Anda di halaman 1dari 98

1

DESKRIPSI KESULITAN SISWA MENYELESAIKAN SOAL


MATEMATIKA KELAS IV SD NEGERI 1 LEMBO KABUPATEN
KONAWE UTARA

HASIL PENELITIAN

OLEH
OKI OKTAPIA NINGSI
A1G1 17 018

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
2
3

ABSTRAK

OKI OKTAPIA NINGSI (A1G117018) “Deskrpisi Kesulitan Siswa


menyelesaikan soal matematika Kelas IV SD Negeri 1 Lembo Kabupaten Konawe
Utara”. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Kegururan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Halu Oleo. Dibimbing oleh Bapak Dr. Muhammad Yasin,
S.Pd., M.Pd sebagai pembimbing I dan Bapak Drs. La Ode Kaimudin S.Pd.,
M.Pd., sebagai pembimbing II.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kesulitan siswa dalam
menyelesaikan soal matematika, faktor penyebab kesulitan belajar matematika,
dan cara guru untuk mengatasi kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal
matematika.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan subjek 20 siswa yang terindikasi
kesulitan dalam menyelesaikan soal matemtaika. Teknik yang digunakan untuk
mengumpulkan data adalah observasi, wawancara, dan dokumen hasil ulangan
semester genap kelas IV. Analisis data dilakukan dengan mereduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa SD Negeri 1 Lembo, Kecamatan
Lembo, Kabupaten Konawe Utara dari hasil analisis deskriptif menunjukkan 50%
siswa berada pada kategori tuntas dan 50% siswa berada pada kategori tidak
tuntas dengan nilai rata-rata 64.50. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan
bahwa prestasi belajar matematika siswa SD Negeri 1 Lembo berada pada
kategori rendah dengan masing-masing kesulitan yang dialami siswa.

Kata Kunci: Kesulitan Menyelesaikan Soal, Matematika, Sekolah Dasar.

iii
4

ABSTRACT
OKI OKTAPIA NINGSI (A1G117018) "Description of the Difficulty of Students
in solving math problems for Class IV SD Negeri 1 Lembo, North Konawe
Regency". Department of Elementary School Teacher Education, Faculty of
Teacher Training and Education, Halu Oleo University. Supervised by Mr. Dr.
Muhammad Yasin, S.Pd., M.Pd as supervisor I and Drs. La Ode Kaimudin S.Pd.,
M.Pd., as supervisor II.
The purpose of this study is to describe the difficulties of students in solving math
problems, the factors that cause difficulties in learning mathematics, and the
teacher's way of overcoming students' difficulties in solving math problems.
This research is a qualitative research with 20 students as the subject who
indicated difficulties in solving math problems. The technique used to collect data
is observation, interviews, and documents from the even semester IV test results.
Data analysis was carried out by reducing data, presenting data, and drawing
conclusions.
The results of this study indicate that students of SD Negeri 1 Lembo, Lembo
District, North Konawe Regency from the results of descriptive analysis show that
50% of students are in the complete category and 50% of students are in the
incomplete category with an average score of 64.50. Based on these data, it can be
concluded that the mathematics learning achievement of SD Negeri 1 Lembo
students is in the low category with each difficulty experienced by students.

Keywords: Difficulty in Solving Problems, Mathematics, Elementary School.

iv
5

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat ALLAH Subhanahu


Wa Ta’ala yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah dan nikmat kepada
semua hamba-Nya terutama kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
penulisan hasil ini dengan judul “Deskripsi Kesulitan Siswa Menyelesaikan Soal
Matematika Kelas IV SD Negeri 1 Lembo Kabupaten Konawe Utara”. Shalawat
serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhamad Shalallahu Alaihi
Wassalam.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan hasil ini tidak akan berjalan
lancar tanpa bantuan dari berbagai pihak. Ucapan terima kasih yang tak terhingga
penulis kepada Ayahanda Abidin kia dan Ibunda tercinta Santi yang senantiasa
mencurahkan kasih sayang dan doa yang tulus serta pengorbanan dan dorongan
yang luar biasa sebagai penyemangat penulis. Kepada keempat saudaraku Eka
Putri Sandi S.M, Adit Trinov, Fattan al-faruq dan Affan al-khair yang selalu
memberi doa dan dukungan yang tidak ada hentinya kepada penulis. Selain itu,
dengan rendah hati penulis sampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Bapak Dr. H. Muhammad Yasin, S.Pd., M.Pd selaku pembimbing I dan
Bapak Drs. La Ode Kaimudin S.Pd., M.Pd selaku Pembimbing II, yang telah
banyak memberikan bimbingan, motivasi, dan arahan yang baik kepada penulis.
Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat-Nya kepada bapak beserta keluarga
tercinta.
Ucapan terima kasih juga peneliti sampaikan kepada pihak-pihak yang
secara langsung maupun tidak langsung telah membantu peneliti, yaitu kepada:

1. Prof. Dr. Muhammad Zamrun F., S.Si., M.Si., M.Sc., selaku Rektor
Universitas Halu Oleo yang telah berperan penting dalam penyelenggaraan
pendidikan di Universitas Halu Oleo.
2. Dr. H. Jamiludin, M.Hum., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan universitas halu oleo yang telah memberikan izin penelitian dan
kebijakan dalam mengarahkan mahasiswanya khususnya mahasiswa PGSD
untuk menjadi calon guru yang berkompetensi.

v
6

3. Dr. Izlan Sentryo, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah
Dasar (PGSD) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu
Oleo yang telah memberikan kemudahan dalam menyelesaikan segala sesuatu
yang berkaitan dengan perkuliahan.
4. Dr. La Ili, S.Pd. M.Pd., selaku sekretaris Jurusan Pendidikan Guru Sekolah
Dasar (PGSD) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah
menyelenggarakan administrasi akademik di Jurusan Pendidikan Guru
Sekolah Dasar dengan baik.
5. Dosen dan Staf Administrasi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar dalam
lingkungan FKIP Universitas Halu Oleo yang telah membantu selama
perkuliahan.
6. Drs. H. Amiruddin B, M.Kes selaku ketua penguji, Dr. La Ili, S.Pd. M.Pd.,
selaku sekretaris penguji, Dr. Nana Sumarna S.Pd., M.Kes, Dra. Yoo Eka
Yana Kansil, M.Pd selaku anggota penguji yang memberikan kritikan dan
masukan sebagai perbaikan hasil penulis.
7. Sutra S.Ag, selaku kepala sekolah SD Negeri 1 Lembo, dan Ibu Sarpia S.Pd
selaku guru kelas IV SD Negeri 1 Lembo terima kasih atas kerjasamanya dan
memberikan izin untuk melaksanakan penelitian di SD Negeri 1 Lembo, serta
siswa kelas IV SD Negeri 1 Lembo yang telah membantu terlaksananya
penelitian ini dengan lancar.
8. Ibu Rita Erhani Mekuo S.Pd. M.M., Irwanto S.E, Yusniatin S.Pd, Edi
Setiawan S.H, Marleni, serta keluarga lainnya yang selalu memberikan
dukungan moral, materi, maupun do’a yang tulus kepada penulis selama
kuliah sampai pada tahap menyelesaikan hasil ini.
9. Teruntuk adik-adikku yang terkasih Rey Fraditya Purnama, Ivan Fairuz, Rifki
Fadilah Ramadhan, Nurul Azkiya Mekuo, Reva Frasilia, Adelia Nur
Fatmawati, terima kasih atas dukungan yang selalu di berikan selama ini.
10. Kepada sahabat seperjuangan saya Sarmina, Giska Aprilia, Tri Putri Delegina
Tawakkal, Sinarwati, Neni Amalia, Suhirnan S.Pd, Nasrawati S.Pd, yang

vi
7

kurang lebih 4 tahun lamanya berjuang untuk sampai di titik ini dengan penuh
suka dan duka.
11. Sahabatku Asbar AM.d Kep, Perdinan Mulkia Hakim, Abdul Kailullah sidik,
Irfan Sabdillah Sahar, Aprilianto, Irwansyah, Rusli, Samsul inchu, Ika
Yulistian, Nita Oktaviani Safitri, Irma Ulfi Sari, Windi Cindiani, Wulan
Purnama Safitri, Putri Handayani, terima kasih untuk selalu bersama sejak
duduk di bangku sekolah dasar sampai sekarang ini.
12. Kepada Yusman S.T, Muh. Irwan Nur S.Pd, M.Pd., Oscar Sumardin S.Pd,
M.Pd., Aristo Helvalex mekuo S.H, Sunardin, Hikmawati Muis AM.d Gz,
Dina Desinta S.Pd, Siti Wahida S.E, Mirdan Sabdillah Sahar S.Sos, seniorku
yang tidak pernah lelah memberikan dukungan, motivasi serta nasehat kepada
penulis selama kuliah.
13. Rekan-rekan mahasiswa jurusan PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan terkhusus angkatan 2017 Dufan Tandri Pratama S.Pd, Okin S.Pd,
Fasarudin S.Pd, Anggi Ustika Dewi S.Pd, Umi Ikra Putriani S.Pd, Luthfiana
Herawati S.Pd, Yusniawati S.Pd, Andi Tendri Rahmawati Tunru dan yang
tidak bisa penulis sebutkan namanya terima kasih atas motivasi yang selalu di
berikan kepada penulis hingga bisa menyelesaikan tugas akhir ini.
14. Andi Wahyuni Ramli S.Pd, Rahmi Maimun Zilla S.Pd, Titin Purnama S.Pd,
Asfian Ansar S.Pd, terima kasih banyak untuk waktu yang kurang lebih 1
bulan kita bersama dan Seluruh teman-teman KKN di Kelurahan Benu-benua,
kecamatan Kendari Barat, Kota Kendari.
15. Kepada teman-teman sepembimbingku Novaline Angel Allorerung, Rusni
S.Pd, Nur Hasanah, Niluh ika Damayanti, Muslimin dan Syawaludin terima
kasih selama ini telah memberikan ruang kepada penulis untuk berproses dan
berkembang menjadi lebib baik.

Terima kasih untuk semua pihak, semoga segala bantuan yang telah diberikan
mendapat pahala disisi Allah swt. Dengan segala kerendahan hati penulis
menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan hasil ini, sehingga saran

vii
8

dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak sangat dibutuhkan demi
kesempurnaan dan perbaikan.

Kendari Oktober 2021


Penulis

Oki Oktapia Ningsi


A1G117018

viii
9

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ ii
ABSTRAK ...................................................................................................... iii
ABSTRACT .................................................................................................... iv
UCAPAN TERIMA KASIH ......................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 3
C. Tujuan penelitian.................................................................................. 3
D. Manfaat Penelitian................................................................................ 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 4


A. Konsep Kesulitan Belajar .................................................................... 4
1. kesulitan belajar ............................................................................... 5
2. Gejala-gejala Kesulitan Belajar ....................................................... 7
3. Faktor-faktor kesulitan Belajar ........................................................ 8
4. pembelajaran matematika di sekolah dasar ..................................... 10
B. Upaya Mengatasi Kesulitan Belajar .................................................... 13
C. Penelitian Relevan ............................................................................... 15
D. Kerangka Berpikir................................................................................ 15

BAB III METODE PENELITIAN................................................................ 17


A. Jenis Penelitian .................................................................................... 17
B. Subjek Penelitian ................................................................................. 17
C. Waktu dan Tempat Penelitian .............................................................. 17
D. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 17
E. Instrument Penelitian .......................................................................... 19
F. Teknik Analisis Data ........................................................................... 19

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 21


A. Hasil Penelitian..................................................................................... 21
1. Deskripsi Kesulitan Siswa Menyelesaikan Soal Matemtika ........... 23
2. Faktor Penyebab Kesulitan Siswa Menyelesaikan Soal Matematika 25
3. Deskripsi Upaya Mengatasi Kesulitan Belajar Matematika ............ 29
B. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................... 31
1. Kesulitan Siswa Menyelesaikan Soal Matematika .......................... 31
2. Faktor Kesulitan Siswa Menyelesaikan Soal Matematika ............... 33
3. Upaya Mengatasi Kesulitan Belajar Matematika ............................ 38

ix
10

BAB V PENUTUP.......................................................................................... 41
A. Kesimpulan........................................................................................... 41
B. Saran..................................................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 43
LAMPIRAN

x
11

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Langkah Penyelesaian Soal ...................................................... 45


