Anda di halaman 1dari 10

Nama: Rifqi Zakwan Fikri

Kelas: XI C

No. Absen: 28

Jejak Warna di Taman Klinik Pratama

Suasana pagi itu begitu cerah, mentari menyinari bangunan MTsN 1 Pontianak dengan
cahayanya yang hangat. Di antara gemerlapnya awal hari, sekelompok anak MTs berkumpul
di depan gerbang sekolah. Mereka adalah sahabat sejak kelas 7. Mereka telah menjalani
berbagai petualangan dan mengalami beragam kisah selama tiga tahun terakhir. Mereka
adalah Rifqi, Faiq, dan Raihan Zaki, tiga sahabat yang tak terpisahkan sejak kelas 7. Mereka
selalu bersama dalam suka dan duka, berbagi tawa dan tangis, serta saling mendukung satu
sama lain. Kini, mereka melangkah menuju akhir kelas 9 dengan perasaan campur aduk,
karena tak lama lagi mereka akan meninggalkan jejak warna mereka di MTsN 1 Pontianak.

Hari-hari di MTs bukan hanya sekadar pembelajaran di dalam kelas. Mereka memiliki
sebuah taman kecil di Klinik Pratama yang letaknya tepat di samping sekolah mereka. Taman
itu menjadi tempat mereka berkumpul, bercerita, dan melupakan sejenak beban tugas
sekolah. Di sana, mereka menanamkan jejak warna mereka dengan berbagai kenangan manis.

Pada suatu pagi, Rifqi, Faiq, dan Raihan Zaki berkumpul di taman klinik tersebut. Mereka
duduk di teras klinik di dekat taman. Taman tersebut telah menjadi saksi bisu perjalanan
mereka sedari kelas 7. "Wah, sebentar lagi Ujian Akhir Semester nih, guys. Kita harus
semangat!" kata Faiq dengan semangat. Rifqi tersenyum sambil menggenggam buku
catatannya,"Iya, tapi sebelum itu, kenapa kita nggak coba revisi bareng di sini? Suasana
taman pasti bikin semangat!". Faiq dan Raihan Zaki setuju, dan mereka mulai membuka
buku-buku catatan mereka. Di antara tumpukan buku, pena, dan kertas-kertas revisian,
mereka tertawa dan bertukar cerita. Taman klinik tersebut bukan hanya menjadi tempat
belajar bagi mereka, tapi juga menjadi tempat mereka membangun mimpi-mimpi kecil.

Seiring berjalannya waktu, taman itu menyaksikan banyak perubahan dalam diri mereka.
Dari anak-anak MTs yang polos, kini mereka tumbuh menjadi remaja yang penuh impian.
Perjuangan menghadapi ujian, tugas, dan masalah di sekolah tidak pernah membuat semangat
mereka luntur. Mereka selalu saling menyemangati, dan jejak warna mereka semakin
tergambar jelas.

Tak hanya dalam hal akademis, Taman di Klinik Pratama itu juga menjadi saksi cinta yang
tumbuh pada diri mereka masing-masing, terutama Rifqi. Mereka saling bercerita tentang
perasaan mereka terhadap seseorang. Rifqi ternyata diam-diam menyukai seorang perempuan
di kelas mereka sejak kelas 8, Faiq dan Raihan Zaki yang mengetahuinya selalu mendukung
pertemanan Faiq dan seorang perempuan yang ia sukai itu. "Kamu harus bilang, Rifqi. Siapa
tahu dia juga punya perasaan yang sama," ujar Raihan Zaki dengan senyum penuh makna.
“Bukannya aku tidak mau bilang, Raihan. Tapi hanya waktunya aja belum tepat, kayaknya
nanti sesudah Ujian Akhir Madrasah saja, itupun kalo ada waktu,” balas Rifqi.

