Anda di halaman 1dari 15

IDENTIFIKASI BAKTERI DAN JAMUR

(Laporan Praktikum Mikrobiologi Industri)

Domenica Angel Aquilla 2010516120008


Ferdy Rahmatullah 2010516210017
Ida Widiansyah 2010516120001
Muhammad Najib 2010516110010

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2022
Daftar Isi

Daftar Isi............................................................................................................................................ 2
BAB I ................................................................................................................................................. 3
PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 3
1.1 Latar Belakang......................................................................................................................... 3
1.2.Tujuan Praktikum ........................................................................................................................ 5
BAB II ................................................................................................................................................ 6
Tinjauan Pustaka ............................................................................................................................... 6
2.1 Identifikasi Mikroorganisme Biokimia ..................................................................................... 7
2.2. Jenis identifikasi (uji oksidasi/fermentasi) ............................................................................. 8
2.3. Uji Elek ................................................................................................................................... 9
BAB 3 .............................................................................................................................................. 10
METODE .......................................................................................................................................... 10
3.1. Alat dan Bahan ..................................................................................................................... 10
3.2. Prosedur kerja ...................................................................................................................... 10
BAB 4 .............................................................................................................................................. 12
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................................................... 12
BAB 5 .............................................................................................................................................. 14
PENUTUP......................................................................................................................................... 14
5.1. Kesimpulan .......................................................................................................................... 14
Daftar Pustaka ................................................................................................................................. 15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Jamur merupakan salah satu mikroorganisme penyebab penyakit pada manusia yang
hidup kosmopolitan dengan tumbuh dimana saja dekat dengan kehidupan manusia, baik di
udara, tanah, air, pakaian, bahkan di tubuh manusia sendiri. Jamur bisa menyebabkan
penyakit yang cukup parah bagi manusia yang berasal dari makanan yang kita makan sehari-
hari yang terkontaminasi oleh jamur, atau juga dari konsumsi jamur beracun (Vivi, 2016).
Jamur Candida telah dikenal dan dipelajari sejak abad ke-18 yang menyebabkan penyakit
yang dihubungkan dengan higiene yang buruk. Nama Candida diperkenalkan pada Third
International Microbiology Congress di New York pada tahun 1938, dan dibakukan pada
Eight Botanical Congress di Paris pada tahun 1954 (Multiawati, 2016).
Candida adalah jamur golongan khamir yang paling umum ditemukan di rongga mulut,
saluran pencernaan, saluran reproduksi dan kulit khususnya spesies Candida albicans. Pada
rongga mulut jumlah C. albicans berkisar antara 100 - 500 koloni permilimeter saliva. Jamur
C. albicans akan berubah patogen ketika jumlahnya berlebih di dalam tubuh.Saat kondisi
imun tubuh manusia menurun jamur C. albicans akanmenyebabkan penyakit kandidiasis.
Kandidiasis merupakan suatu penyakit yang banyak menginfeksi manusia dengan gejala
bervariasi tergantung pada bagian tubuh yang terinfeksi. Penyakit ini dapat menginfeksi