Lampiran 2. Lembar Hasil Jawaban Siswa ................................................... 47
Lampiran 3. Dokumentasi Penelitian ........................................................... 77
Lampiran 4. Surat Izin Penelitian ................................................................. 83
Lampiran 5. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ........................ 84

xi
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan usaha sadar yang dialami oleh setiap orang yang
berlangsung sepanjang hayat. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi
yang dimiliki individu, membentuk kepribadian yang cakap dan kreatif, serta
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Undang-Undang No. 20 tahun 2003 Bab 1
Pasal 1 tentang Sistem Pendidikan Nasionan (Sisdiknas) menjelaskan bahwa
“pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara (Kemendiknas, 2003:3).”
Proses pendidikan memberikan kesempatan bagi seseorang agar dapat
mengembangkan segala potensi yang mereka miliki. Potensi tersebut dikembangkan
agar menjadi kemampuan yang semakin lama semakin meningkat baik aspek
pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor). Tujuan
pendidikan Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga
negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten.Pendidikan juga diharapkan
dapat menanamkan prinsip dan semangat kebangsaan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang berdasarkan Pancasila, Undang-
Undang Dasar (UUD) 1945, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Dalam mencapai tujuan pendidikan, salah satunya di lakukan melalui
pembelajaran di kelas. Salah satu mata pelajaran wajib di Sekolah Dasar adalah
matematika. Matematika merupakan ilmu dasar yang saat ini semakin berkembang
pesat baik pada materi maupun kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari.
Matematika memegang peranan penting dalam segala aspek kehidupan.
Pentingnya matematika dalam kehidupan tidak lepas dari banyaknya persoalan
kehidupan sehari-hari yang memerlukan kemampuan berhitung dan mengukur. Oleh

1
2

karena itu, semua orang tentu membutuhkan ilmu matematika, secara sadar maupun
tidak kita telah banyak memanfaatkan matematika dalam kehidupan sehari-hari.
Mengingat betapa pentingnya matematika, maka di dalam kurikulum
pendidikan Nasional, matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib
diberikan kepada siswa. Namun, kenyataanya matematika selalu menjadi momok
bagi siswa terutama siswa sekolah dasar. Di sekolah dasar mata pelajaran matematika
masih dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit dipahami. Hal tersebut sesuai
dengan keadaan yang ada di SD Negeri 1 Lembo proses kegiatan pembelajaran yang
dilakukan guru dan peserta didik dalam kelas sudah berhasil akan tetapi dilihat dari
hasil belajar siswa masih ada yang pekerjaannya atau jawaban benar tetapi cara kerja
dalam menyelesaikan soal tidak benar langkah-langkah penyelesaian soalnya.
Berdasarkan permasalahan diatas sesuai dengan hasil wawancara guru kelas
IV SD Negeri 1 Lembo mengatakan bahwa pada saat ini prestasi belajar matematika
siswa masih rendah, di tandai dari nilai ulangan semester di sekolah. Dari rendahnya
prestasi belajar matematika siswa tersebut disebabkan beberapa faktor baik yang
internal maupun eksternal yang di hadapi oleh siswa.
Kesulitan belajar khususnya pada siswa kelas IV SD Negeri 01 Lembo
merupakan salah-satu faktor penghambat hasil belajar siswa dalam mata pelajaran
matematika. Maka berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk
mengetahui lebih dalam kesulitan belajar matematika, sehingga perlu dikaji lebih
dalam tentang kesulitan belajar tersebut dengan tujuan agar prestasi belajar
matematika siswa kelas IV dapat lebih meningkat kedepannya.
Berdasarkan uraian diatas, Peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian
dengan judul “Deskripsi kesulitan siswa menyelesaikan soal matematika kelas IV SD
Negeri 1 Lembo Kabupaten Konawe Utara”.

B. Rumusan Masalah
3

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai


berikut:
1. Bagaimana deskripsi kesulitan siswa menyelesaikan soal matematika kelas IV SD
Negeri 1 Lembo Kabupaten Konawe Utara?
2. Bagaimana cara guru mengatasi kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal
matematika kelas IV SD Negeri 1 Lembo Kabupaten Konawa Utara.

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan Pada rumusan masalah yang telah diutarakan sebelumnya, maka
tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mendeskripsikan kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal matematika
kelas IV SD Negeri 1 Lembo Konawe Utara.
2. Untuk mengetahui cara guru mengatasi kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal
matematika siswa SD Negeri 1 Lembo Kabupaten Konawe Utara.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari hasil penelitian ini mampu memberikan informasi tentang kesulitan
siswa dalam menyelesaikan soal matematika serta cara mengatasi kesulitan tersebut
dalam proses pembelajaran dikelas baik itu kepada tenaga pengajar atau guru, dan
peneliti selanjutnya maupun pembaca.
4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Kesulitan Belajar


Pada hakikatnya belajar merupakan syarat mutlak untuk menjadi pandai
dalam semua hal, baik dalam hal ilmu pengetahuan maupun dalam hal bidang
keterampilan atau kecakapan. James Owhittaker sebagaimana dikutip dalam buku
Abu Ahmadi adalah: Learning is the process by which behavior (in the broader
senseoriginated of changer through pracice or training). Artinya belajar adalah
proses dimana tingkah laku dalam arti luas ditimbulkan atau diubah melalui praktik
atau latihan. (Mardianto, 2017: 45).
Hilgard (1962), belajar adalah suatu perubahan kegiatan reaksi terhadap
lingkungan. Perubahan kegiatan yang di maksud mencakup pengetahuan, kecakapan,
tingkah laku, dan ini diperoleh melalui latihan (pengalaman). Ia juga menegaskan
bahwa belajar merupakan proses mencari ilmu yang terjadi dalam diri seseorang
melaui latihan, pembiasaan, pengalaman dan sebagainya.
Eveline dan Nara, belajar adalah proses yang kompleks yang didalamnya
terkandung beberapa aspek yakni a) bertambahnya jumlah pengetahuan, b) adanya
kemampuan mengingat dan memproduksi, c) adanya penerapan pengetahuan,d)
menyimpulkan makna, e) menafsirkan dan mengaitkan dengan realitas (Sumantri,
2016: 2). Hal tersebut sejalan dengan Hilgard dan Brower mengemukakan bahwa
belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap suatu situasi
tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi
tersebut, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar
kecenderungan respon pembawaan, kematangan atau keadaan-keadaan sesaat
seorang misalnya kelelahan, dan sebagainya (Khadijah, 2013:21).
Belajar juga disebut sebagai perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil
dari pengalaman, dan belajar juga merupakan suatu perubahan perilaku yang relatif
permanen dan dihasilkan dari pengalaman masa lalu ataupun dari pembelajaran yang
bertujuan atau direncanakan.

4
5

Pengalaman diperoleh oleh seseorang dalam interaksi dengan lingkungan, baik yang
tidak direncanakan maupun yang direncanakan sehingga menghasilkan perubahan
yang bersifat relatif menetap.
Burton mengemukakan bahwa belajar dapat diartikan sebagai perubahan
tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan
individu lain dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu
berinteraksi dengan lingkungannya (Susanto 2013: 1-3). Jadi dapat disimpulkan
belajar adalah perubahan tingkah laku yang mencakup pengetahuan, pemahaman,
keterampilan dan sikap yang bersifat relatif konstan dan terjadi dalam jangka waktu
tertentu. Belajar akan berhasil bila terjadi interaksi yang baik antara siswa dan guru
serta di dukung dalam situasi yang kondusif.

1. Kesulitan Belajar
Dalam proses pembelajaran yang dilakukan dikelas, masih ditemukan
siswa yang kesulitan belajar matematika. Secara harfiah, kesulitan belajar
didefinisikan sebagai rendahnya kepandaian yang dimiliki seseorang dibandingkan
dengan kemampuan yang seharusnya dicapai orang itu pada umur tersebut.
Maksudnya adalah seorang anak berumur 10 tahun yang berbicara seperti anak
berumur 6 tahun, kemungkinan mengalami kesulitan berbicara dan berbahasa,
kesulitan belajar ini berarti suatu kondisi dimana anak didik tidak dapat belajar
secara wajar, yang disebabkan adanya ancaman, hambatan, atau gangguan dalam
belajar. (Wood 2007:44).
Hal tersebut sejalan dengan Ahmadi dan Suprijono (2003:77),
mengemukakan bahwa kesulitan belajar adalah suatu keadaan dimana siswa tidak
dapat belajar sebagaimana mestinya. Kesulitan belajar juga merupakan suatu kondisi
dimana siswa tidak dapat belajar dengan baik, disebabkan adanya gangguan yang
dialami siswa sehingga tidak dapat berkembang sesuai dengan kapasitasnya. Siswa
yang mengalami kesulitan belajar tentunya akan mengalami hambatan dalam
mencapai hasil belajarnya, sehingga prestasi yang dicapainya berada di bawah
kriteria, prestasi belajar yang rendah merupakan salah satu bukti adanya kesulitan
dalam belajar siswa.
6

Kusdaryani dan Trimono (2009:146) mengemukakan bahwa kesulitan belajar


mencakup empat hal yaitu a) Learning disorder (kekacauan belajar) adalah keadaan
proses belajar yang terganggu karena timbulnya respon bertentangan, b) Learning
disabilities (tidak mampu belajar) adalah siswa yang tidak mampu atau menghindari
belajar sehingga hasil belajarnya lebih rendah dari potensi intelektualnya. Learning
disfunction (belajar tidak berfungsi) adalah proses belajar yang tidak berfungsi
dengan baik, meskipun siswa tidak menunjukkan adanya ketidaknormalan mental,
gangguan alat indera, atau gangguan psokologis lainnya. c) Slow learner (lambat
belajar) adalah siswa yang mengalami kelambatan dalam proses belajarnya,
membutuhkan waktu lebih banyak dibandingkan siswa lainnya yang potensi
intelektualnya sama.
Jamaris dalam jurnal Tyas (2016) mengemukakan bahwa kesulitan yang
dialami oleh anak yang berkesulitan belajar adalah:
a. Kelemahan dalam menghitung
Siswa yang memiliki pemahaman yang baik tentang berbagai konsep
matematika tidak selalu sama kemampuannya dalam berhitung, hal itu disebabkan
karena siswa salah membaca simbol-simbol matematika dan mengoperasikan
angka secara tidak benar.
b. Kesulitan dalam mentransfer pengetahuan
Salah satu kesulitan yang dialami oleh siswa yang berkesulitan belajar
matematika adalah tidak mampu menghubungkan konsep-konsep matematika
dengan kenyataan yang ada.
c. Kesulitan dalam bahasa dan membaca
Siswa mengalami kesulitan dalam membuat hubungan-hubungan yang
bermakna matematika. Kesulitan dalam bahasa dan membaca terjadi ketika siswa
dihadapkan pada soal cerita. Jika anak mengalami kesulitan dalam membaca soal
cerita, anak cenderung tidak mampu melaksanakan langkah yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan soal cerita.
d. Kesulitan dalam persepsi visual
Siswa yang mengalami masalah persepsi visual akan mengalami kesulitan
dalam memvisualisasikan konsep-konsep matematika. Masalah ini dapat
7

diidentifikasikan dari kesulitan yang dialami anak dalam menentukan panjang


garis yang disampaikan sejajar dalam bentuk yang berbeda.
e. Kesulitan mengenal dan memahami simbol
Anak berkesulitan belajar matematika sering mengalami kesulitan dalam
mengenal dan menggunakan simbol-simbol matematika seperti (+), (-), (×), (:),
(=), (<), dan (>).

