Anda di halaman 1dari 4

Ibnu Sina

Orientasi:

Syeikhur Rais, Abu Ali Husein bin Abdillah bin Hasan bin Ali bin Sina, yang dikenal
dengan sebutan Ibnu Sina atau Aviciena lahir pada 22 Agustus 980 M/ bulan Safar 370 H di
sebuah desa bernama Khormeisan dekat Bukhara wilayah Uzbekistan. Julukannya adalah al-
Ra’s (puncak gunung pengetahuan). Ayah Ibnu Sina bernama Abdullah dan ibunya bernama
Sitarah. Keluarga Ibnu Sina bisa dikatakan keluarga yang mampu. Ayahnya diangkat menjadi
gubernur di sebuah distrik di Bukhara, ketika masa pemerintahan penguasa Samaniyah, Nuh
II bin Mansyur. Berangkat dari keluarga yang mampu, orang tua dari Ibnu Sina berusaha
memberikan anaknya pendidikan terbaik. Ayah Ibnu Sina merupakan seorang muslim dari
sekte Isma'ili (Syiah). Rumahnya merupakan pusat aktivitas sarjana, dan ulama masyur pada
masanya. Mereka banyak melakukan aktivitas diskusi membahas berbagai permasalahan, dari
diskusi-diskusi inilah Ibnu Sina memahami pengetahuan yang luas.

Kejadian atau Peristiwa Penting:

Ibnu Sina memang telah memperlihatkan kecerdasan yang luar biasa sejak kecil. Selain
memiliki kemampuan analisa berpikir yang tajam, Ibnu Sina juga dikenal memiliki daya
ingat yang sangat kuat. Orang tua Ibnu Sina mulai memberikan pendidikan agama dan logika
elementer sejak Ibnu Sina masih berusia 5 tahun. Pada usia 10 tahun, Ibnu Sina telah hafal al-
Qur'an. Dia juga belajar fikih, dan ilmu-ilmu syariat.

Dalam mempelajari sains, Ibnu Sina mempelajari logika dalam karya Isagoq dan
Prophecy, Euclid dan Ptolemy di bawah bimbingan Abu Abdullah Natiri. Ia juga mempelajari
agama dan metafisika Plato dan Aristoteles. Sampai ia menemui kesulitan dalam
pemahamannya. Ibnu Sina merasa kesulitan mempelajari metafisika Aristoteles. Dia
membacanya empat puluh kali sampai dia bisa menghafal setiap kata dalam buku itu, tetapi
dia tidak bisa mengerti artinya. Hingga suatu hari, setelah ia membaca Agradhu ma waraet
thabie’ah li li Aristho (870-950 M) karya Al-Farabi, semua pertanyaan dijawab dan dijelaskan
dengan gamblang, seolah-olah ia telah menguasai semua pengetahuan metafisika.

Semangat belajar Ibnu Sina tidak berhenti di bidang teologi saja, karena dia lalu
mempelajari ilmu kedokteran kepada gurunya, Abu Manshur al-Qamari, penulis kitab Al-
Hayat Wa al-Maut , dan Abu Sahal Isa bin Yahya al-Jurjani, penulis ensiklopedia kedokteran
Al-Kitab Al-Mi'ah Fi Shina'atih Thib. Meskipun Ibnu Sina pada saat itu secara teori
dikatakan belum matang, akan tetapi ia banyak melakukan keberhasilan dalam mengobati
orang-orang sakit. Setiap menemui kesulitan, ia selalu meminta petunjuk kepada Allah,
sehingga Allah menyelesaikan kesulitan yang dihadapinya dalam tidurnya. Ibnu Sina beralih
ke kedokteran pada usia 16 tahun. Dia tidak hanya meneliti teori medis, tetapi juga
menemukan perawatan baru. Ia memperoleh status penuh sebagai dokter pada usia 18 tahun
dan mengatakan bahwa, "Kedokteran adalah ilmu yang sulit ataupun berduri, seperti
matematika dan metafisika, sehingga saya segera membuat kemajuan besar, saya menjadi
dokter yang sangat baik dan mulai merawat pasien, menggunakan obat yang disetujui".
Ketenaran Ibnu Sina menyebar dengan cepat dan dia merawat banyak pasien tanpa
meminta bayaran. Hingga akhirnya Raja Bukhara Nuh bin Mansur yang memerintah antara
tahun 366 hingga 387 hijriyah (819-999 M) saat jatuh sakit memanggil Ibnu Sina untuk
merawat dan mengobatinya dan hasilnya memuaskan. Berkat itu, Ibnu Sina dapat leluasa
masuk ke perpustakaan istana Samaniyah yang besar. Ibnu Sina mengenai perpustakan itu
mengatakan, “Semua buku yang aku inginkan ada di situ. Bahkan aku menemukan banyak
buku yang kebanyakan orang bahkan tak pernah mengetahui namanya. Aku sendiri pun
belum pernah melihatnya dan tidak akan pernah melihatnya lagi. Karena itu aku dengan giat
membaca kitab-kitab itu dan semaksimal mungkin memanfaatkannya... Ketika usiaku
menginjak 18 tahun, aku telah berhasil menyelesaikan semua bidang ilmu.”.

Dianugerahi dengan kemampuan luar biasa untuk menyerap dan memelihara pengetahuan,
ia membaca seluruh buku-buku di perpustakaan itu , hingga akhirnya berhasil menguasai
semua ilmu yang ada pada masanya, sekalipun dia lebih menonjol dalam bidang filsafat dan
kedokteran. Memasuki usia 21 tahun, Ibnu Sina mulai menulis karya-karya monumental di
berbagai bidang keilmuwan, dengan karya pertamanya berjudul Al-Majmu'u (ikhtisar) , yang
memuat berbagai ilmu pengetahuan umum.

