termasuk
serbuan balatentara Mongol terhadap kota-kota penting di Dunia Islam.

Ibnu Khaldun pernah aktif di dunia pemerintahan. Namun, penguasa saat itu, Abu
al-Abbas menolaknya dan bahkan berupaya memenjaranya. Ibnu Khaldun pun hijrah ke
Spanyol melalui Maroko. Pada masa inilah, dia menulis kitab besar, Al-Ibar. Kitab itu
terdiri atas enam jilid dan dibuka dengan pendahuluan berjudul Muqaddimah. Terkait
persoalan politik kenegaraan, dia berpendapat, agama adalah faktor penting yang dapat
menyatukan berbagai perbedaan di dalam masyarakat. Agama pun mesti menjadi
penggerak solidaritas sosial. Dia juga mengajukan tesis tentang lima fase perkembangan
negara, yakni sejak awal kebangkitan hingga kehancuran. Patut diduga, pemikirannya ini
tak lepas dari pengalamannya diburu rezim yang otoritatif.

Anda mungkin juga menyukai