Puncak perjalanan mereka di MTsN 1 Pontianak semakin mendekat. Mereka mulai


memasuki bulan Maret 2022 dimana pada bulan ini menjadi masa-masa ujian yang cukup
padat bagi kelas 9. Selama bulan Maret itu, mereka akan mengikuti 2 ujian berbeda, yaitu
Ujian Akhir Semester dan Ujian Akhir Madrasah. Selama rentang waktu itu, hawa sekolah
terasa lebih tegang dan semangat belajar semakin kental menyelimuti koridor-koridor MTs.
Ujian akhir semester menjadi tantangan awal yang harus dihadapi Rifqi, Faiq, dan Raihan
Zaki, serta teman-teman kelas 9 lainnya, sebelum mereka menghadapi Ujian Akhir Madrasah.
Mereka merasa seperti sedang berada di ambang pintu, menanti untuk memasuki babak
penentuan dalam perjalanan mereka di MTs.

Menghadapi Ujian Akhir Semester, Taman di Klinik Pratama menjadi tempat yang tak
terpisahkan dari rutinitas mereka. Di teras klinik dekat taman tempat biasanya mereka bertiga
berkumpul, mereka membentangkan buku-buku catatan, menelisik rumus-rumus matematika,
menghafal berbagai dalil Al-Qur’an dan Hadits, dan mendalami konsep-konsep penting.
Meskipun ada beban tugas yang berat, keberadaan taman tersebut memberikan semangat
tambahan bagi mereka untuk melalui setiap ujian dengan penuh keyakinan.

Rifqi, Faiq, dan Raihan Zaki pergi ke Klinik Pratama untuk berkumpul di taman itu setiap
siang sampai sore, saling membantu satu sama lain dalam persiapan Ujian Akhir Semester.
Diskusi intensif mengisi udara, dan pohon-pohon yang melambai di taman menjadi saksi bisu
perjuangan mereka. Malam-malam sebelum ujian, mereka sering belajar hingga larut malam,
menantang satu sama lain dengan pertanyaan-pertanyaan sulit, dan kadang-kadang tertawa
lepas untuk meredakan kegugupan.
Hari-hari berlalu, dan akhirnya, Ujian Akhir Semester pun tiba. Suasana sekolah menjadi
lebih hening, dan para siswa tampak sibuk mengisi jawaban pada lembar soal. Di antara
mereka, Rifqi, Faiq, dan Raihan Zaki duduk dengan serius, mencoba memberikan yang
terbaik untuk meraih hasil yang memuaskan. Meskipun lelah dan juga dibarengi dengan
grogi, mereka tetap mencoba meyakinkan diri mereka dan memberikan semaksimal mungkin
dari apa yang sudah mereka persiapkan selama ini. Hari demi hari mereka lalui untuk
melaksanakan Ujian Akhir Semester.

Setelah lebih kurang dua minggu, akhirnya mereka selesai melaksanakan Ujian Akhir
Semester. Setelah selesai ujian, taman di Klinik Pratama kembali menjadi saksi emosional
bagi mereka. Sepulang sekolah setelah melaksanakan jadwal Ujian Akhir Semester yang
terakhir, mereka pergi ke Klinik Pratama di samping sekolah dan duduk di teras klinik dekat
taman dengan perasaan lega dan penuh harap. Rifqi mengusap keringat di dahinya,
"Alhamdulillah, kita telah melewati ujian ini dengan baik, guys.". Faiq tersenyum dan
berkata, "Taman ini memang selalu memberikan semangat tambahan. Sekarang tinggal
menunggu hasilnya." Raihan Zaki menambahkan, "Sekarang, mari kita fokus ke ujian
terakhir yang menjadi puncak dan penentu kelulusan bagi kita, yaitu Ujian Akhir Madrasah.”

Perjuangan mereka dalam melaksanakan ujian tak hanya sampai di situ. Setelah melewati
Ujian Akhir Semester, mereka masih memiliki satu tantangan terakhir, yaitu Ujian Akhir
Madrasah. Persiapan mereka tidak berhenti begitu saja. Rifqi, Faiq, dan Raihan Zaki terus
mengasah pengetahuan dan keterampilan mereka untuk menghadapi Ujian Akhir Madrasah
yang akan datang.