Kesibukannya di pentas politik di istana Mansur, raja dinasti Samani, juga kedudukannya
sebagai menteri di pemerintahan Abu Tahir Syamsud Daulah Deilami dan konflik politik
yang terjadi akibat perebutan kekuasaan antara kelompok bangsawan, tidak mengurangi
aktivitas keilmuan Ibnu Sina. Bahkan safari panjangnya ke berbagai penjuru dan
penahanannya selama beberapa bulan di penjara Tajul Muk, penguasa Hamedan, tak
menghalangi beliau untuk melahirkan ratusan jilid karya ilmiah dan risalah.Ketika berada di
istana dan hidup tenang serta dapat dengan mudah memperoleh buku yang diinginkan, Ibnu
Sina menyibukkan diri dengan menulis kitab Qanun dalam ilmu kedokteran atau menulis
ensiklopedia filsafatnya yang dibeni nama kitab Al-Syifa’. Namun ketika harus bepergian
beliau menulis buku-buku kecil yang disebut dengan risalah. Saat berada di dalam penjara,
Ibnu Sina menyibukkan diri dengan menggubah bait-bait syair, atau menulis perenungan
agamanya dengan metode yang indah.

Ibnu Sina juga memiliki peran besar dalam mengembangkan berbagai bidang keilmuan.
Beliau menerjemahkan karya Aqlides dan menjalankan observatorium untuk ilmu
perbintangan. Dalam masalah energi Ibnu Sina memberikan hasil penelitiannya akan masalah
ruangan hampa, cahaya dan panas kepada khazanah keilmuan dunia.Dikatakan bahwa Ibnu
Sina memiliki karya tulis yang dalam bahasa latin berjudul De Conglutineation Lagibum.
Dalam salah bab karya tulis ini, Ibnu Sina membahas tentang asal nama gunung-gunung.
Pembahasan ini sungguh menarik. Di sana Ibnu Sina mengatakan, “Kemungkinan gunung
tercipta karena dua penyebab. Pertama menggelembungnya kulit luar bumi dan ini terjadi
lantaran goncangan hebat gempa. Kedua karena proses air yang mencari jalan untuk
mengalir. Proses mengakibatkan munculnya lembah-lembah bersama dan melahirkan
penggelembungan pada permukaan bumi. Sebab sebagian permukaan bumi keras dan
sebagian lagi lunak. Angin juga berperan dengan meniup sebagian dan meninggalkan
sebagian pada tempatnya. Ini adalah penyebab munculnya gundukan di kulit luar bumi.”

Ibnu Sina dengan kekuatan logikanya sehingga dalam banyak hal mengikuti teori
matematika bahkan dalam kedokteran dan proses pengobatan- dikenal pula sebagai filosof
tak tertandingi. Menurutnya, seseorang baru diakui sebagai ilmuan, jika ia menguasai filsafat
secara sempurna. Pengaruh pemikiran filsafat Ibnu Sina seperti karya pemikiran dan
telaahnya di bidang kedokteran tidak hanya tertuju pada dunia Islam tetapi juga merambah
Eropa. Albertos Magnus, ilmuan asal Jerman dari aliran Dominique yang hidup antara tahun
1200-1280 Masehi adalah orang Eropa pertama yang menulis penjelasan lengkap tentang
filsafat Aristoteles. Ia dikenal sebagai perintis utama pemikiran Aristoteles Kristen. Dia lah
yang mengawinkan dunia Kristen dengan pemikiran Aristoteles. Dia mengenal pandangan
dan pemikiran filosof besar Yunani itu dari buku-buku Ibnu Sina. Filsafat metafisika Ibnu
Sina adalah ringkasan dari tema-tema filosofis yang kebenarannya diakui dua abad
setelahnya oleh para pemikir Barat.

Ibnu Sina wafat pada tahun 428 hijriyah/ Juni 1037 pada usia 58 tahun dan dimakamkan di
Hamedan, Iran. Beliau pergi setelah menyumbangkan banyak hal kepada khazanah keilmuan
umat manusia dan namanya akan selalu dikenang sepanjang sejarah. Ibnu Sina adalah contoh
dari peradaban besar Iran di zamannya. Beliau mendapatkan julukan sebagai bapak
kedokteran dunia karena menciptakan karya yang berkontribusi besar di bidang kedokteran.
Hingga saat ini kitab-kitabnya mengenai ilmu kedokteran banyak dijadikan sebagai referensi
para sarjana-sarjana kedokteran dari Barat. Nama Ibnu Sina bahkan banyak diabadikan
sebagai nama tempat di beberapa negara di dunia. Hal ini memperlihatkan bahwa Ibnu Sina
adalah contoh dari peradaban besar kemajuan ilmu pengetahuan muslim di zamannya.

Reorientasi:

Begitulah secara singkat perjalanan hidup Ibnu Sina yang dikenal sebagai bapak
kedokteran dunia yang banyak menciptakan karya-karya dan menemukan penemuan baru,
khususnya di bidang kedokteran yang memiliki kontribusi besar bagi dunia kedokteran
hingga saat ini. Menurut saya, ada berbagai hikmah yang bisa kita ambil dari kisah ini.
Diantaranya, kita bisa mencontoh semangat Ibnu Sina dalam menuntut ilmu dan menciptakan
karya-karya dan selalu diimbangi kedekatan dengan Allah serta keikhlasan agar dipermudah
dalam menuntut ilmu dalam kehidupan.Selain itu, kita juga bisa mencontoh sikap pantang
menyerah dan tidak mudah putus asa yang dimiliki oleh Ibnu Sina.

Nama: Rifqi Zakwan Fikri

Kelas: XC

No. Absen: 28

Anda mungkin juga menyukai