bagian lipatan kulit (intertriginosa), bagian vagina (vulvovaginitis), bagian dalam rongga
mulut (thrush), dan bagian kuku (paronikia), kandidiasis terjadi di seluruh dunia dan
menyerang usia 20 - 60 tahun baik laki-laki maupun perempuan (Raniyanti, et al 2015).
Di laboratorium untuk mendiagnosis C. albican dapat melalui pemeriksaan kultur
biakan dapat dilakukan dalam suatu media pertumbuhan. Media pertumbuhan
mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat makanan (nutrisi)
yang diperlukan mikroorganisme untuk pertumbuhannya. Mikroorganisme memanfaatkan
nutrisi media berupa molekul- molekul kecil yang dirakit untuk menyusun komponen sel.
Dengan media pertumbuhan dapat dilakukan isolate mikroorganisme menjadi kultur murni
dan juga memanipulasi komposisi media pertumbuhannya (Hafsan, et al 2015).
Media pertumbuhan yang umum digunakan untuk mengkultur jamur adalah Sabouraud
Dextrose Agar (SDA). Media SDA merupakan media standar yang digunakan untuk
menumbuhkan jamur. Menurut Amir,et al (2018) komposisi Media SDA dalam setiap
liternya terdiri dari 10 gram mycological pepton yang berfungsi sebagai sumber nitrogen dan
vitamin yang di perlukan untuk pertumbuhan jamur,40 gram glukosa sebagai sumber energy
untuk pertumbuhan dan perkembangan jamur dan 15 gram agar yang berfungsi untuk
memadatkan media. Nutrisi seperti nitrogen dan glukosa merupan nutrisi yang penting dan
harus ada pada media jamur untuk pertumbuhan jamur, kebutuhan karbohidrat yang
diperlukan jamur untuk pertumbuhan dan berkembang pada media minimum 5 - 10%.
Media SDA ini telah digunakan para peneliti dalam menentukan pertumbuhan jamur
Candida albicans, seperti yang dilakukan Mujahidah Basarang dan Muh. Rifo Rianto (2018)
yang menumbuhkan Candida albicans pada media SDA dari spesimen bilasan bronkus
penderita tuberkulosis paru, Anik Nuryati, Ahsanul Dian Huwaina (2015) yang
menumbuhkan Candida albicans pada media SDA dari spesimen strain murni Candida
albicans, dan Amir, et al (2018) yang menumbuhkan Candida albicans pada media SDA dari
spesimen strain murni Candida albicans. Media SDA ini adalah media yang instan dibuat
oleh pabrik- pabrik atau perusahaan tertentu sudah dalam bentuk sediaan siap pakai (ready
for use), harganya yang mahal, higroskopis, dan hanya dapat diperoleh pada tempat tertentu.
Oleh karena itu dibutuhkan media alternatif yang mudah didapatkan dan harga lebih murah
dibandingkan media sintetik seperti SDA (Handarini, et al 2017).
Media alternatif salah satunya adalah media buatan yang dilakukan Amir, et al (2018)
yang memanfaatkan sumber karbohidrat dan protein dari Tepung talas yang dapat
dimanfaatkan sebagai media alternatif pertumbuhan Candida albicans dan media Eosin
methylen blue (EMB) memiliki kandungan karbohidrat yang cukup untuk pertumbuhan
jamur, dan sebanding dengan media SDA. Media Eosin methylen blue (EMB) adalah media
selektif untuk isolasi dan pertumbuhan dari bakteri entrerik dan mikroorganisme coliform,
selain itu juga digunakan untuk identifikasi Candida albican. Formula levine telah umum
digunakan meneliti coliform dengan prosedur yang direkomendasikan oleh American pulic
health Association (APHA) di Amerika Serikat.
Komposisi Media EMB dalam setiap liternya terdiri dari 10 gram mycological pepton yang
berpungsi sebagai suber nitrogen, 5 gram laktosa sebagai sumber energy untuk pertumbuhan
dan perkembangan mikrobiologi, 5 gram sukrosa sebagai sumber energy untuk pertumbuhan
dan perkembangan mikrobilogi dan 10 gram agar yang berfungsi untuk memadatkan media.
Nutrisi seperti nitrogen, sukrosa dan laktosa merupan nutrisi alternatif sebagai pengganti
glukosa sebagai sumber energy pertumbuhan jamur dan pewarna eosin dan methylen biru
memungkinkan membedakan antara mikrobiologi fermenter laktosa dan bukan fermenter
laktosa.
Pada mikrobiologi yang memfermentasi laktosa akan menghasilkan koloni yang tebal,
berlendir, dan berwarna merah muda,sedangkan pada mikrobiologi yang tidak
memfermentasi laktosa akan menghasilkan koloni yang tidak berwarna (Cappuccino, 2013).
Di laboratorium mengkultur jamur dalam proses penentuan diagnosis dan penanganan
terhadap pasien dapat terjadi masalah, salah satunya tidak tersedia media untuk mengkultur
jamur seperti media SDA atau kehabisan stok media SDA di laboratorium, sedangkan kultur
jamur harus segera dilakukan untuk mendiagnosis penyebab jamur, oleh sebab itu di perlukan
media alternatif yang dapat digunakan sebagai pengkultur jamur, untuk itu media EMB
dipilih sebagai salah satu media alternatif, dan dilihat dari komposisi dari media EMB