Pengalaman mempersiapkan Ujian Akhir Madrasah menjadi momen yang lebih intens dan
mendalam. Mereka membentuk kelompok belajar yang lebih kecil, fokus pada mata pelajaran
yang menjadi inti Ujian Akhir Madrasah. Setiap hari, setelah jam sekolah, mereka berkumpul
di taman Klinik Pratama dengan buku-buku catatan dan panduan ujian. Masing-masing
membawa pertanyaan sulit dan materi latihan untuk diberikan kepada teman-teman lainnya.
Diskusi menjadi lebih serius, dan mereka tidak hanya sekadar membahas teori, tetapi juga
mengeksplorasi berbagai jenis soal yang mungkin muncul dalam ujian. Mereka juga
menyempatkan waktu untuk konsultasi dengan guru-guru agar memahami dengan baik setiap
materi. Meskipun kadang-kadang merasa lelah, semangat untuk memberikan yang terbaik
dalam Ujian Akhir Madrasah terus membara. Taman di Klinik Pratama lagi-lagi menjadi
saksi bisu dari malam-malam yang penuh dengan konsentrasi tinggi, di mana mereka
memecahkan soal-soal latihan, mendiskusikan teori-teori tertentu, dan mengevaluasi
pemahaman masing-masing. Pohon-pohon di taman menjadi saksi dari perjuangan dan
semangat belajar yang membara di setiap pertemuan mereka.

Hari Ujian Akhir Madrasah pun tiba, dan mereka kembali menjadikan taman di Klinik
Pratama sebagai tempat persiapan terakhir. Mereka berkumpul di taman itu sebelum bel
sekolah berbunyi. Meskipun lelah dan tegang, semangat untuk melewati ujian ini tetap
berkobar di hati mereka. Taman Harapan menjadi saksi dari dedikasi dan semangat belajar
yang tak kenal lelah.

Tidak lama setelah bel sekolah berbunyi, mereka sudah berada di ruang ujian dengan buku
catatan dan pulpen di tangan. Guru pengawas memberikan instruksi dengan serius,
menegaskan pentingnya Ujian Akhir Madrasah sebagai penutup perjalanan mereka di MTsN
1 Pontianak. Rifqi menelan ludah, merasa perasaan tegang yang sulit dihindari.

Mereka melaksanakan Ujian Akhir Madrasah lebih kurang 2 minggu lamanya. Pada
seminggu pertama, ujian dimulai dengan mata pelajaran agama. Hal ini menjadi tantangan
awal yang harus mereka lewati di seminggu pertama pelaksanaan Ujian Akhir Madrasah.
Mereka berfokus pada soal-soal yang berkaitan dengan ajaran agama, etika, dan nilai-nilai
moral. Pada setiap soal, mereka memperhatikan dengan seksama, merenung sejenak sebelum
mengisi jawaban mereka. Suasana ruangan menjadi hening, hanya terdengar suara pulpen
yang menuliskan jawaban dan gelegar kertas yang dilipat.

Setelah selesai dengan bagian agama, giliran mata pelajaran lainnya pun tiba di minggu
kedua. Ujian Akhir Madrasah mencakup berbagai bidang, termasuk ilmu pengetahuan umum,
matematika, dan bahasa. Mereka menjawab soal-soal dengan penuh konsentrasi, berusaha
mengingat setiap konsep yang telah mereka pelajari selama beberapa tahun terakhir.