2. Gejala-gejala kesulitan belajar


Siswa sering mengalami gejala-gejala yang tidak mestinya dan di luar
kebiasaan. Dalam hal ini biasanya guru atau orang tua menganggap siswa tersebut
mungkin malas atau tidak dipedulikan bahkan akan diasingkan. Keadaan ini tidak
akan menyelesaikan masalah bahkan akan menambah parah masalah yang muncul.
Oleh karena itu, guru perlu mendeteksi gejala-gejala yang ada agar ditemukan
solusinya.
Sudrajat berpendapat bahwa kesulitan belajar dapat dimanifestasikan dalam
perilakunya, baik aspek psikomotorik, kognitif, maupun afektif. Beberapa perilaku
yang merupakan manifestasi gejala kesulitan belajar, antara lain: 1) Menunjukkan
hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompoknya
atau di bawah potensi yang dimilikinya, 2) Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan
usaha yang telah dilakukan. Mungkin ada siswa yang sudah berusaha giat belajar,
tapi nilai yang diperolehnya selalu rendah, 3) Lambat dalam melakukan tugas-tugas
kegiatan belajarnya dan selalu tertinggal dari kawan-kawannya dari waktu yang
disediakan, 4) Menunjukkan sikap-sikap yang tidak wajar, seperti: acuh tak acuh,
menentang, berpura-pura, dusta dan sebagainya, 5) Menunjukkan perilaku yang
berkelainan, seperti membolos, datang terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan
rumah, mengganggu di dalam atau pun di luar kelas, tidak mau mencatat pelajaran,
tidak teratur dalam kegiatan belajar, dan sebagainya.
Hal ini sejalan dengan kegiatan belajar mengajar di dalam kelas yang
menghasilkan kelompok cepat belajar dengan prestasi baik, kelompok murid yang
sedang dengan prestasi sedang dan kelompok murid yang lambat belajar dengan
8

prestasi rendah Sapuroh (2010:21). Hal ini biasanya menimbulkan reaksi-reaksi


tertentu yang dapat menimbulkan masalah dalam belajar.
Selanjutnya Dimyati dan Mudjiono (2013: 289), cara menentukan kesulitan
belajar antara lain:
a) Pengamatan Perilaku belajar
Sekolah merupakan pusat pembelajaran. Guru bertindak menjelaskan dan
siswa bertindak belajar, tindakan belajar tersebut dilakukan oleh siswa. Sebagai
lazimnya tindakan seseorang, maka tindakan tersebut dapat diamati sebagai perilaku
belajar. Sebaliknya, tindak belajar tersebut terutama dialami oleh siswa sendiri.
Siswa mengalami tindak belajarnya sendiri sebagai suatu proses belajar yang berjalan
dari waktu ke waktu, siswa dapat menghentikan sendiri atau mulai belajar lagi.
b) Analisis Hasil Belajar
Setiap kegiatan belajar akan berakhir dengan hasil belajar. Hasil belajar tiap
siswa di kelas terkumpul dalam himpunan hasil belajar kelas. Bahan mentah hasil
belajar terwujud dalam lembar-lembar jawaban soal ulangan atau ujian, dan yang
berwujud karya atau benda. Semua hasil belajar tersebut merupakan bahan yang
berharga bagi guru dan siswa. Bagi guru, hasil belajar siswa dikelasnya berguna
untuk memperbaiki cara-cara belajar lebih lanjut. Oleh karena itu, guru mengadakan
analisis tentang hasil belajar siswa di kelasnya.
c) Tes Hasil Belajar
Tes hasil belajar adalah alat pengukur terhadap peserta didik. Dalam
hubungan ini tes berfungsi mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang
telah dicapai oleh peserta didik setelah meraka menempuh proses belajar mengajar
dalam jarak waktu tertentu.

3. Faktor-Faktor Kesulitan Belajar


Kesulitan belajar yang dialami siswa disebabkan oleh berbagai faktor. (Syah
2010:170-171) Secara garis besar, faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar
terdiri dari dua macam yaitu faktor intern dan ekstern.
Faktor intern siswa yakni hal-hal atau keadaan yang muncul dari dalam diri
siswa sendiri, meliputi gangguan atau kekurangmampuan psiko-fisik, yakni: a)
9

bersifat kognitif (ranah cipta), seperti rendahnya kapasitas intelektual/intelegensi


siswa; b) bersifat afektif (ranah rasa) seperti labilnya emosi dan sikap; c) bersifat
psikomotor (ranah karsa) seperti terganggunya alat-alat indera penglihatan dan
pendengaran.
Faktor ekstrern siswa, meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar
yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa. Faktor lingkungan ini antara lain: a)
lingkungan keluarga seperti ketidakharmonisan hubungan antara ayah dan ibu; b)
lingkungan masyarakat seperti teman sepermainan yang nakal; c) lingkungan sekolah
seperti kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru
dan alat-alat belajar yang kurang berkualitas/rendah.
Selain faktor umum diatas, Syah (2009:186) menyebutkan ada juga faktor
khusus. Misalnya sindrom psikologis berupa learning disability ketidak mampuan
belajar. Sindrom (syndrome) berarti satuan gejala yang muncul sebagai indikator
adanya keabnormalan psikis yang menimbulkan kesulitan belajar anak didik.
Sindrom ini misalnya disleksia (dyslexia) yaitu ketidakmampuan membaca, disgrafia
(dysgraphia), yaitu ketidakmapuan menulis, dan diskalkulia (dyscalculia), yaitu
ketidakmampuan belajar matematika.
Sejalan dengan Ahmadi dan Supriyono (2013:78-93) mengungkapkan
bahwa faktor penyebab kesulitan belajar dapat digolongkan dalam dua golongan,
yakni:
1. Faktor intern (faktor dalam diri siswa)
a. Faktor fisiologi yang dapat menyebabkan munculnya kondisi kesulitan belajar
pada siswa seperti kondisi siswa yang sedang sakit, kurang sehat, adanya
kelemahan atau cacat tubuh, dan sebagainya.
b. Faktor psikologis yang dapat menyebabkan munculnya kesulitan belajar
meliputi tingkat intelegensi yang pada umunya rendah, bakat yang tidak sesuai
dengan mata pelajaran, minat belajar yang kurang, motivasi yang rendah, serta
tipe belajar yang bebeda.
c. Faktor emosional yang dapat mempengaruhi aktivitas mental secara umum.
Emosi yang tidak menyenangkan akan menyebabkan penurunan prestasi dari
aktivitas mental.
10

2. Faktor ekstern (faktor dari luar siswa)


a. Faktor non sosial yang dapat menyebabkan kesulitan belajar pada siswa dapat
berupa media belajar yang kurang lengkap, gedung sekolah yang kurang layak,
kurikulum yang sangat sulit dijabarkan oleh guru dan dikuasai oleh siswa,
waktu pelaksanaan proses pembelajaran yang kurang disiplin, dan sebagainya.
b. Faktor sosial yang dapat menyebabkan munculnya kesulitan belajar seperti
faktor keluarga, faktor sekolah, teman bermain, dan faktor lingkungan
masyarakat yang lebih luas.
c. Faktor keluarga yang berpengaruh terhadap proses belajar seperti hubungan
orang tua dan anak, suasana rumah, bimbingan orang tua, dan keadaan
ekonomi keluarga.
d. Faktor pedagogic, diantara penyebab kesulitan belajar siswa yang paling
menentukan dalam pembelajaran adalah guru. Guru yang kurang
memperhatikan kemampuan awal yang dimiliki siswa akan menyebabkan apa
yang diajarkan menjadi sulit untuk dipahami siswa.

4. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar


Kata matematika berasal dari bahasa latin, manthaneinatau mathema yang
berarti belajar atau hal yang dipelajari, sedangkan dalam bahasa belanda, matematika
disebut wiskunde atau ilmu pasti yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran.
Matematika juga disebut sebagai suatu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan
kemampuan berpikir dan beragumentasi, memberikan kontribusi dalam penyelesaian
masalah sehari-hari dan dalam dunia kerja serta memberikan dukungan dalam
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. (Susanto, 2013: 184).
Jhonson dan Rising (dalam Wandini, 2017: 5) matematika merupakan pola
berpikir, pola mengorganisasikan, pembuktianyang logik, dan merupakan bahasa
yang menggunakan istilah yang didefenisikan dengan cermat, jelas dan akurat,
representasinya dengan simbol dan padat, lebih mengutamakan bahasa simbol
mengenai ide dari pada mengenai bunyi. Sedangkan menurut Anita (dalam buku
Susanto, 2013: 47) ada beberapa defenisi tentang matematika yaitu:
a. Matematika adalah cabang dari pengetahuan eksak dan terorganisasi.
11

b. Matematika adalah ilmu tentang keluasan atau pengukuran dan letak.


c. Matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan dan hubungannya.
d. Matematika berkenaan dengan ide-ide, struktur, dan hubungannya yang diatur
menurut urutan yang logis.
Secara sederhana pembelajaran dapat diartikan sebagai aktifitas
menyampaikan informasi dari pengajar kepada pelajar. Menurut Suardi (2018: 7)
mengemukakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran adalah
proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Sedangkan
matematika merupakan sarana berpikir logis, sistematis, dan konsisten dalam
menentukan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi guna menghadapi
tantangan masa depan dalam persaingan global (Apertha, Zulkardi, & 17 Yusup,
2018: 47).
Putrawangsa (2019: 2) matematika dapat dipandang sebagai kajian tentang
ide-ide abstrak (pikiran) yang terstruktur dan sistematis. Matematika dibedakan
menjadi dua jenis berdasarkan sifatnya yaitu objek langsung (direct objects) yang
merupakan objek kajian berupa aspek kognisi pengetahuan dan pemahaman tentang
matematika itu sendiri seperti konsep dan prinsip yang terdapat dalam kajian
matematika dan objek tidak langsung (indirect objects) yang merupakan objek
berupa aspek psikomotorik seperti keteramapilan penyelesaian masalah,
keterampilan pemodelan matematika, dan keterampilan komunikasi matematis dan
sebagainya.
Secara umum pembelajaran matematika diartikan sebagai proses interaksi
antara guru dan peserta didik yang melibatkan pengembangan pola pikir dan
mengolah logika pada suatu lingkungan belajar yang sengaja diciptakan oleh guru
dengan berbagai metode agar program belajar matematika tumbuh dan berkembang
secara optimal dan peserta didik dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan
efesien. Selain interaksi yang baik antara guru dan peserta didik tersebut, faktor lain
yang menentukan keberhasilan pembelajaran matematika adalah bahan ajar yang
digunakan dalam proses pembelajaran tersebut (Umbaryati, 2016: 219).
12

Adapun mata pelajaran matematika di sekolah dasar menurut Aryanti &


Sutrisno, (2020: 2) bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan meliputi: 1)
Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam
pemecahan masalah, 2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan
manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, 3) Memecahkan masalah yang
meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika,
menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh, 4) Mengomunikasikan
gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan
atau masalah, 5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan
sehari-hari, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Tahapan pembelajaran matematika


Proses pembelajaran matematika harus memperhatikan karakteristik
matematika dan anak serta disediakan alat bantu belajar yang membantu anak
menguasai kemampuan matematika yang telah ditargetkan. Hammil dan Bavel
(dalam Runtukahu 2014:226) mengemukakan proses pembelajaran matematika
sebagai berikut:
1) Tahap penanaman konsep yaitu materi yang akan diajarkan dikaitkan dengan
materi yang telah diajarkan dan dalam kehidupan anak, 2) Tahap pemahaman yaitu
anak memperluas konsep matematika yang telah dipelajari pada penanaman konsep
serta menerapkannya untuk memecahkan masalah. Metode atau strategi yang
digunakan harus mengutamakan pemahaman anak dan bukan hafalan. 3) Tahap
keterampilan yaitu dalam tahap keterampilan, anak dilatih menggunakan konsep-
konsep matematika yang telah diperoleh dalam memecahkan masalah.

Teori belajar matematika SD


13

Teori belajar diperlukan untuk menentukan pendekatan pembelajaran yang


dapat diterapkan dalam menciptakan pembelajaran yang efektif menyenangkan.
(Muhsetyo: 2009) mengemukakan beberapa teori belajar dalam matematika antara
lain sebagai berikut:
a. Teori Thorndike yaitu teori yang memandang peserta didik sebagai selembar
kertas putih, penerima pengetahuan yang siap menerima pengetahuan secara pasif.
b. Teori ausubel yaitu ausubel mengemukakan pentingnya pembelajaran bermakna
dalam mengajar matematika.
c. Teori Jean Piaget yaitu menyatakan bahwa kemampuan intelektual anak
berkembang melalui 4 tahap yaitu tahap konkret (anak memanipulasi objek-objek
nyata secara langsung), semi konkret (anak memanipulasi gambaran yang
mewakili objek nyata), semi abstrak (anak memanipulasi tanda sebagai ganti
gambar), dan abstrak (anak melihat/membaca symbol secara verbal tanpa ada
kaitannya dengan objek-objek konkret).
d. Teori Jerome Brunner yaitu kemapuan mental anak berkembang secara bertahap
mulai dari sederhana ke rumit,, mulai dari yang mudah ke yang sulit.
e. Teori van Hiele (hierarkis belajar geometri) yaitu anak mengalami 5 tahap dalam
belajar geometri, yakni tahap pengenalan (mengenal bentuk-bentuk bangun),
tahap analisis (mengenal sifat-sifat bangun), tahap pengurutan (menarik
kesimpulan secara deduktif), tahap edukasi, dan tahap akurasi.
f. Pemecahan masalah (George Polya) yaitu menyebutkan teknik heuristic (bantuan
untuk menemukan), meliputi (a) memahami masalah; (b) merencanakan
pemecahan masalah; (c) memecahkan masalah; dan (d) melihat kembali.