memiliki kandungan karbohidrat yang cukup untuk pertumbuhan jamur, dan sebanding
dengan media SDA. Dilihat dari kandung kabohidrat pada media EMB sebagai sumber energi
pertumbuhan jamur Candida albicans dapat tumbuh subur pada media EMB, sebagaimana
mestinya Candida albicans tumbuh pada media SDA.
1.2.Tujuan Praktikum
Praktikan dapat mengetahui cara identifikasi mikroorganisme secara biokimia.
BAB II
Tinjauan Pustaka
Jamur adalah mikroorganisme yang termasuk golongan eukariotik dan tidak termasuk
golongan tumbuhan. Jamur berbentuk sel atau benang bercabang dan mempunyai dinding sel
yang sebagian besar terdiri atas kitin dan glukan, dan sebagian kecil dari selulosa atau
ketosan. Gambaran tersebut yang membedakan jamur dengan sel hewan dan sel tumbuhan.
Sel hewan tidak mempunyai dinding sel, sedangkan sel tumbuhan sebagian besar adalah
selulosa. Jamur mempunyai protoplasma yang mengandung satu atau lebih inti,tidak
mempunyai klorofil dan berkembangbiak secara aseksual,seksual atau keduanya (Sutanto
dkk, 2013).
Sumber karbon yang umum digunakan oleh jamur adalah karbohidrat (polisakarida,
disakarida, monosakarida), asam organik,asam asam amino dan produk natural seperti lignin.
Kemudian,Wulandari, dkk (2012) juga menjelaskan bahwa karbohidrat merupakan
komponen esensial semua organisme dan zat yang paling banyak menyusun sel. Fungsi
karbohidrat adalah sebagai sumber energi,membentuk struktur sel dan struktur penunjang
tanaman.
Media biakan atau pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri atas
campuran nutrisi yang digunakan untuk tumbuh dan berkembangbiak mikroorganisme pada
media tersebut.Media disusun berdasarkan komponen-komponen penting yang diperlukan
oleh mikroorganisma seperti mineral, karbohidrat, asam amino, pH, air. Secara komersial
media diformulasikan sedemikian rupa sehingga dapat digunakan untuk isolasi dan
identifikasi suatu mikroorganisme (Suarjana dkk., 2017).
Media kompleks mengandung nutrisi tinggi, terdiri atas ekstrak ragi, ekstrak daging atau
tumbuhan maupun protein dari sumber lain (Radji, 2019). Komposisi kimia yang pasti dari
media ini belum diketahui. Sebagian besar mengandung asam amino, gula, vitamin dan
mineral yang berlimpah, akan tetapi jumlah unsur-unsur itu tidak diketahui (Cappuccino dan
Sherman, 2014)
Media selektif adalah media yang digunakan untukmengisolasi kelompok jamur yang
spesifik (Cappucino danSherman, 2014)
Media diferensial adalah media yang dapat membedakankelompok jamur yang berkaitan
secara morfologis dan biokimia (Cappucino dan Sherman, 2014). Media ini memudahakan
pembedaan koloni jamur yang diinginkan dari koloni lain yang tumbuh pada lempeng media
yang sama (Radji, 2019).
pertumbuhan jamur di laboratorium karena memilki pH yang rendah (pH 4,5 sampai 5,6)
sehingga menghambat pertumbuhan bakteri yang membutuhkan lingkungan yang netral
dengan pH 7,0 dan suhu optimum untuk pertumbuhan antara 25-30° C (Cappucino dan
Sherman, 2014).
Nutrisi yang dibutuhkan mikroorganisme untuk pertumbuhan meliputi karbon, nitrogen
unsur nonlogam seperti sulfur dan fosfor, unsur logam seperti Ca, Zn, Na, K, Cu, Mn, Mg
dan Fe, vitamin, air dan energi (Cappucino dan Sherman, 2014).Secara rinci, Cappucino dan
Sherman (2014) membagi kebutuhan khusus mikroorganisme ke dalam beberapa faktor,
diantaranya:
1) Faktor Kimia
a) Karbon
Karbon adalah kebutuhan yang paling penting bagi kehidupan mikroorganisme. Jenis
mikroorganisme yang bergantung pada karbon dibagi dua, yaitu autotrof dan
heterotrof. Autotrof menggunakan karbon anorganik berupa CO2 sedangkan heterotrof
menggunakan sumber energy organik terutama glukosa (Cappuccino dan Sherman, 2014)
Mikrobiologi adalah salah satu cabang mikrobiologi yang mempelajari bentuk, sifat, dan
peranan mikroorganisme dalam rantai produksi pangan baik yang menguntungkan maupun
yang merugikan seperti kerusakan pangan dan penyebab penyakit bawaan pangan (Sopandi
dan Wardah, 2014)
Bidang mikrobiologi pangan tidak hanya menyangkut aspek mikrobiologi kerusakan,
penyakit bawaan, dan kontrol efektif pengolahan pangan, tetapi juga menyangkut informasi
dasar ekologi, fisiologi, metabolisme, dan genetika mikroba (Sopandi dan Wardah,2014)
Kelompok mikroorganisme dalam pangan terdiri atas beberapa spesies dan strain bakteri,
khamir, kapang, dan virus yang berperan penting dalam pangan karena kemampuannya.
Kemampuan tersebut menyebabkan kerusakan dan penyakit bawaan pangan, serta digunakan
untuk produksi pangan dan aditif pangan. Menurut Sopandi dan Wardah (2014)