Rifqi menemui beberapa soal yang cukup menantang di bagian matematika. Dengan penuh
tekad, dia mencoba mengingat rumus-rumus yang telah dia pelajari selama di MTs. Di
depannya, ada Faiq dengan penuh semangat mencoba menyelesaikan soal-soal berbahasa
Arab, memastikan setiap jawaban sesuai dengan materi yang telah dia pelajari. Raihan Zaki,
yang terbiasa dengan ilmu pengetahuan umum, berusaha memberikan yang terbaik pada
setiap pertanyaan. Pada setiap soal, mereka membaca dan memperhatikannya dengan
saksama serta menjawabnya dengan hati-hati dan teliti. Mereka semua berusaha untuk
memberikan yang terbaik di Ujian Akhir Madrasah ini.

Hari demi hari terus berlalu, dan suasana ujian semakin mendebarkan. Meskipun tegang,
mereka berusaha tetap tenang dan fokus di setiap harinya saat mengerjakan soal ujian. Waktu
berjalan begitu cepat, dan tiba saatnya jadwal terakhir pelaksanaan Ujian Akhir Madrasah.
Seperti hari-hari sebelumnya, mereka tetap tenang, fokus, dan yakin, serta berusaha
memberikan yang terbaik dari apa yang telah mereka persiapkan selama ini untuk Ujian
Akhir Madrasah. Meskipun hari ini adalah hari terakhir ujian, mereka tidak mau tergesa-gesa
dalam mengerjakan setiap soal ujian. Mereka tetap mengerjakan soal demi soal dengan teliti
dan hati-hati, tidak terpengaruh oleh gangguan apapun. Tidak lama kemudian waktu ujian
habis, dan tibalah saatnya untuk menyerahkan lembar jawaban.

Setelah selesai ujian, mereka meninggalkan ruang ujian dengan perasaan campuran antara
lega dan kecemasan. Taman di Klinik Pratama kembali menjadi tempat untuk merenung dan
berbagi perasaan. Sepulang sekolah setelah selesai melaksanakan semua rangkaian Ujian
Akhir Madrasah, mereka bertiga pergi ke Klinik Pratama dan duduk di bawah teras dekat
taman seperti biasanya. Mereka saling bertukar pandangan tentang bagaimana pelaksanaan
Ujian Akhir Madrasah selama 2 minggu terakhir.

"Semoga hasilnya baik ya, guys," ujar Rifqi dengan harapan Faiq dan Raihan Zaki
mengangguk setuju, mengungkapkan perasaan yang sama. Mereka berbincang tentang soal-
soal yang menantang, tertawa pada momen lucu yang terjadi selama ujian, dan merenung
tentang betapa cepatnya waktu berlalu selama perjalanan mereka di MTs.

"Semua ini tidak mungkin terjadi tanpa dukungan dan kebersamaan kita," ujar Faiq dengan
rasa syukur. Rifqi menimpali, "Dan taman ini selalu memberikan kita kekuatan tambahan.
Sekarang, kita bisa menantikan pesta perpisahan sebagai bentuk penghargaan untuk
perjuangan kita bersama.”. “Itu benar! Sekarang mari kita fokus ke peristiwa puncak yang
akan datang, pesta perpisahan. Kita harus membuat pesta perpisahan ini menjadi momen
yang tak terlupakan!” balas Raihan Zaki dengan semangat.

Setelah melewati serangkaian ujian selama sebulan, mulai dari Ujian Akhir Semester
sampai Ujian Akhir Madrasah, mereka pun segera fokus untuk mempersiapkan acara
perpisahan bersama teman-teman sekelas mereka. Rifqi, Faiq, dan Raihan Zaki tidak
mempunyai waktu untuk bersantai karena waktu pesta perpisahan mereka tidak lama lagi
akan tiba. Taman yang selalu mereka kunjungi di Klinik Pratama pun menjadi tempat mereka
mempersiapkan pesta perpisahan, dimana mereka bekerja keras untuk membuat pesta
perpisahan tersebut menjadi sesuatu yang tak terlupakan.

Mereka mulai merencanakan setiap rangkaian pesta perpisahan di teras Klinik Pratama
dekat taman, tempat biasa mereka berkumpul. Raihan Zaki, yang memiliki bakat dalam seni
dekorasi, merancang dekorasi yang indah dan menggambarkan jejak warna mereka di MTsN
1 Ponianak. Mereka mencatat setiap ide yang muncul, dari warna tema hingga jenis hiasan
yang akan digunakan.