B. Upaya Mengatasi Kesulitan Belajar


Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi kesulitan belajar.
Langkah-langkah untuk mengatasi kesulitan belajar menurut Syah (2010:188-189)
adalah 1) Menganalisis hasil diagnosis, yakni menelaah bagian-bagian masalah dan
hubungan antara bagian tersebut untuk memperoleh pengertian yang benar mengenai
masalah kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa, 2) Mengidentifikasi dan
menentukan bidang kecakapan tertentu yang memerlukan perbaikan, 3) Menyusun
14

program ulangan atau perbaikan khususnya program remedial teaching (pengajaran


perbaikan), 4) Peran guru dalam menangani kesulitan belajar yang dihadapi siswa
harus dilakukan dengan mengadakan pemeriksaan terhadap gejala kesulitan belajar
yang terjadi. Pelaksanaan pemeriksaan kesulitan belajar tersebut harus berlangsung
secara sistematis dan terarah.
Adapun langkah-langkah dalam pemeriksaan kesulitan belajar yaitu:
1) Mengidentifikasi adanya kesulitan belajar
Pada langkah pertama ini guru harus mengidentifikasi atau menetapkan
adanya kesulitan belajar bukan berdasarkan naluri tetapi berdasarkan pengetahuan
dan pengalaman yang luas agar terampil dalam mendiagnosis kesulitan belajar.
2) Menelaah atau menetapkan status siswa
Pada langkah kedua ini guru selanjutnya akan menelaah atau memeriksa
setiap siswa yang mengalami kesulitan tersebut, adapun cara memastikannya
menggunakan cara sebagai berikut:
a. Membandingkan hasil pencapaian atau penguasaan tujuan instruksional khusus
hasil belajar siswa dengan tujuan instruksional khusus yang ditargetkan untuk
dicapai oleh siswa. Sehingga dengan cara seperti ini, akan diketahui bagian
yang sulit dikuasai oleh siswa.
b. Menetapkan bentuk kesulitan dalam proses belajarnya, apakah sumber
kesulitan terjadi pada waktu menerima atau menyerap pelajaran. Sehingga
dengan cara ini,akan diketahui jenis dan bentuk kesulitan siswa dalam proses
belajar.
c. Memperkirakan sebab terjadinya kesulitan
Setelah jelas jenis atau bentuk kesulitan yang dihadapi siswa dalam proses
belajarnya, maka pada tahap ketiga adalah guru berupaya untuk memperkirakan
sebab timbulnya kesulitan tersebut. Cara atau usaha guru untuk menetapkan hal
tersebut dapat dilakukan dengan melakukan alat diagnostik kesulitan belajar seperti
testdiagnostik, test-test untuk mengukur kemampuan intelegensi, kemampuan
mengingat, kemampuan alat indera yang erat kaitannya dengan proses belajar.
Sehingga dengan demikian ditetapkan penyebab kesulitan tersebut apakah karena alat
15

inderanya kurang baik, ingatannya lemah, kecerdasannya kurang, atau kurang


motivasi.
3) Mengadakan perbaikan
Dengan mengetahui sebab kesulitan belajar yang dihadapi siswa maka
selanjutnya guru dapat bertindak untuk mengadakan perbaikan guna mengatasi
kesulitan belajar yang dihadapi mereka. Cara ini dilakukan dengan menggunakan
pendekatan psikologis didaktis yang terdiri dari dua langkah yaitu:
a. Siswa yang akan diperbaiki sudah menyadari faktor kesulitan atau
kekurangan mereka.
b. Mereka yakin kesulitan atau kekurangan mereka dapat diatasinya.
Kedua kondisi psikologis tersebut harus ditimbulkan pada diri siswa
tersebut dengan melalui bimbingan dan kebijakan guru yang berdasarkan
petunjuk dan kebijakan guru itu pulalah prosedur yang terakhir ini
dilaksanakan yaitu siswa dibimbing untuk mengadakan perbaikan sesuai
dengan sebab dan kondisi kesulitan belajar yang mereka alami.

C. Penelitian Yang Relevan


1. M. Yuanda Pratama, dengan judul Analisis Kesulitan Dan Alternatif
Pemecahannya Dalam Menyelesaikan Soal-soal Matematika Pokok Bahasan
Logaritma Di Kelas X MAS PAB-1 Sampali Tahun Ajaran 2016/2017.
2. Nimah Mulyaning Tyas, dengan judul Analisis Faktor Kesulitan Belajar
Matematika Kelas IV SD Negeri di Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten
Semarang.

D. Kerangka Berpikir
Dalam proses pembelajaran tidak luput dari sebuah permasalahan. Salah
satu permasalahan yang kerap kali muncul dalam proses pembelajaran yaitu
kesulitan belajar matematika yang dialami oleh siswa. Salah satunya berupa kesulitan
dalam mengerjakan soal dan langkah-langkah penyelesaiannya.
16

Observasi awal

Mengamati proses belajar siswa yang berlangsung di


dalam kelas.

Terdapat beberapa siswa yang tidak serius dalam


proses pembelajaran, kebanyakan bercerita dengan
teman sebangkunya, tidak memperhatikan guru saat
menjelaskan.

Guru

Masalah yang dihadapi

Siswa sulit memahami materi matematika sehingga pada


saat pengerjaan soal masih salah langkah-langkah
penyelesaiannya. hal tersebut disebabkan kurangnya
tenaga pengajar utamanya matematika.

Solusi

Pihak sekolah harus lebih memperhatikan tenaga pendidik atau guru


utamanya bidang matematika agar tidak ditemukan lagi kesulitan
siswa dalam menyelesaikan soal matematika.
17

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini termasuk penelitian kualitatif dengan menggunakan
pendekatan deskriptif kualitatif. Di sebut penelitian deskriptif kualitatif karena data-
data yang diperoleh dari lapangan dideskripsikan secara sistematis, faktual dan
akurat. Data-data yang diperoleh dari objek di interpretasikan apa adanya secara
objektif (secara faktual).

B. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah guru kelas IV SD Negeri 1 Lembo, guru
dipilih karena guru berperan besar dalam pembelajaran disekolah. Selanjutnya,
subjek penelitian ini siswa kelas IV, pemilihan subjek berdasarkan pada siswa-siswi
yang teridentifikasi mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal matematika pada
mata pelajaran matematika menurut hasil belajar. Dengan jumlah sampel 20 baik
laki-laki maupun perempuan.

C. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli di SD Negeri 1 Lembo Kabupaten
Konawe Utara pada semester genap tahun ajaran 2020/2021.

Gambar 3.1 Gambar Lokasi Penelitian

17
18

D. Teknik Pengumpulan Data


Penelitian ini bersifat penelitian lapangan (field research). Oleh karena itu,
data yang diperlukan dihimpun melalui instrument dalam hal ini peneliti sebagai
instrumen utama, walaupun demikian karena diperlukan data berupa hasil observasi,
wawancara, dan dokumentasi sebagai bukti alat pengumpul data dari lapangan
(kancah) penelitian.

1. Observasi
Dalam penelitian, observasi diartikan sebagai pengamatan terhadap pola
perilaku manusia dalam situasi tertentu, untuk mendapatkan informasi tentang
fenomena yang diinginkan. (Sugiyono, 2018: 235).
Observasi yang dilakukan yaitu: a) mengamati aktivitas belajar siswa di
sekolah, b) menanyakan buku matematika (buku paket) yang diwajibkan disekolah,
c) apakah di rumah tersedia buku belajar matematika atau sering menonton siaran
yang memuat pelajaran matematika, d) mengamati cara belajarnya, apakah
sendiri/kelompok atau belajar bimbingan les privat, e) apakah ada ketersediaan
sumber-sumber belajar seperti alat peraga yang memuat pelajaran matematika, f)
apakah orang tua ikut serta dalam menunjang kebutuhan belajarnya, seperti
menyediakan waktu untuk belajar, memebeli buku, serta melarang terlalu bermain
sehingga lupa belajar.

2. Wawancara
Peneliti melakukan wawancara dengan guru kelas IV untuk mengetahui
faktor penyebab kesulitan siswa menyelesaikan soal matematika serta upaya yang
telah dilakukan untuk mengatasi kesulitan matematika. Peneliti juga melakukan
wawancara kepada siswa yang teridentifikasi mengalami kesulitan belajar pada
pembelajaran matematika.

3. Studi Dokumen
Dokumen yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil pekerjaan
ulangan siswa kelas IV pada semester genap tahun ajaran 2020/2021.
19

E. Instrumen Penelitian
1. Peneliti
Peneliti adalah seseorang yang sedang melakukan aktivitas tertentu untuk
memperoleh pengetahuan. Sejalan dengan Sugiyono (2018: 373) menjelaskan bahwa
peneliti merupakan “instrumen kunci dalam penelitian kualitatif”. Dalam penilitian
ini, peneliti berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai
sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data,
menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas temuannya.

2. Pedoman wawancara
Pedoman wawancara yang akan dilakukan dalam penelitian ini yaitu
pedoman wawancara tidak terstruktrur karena hanya memuat garis besar pertanyaan
yang akan ditanyakan, selanjutnya pewawancaralah yang akan mengembangkan
pertanyaan saat wawancara sesuai kesalahan yang ditemui masing-masing siswa.

F. Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara
mengorganisasikan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola,
memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan
sehingga mudah untuk dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. (Sugiyono,
2018: 401-402).
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakanan anlisis data model Miles and
Huberman. Miles and Huberman (dalam Sugiyono 2018:133) menjelaskan bahwa
analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung
secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh. Aktivitas dalam analisis
data yaitu reduksi data, penyajian data, dan verifikasi atau penarikan kesimpulan.

1. Reduksi Data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, di cari tema dan polanya. Dengan demikian
data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan
20

mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan


mencarinya bila diperlukan (Sugiyono, 2018:137).

2. Penyajian Data
Miles and Huberman (dalam sugiyono, 2018: 133) menyatakan bahwa dalam
penelitian kualitatif, yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam
penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan penyajian data
maka data akan terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga
memudahkan untuk memahami apa yang terjadi dan mampu menjawab permasalahan
dalam penelitian ini.

3. Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi


Menurut miles and Huberman, sebagaimana dikutip oleh sugiyono
(2018:141) langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan simpulan
dan verifikasi. Menarik simpulan atau verifikasi adalah sebagian dari satu kegiatan
konfigurasi yang utuh sehingga mampu menjawab rumusan masalah penelitian.
Simpulan didapat dari membandingkan analisis hasil pekerjaan tes siswa yang
menjadi subjek penelitian dengan hasil wawancara sehingga dapat diketahui jenis
dan faktor penyebab kesulitan siswa menyelesaikan soal matematika. Adapun rumus
yang digunakan adalah sebagai berikut:

jumlah siswa yang mendapat nilai ≥ 70


Persentase (%) = ×100
jumlah mengikuti tes
(Purwako, 2001: 130)
21

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran secara umum mengenai
deskripsi kesulitan siswa menyelesaikan soal matematika. Peneliti melakukan riset di
SD Negeri 1 Lembo yang terletak di Jln.Trans Sulawesi kelurahan Lembo,
kecamatan Lembo, Kabupaten Konawe Utara dengan jumlah sampel sebanyak 20
siswa kelas IV baik laki-laki maupun perempuan. Pengambilan data melalui hasil
pekerjaan siswa pada ulangan semester genap tahun ajaran 2020/2021. Penelitian ini
dilaksanakan mulai tanggal 19 juli – 26 juli 2021.
Hasil penelitian ini diperoleh melalui hasil pekerjaan siswa kelas IV pada
ulangan semester genap yang telah dikerjakan setiap siswa dan telah diperiksa oleh
guru. Selanjutnya, peneliti mengumpulkan semua data untuk dianalisis secara
deskripsi kualitatif kemudian peneliti menyajikan analisis data dalam bentuk
kualiatif. Berikut adalah diagram ketuntasan mata peajaran matematika siswa pada
ulangan semester genep tahun ajaran 2020/2021 SD Negeri 1 Lembo Kabupaten
Konawe Utara.
22

KKM : 70 21

NILAI ULANGAN
NO. NAMA SISWA
SEMESTER GENAP
1. KAYLILA ZADAM MAULIDIANA 75
2. FADLAN FAUZI 70
3. ABIDLAN DZAKY 60
4. NURUL ASKIA 70
5. MUHAMAD RIZAL ZUKDI 50
6. NABILA AZAHRA 70
7. ELSA WAHYUNI 60
8. NUR FADILAH 60
9. SAFIRA RAHMAWATI 50
10. ANGGA SAPUTRA 50
11. ANA ANGRIA 70
12. SRI MAULINA KIA 70
13. MUHAMAD AIDIL YUSUF 75
14. KHAIRUL ANAM 60
15. NUH. ANDRE SAPUTRA 60
16. FADILLA RAYNA YUTA 70
17. INAYAH CAHYA 65
18. ALETAH NINDI EFINA 75
19. AIRIN RAHMI 70
20. ALIF ALWI 60
Jumlah 1,290
Persentase Ketuntasan Secara Klasikal 50 %
Persentase belum tuntas secara klasikal 50 %
Rata-rata 64,50

Persentase Ketuntasan Siswa


50% 50%

50%
40%
30%
20%
10%
0%
Persentase Ketuntasan Secara Persentase belum tuntas secara
Klasikal klasikal
23

1. Deskripsi Kesulitan Siswa Menyelesaikan Soal Matematika


a. Kesulitan Memahami Konsep
Pada pemeriksaan soal hasil ulangan 20 siswa diperoleh 10 siswa mengalami
kesulitan memahami konsep pengurutan bilangan dengan benar. Kesulitan siswa
dalam memahami konsep tersebut dapat ditandai dengan kesulitan ketika di minta
mengurutkan bilangan 245, 225, 265, 235, 255 dari yang terkecil ke bilangan terbesar
ternyata 10 orang siswa masih belum mampu mengurutkan bilangan ratusan.
Berdasarkan hasil lembar jawaban diketahui siswa tidak menjawab dengan benar.
Hal tersebut dapat dilihat pada gambar 4.1 berikut.

Gambar 4.1
(Data Lengkap Terlampir Pada Lampiran 1 Hal. 54)

Siswa diminta mengurutkan bilangan 245, 225, 265, 235, 255 dari yang
terkecil. Siswa menjawab salah dengan jawaban 255, 225, 245, 265, 235, seharusnya
siswa menjawab 225, 235, 245, 255, dan 265 karena semakin kecil bilangan
menunjukkan bahwa nilainya juga semakin kecil. Jawaban yang ditulis siswa tersebut
dapat mengindikasikan bahwa konsep siswa tentang bilangan masih kurang.

b. Kesulitan Dalam Keterampilan Menghitung


Kesulitan dalam keterampilan dapat dilihat dari kesalahan yang dilakukan
siswa saat melakukan operasi hitung seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian,
dan pembagian. Standar kompetensi kelas IV semester II antara lain: menjumlahkan
dan mengurutkan bilangan bulat, menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah.
Materi di kelas IV semester II yang menuntut siswa melakukan operasi hitung adalah
materi bilangan bulat dan pecahan.
24

Namun, kenyataannya siswa kesulitan dalam menjumlahkan bilangan pada


soal sebagai berikut: hasil dari 30 × 40 – 750 + 300 = ....... jawaban siswa dapat
dilihat pada lembar jawaban pada gambar 4.2

Gambar 4.2
(Data Lengkap Terlampir Pada Lampiran 1 Hal. 71)

c. Kesulitan Memecahkan Masalah


Pemecahan masalah adalah aplikasi dari konsep dan ketarampilan. Dalam
pemecahan masalah biasanya melibatkan beberapa kombinasi konsep dan
ketarmpilan dalam suatu situasi baru. Berikut adalah hasil temuan kesulitan
memecahkan masalah dari hasil dokumen berupa lembar hasil ulangan siswa. Peneliti
menemukan siswa kesulitan dalam memecahkan masalah dalam bentuk soal cerita.
Salah-satu bentuk soal yang menunjukkan kesulitan siswa dalam memecahkan
masalah adalah soal cerita pada materi pecahan sebagai berikut: kue dipotong
menjadi 12 bagian yang sama. Dodi makan 5 bagian, angka pecahan yang
menunjukkan berapa banyak kue yang dimakan dodi adalah.....Kesalahan yang
dilakukan oleh siswa dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 4.3
(Data Lengkap Terlampir Pada Lampiran 1 Hal. 64)

Dapat dilihat pada gambar bahwa siswa menjumlahkan semua kue yang
dimakan Dodi. Siswa juga menjawab salah yaitu dengan menuliskan kue yang
25

dimakan 5 dimana jika ia mengerjakan dengan cara yang benar maka seharusnya

12
jawabannya adalah .
5
Siswa melakukan kesalahan karena tidak memahami apa yang ditanyakan
pada soal tersebut sehingga mereka kesulitan dalam mengerjakannya. Kesulitan
siswa dalam memecahkan masalah yaitu tidak memahami maksud dari soal cerita,
dan juga siswa kurang memaknai kalimat dalam soal tersebut.

2. Deskripsi Faktor Penyebab Kesulitan siswa menyelesaikan soal Matematika


Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada guru kelas IV dan
pengisian angket yang didukung dengan wawancara kepada siswa memberikan hasil
bahwa kesulitan siswa menyelesaikan soal matematika di kelas IV SD Negeri 1
Lembo disebabkan oleh 2 faktor yaitu faktor eksternal dan internal.

Faktor Penyebab Kesulitan Secara Internal


1. Sikap dalam belajar
Sikap merupakan kecenderungan untuk bertindak dengan cara tertentu. Sikap
positif terhadap suatu mata pelajaran adalah awal yang baik untuk proses
pembelajaran kedepannya. Sebaliknya sikap negatif terhadap mata pelajaran akan
berpotensi menimbulkan kesulitan belajar atau membuat hasil belajar yang kurang
maksimal.
Berdasarkan wawancara peneliti menemukan bahwa sikap siswa terhadap
pelajaran matematika secara keseluruhan berbeda-beda, ada yang menyenangi
pelajaran matematika dan ada juga yang tidak menyukainya. Salah satu siswa
berpendapat bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit sehingga matematika
adalah pelajaran yang tidak disukainya.
2. Motivasi belajar
Motivasi sangat diperlukan dalam belajar agar siswa dapat mencapai
kesuksesan. Pemberian motivasi oleh guru menjadi hal yang penting agar siswa
terdorong untuk belajar dengan baik. Selain motivasi yang di dapatkan pada guru,
motivasi siswa juga dipengaruhi oleh pemberian dukungan dari orang tua sebab
26

siswa yang mendapat perhatian dan juga dukungan dari orang tua cenderung
mempunyai motivasi yang kuat.
Motivasi siswa pada saat mengikuti pelajaran matematika cenderung rendah,
terlihat pada saat observasi siswa tidak menyiapkan buku pelajaran mereka, siswa
tidak memperhatikan dengan baik, siswa kebanyakan sibuk dengan temannya,
padahal di awal pembelajaran guru sudah memberikan motivasi untuk belajar dengan
baik karena tidak lama lagi ujian akhir semester akan dilaksanakan. Selain itu,
motivasi siswa dapat diketahui dari persiapan dalam belajar matematika. Siswa
dengan motivasi yang kuat akan senang belajar meskipun tidak ada PR ataupun
ulangan di keesokan harinya. Namun, siswa yang terindikasi kesuliatan belajar
matematika memiliki motivasi yang rendah, mereka tidak mengulang kembali materi
yang telah disampaikan.
Pada umumnya guru memberikan motivasi kepada siswa secara lisan melalui
kata-kata dan contoh nyata siswa yang telah berhasil dalam pembelajaran agar siswa
yang masih kesulitan dapat meniru temannya. Selain memberi motivasi secara lisan
guru juga memberikan penghargaan agar siswa yang belum bisa terdorong untuk
semangat dalam belajarnya. Namun motivasi dari guru tanpa adanya dukungan orang
tua tidak akan mampu memberikan dampak yang berarti bagi siswa.
3. Kesehatan tubuh
Kesehatan adalah salah satu faktor yang penting dalam menjalankan aktivitas
belajar matematika. Siswa yang kurang sehat akan mengalami kesulitan dalam
belajarnya. Siswa yang mengantuk dan tidak konsentrasi saat pembelajaran
berlangsung dapat menyebabkan kondisi siswa kurang fit. Keadaan tersebut,
menyebabkan siswa tidak dapat menyerap dengan baik materi yang disampaikan saat
pembelajaran. Keadaan tubuh siswa yang tidak sehat dapat mengganggu konsentrasi
belajar siswa. Selain itu, kesehatan yang buruk dapat membuat siswa sering tidak
masuk sekolah yang berdampak pada siswa tertinggal materi pelajaran. Kondisi
tersebut turut menjadi menyebab siswa mengalami kesulitan pelajaran matematika.

Faktor Penyebab Kesulitan Secara Eksternal


1. Variasi Mengajar Guru
27

Penggunaan metode dan model pembelajaran yang bervariasi diperlukan


untuk menarik perhatian siswa dan juga mengurangi kebosanan siswa saat mengikuti
pembelajaran matematika. Berdasarkan hasil observasi peneliti menemukan bahwa
guru tidak hanya menggunakan metode pembelajaran yang konvensional. Pemilihan
yang digunakan disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan. Metode dan model
pembelajaran yang tepat akan membuat siswa lebih mudah dalam memahami materi
dan mengurangi kejenuhan siswa. Namun di SD Negeri 1 Lembo peneliti belum
menemukan penggunaan model pembelajaran yang mengajak siswa untuk aktif saat
mengikuti pembelajaran matematika. Pada observasi yang dilakukan saat pelajaran
matematika, guru lebih banyak menggunakan metode ceramah. Guru menerangkan
materi pecahan di depan kelas dan siswa tidak antusias mendengarkan materi yang
disampaikan, siswa cenderung berbicara dengan teman sebangkunya. Setelah
menerangkan materi, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
namun tidak ada siswa yang mengajukan pertanyaan. Siswa kemudian diminta untuk
mengerjakan latihan soal yang ada di buku paket dengan waktu yang sudah di
tentukan lalu dikumpulkan.
Dari pengamatan yang diakukan, guru tidak mengawasi dan membimbing
siswa satu persatu saat mengerjakan latihan soal. Karena tidak adanya pengawasan
secara individu kepada siswa, ada siswa yang tidak selesai mengerjakan latihan soal
dan tidak mengumpulkan jawaban latihan soal yang diberikan. Siswa yang tidak
selesai mengerjakan soal tersebut termasuk siswa yang terindikasi kesulitan belajar
matematika.
Penggunaan metode yang tepat dan bervariasi serta mendukung siswa untuk
aktif akan membuat penbelajaran menjadi bermakna. Pembelajaran yang bermakna
akan membuat materi pelajaran menjadi menarik dan dipahami dengan baik oleh
siswa. Sebaliknya, pembelajaran yang kurang menarik perhatian siswa akan
berdampak kurangnya pemahaman pada materi yang disampaikan.
2. Penggunaan media pembelajaran
Siswa sekolah dasar belum bisa berpikir secara abstrak, untuk itu penggunaan
media pembelajaran menjadi faktor penting yang perlu diperhatikan dalam
pembelajaran matematika agar siswa dapat memahami konsep matematika dengan
28

baik. Pentingnya penggunaan media untuk membantu pemahaman siswa sudah


disadari oleh guru, maka dari itu guru berupaya untuk menggunakan media dalam
pembelajaran matematika. Guru menyadari pentingnya penggunaan media dalam
pembelajaran matematika, namun terkadang guru mengalami kendala dalam memilih
media yang tepat sesuai dengan materi yang disampaikan.
3. Sarana prasarana di sekolah
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di SD Negeri 1 Lembo, sarana dan
prasarana disekolah telah mendukung proses pembelajaran matematika. Kondisi
kelas dapat dikatakan baik, bangunan gedung adalah bangunan permanen yang aman
di gunakan untuk belajar. Setiap kelas mempunyai jendela dan ventilasi sebagai
keluar masuknya udara sehingga ruang kelas tidak pengap. Namun, papan tulis yang
terdapat di ruang kelas IV terlihat kotor. Papan tulis yang digunakan adalah papan
white board yang sudah menghitam karena penggunaan spidol yang tidak bisa
dihapus. Papan tulis yang kotor cukup mengganggu penglihatan siswa terlebih lagi
siswa yang duduk di belakang karena tulisan menjadi tidak jelas. Papan tulis yang
kotor tersebut juga menyebabkan siswa menjadi kurang memperhatikan ketika guru
menjelaskan materi pelajaran.