Di antara 4 kelompok mikroorganisme pangan, bakteri merupakan kelompok terbesar. Hal
itu disebabkan karena bakteri dapat berada di hampir semua jenis pangan dengan laju
pertumbuhan yang tinggi, bahkan pada pangan yang tidak dapat ditumbuhi oleh khamir dan
kapang. Bakteri juga merupakan kelompok mikroorganisme paling penting yang
menyebabkan kerusakan pangan dan menimbulkan penyakit bawaan pangan (Sopandi dan
Wardah, 2014)
2.1 Identifikasi Mikroorganisme Biokimia
Identifikasi adalah proses pengenalan, menempatkan obyek atau individu dalam suatu
kelas sesuai dengan karakteristik tertentu (Nalole, 2014). Identifikasi adalah penentu atau
penetapan identitas orang, benda, dan sebagainya. Pengertian identifikasi secara umum
merupakan memberikan tanda yang sesuai golongan pada benda, barang, atau sesuatu,
dengan tujuan membedakan komponen yang satu dengan yang lainnya (KBBI, 2012).
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa identifikasi adalah penempatan atau penentu identitas seseorang atau benda
pada suatu saat tertentu.
Identifikasi Biokimia
Tes biokimia adalah tes yang membantu dalam identifikasi dan diferensiasi bakteri
berdasarkan aktivitas metabolismenya. Setiap bakteri menggunakan senyawa tertentu (seperti
karbohidrat, protein, senyawa organik) tergantung pada ketersediaan enzim atau kondisi
lingkungan yang sesuai (ketersediaan atau kekurangan oksigen).
Produk akhir dari reaksi tersebut dapat dideteksi baik dengan perubahan pH atau dengan
menggunakan bahan kimia indikator. Hasil akhir dari reaksi metabolisme tersebut menjadi
dasar identifikasi dan diferensiasi bakteri baik sampai tingkat genus maupun spesies.
Biokimia dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat fisiologis koloni bakteri hasil isolasi.
Biokimia bakteri berkaitan dengan proses metabolisme sel bakteri. Identifikasi bakteri tidak
dapat dilakukan dengan mengetahui sifat mofologinya saja, namun harus mengetahui sifat
fisiologis bakteri juga. Sifat fisiologis bakteri sangat penting diketahui apabila melakukan
identifikasi bakteri karena sifat moroflogis bakteri dapat tampak serupa bahkan tidak dikenal
sehingga dengan melakukan uji biokimia terhadap koloni bakteri dapat mengetahui sifat dan
menentukan spesies bakteri. Uji biokimia yang dilakukan menggunakan reagen test
(Handayani, Ekowati, & Pakpahan, 2013).
2.2. Jenis identifikasi (uji oksidasi/fermentasi)
Uji OF (Oksidatif/Fermentatif) adalah uji untuk mengetahui suatu bakteri dalam
kemampuannya mengurai karbohidrat (glukosa) menjadi oksidasi dan fermentatif.
Fermentatif, jika medium yang ditutup parafin cair steril berubah warna dari hijau menjadi
kuning; Oksidatif, jika medium yang tidak ditutup parafin cair steril saja yang berubah dari
hijau tua menjadi kuning. Sedangkan negatif,jika terjadi pertumbuhan bakteri, tapi tidak ada
perubahan warna media OF. Hasil penelitian ini memperlihatkan hasil uji OF, yang
menunjukkan perubahan fermentatif.
Uji Oksidasi Fermentasi (OF) Uji ini bertujuan untuk menentukan kemampuan
mikroba untuk memetabolisme karbohidrat secara oksidatif atau fermentatif. Pada uji ini
digunakan media yang ditutup paraffin dan yang tidak ditutup paraffin.
menurut hugh dan leifson, media fermentasi dibagi menjadi 3 jenis, yaitu
1. Menurunkan konsentrasi agar dari 3 persen menjadi 2 persen
2. Menurunkan konsentrasi pepton dari 11 persen menjadi 2 persen
3. Meningkatkan konsentrasi pepton sari 0,5 persen menjadi 1 persen
2.3. Uji Elek
Uji elek atau uji pelat elek adalah uji virulensi in vitro yang dilakukan pada spesimen
Corynebacterium diphtheriae , bakteri penyebab difteri. Digunakan untuk mengujiksigenisitas
galur C. diphtheriae . uji elek ini maksud in vitro itu menyesuaikan kondisi lingkungan
bakteri sesuai dgn tempat dia hidup (tubuh manusia). makanya harus di inkubasi dan suhunya
37 derajat Celcius (suhu tubuh manusia).
Tes ini menggunakan imunodifusi . Sepotong kertas saring yang diresapi dengan
antitoksin difteri dikubur tepat di bawah permukaan pelat agar -agar khusus sebelum agar-
agar mengeras. Strain yang akan diuji digores dengan strain toksigenik positif dan negatif
yang diketahui pada permukaan agar dalam garis melintasi pelat, dan pada sudut yang tepat
terhadap strip kertas antitoksin. Setelah inkubasi selama 24 jam pada suhu 37 derajat Celcius
, pelat diperiksa dengan cahaya yang ditransmisikan untuk mengetahui adanya presipitin.
garis membentuk sudut 45 derajat terhadap garis-garis.Adanya garis presipitin menunjukkan
bahwa galur tersebut menghasilkan toksin yang bereaksi dengan antitoksin.
BAB 3
METODE