Rifqi, dengan keahliannya memilih lagu, bertanggung jawab untuk memilih daftar putar
yang akan mengisi malam pesta perpisahan. Mereka berkumpul di teras klinik,
mendengarkan berbagai lagu, dan membuat daftar putar yang mencerminkan perjalanan
mereka sepanjang mereka di MTs. Mereka berdiskusi panjang mengenai lagu yang paling
bermakna dan cocok untuk suasana perpisahan, sehingga perpisahan dapat menjadi momen
yang membangun kebersamaan di antara mereka.

Faiq, yang memiliki keahlian dalam memasak, mengambil peran dalam merencanakan
menu untuk pesta perpisahan. Mereka berdiskusi tentang jenis hidangan yang disukai oleh
teman-teman sekelas, memenuhi selera yang beragam. Taman tempat mereka berkumpul pun
menjadi tempat mereka mencoba resep-resep baru serta merancang menu makanan yang akan
memanjakan lidah.

Tidak hanya itu, persiapan pakaian pun juga menjadi fokus utama bagi mereka. Rifqi, Faiq,
dan Raihan Zaki berunding untuk memilih pakaian dan busana yang sesuai dengan tema
perpisahan mereka nanti. Mereka pergi berbelanja pakaian bersama-sama. Mereka pergi
berbelanja ke berbagai tempat, baik ke mall ataupun toko-toko pakaian yang ada di sekitar
sekolah mereka maupun yang jauh dari sekolah mereka. Mereka mencari pakaian yang
memberikan sentuhan khusus pada malam pesta perpisahan nanti. Setelah berbelanja, mereka
pun mencoba pakaian yang telah mereka beli di taman tempat mereka biasa berkumpul.
Mereka mencoba pakaian tersebut dengan penuh tawa. Momen itu menjadi salah satu momen
yang indah dan berkesan bagi mereka sebelum malam pesta perpisahan tiba.
Taman tempat biasa mereka berkumpul pun juga menjadi saksi kerja keras mereka dalam
mempersiapkan malam pesta perpisahan. Setiap pojok taman itu menyimpan berbagai cerita
persiapan yang penuh semangat. Mulai dari mempersiapkan dekorasi, menentukan lagu untuk
daftar putar, menentukan menu makanan, hingga mempersiapkan pakaian dan busana yang
akan mereka gunakan untuk acara perpisahan nanti. Mereka mempersiapkan segalanya untuk
acara pesta perpisahan di sekolah dan menciptakan atmosfer yang sesuai untuk jejak warna
mereka selama di MTs.

Setelah menyelesaikan semua bagian tugas mereka dalam mempersiapkan pesta


perpisahan, pada tanggal 9 April 2022 (1 hari sebelum pesta perpisahan), mereka beserta
teman-teman sekelas mulai fokus untuk menghias halaman sekolah. Mereka mulai menghias
dan mempersiapkan halaman sekolah dari jam 8 pagi. Mereka memasang dekorasi yang telah
dibuat di sekeliling halaman sekolah, mengatur lampion-lampion dengan indah,
mempersiapkan sound system, dan memperhatikan setiap elemen pesta perpisahan dengan
cermat. Mereka semua bekerja dengan giat dan penuh semangat demi pesta perpisahan esok
hari. Mereka berharap pesta perpisahan yang mereka adakan itu dapat menjadi momen
terakhir yang indah setelah mereka menjalani masa-masa di MTs tiga tahun lamanya.