Gambar 4.4 Papan Tulis Kotor

Pada umumnya, fasilitas sekolah cukup mendukung proses pembelajaran


matematika. Selain kondisi gedung yang baik, sekolah juga menyediakan buku paket
matematika yang disimpan dilemari kelas dan digunakan setiap pelajaran
matematika.
29

4. Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga merupakan faktor yang penting dalam menunjang
proses belajar siswa. Keadaan ekonomi keluarga menjadi salah satu penyebab orang
tua kurang memberikan perhatian pada siswa. Di SD Negeri 1 Lembo orang tua
siswa kebanyakan bekerja sebagai petani dan baru pulang pada sore hari sehingga
jarang mendampingi siswa untuk belajar di rumah. Contoh kurangnya perhatian
orang tua pada pembelajaran siswa disekolah yaitu PR yang tidak dikerjakan.
Pekerjaan rumah yang diberikan guru bertujuan agar siswa mengulang kembali
materi yang telah diberikan disekolah dan dapat bertanya kepada orang tua jika siswa
mengalami kesulitan, namun guru menemui siswa yang kesulitan belajar matematika
dengan tidak mengerjakan PR yang telah diberikan, hal tersebut dapat menjadi
indikasi kurangnya perhatian orang tua.
Selain keadaan ekonomi, suasana rumah turut mempengaruhi proses belajar
siswa. Di SD Negeri 1 Lembo terdapat siswa yang kesulitan belajar matematika
karena suasana rumah yang kurang mendukung, siswa tersebut mempunyai dua
orang adik yang jaraknya tidak terpaut jauh dengannya, adik siswa yang pertama
duduk dikelas 2 disekolah yang sama, sedangkan adik siswa yang kedua masih balita.
Suasana rumah dengan banyak adik yang masih kecil membuat perhatian orang
tuanya lebih tertuju kepada adik-adiknya, terkadang siswa tersebut juga ikut menjaga
kedua adiknya sehingga kegiatan belajar dirumah kurang maksimal. Hal tersebut
diketahui peneliti berdasarkan penuturan guru kelas IV.
Dari penuturan diatas, lingkungan keluarga berperan penting bagi siswa.
Lingkungan keluarga yang tidak mendukung membuat siswa tidak dapat belajar
dengan maksimal dirumah. Orang tua yang memberikan perhatian kepada siswa dan
mengarahkan siswa untuk selalu belajar dapat membimbing siswa apabila mengalami
kesulitan belajar matematika, serta mendorong siswa agar dapat mencapai prestasi
belajar secara optimal.

3. Cara Guru Mengatasi Kesulitan siswa menyelesaikan soal Matematika


30

Mengatasi kesulitan belajar tidak terlepas dari faktor penyebab kesulitan, untuk
itu perlu dilihat penyebab yang melatarbelakangi kesulitan yang dialami siswa.
Berikut adalah upaya-upaya yang peneliti temukan untuk mengatasi kesulitan siswa
dalam menyelesaikan soal matematika.
1. Upaya Mengatasi Kesulitan dari Guru
Guru kelas IV SD Negeri 1 Lembo telah berupaya mengatasi kesulitan belajar
matematika yang dialami siswanya, salah satu upaya yang dilakukan yaitu dengan
meluangkan waktu untuk memberi pelajaran tambahan setelah pulang sekolah. Siswa
yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) mengikuti pelajaran
tambahan setiap hari jum’at saat pulang sekolah. Namun, tidak semua siswa merasa
antusias dengan pelajaran tambahan yang diberikan, terkadang siswa tidak ikut
pelajaran tambahan, sehingga kesulitan belajar matematika belum dapat diatasi
dengan baik. Selain itu untuk mengurangi kesulitan memahami konsep, guru
berusaha menghadirkan media dalam pembelajaran karena guru sudah menyadari
pentingnya media dan menghindari anak berpikir abstrak. Sedangkan untuk
mengurangi kesulitan belajar yang disebabkan faktor dari dalam diri siswa, guru
senantiasa memotivasi siswa karena guru memahami bahwa tugas guru bukan hanya
memberi pengetahuan tapi juga mendidik siswa menjadi lebih baik.
Secara umum, guru sudah berupaya untuk melakukan perbaikan dan
bimbingan khusus untuk mengatasi kesulitan belajar matematika siswa. Namun,
sebagian besar upaya yang dilakukan masih terbatas pada tercapainya kriteria
ketuntasan minimal. Upaya yang dilakukan belum menyeluruh dikarenakan banyak
faktor penyebab siswa kesulitan belajar matematika.
2. Upaya Mengatasi Kesulitan dari Siswa
Perbaikan yang dilakukan guru disekolah saja tidak cukup untuk mengatasi
kesulitan belajar siswa. Perlu ada upaya dari dalam diri siswa untuk mengatasi
kesulitan belajar matematika yang mereka alami. Berdasarkan hasil wawancara
diketahui langkah yang dilakukan siswa untuk mengatasi kesulitan belajar
matematika yaitu dengan mengikuti tambahan pelajaran matematika diluar jam
pelajaran.
31

Siswa sudah berupaya untuk mengatasi kesulitan belajar matematika yang


mereka alami dengan mengikuti tambahan pelajaran. Akan tetapi, upaya yang
mereka lakukan juga sebatas untuk menguasai materi yang belum mereka kausai
disekolah. Melihat hal tersebut, diperlukan juga perhatian dari orang tua untuk
mengetahui penyebab siswa kurang menguasai materi pelajaran matematika sehingga
dapat diambil langkah yang tepat untuk mengatasi kesulitan belajar matematika
tersebut.

B. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Deskripsi Kesulitan Siswa menyeleaikan Soal Matematika Kelas IV SD Negeri 1


Lembo Kecamatan Lembo, Kabupaten Konawe Utara

Pada bagian ini menunjukkan hasil penelitian dan pembahasan yang dikaitkan
dengan teori. Hasil penelitian tentang jenis kesulitan belajar matematika dianalisis
dengan memperhatikan cakupan studi matematika yang dikemukakan oleh Lenner
(dalam Abdurrahman, 2012) bahwa matematika hendaknya mencakup tiga
komponen yaitu konsep, keterampilan, dan pemecahan masalah. Analsisis data hasil
wawancara dan dokumen lembar jawaban siswa dilakukan dengan langkah-langkah
reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Kegiatan reduksi pada
penelitian ini yaitu menyederhankan hasil wawancara menjadi susunan bahasa yang
baik dan rapi. Penyajian data dalam penelitian ini berupa deskripsi kesulitan belajar
matematika yang dialami siswa. Setalah dilakukan analisis kesulitan belajar siswa
diperoleh sebagai berikut.

1. Kesulitan Siswa Menyelesaikan Soal Matematika


a. Kesulitan Memahami Konsep
Konsep menunjuk pada pemahaman dasar siswa. Dalam penelitian ini,
kesulitan memahami konsep yang dialami siswa yaitu kesulitan pada konsep
pecahan. Kesulitan tersebut ditunjukkan ketika siswa tidak dapat mengerjakan soal
tentang pecahan. Menurut hasil penelitian yang didapatkan, kurangnya pemahaman
konsep menyebabkan siswa kesulitan mengerjakan soal dikarenakan guru yang
mengajarkan kurang tepat dan tidak menggunakan contoh konkrit yang dihubungkan
32

dengan kehidupan sehari-hari. Sebagaimana dikemukakan Heruman (2008) bahwa


pembelajaran penanaman konsep dasar merupakan jembatan yang harus dapat
menghubungkan kemampuan kognitif siswa yang konkrit dengan konsep matematika
baru yang abstrak.
b. Kesulitan dalam keterampilan berhitung
Keterampilan menunjuk pada sesuatu yang dilakukan seseorang. Jenis
keterampilan matematika adalah proses dalam menggunakan operasi dalam
penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Kesulitan dalam operasi
hitung dapat terjadi karena melakukan kesalahan dalam mengoperasikan angka
secara tidak benar. Kesalahan mengoperasikan angka ditemukan peneliti ketika
mengerjakan soal materi bilagan bulat kesalahan tersebut membuat siswa tidak dapat
menjawab dengan benar. Sesuai pendapat Jamaris (2015:188) bahwa kesulitan yang
dialami anak yang kesulitan belajar matematika salah satunya adalah kelemahan
dalam berhitung yang disebabkan salah membaca symbol dan mengoperasikan angka
secara tidak benar.
Kesulitan siswa dalam keterampilan hitung juga disebabkan karena
penguasaan kemampuan dasar berhitung seperti penjumlahan, pengurangan,
perkalian, dan pembagian yang masih kurang di kelas III. Hal tersebut diduga karena
siswa tidak memahami hubungan antara satuan, puluhan, dan ribuan sehingga siswa
tidak mampu menggunakan operasi matematika dengan tepat seperti yang di
paparkan Lawrence Mundia (2012). Kesulitan tersebut sebaiknya menjadi perhatian
lebih bagi guru agar kesulitan siswa tidak berlanjut sehingga siswa dapat mencapai
hasil belajar dengan baik.
Selain itu, siswa juga kesulitan dalam keterampilan menghitung karena tidak
teliti menghitung sesuai dengan pendapat Runtukadu dan Kandou (2014) bahwa
siswa yag mengalami kesulitan belajar matematika sering mengalami kekeliruan
dalam berhitung.
c. Kesulitan Memecahkan Masalah
Pemecahan masalah adalah aplikasi dari konsep dan keetrampilan.
Pengembangan indikator dari pemecahan masalah ditunjukkan dengan siswa tidak
melanjutkan pekerjaan dalam menyelesaikan soal. Hasil analisis kesulitan
33

memecahkan masalah pada soal cerita menunjukkan bahwa siswa tidak mampu
memaknai kalimat pada soal cerita dan tidak menentukan langkah pemecahan
masalah dengan tepat sehingga tidak dapat menyelesaikan soal dengan benar. Contoh
kasus yang ditemukan adalah siswa tidak mengerjakan soal pecahan sesuai dengan
informasi yang ada pada soal dan tidak mengerjakan soal dengan langkah yang
benar. Hal itu diduga karena strategi yang digunakan oleh guru kurang tepat.
Penggunaan strategi yang kurang tepat dan penguasaan yang kurang dalam
membuat anak kesulitan dalam belajar.Hal ini sejalan dengan pendapat Jamaris
(2015:188) bahwa anak yang kesulitan belajar matematika mempunyai ciri
pemahaman bahasa matematika yang kurang.Kurangnya pemahaman tersebut
mengakibatkan siswa mengalami kesulitan dalam membuat hubungan-hubungan
yang bermakna matematika, seperti yang terjadi dalam memecahkan masalah
hitungan soal yang disajikan dalam bentuk cerita.
Berdasarkan teori dan hasil penelitian ditemukan bahwa jenis kesulitan
belajar matematika yang dialami siswa adalah kesulitan memahami konsep pecahan,
kesulitan dalam menghitung pada bilangan bulat, dan kesulitan memecahkan masalah
pada soal cerita.