3.1. Alat dan Bahan


Alat
Alat yang digunakan adalah:
1. Kertas saring yang mengandung antitoksin
2. Tabung reaksi
3. Cawan petri
Bahan
Bahan yang digunakan adalah
1. Natrium klorida: 5.0 g
2. Dikalium fosfat: 0,3 g
3. Pepton: 2,0 g
4. Bromtimol biru: 0,03 g
5. Agar: 3,0 g
6. Glukosa: 10 g
7. Air: 1000 ml
3.2. Prosedur kerja
Uji Fermentasi/Oksidatif
1. Menyuntikkan dua tabung media uji OF dengan organisme uji menggunakan kawat lurus
dengan menusuk "setengah ke bawah" tabung.
2. Tutup satu tabung dari setiap pasangan dengan lapisan 1 cm minyak mineral steril atau
parafin cair (ini menciptakan kondisi anaerobik di dalam tabung dengan mencegah difusi
oksigen), membiarkan tabung lainnya terbuka ke udara.
3. Inkubasi kedua tabung pada suhu 35°C selama 48 jam (bakteri yang tumbuh lambat
mungkin memerlukan waktu 3 hingga 4 hari sebelum hasilnya dapat diamati)
Uji Elek
1. Campurkan tabung agar nutrisi cair dengan 2 ml serum kuda steril.
2. Putar tabung untuk mencampur serum dan agar. Jangan mengocok tabung.
3. Tuang campuran ke dalam cawan petri steril.
4. Dengan menggunakan forsep yang dinyalakan dengan api kecil, letakkan strip kertas
saring yang mengandung antitoksin di tengah cawan petri yang memungkinkannya tenggelam
di bawah permukaan agar-agar.
5. Biarkan agar-agar mengeras, lalu angkat salah satu sudut tutupnya dan biarkan piring
mengering selama 30-45 menit dalam inkubator.
6. Ketika kering, inokulasi dengan strain toksin C. diphtheriae dengan menggoreskan satu
baris inokulum melintasi pelat dan strip kertas pada sudut kanan ke strip.
7. Ulangi ini sekitar 1 inci dari inokulum C. diphtheriae dengan strain uji.
8. Inkubasi plate selama 24 jam dan amati hasilnya.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Hasil
4.1.1. Uji Fermentasi/Oksidatif

Tabung Tidak Ditutup


Tabung Ditutup (Anaerob) Metabolisme Yang Terjadi
(Aerob)
Asam (kuning) Alkali (hijau) Oksidasi
Asam (kuning) Asam (kuning) Fermentasi
Alkali (hijau) Alkali (hijau) Tidak terjadi metabolisme