Tidak terasa, waktu sudah menunjukkan pukul 4 sore dan mereka juga sudah selesai
menghias halaman sekolah yang akan mereka gunakan untuk pesta perpisahan pada esok
hari. Teman-teman sekelas mereka pun sudah mulai pulang ke rumah masing-masing. Tetapi,
sebelum pulang, Rifqi mengajak Faiq dan Raihan Zaki untuk berkumpul di taman Klinik
Pratama, taman tempat biasa mereka berkumpul untuk terakhir kalinya, “Oi, Faiq, Raihan
Zaki. Kita kumpul-kumpul dulu yuk di taman sebelah sekolah, mau ga??” ajak Rifqi.
“Hmm… boleh aja sih. Mumpung ini yang terakhir, soalnya habis perpisahan pasti kita pada
mudik liburan” balas Faiq. “Boleh juga, takutnya kita udah pada mudik nanti kalo selesai
perpisahan. Tapi sebelum kumpul kita solat dulu yuk di masjid dekat sekolah.”. “Ayo!” sahut
Rifqi dan Faiq.

Mereka pun memutuskan untuk solat dulu di masjid dekat sekolah mereka sebelum
berkumpul di taman tempat biasa mereka berkumpul. Setelah solat, mereka bertiga pun
langsung menuju taman itu. Disana, mereka mengobrol santai, mengenang setiap momen
yang telah mereka lewati selama di MTs, menanggung bersama setiap suka dan duka yang
mereka alami. Tak terlepas juga mereka mengobrol soal percintaan. Faiq yang penasaran
bagaimana dengan Rifqi yang menyukai teman sekelas mereka pun mulai iseng bertanya,
“Oh iya, ngomong-ngomong soal waktu itu, kamu masih suka dengan dia nggak, Rifqi?”.
Rifqi pun menjawab, “Kalo dibilang masih suka sih iya. Kalo dipikir-pikir makin kesini
makin suka rasanya.”. “Lalu kenapa kamu nggak ungkapin aja, Qi? Takut atau apa hayo,”
tanya Raihan Zaki dengan iseng. “Boro-boro bilang, dikelas aja diem-dieman, ahahahah,”
Faiq menimpali dengan tawanya. “Hadehh kalian ini. Kalo dipikir-pikir kayaknya aku
pendam aja sih. Aku takut aja kalo diungkapin nanti ribet lagi masalahnya, dan kita udah mau
lulus juga,” balas Rifqi. “Jangan jadikan udah mau lulus itu alasan deh, tinggal ungkapin aja
susah, beuhh,” balas Raihan Zaki dengan tengilnya. Rifqi pun menyangkal, “Bukan jadi
alasan, tapi aku berpikir lebih baik hanya Allah, aku, dan kalian yang tahu perasaan aku sama
dia. Kalo misalnya aku ungkapin sekarang nanti aku yang jadi ngga nyaman sama dia.”. Faiq
dan Raihan Zaki pun akhirnya memahami mengapa Rifqi selama ini tidak mau
mengungkapkan perasaannya dengan teman sekelas yang ia sukai itu.

Setelah mengobrol cukup lama, tidak terasa sudah pukul setengah 6 sore. Karena sudah
hampir maghrib, mereka pun memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing. Walaupun
tidak terlalu lama, berkumpulnya mereka di taman itu untuk terakhir kalinya menjadi jejak
warna yang terakhir bagi mereka di taman itu. Di dalam perjalanan pulang pun mereka
bertiga masih mengenang jejak warna mereka di taman itu. Mereka bertiga menyimpan
kenangan bersama yang cukup indah di taman itu.

Tiba saatnya malam pesta perpisahan, bertepatan dengan tanggal 10 April 2022. Pada
malam itu, halaman sekolah mengalami perubahan yang luar biasa. Lampu-lampu menyala
dengan terang di gemerlap langit malam, meja makan dipenuhi dengan hidangan yang lezat,
dan musik yang mereka pilih mengisi udara dengan harmoni yang menggetarkan. Teman-
teman sekelas yang hadir pun terkesima dengan keindahan halaman sekolah pada malam itu.

