Laporan Praktikum Mutu Minyak Lemak Dan Atsiri Maulida Mahriani
Laporan Praktikum Mutu Minyak Lemak Dan Atsiri Maulida Mahriani
Oleh :
MAULIDA MAHRIANI
2010516220022
Latar Belakang
Mutu suatu produk adalah suatu kondisi fisik, sifat, dan kegunaan suatu
barang yang dapat memberi kepuasan konsumen secara fisik maupun psikologis,
sesuai dengan nilai uang yang dikeluarkan. Menciptakan produk yang bermutu
baik adalah cita-cita bagi perusahaan dalam melaksanakan kegiatan produksi.
Dengan mutu yang baik diharapkan produksi yang dihasilkan dapat memenuhi
selera dan kebutuhan konsumen dan tidak diragukan bahwa produk yang bermutu
tinggi memiliki keunggulan tersendiri di pasar sehingga marker share dapat
meningkat dan perusahaan memiliki keunggulan bersaingnya (Suyadi, 2001).
Kelapa sawit (Elaeis guineensis) dari famili palmae merupakan salah satu
sumber minyak nabati. Potensi kelapa sawit di Indonesia sangat besar, penyebaran
perkebunan kelapa sawit di Indoncisa saat ini sudah berkembang di 22 provinsi.
Tanaman kelapa sawit memiliki banyak kegunaan. Hasil tanaman ini dapat
digunakan pada industri pangan dan non pangan (Dianto et all, 2017).
Lemak dan minyak adalah salah satu kelompok yang termasuk pada
golongan lipid, yaitu senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut
dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik non-polar, misalnya dictil eter
(CHOCH), Kloroform (CHCI), benzena dan hidrokarbon lainnya, lemak dan
minyak dapat larut dalam pelarut yang disebutkan di atas karena lemak dan
minyak mempunyai polaritas yang sama dengan pelarut tersebut (Irianto, 2002).
Pengertian umum kata lemak (far) mempunyai arti tidak suatu zat yang
tidak larut dalam air dan dapat dipisahkan dari tanaman atau binatang. Sedangkan
minyak (oil) dapat mempunyai dua pengertian. Bila digunakan bersama-sama
dengan lemak dalam ekspresi "fat and oif" atau "lemak dan minyak" maka dapat
diartikan bahwa zat tersebut sebagai lemak. Kecuali bila ia merupakan bentuk
cairan yang sempurna pada suhu biasa, maka ia disebut minyak. Minyak sendiri
dapa dibedakan secara fundamental dari berbagai macam cairan lain seperti
minyak tambang (mineral oil) dan minyak atsiri (essential oil). Minyak sering
juga disebut asam lemak (fatty acid) sekarang penggunaan perkataan
"far"diartikan untuk meliputi lemak dan minyak lemak menjadi lazim
(Sastrohamidjojo, 2005).
Minyak atsiri merupakan salah satu komoditas ekspor agroindustri
potensial yang dapat menjadi andalan bagi Indonesia untuk mendapatkan devisa.
Data statistik ekspor–impor dunia menunjukan bahwa konsumsi minyak atsiri dan
turunannya naik sekitar 10% dari tahun ke tahun (Dewan Atsiri Indonesia dan IPB,
2009). Volume perdagangan minyak atsiri dunia diperkirakan bernilai sekitar
USD 4 milliar pada tahun 2007. Indonesia adalah salah satu pengekspor utama
minyak atsiri dunia dengan nilai ekspor minyak atsiri dan turunannya lebih dari
USD 120 juta pada tahun 2007 (Mulyadi, 2008).
Minyak atsiri atau dikenal juga sebagai minyak eterik, minyak esensial,
minyak terbang, serta minyak aromatik, adalah kelompok besar minyak nabati
yang berwujud cairan kental pada suhu ruang namun mudah menguap sehingga
memberikan aroma yang khas. Minyak atsiri merupakan bahan dasar dari wangi-
wangian atau minyak gosok (untuk pengobatan) alami. Di dalam perdagangan,
hasil sulingan (destilasi) minyak atsiri dikenal sebagai bibit minyak wangi
(Sulianti, 2008).
Tujuan
Tujuan praktikum kali ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis mutu
minyak kelapa sawit baru, minyak sawit yang sudah digoreng satu kali, dan minya
sawit yang digunakan berkali-kali untuk menggoreng berupa warna, aroma, kadar
air, kadar kotoran, kadar asam lemak bebas, dan indeks bias. Selain itu juga
bertujuan untuk menganalisis mutu minyak atsiri dan komoditas penghasil minyak
atsiri berupa warna dan indeks bias serta karakteristik mutu rimpang segar
penghasil minyak atsiri.