4.1.2. Uji Elek

Garis Garis Presiptin (Preciptin Line)


Garis 1 (kontrol negatif) ✖
Garis 2 (kontrol positif) ✓
Garis 3 (sampel non-toksik) ✖
Garis 4 (sampel toksik) ✓

4.2.Pembahasan
4.2.1. Uji Fermentasi/Oksidatif

Jika suatu bakteri menghasilkan warna kuning ketika tabung reaksi tidak ditutup dan
menghasilkan warna hijau ketika tabung reaksi ditutup, maka pada bakteri tersebut terjadi
oksidasi. Jika suatu bakteri menghasilkan warna kuning ketika tabung reaksi tidak ditutup
dan ketika tabung reaksi ditutup, maka pada bakteri tersebut terjadi fermentasi. Jika suatu
bakteri menghasilkan warna hijau ketika tabung reaksi tidak ditutup dan ketika tabung
reaksi ditutup, maka pada bakteri tersebut tidak terjadi metabolisme pada bakteri.
Oksidasi pada bakteri terjadi pada tabung reaksi yang tidak tertutup oleh parafin
(warna kuning) sedangkan pada tabung reaksi yang tertutup parafin tidak terjadi proses
oksidasi (warna hijau). Oksisdasi merupakan reaksi di mana terjadi penerimaan
(kombinasi) dengan oksigen, atau kehilangan elektron atau oksigen (Boleng, 2015). Pada
tabung yang terbuka, terjadi produksi asam yang ditandai dengan adanya perubahan
warna kuning. Ini menunjukkan bahwa bakteri tersebut dapat mengoksidasi karbohidrat
tetapi tidak dapat melakukan fermentasi karbohidrat.
Fermentasi pada bakteri merupakan salah satu produksi energi yang terjadi secara
anaerob atau tidak membutuhkan udara. Fermentasi terjadi pada kedua tabung reaksi
karena kedua hasil percobaan menunjukkan perubahan warna kuning. Produksi asam
terjadi pada tabung yang telah ditutup menggunakan parafin dan tidak ditutup
menggunakan parafin. Salah satu contoh yang sering ditemui yaitu perubahan rasa pada
susu menjadi asam oleh karena bakteri Streptococcus lactis. Ini membuktikan bahwa
terjadi produksi asam pada saat fermentasi pada bakteri.
Pada percobaan ketiga, tidak terjadi perubahan warna kuning pada tabung yang
tertutup parafin dan tidak tertutup parafin. Ini menunjukkan bahwa bakteri tersebut tidak
dapat mengoksidasi dan fermentasi karbohidrat. Tetapi pada kasus tertentu terjadi
perubahan warna menjadi biru pad uji Bromtimol biru karena terdapat kenaikan pH.
Kenaikan pH ini dikarenakan produksi amina oleh bakteri yang memecahkan protein.
4.2.2. Uji Elek