Pesta perpisahan berjalan dengan lancar, diisi dengan tawa, canda, dan nostalgia. Mereka
berdansa, bernyanyi, dan menari di tengah halaman sekolah yang dipenuhi cahaya, bertukar
cerita dan kenangan, serta mengabadikan momen-momen indah tersebut melalui foto-foto.
Pesta perpisahan pada malam itu menjadi momen puncak dari perjalanan mereka di MTsN 1
Pontianak.

Tidak terasa malam semakin larut, dan sudah 3 jam lamanya mereka menikmati pesta
perpisahan pada malam itu. Rifqi, Faiq, dan Raihan Zaki bersama teman-teman sekelas
lainnya pun mulai mengemas dan merapikan halaman sekolah setelah mereka menikmati
pesta perpisahan. Setelah berkemas, teman-teman sekelas pun memutuskan untuk langsung
pulang. Rifqi, Faiq, Dan Raihan Zaki pun juga memutuskan untuk pulang.

Mereka bertiga keluar gerbang sekolah bersama-sama. Sambil berjalan, Rifqi dan Raihan
Zaki asik mengobrol dan bercanda, mengingat setiap momen lucu yang terjadi di pesta
perpisahan yang barusan telah usai. Sementara Faiq, dia terlihat lesu berjalan di belakang
Rifqi dan Raihan Zaki. Saat berada di depan Klinik Pratama yang terletak di sebelah sekolah
mereka, Faiq pun menghentikan langkah kakinya, meratapi taman tempat biasa mereka
bertiga berkumpul selama di MTs. Faiq meratap taman itu dengan penuh makna dan
mengingat setiap jejak warna yang telah mereka bertiga lalui. Rifqi dan Raihan Zaki yang
tadinya asik bercanda pun, mulai menyadari Faiq tidak berjalan mengikuti mereka. Mereka
melihat Faiq yang sedang meratapi taman tempat biasanya mereka bertiga berkumpul. Rifqi
dan Raihan Zaki pun berbalik dan berjalan mendekati Faiq. Rifqi spontan bertanya, “Kamu
kenapa, Faiq? Kelihatannya lesu dan sedih, ada apa?”. Raihan Zaki meneruskan, “Iya, ada
apa, Faiq?”. “Saat melewati taman ini tadi, aku berpikir pasti akan rindu dengan setiap
momen dan jejak warna yang telah kita lalui bersama, terutama saat berkumpul di taman ini.
Kira-kira kapan ya kita bisa berkumpul di sini lagi?” Faiq menjawab dengan nada sedih.
“Oohh, pantasan dari tadi kamu terlihat lesu, Faiq. In syaa Allah kalo ada waktu nanti kita
bisa berkumpul di taman ini lagi,” jawab Raihan Zaki. “In syaa Allah. Sudah kamu jangan
sedih lagi ya, Faiq. Masih banyak waktu kok kalo mau ketemuan di sini. Kalo kamu sedih
terus nanti sampai SMA ga bisa move on lho dari masa-masa MTs, hahaha,” jawab Rifqi
sembari menenangkan Faiq dengan sedikit candaan. “Hmm, baiklah teman-teman, sekarang
kita langsung pulang saja, yuk. Malam sudah semakin larut juga nih,” balas Faiq sembari
mengajak pulang. Mereka pun memutuskan untuk langsung pulang ke rumah mereka masing-
masing.

Taman di Klinik Pratama, tempat biasa mereka bertiga berkumpul yang selalu menjadi
saksi setia, tentunya menyimpan banyak kenangan indah bagi mereka bertiga. Bagi Rifqi,
Faiq, dan Raihan Zaki, jejak warna di taman itu bukan hanya tentang perpisahan, tetapi juga
tentang persahabatan yang akan terus berkembang di babak baru kehidupan mereka, yaitu
masa SMA. Meskipun perpisahan selalu membawa sedikit kesedihan, mereka merasa puas
karena pesta perpisahan menjadi penutup yang indah dari masa-masa mereka di MTsN 1
Pontianak.

Anda mungkin juga menyukai