2. Faktor Penyebab Kesulitan Siswa Menyelesaikan Soal Matematika


Setelah ditemukan jenis kesulitan-kesulitan yang dialami siswa, selanjutnya
akan membahas tentang faktor penyebab kesulitan siswa menyelesaikan soal
matematika. Analisis faktor penyebab kesulitan siswa menyelesaikan soal
matematika dilaksanakan dengan menganalisis hasil wawancara, dan observasi.
Setelah dilakukan analisis dapat diketahui bahwa penyebab kesulitan siswa
mengerjakan soal matematika disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Untuk
mengetahui masing-masing faktor penyebab kesulitan matematika dijelaskan sebagai
berikut.
1. Faktor Penyebab Kesulitan Secara Internal
a. Sikap dalam belajar
Hasil analisis faktor penyebab kesulitan secara internal sesuai yang
diungkapakan oleh Slameto (2010:188) bahwa faktor yang mempengaruhi hasil
34

belajar adalah sikap. Sikap positif terhadap suatu mata pelajaran adalah awal yang
baik untuk proses pembelajaran. Sebaliknya, sikap negatif terhadap mata pelajaran
akan berpotensi menimbulkan kesulitan belajar atau membuat hasil belajar yang
kurang maksimal. Dari penyataan siswa dalam hasil wawancara, siswa tidak
menyukai pelajaran matematika dan mempunyai sikap negatif terhadap pembelajaran
matematika sehingga siswa tidak mengikuti pembelajaran dengan baik sikap tersebut
ditunjukkan dengan bertindak gaduh dan tidak memperhatikan ketika pembelajaran
matematika berlangsung. Selain itu, sikap negatif juga ditunjukkkan dengan siswa
tidak antusias, siswa cenderung tidak aktif dalam pembelajaran.
Sikap siswa pada pembelajaran matematika dipengaruhi oleh sikap guru yang
mengajar. Guru yang mengajar dengan menyenangkan dan memberi perhatian akan
menimbulkan sikap positif bagi siswa sehingga siswa mengikuti pembelajaran
dengan baik. Hal ini sejalan dengan Paul Mutodi (2014) bahwa faktor psikologi
mempengaruhi pencapaian siswa dan praktik umum mereka. Untuk itu, guru perlu
menanamkan sikap positif kepada siswa melalui pembelajaran matematika yang
menyenangkan, serta memberikan keyakinan pada siswa akan kebermanfaatan
pelajaran matematika sehingga diharapkan muncul sikap positif pada pelajaran
matematika.
b. Motivasi Belajar
Motivasi berfungsi mengarahkan perbuatan siswa dalam belajar. Hasil
analisis menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa masih rendah. Siswa tidak
mempersiapkan alat tulis dan buku pelajaran matematika ketika pembelajaran
matematika dimulai. Siswa juga tidak mempelajari kembali materi yang telah
diajarkan disekolah ketika dirumah dan siswa tidak belajar matematika ketika tidak
ada ulangan. Rendahnya motivasi siswa juga mengakibatkan siswa tidak antusias
mengikuti pembelajaran matematika sehingga menimbulkan kesulitan belajar
matematika. Hal ini sesuai pendapat Ahmadi dan Supriyono (2013) bahwa siswa
yang motivasinya lemah tampak acuh tak acuh, mudah putus asa dan perhatiannya
tidak tertuju pada pelajaran akibatnya banyak mengalami kesulitan belajar. Motivasi
siswa yang rendah diduga karena motivasi dari dalam diri siswa tidak ditanamkan
dengan baik oleh orang tua dirumah. Orang tua yang tidak memberikan perhatian
35

secara maksimal akan berdampak pada rendahnya motivasi belajar siswa disekolah.
Motivasi dari dalam diri siswa sendiri atau motivasi intrinsik mempengaruhi hasil
belajar siswa.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Anis Susanti (2015) bahwa motivasi
intrinsik siswa mempunyai pengaruh lebih besar terhadap prestasi belajar matematika
dari motivasi ekstrinsik. Pemberian motivasi telah dilakukan guru secara lisan
dengan memberikan contoh-contoh sikap yang perlu ditiru agar berhasil dalam
belajar. Guru juga memberikan penghargaan untuk memotivasi siswa, namun belum
berdampak secara signifikan. Untuk itu, guru dan orang tua perlu memberi perharian
lebih serta bekerja sama untuk selalu meningkatkan motivasi siswa sehingga siswa
tidak mengalami kesulitan belajar matematika.
c. Kesehatan Tubuh
Kesulitan belajar matematika siswa dapat ditimbulkan oleh faktor fisiologis.
Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak semua siswa mengalami kesulitan belajar
matematika yang disebakan masalah kesehatan. Namun terdapat beberapa siswa yang
sering tidak masuk kelas karena sakit sehingga berdampak pada tertinggalnya materi
pelajaran matematika masalah kesehatan yang sering muncul dan berdampak pada
siswa adalah kondisi fisik siswa yang kurang sehat. Siswa tidak konsentrasi belajar
dan mengantuk ketika pelajaran matematika mengindikasikan kondisi fisik tidak
dalam keadaan yang optimal. Keadaan tubuh yang tidak optimal mempengaruhi
penerimaan siswa terhadap informasi yang disampaikan.
Secara umum, tidak banyak siswa yang mengalami masalah kesehatan.
Namun faktor kesehatan tetap perlu menjadi perhatian, guru dapat mengarahkan
siswa untuk menjaga kesehatan. Tidak cukup sampai disitu, sebaliknya orang tua
juga menjaga pola makan serta mengatur jam istirahat anak sehingga mereka selalu
dalam keadaan tubuh yang sehat dan dapat menyerap pelajaran matematika dengan
baik.
2. Faktor Penyebab Kesulitan Secara Eksternal
a. Variasi Mengajar Guru
Hasil analisis yang telah dilakukan menunjukkan bahwa guru telah berupaya
menggunakan metode yang bervariasi dalam pembelajaran matematika. Penggunaan
36

metode yang dipilih juga telah disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan.
Namun, sikap dan cara belajar siswa juga mempengaruhi keberhasilan guru dalam
mengajar. Semenarik apapun model pembelajaran yang digunakan guru, jika siswa
mempunyai sikap negatif pada pelajaran matematika siswa tidak akan bersemangat
mengikuti pelajaran. Selanjutnya, cara belajar siswa yang kurang sesuai dengan
model pembelajaran yang digunakan juga membuat siswa kurang antusias mengikuti
pelajaran.
b. Penggunaan Media Pembelajaran
Guru kelas IV SD Negeri 1 Lembo, Kecamatan Lembo Kabupaten Konawe
Utara sudah menyadari pentingnya media sebagai sarana untuk menyampaikan
informasi agar siswa lebih mudah memahami materi yang diajarkan. Namun kedala
yang ditemukan dilapangan yaitu kurangnya pemahaman guru terhadap media
pembelajaran inovatif yang sesuai dengan materi, seperti guru belum menemukan
media yang cocok untuk mengajarkan materi bilangan bulat sehingga materi tersebut
dijelaskan melalui analogy. Kurangya pemahaman guru terhadap media
pembelajaran inovatif berdampak pada kurangnya pemahaman konsep pada siswa
karena tidak adanya contoh konkrit yang membantu siswa untuk lebih mudah
menerima materi. Penggunaan media konkrit dalam pembelajaran sangatlah penting
karena siswa berada dalam tahap operasional konkrit dan belum bisa berpikir secara
abstrak (Heruman,2008).
Dari paparan diatas dapat disimpulkan pentingnya penggunaan media dalam
pembelajaran matematika. Oleh karena itu, guru hendaknya selalu menambah
pengetahuan tentang media pembelajaran inovatif dan interaktif yang dapat
digunakan untuk menambah motivasi siswa serta memudahkan siswa dalam
menerima materi yang diajarkan.
c. Sarana dan Prasarana di Sekolah
Sarana dan prasarana disekolah telah mendukung pembelajaran matematika.
Kondisi bangunan dapat dikatakan baik karena gedung yang digunakan adalah
bangunan permanen sehingga aman untuk belajar. Ruang kelas yang dilengkapi
dengan ventilasi memungkinkan pertukaran udara sehingga kelas tidak pengap dan
nyaman untuk belajar. Kondisi yang kurang mendukung untuk pembelajaran
37

matematika adalah papan tulis yang kotor dan menyebabkan siswa kurang melihat
tulisan di papan tulis dengan jelas. Situasi yang kurang baik seperti itu
mengakibatkan siswa kurang konsentrasi dan dapat memungkinkan pelajaran
terhambat.
d. Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan pusat pendidikan yang pertama bagi siswa. Bimbingan
dari orang tua serta perhatian menjadi faktor penting dalam keberhasilan belajar
siswa. Dari hasil analisis yang dilakukan diketahui siswa yang terindikasi kesulitan
belajar matematika tidak selalu mendapat perhatian dari orang tua dirumah.
Kurangnya perhatian dari orang tua disebabkan karena orang tua sibuk bekerja
sehingga kurang memperhatikan pelajaran anak di sekolah. Salah satu contoh
kurangnya perhatian orang tua yaitu seringnya siswa tidak mengerjakan PR yang
diberikan. Suasana rumah turut mempengaruhi proses belajar siswa. Contoh kasus
yang ditemukan yaitu suasana yang kurang mendukung siswa untuk belajar secara
optimal adalah siswa yang memiliki dua orang adik dengan usia yang tidak terpaut
jauh sehingga ia ikut menjaga adik-adiknya.
Kondisi tersebut juga membuat perhatian orang tua berkurang karena terbagi
dengan adiknya yang masih kecil dan kurang memperhatikan perkembangan
pelajaran matematika siswa disekolah. Hal ini sesuai dengan penuturan Ahmadi dan
Supriyono (2013) bahwa anak yang tidak mendapat pengawasan atau bimbingan dari
orang tua kemungkinan akan banyak mengalami kesulitan belajar. Hubungan yang
baik antara orang tua dan siswa perlu di bangun agar orang tua senantiasa mengerti
kebutuhan dan kesulitan yang dialami oleh siswa. Hubungan yang baik dapat
dibangun dengan komunikasi dan meluangkan waktu serta mendampingi siswa
dalam belajar. Selain itu, orang tua perlu berkomunikasi secara teratur dengan guru
tentang perkembangan belajar anaknya disekolah sehingga kesulitan belajar yang
dialami siswa dapat diatasi.
Berdasarkan teori dan hasil penelitian ditemukan bahwa faktor yang
menyebabkan kesulitan belajar matematika terdiri dari faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal meliputi sikap negatif siswa dalam belajar matematika,
motivasi belajar siswa yang masih rendah, dan kesehatan tubuh yang tidak optimal.
38

Sedangkan faktor eksternal yang berasal dari luar siswa antara lain kurangnya variasi
mengajar guru, penggunaan media pembelajaran yang belum maksimal, sarana dan
prasarana disekolah, serta lingkungan keluarga.

3. Cara Guru Mengatasi Kesulitan Belajar Matematika siswa


Setelah ditemukan kesulitan yang dialami siswa dan faktor-faktor yang
menyebabakan kesulitan siswa, selanjutnya akan membahasa mengenai upaya
mengatasi kesulitan belajar matematika. Analisis upaya mengatasi kesulitan belajar
matematika kelas IV SD Negeri 1 lembo dilakukan dengan menganalisis hasil
wawancara pada subjek penelitian. Dalam hal ini peneliti tidak melakukan upaya
mengatasi kesulitan belajar matematika, namun peneliti menggambarkan upaya yang
telah dilakukan serta memeberikan saran untuk mengatasi kesulitan belajar
matematika. Kesulitan belajar yang dialami siswa adalah kesulitan memahami
konsep, kesulitan dalam keterampilan, dan kesulitan dalam memecahkan masalah.
Sedangkan faktor yang menyebabkan kesulitan belajar matematika terdiri dari faktor
internal meliputi sikap, motivasi, dan kesehatan tubuh, factor eksternal meliputi
variasi mengajar, penggunaan media pembelajaran, sarana prasarana sekolah, dan
lingkungan keluarga. Untuk mengetahui upaya yang dapat dilakukan untuk
mengatasi kesulitan belajar di jelaskan sebagi berikut.
1. Mengajarkan Matematika Sesuai Teori Belajar Matematika
Kesulitan yang dialami siswa dalam memahami konsep dikarenakan strategi
mengajar yang digunakan guru kurang tepat. Teori yang dapat digunakan guru utuk
mengajarkan konsep yaitu teori Brunner yang menggambarkan perkembangan anak
melalui tiga tahap yaitu enaktif, ikonik, dan yahap simbolik. Selain itu, kesulitan
siswa dalam memahami konsep juga diakibatkan dari sikap negatif siswa pada
pelajaran matematika. Sikap negatif tersebut berdampak pada kurangnya antusias
siswa pada pelajaran matematika sehingga tidak menguasai kemamapuan yang
diharapkan dari pelajaran matematika. Kurangya penguasaan tersebut mengakibatkan
siswa belum mencapai kriteria ketuntasan minimal yang sudah ditetapkan dan
menganggap bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit.
39