METODOLOGI
Alat – alat yang digunakan pada praktikum ini adalah kertas saring cawan
aluminium, oven, desikator, Erlenmeyer dan refraktometer.
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah minyak sawit baru,
minyak sawit yang digunakan satu kali menggoreng, minyak sawit yang
digunakan berkali-kali menggoreng, minyak kayu putih 2 jenis, rimpang jahe dan
kencur segar, NaOH 0,1 N, dan indikator pp.
Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada praktikum ini adalah :
A. Minyak Lemak
a. Warna
Hasil
b. Aroma
Hasil
c. Kadar Air
Hasil
A
A
Hasil
e. Indeks Bias
Hasil
A. Minyak Atsiri
a. Warna
Hasil
b. Indeks Bias
Hasil
Hasil
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
2. Aroma
No Sampel Keterangan
3. Kadar Air
No Sampel Keterangan
B. Minyak Atsiri
1. Warna
No Sampel Keterangan
1. Minyak Kayu Putih Cap Lang Putih bening
2. Minyak Telon Lang Putih bening
3. Rimpang Jahe Coklat
4. Kencur Segar Coklat
Pembahasan
Praktikum kali ini membahas tentang standar mutu minyak lemak dan
minyak atsiri. Pada praktikum ini dianalisis mutu minyak kelapa sawit dan
turunannya yang dibandingkan dengan minyak kelapa berupa warna, aroma, kadar
air, kadar kotoran, kadar asam lemak bebas. Selain itu juga dianalisis mutu
minyak atsiri dan komoditas penghasil minyak atsiri berupa warna, kelarutan
dalam etanol, dalam karakteristik mutu produk segar penghasil minyak atsiri.
Menurut SNI 01-3741-2002 (2002), tentang minyak goreng yaitu standar
untuk miyak goreng kelapa dengan kriteria uji kadar air mutu I maks 0.1 % dan
mutu II maks 0,3 %, asam linolenat (C 18:3) dalam komposisi asam lemak
minyak mutu I maks 2 % dan mutu Il maks 2 %. Apabila kadar airnya lebih dari
0.3% kemungkinan pada bahan terjadi reaksi antara lemak dengan air (hidrolisis)
yang menyebabkan ketengikan. Menurut SNI 7709:2012 (2012), syarat mutu
minyak goreng sawit dengan kriteria uji asam lemak bebas (dihitung sebagai asam
palmitat) adalah maks. 0,3%.
Adapun hasil yang diperoleh yaitu untuk minyak goreng baru kadar air 3,5%
dan kadar asam lemak bebas 0.45%, untuk minyak goreng 1x pakai kadar air
3,63% dan kadar asam lemak bebas 1,13% dan untuk minyak goreng berkali kali
pakai memiliki kadar air 0,45% dan kadar asam lemak bebas 0,61%, untuk
minyak atsiri dengan sampel minyak kayu putih dan minyak telon lang memiliki
keterangan yang sama yaitu putih bening dengan indeks bias ≥30° Briks.
Minyak yang digunakan pada praktikum ini adalah minyak kemasan yang
dibeli di pasar, minyak goreng 1 kali pakai, minyak goreng bekas (minyak
jelantah)yang sudah dipakai berkali-kali hingga memiliki warna coklat dan warna
hitam. Warna minyak disebabkan oleh adanya pigmen, dari kelapa/sawit sendiri
maupun pigmen dari bumbu-bumbu masakan makanan yang digoreng. Warna
gelap pada minyak jelantah disebabkan oleh adanya kerusakan oksidatif.
Secara kimiawi, minyak atsiri tersusun dari campuran yang rumit berbagai
senyawa, tetapi suatu senyawa tertentu biasanya bertanggung jawab atas suatu
aroma tertentu. Sebagian besar minyak atsiri termasuk dalam golongan senyawa
organic terpena dan terpenoid yang bersifat larut dalam minyak. Untuk standar
mutu rimpang kencur dan jahe rata-rata sudah memenuhi persyaratan umum,
namun masih ada rimpang yang bertunas dan terkontaminasi serangga hama dan
penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
Dianto, F. and dkk (2017) Pengelolaan Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis
Jacq.), Bul. Agrohorti, 410-417(Manajemen panen Kelapa Sawit,
Kualitas dan kuantitas tinggi di Kelapa Sawit, Kelapa Sawit).
Sulianti, Sri Budi. 2008. Studifitokimia Ocimum spp: Komponen Kimia Minyak
Atsiri Kemangi dan Ruku-Ruku. Erlangga. Jakarta.