Pada garis 1 dan garis 3 tidak terdapat garis presiptin yang menunjukkan bahwa
sampel tersebut non-toksik. Pada garis 2 dan garis 4 terdapat garis presiptin yang
menunjukkan bahwa sampel tersebut toksik. Garis presiptin terbentuk karena anti-toksin
yang ada pada kertas filter berdifusi ke arah bakteri C. diphtheriae yang bersifat toksin
(Moller, 2020). Oleh karena itu, jika sebuah sampel terbentuk garis presiptin, maka
sampel tersebut + (positif) dan bersifat toksin dan jika sebuah sampel tidak terbentuk
garis presiptin, maka sampel tersebut – (negatif) dan tidak bersifat toksin.
Garis 1 merupakan bakteri C. diphtheriae yang bersifat non-toksin. Pada sampel
bakteri ini tidak terjadi difusi sehingga tidak terbentuk garis presiptin. Bakteri ini sudah
diketahui jenisnya dan berfungsi sebagai kontrol negatif pada uji Elek.
Garis 2 merupakan bakteri C. diphtheriae yang bersifat toksin. Bakteri ini berdifusi
dan membentuk garis presiptin. Jenis bakteri ini juga sudah diketahui dan menjadi kontrol
positif pada uji Elek.
Garis 3 merupakan sampel yang diambil acak untuk menjadi objek dari uji Elek. Uji
pada sampel 3 ini tidak menghasilkan garis presiptin. Jadi dapat disimpulkan bahwa
sampel ini tidak bersifat toksin.
Garis 4 merupakan sampel yang juga diambil secara acak untuk menjadi objek dari uji
Elek. Uji pada sampel 4 menghasilkan garis presiptin. Jadi dapat disimpulkan bahwa
sampel ini bersifat toksin.
BAB 5
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
 Pada uji fermentasi/oksidatif , jika suatu bakteri menghasilkan warna kuning ketika
tabung reaksi tidak ditutup dan menghasilkan warna hijau maka pada bakteri tersebut
terjadi oksidasi. Jika suatu bakteri menghasilkan warna kuning maka pada bakteri
tersebut terjadi fermentasi. Jika suatu bakteri menghasilkan warna hijau maka pada
bakteri tersebut tidak terjadi metabolisme pada bakteri.
 Pada uji elek, terdapat 4 garis dengan sifat yang berbeda-beda. Dengan melihat garis
presiptin jenis bakteri dapat diketahui dari garis 2 dan garis 4 memiliki kontrol positif
dan juga bersifat toksin. Berbeda dengan garis 1 dan 3 yang tidak menghasilkan garis
presiptin, maka jenis bakteri dapat diketahui sebagai kontrol negatif dan bersifat non-
toksin pada uji elek.
Daftar Pustaka
Boleng, Didimus. 2015. Bakteriologi. Malang: Penerbitan Muhammadiyah Malang.
Elfiati, D., et al. 2019. Isolation and identification of decomposer fungi from Macaranga
indica and Hibiscus macrophyllus leaf litter from restoration area of Gunung Leuser National
Park. IOP Conf. Ser.: Earth Environ. Sci, 1-6.
Karim, A., Rahmiati, dan I. Fauziah. 2020. Isolasi Dan Uji Antagonis Trichoderma Terhadap
Fusarium Oxysporum Secara In Vitro. Jurnal Biosains Vol. 6 No. 1. DOI :
https://doi.org/10.24114/jbio.v6i1.16839.
Lambui, O dan M. Jannah.2017. Isolation and Identification of Soil Bacteria in Forest
Around Lake Kalimpa’a, Lore Lindu National Park Area, Central Sulawesi. Online Journal of
Natural Science Vol 6(1) :73 – 82.
Möller, J., Musella, L., Melnikov, V. et al. Phylogenomic characterisation of a novel
corynebacterial species pathogenic to animals. Antonie van Leeuwenhoek 113, 1225–1239
(2020).
Pasaribu, P., H. Nirwanto, dan W. S. Harijani. 2019. Keanekaragaman Mikroorganisme
Rhizosfer Dalam Menekan Tingkat Serangan Penyakit Bulai Pada Tanaman Jagung Di
Kabupaten Jombang. Plumula Volume 7 No. 1: hal 54-55.
Pratiwi, S.T. 2012. Pengujian Cemaran Bakteri dan Cemaran Kapang/ Khamir pada Produk
Jamu Gendong di Daerah Istimewa Yogyakarta, Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Reimena, Resti et al., 2017. Isolation and Identification of Lactic Acid Bacteria Genus
Pediococcus from Sumatran Orangutan (Pongo abelii) faeces at Kandi Zoo and Kinantan Zoo
West Sumatera. Jurnal Medika Veterinari. 11 (1): 59-65
Ristiari, N. P. N., K. S. M. Julyasih, dan I. A. P. Suryanti. 2020. Isolasi Dan Identifikasi
Jamur Mikroskopis Pada Rizosfer Tanaman Jeruk Siam (Citrus Nobilis Lour.) Di Kecamatan
Kintamani, Bali. Jurnal Pendidikan Biologi Undiksha, Vol 6 No 1.
Sulistiyono, F. D., dan S. Mahyuni. 2019. Isolasi Dan Identifikasi Jamur Endofit Pada Umbi
Talas (Colocasia Esculenta (L.) Schoot). Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa Vol.
9, No.2, 66 – 70.
Thuong T. T. Nguyen, Yu Jeong Jeon, Hye Yeon Mun, Jaeduk Goh, Namil Chung & Hyang
Burm Lee. 2020. Isolation and Characterization of Four Unrecorded Mucor Species in Korea,
Mycobiology, 48:1, 29-36, DOI: 10.1080/12298093.2019.1703373

Anda mungkin juga menyukai