Dari pernyataan tersebut, diharapkan guru berusaha agar siswa tidak merasa
kesulitan dalam belajar matematika. Ada bermacam-macam cara yang dapat
dilakukan oleh guru agar siswa tidak menganggap matematika sebagai pelajaran
yang sulit diantaranya sebagi berikut: a.) Memastikan kesiapan siswa untuk belajar
matematika; b) pemakaian media belajar yang mempermudah pemahaman anak; c)
permasalahan yang diberikan merupakan masalah dalam kehidupan sehari-hari; d)
tingkat kesulitan soal yang diberikan pada siswa sesuai dengan kemampuan siswa; e)
peningkatan kesulitan masalah sedikit demi sedikit; dan f) memberi kebebasan
kepada siswa untuk mencari penyelesaian masalah yang dihadapi dengan memakai
cara sendiri (Pitadjeng, 2006:49).
2. Menggunakan media pembelajaran yang konkrit
Siswa sekolah dasar mengacu pada teori perkembangan kognitif Piaget berada
pada tahap operasional konkrit. Pada tahap tersebut siswa berpikir dengan apa yang
dilihat atau benda konkrit dan belum bisa berpikir abstrak.
Untuk itu media pembelajaran yang konkrit penting dihadirkan dalam pembelajaran
matematika. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan guru tidak selalu
menggunakan media pembelajaran yang konkrit dalam pembelajaran segingga siswa
belum memahami dengan baik konsep yang diajarkan yang mengakibatkan siswa
kesulitan dalam memahami konsep.
3. Memperbanyak Latihan Soal
Salah satu kesulitan belajar matematika siswa adalah kesulitan dalam
keterampilan dan kesulitan memecahkan masalah. Keterampilan dalam matematika
adalah proses dalam menggunakan operasi dalam penjumlahan, pengurangan,
perkalian, dan pembagian. Untuk mengatasi kesulitan dalam keterampilan dan
memecahkan masalah perlu di adakan latihan praktik yang terus-menerus. Hal ini
mengacu pada teori Thorndike yang menekan banyak member praktik dan latihan
(drill and practice) kepada siswa agar konsep dan prosedur dapat mereka kuasai
dengan baik (Muhsetyo, dkk. 2009).
Untuk itu guru perlu memberikan latihan soal yang lebih banyak kepada
siswa yang kesulitan belajar matematika karena dengan semakin banyak berlatih
siswa akan semakin paham. Cara memberikan latihan soal yang lebih banyak pun
40

tidak harus dilakukan dikelas, latihan soal bisa diberikan sebagai pekerjaan rumah
untuk selanjutnya dipantau perkembangan kemampuan siswa.
4. Menjalin Kerja Sama dengan Orang Tua
Faktor internal penyebab kesulitan belajar matematika yang berasal dari siswa
antara lain sikap, motivasi, dan kesehatan tubuh. Berdasarkan hasil analisis yang
telah dilakukan orang tua mempunyai peran penting dalam memberikana motivasi
bagi siswa. Siswa yang diberi perhatian dengan baik dirumah akan mempunyai
motivasi belajar yang baik disekolah. Untuk itu orang tua perlu senantiasa
memberikan perhatian pada perkembangan belajar matematika siswa.Selain itu,
orang tua juga perlu memperhatikan pola makan dan jam istirahat agar siswa
mempunyai kondisi tubuh yang optimal dalam mengikuti pembelajaran matematika
di sekolah. Orang tua dan guru perlu bekerja sama meningkatkan motivasi siswa.
Peningkatan motivasi siswa oleh guru dapat dilakukan dengan saran dari Gage dan
Berliner (dalam slameto, 2010) sebagai berikut.
a. Perguanakan pujian verbal seperti mengucapkan kata bagus, baik, setelah siswa
melakukan tingkah laku yang diinginkan merupakan pembangkit motivasi yang
besar.
b. Pergunakan tes dalam nilai secara bijaksana yaitu memberikan informasi pada
siswa dan untuk menilai menguasaan dan kemajuan siswa, bukan untuk
menghukum atau membanding-bandingkannya dengan siswa lain.
Penyalahgunaan tes dan nilai akan mengakibatkan menurunnya keinginan siswa
untuk berusaha dengan baik.
c. Bangkitkan rasa ingin tahu siswa dan keinginannya untuk mengadakan eksplorasi.
d. Pergunakan permainan yang melibatkan siswa secara langsung dalam proses
pembelajaran.
Berdasarkan teori dan hasil penelitian ditemukan bahwa upaya yang dapat
dilakukan untuk mengurangi kesulitan belajar matematika berdasarkan kesulitan
yang dialami dan faktor yang melatarbelakangi antara lain mengajarkan matematika
sesuai teori belajar matematika, menggunakan media pembelajaran yang konkrit,
memperbanyak latihan soal, dan menjalin kerja sama dengan orang tua siswa.
41

BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan deskripsi kesulitan siswa
menyelesaikan soal matematika kelas IV SD Negeri 1 Lembo Kabupaten Konawe
Utara diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Kesulitan siswa menyelesaikan soal matematika yang dialami siswa terdiri dari
tiga komponen yaitu kesulitan memahami konsep, kesulitan dalam keterampilan,
dan kesulitan memecahkan masalah.
2. Faktor yang menyebabkan kesulitan siswa menyelesaikan soal matematika berasal
dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang berasal dari siswa meliputi
sikap siswa dalam belajar matematika, motivasi belajar siswa yang masih rendah,
dan kesehatan tubuh yang tidak optimal. Sedangkan faktor eksternal yang berasal
dari luar siswa antara lain kurangnya variasi mengajar guru, penggunaan media
pembelajaran yang belum maksimal, sarana prasarana disekolah, serta lingkungan
keluarga.
3. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi kesulitan belajar matematika
berdasarkan kesulitan yang dialami dan faktor yang melatarbelakangi antara lain
mengajarkan matematika dengan menyenangkan, menggunakan media
pembelajaran yang konkrit, memperbanyak latihan soal, dan menjalin kerjasama
dengan orang tua siswa.

B. SARAN
1. Bagi Guru
Guru sebaiknya mengajarkan matematika dengan bervariasi yang sesuai
dengan teori belajar matematika disertai penggunaan alat peraga yang dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa.
2. Bagi Siswa
42

Siswa hendaknya dapat memusatkan perhatian dan menaruh minat yang


tinggi saat proses pembelajaran matematika agar mampu memahami materi
dengan baik.
3. Bagi Orang Tua 41
Orang tua senantiasa memperhatikan perkembangan belajar siswa khususnya
memberi perhatian pada kesulitan belajar matematika yang dialami. Selain
itu, orang tua juga harus menumbuhkan motivasi belajar siswa dan
memberikan sugesti positif bahwa matematika adalah pelajaran yang
menyenangkan sehingga siswa mempunyai sikap positif pada pelajaran
matmatika.
4. Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini dapat dikembangkan dengan penelitian yang serupa
sehingga dapat ditemukan upaya lain untuk mengatasi kesulitan siswa dalam
menyelesaikan soal matematika.
43

DAFTAR PUSTAKA

Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono. 2013. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka
Cipta.

Apertha, F. K. P., Zulkardi, M. Y., & Yusup, M. (2018).Pengembangan LKPD


Berbasis Open-Ended Problem pada Materi Segiempat Kelas VII.Jurnal
Pendidikan Matematika, 12(2), 47-62.

Aryanti, E. M., & Sutrisno, B. (2020).Kompetensi Soft Skill Ditinjau dari Motivasi
Berprestasi dan Kreativitas Belajar pada Siswa Kelas X Akuntansi SMK
Negeri 1 Pedan Klaten (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah
Surakarta).
Depdiknas. 2006. Permendiknas No 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi. Jakarta:
Depdiknas.
Dimyati dan Mudjiono. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Heruman, 2007.Model Pembelajaran Matemataika di Sekolah Dasar.Bandung : PT
Remaja Rosdakarya.
Jamaris, Martini. 2015. Kesulitan Belajar: Perspektif, Asesmen, dan
penanggulangannya. Bogor : Ghalia Indonesia.
Jong, Willem De. 2017. Pendekatan Peadegogik & Didaktik Pada Siswa dengan
Masalah Gangguan Perilaku. Depok: Prenada.
J. Tombokan Runtukahu dan Selpius Kandou. 2014. Pembelajaran Matematika
Dasar Bagi Anak Bekesulitan Belajar. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Khadijah. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Cita Pustaka Media.
Kemendiknas. 2003. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional. Depdiknas. Jakarta.
Kusdaryani, Wiwik dan Trimo. 2009. Landasan Kependidikan. IKIP PGRI Semarang
Press.
Matodi, Paul. 2014. Exploring Mathematics Anxiety: Mathematics Students
Esperiences. Mediterranean Journal of Social Scinences.MCSER Publishing.Vol
5 No 1.E-ISSN 2039-2117.ISSN 2039-9340.
Mardianto. 2017. Psikologi Pendidikan. Medan: Perdana Publishing.
Muhsetyo, Gatot, dkk. 2010. Pembelajaran matematika SD. Jakarta:Universitas
Terbuka
44

Mundia, Lawrence. 2012. The Assessment of Math Learning Difficulties in a


Primary Grade-4 Child with High Support Need: Mixed Methodf Approach.
IEJEE.ISSN: 13017-9298.
Pitadjeng.2006. Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan.Jakarta: Depdiknas.
Purwoko, A. 2001. Panduan Penelitian PTK. Semarang: Unnes Press.
Putrawangsa, Susilahudin. (2017). Desain Pembelajaran Matematika Realistik.
Mataram: CV. Reka Karya Amerta.
Tyas, Nimah Mulyaning. 2016. Analisis Faktor Kesulitan Belajar Matematika Kelas
IV SD Negeri di Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang. Semarang:
Universitas Negeri Semarang.
Sapuroh, Siti. 2010. Analisis Kesulitan Belajar Siswa dalam Memahami Konsep
Biologi pada Konsep Monera.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka
Cipta.
Sugiyono. 2018.Metode Penelitian manajemen, Bandung: Alfabeta.
Sumantri, Mohammad Syarif. 2016. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:
Kencana
Syah, Muhibbin. 2009. Psikologi Belajar, Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Wandini, Rora Rizki. 2017. Matematika Geometri dan Pengukuran. Medan: UIN.
Wood, Derek. 2007. Kiat Mengatasi Gangguan Belajar. Yogyakarta: Katahati.
45

LAMPIRAN
45

Lampiran 1. Langkah Penyelesaian Soal

LANGKAH-LANGKAH PENYELESAIAN SOAL

1. Ibu Ima mempunyai sebuah kue. Kue tersebut dipotong menjadi 12 bagian
yang sama. Deni makan 5 bagian, angka pecahan yang menunjukkan berapa
banyak kue yang dimakan Deni adalah ?

1) Diketahui:
 Ibu Ima mempunyai sebuah kue. Kue tersebut dipotong menjadi 12
bagian yang sama.
 Deni makan 5 bagian
2) Ditanyakan:
 Angka pecahan yang menunjukkan berapa banyak bagian kue yang
dimakan Deni…….?
3) Penyelesaian:
1
 1 kue dibagi menjadi 12 bagian = Besar tiap bagian menjadi
12
1 1 1 1 1 5
 Deni makan 5 bagian = + + + + =
12 12 12 12 12 12
 Jadi angka pecahan yang menunjukkan berapa banyak kue yang dimakan

5
Deni adalah .
12
46

B. ESSAY

1. Ibu Ima mempunyai sebuah kue. Kue tersebut dipotong menjadi 12 bagian
yang sama. Dodi makan 5 bagian , angka pecahan yang menunjukkan berapa
banyak kue yang dimakan Dodi adalah ……?
3
2. Pak Anas menjual tanah kepada tiga orang tetanggaya yaitu pak Rois seluas
8

1 1
hektar, pak Wanto hektar dan pak Gani hektar. Dari ketiga tetangga pak
8 4
Anas tersebut yang membeli tanah paling luas adalah …..
3. Edo memiliki 3 pak buku tulis. Settiap satu pak buku tulis berisi 12 buah. Buku
yang sudah dipergunakan ada 6 buku tulis. Berapakah jumlah buku Edo yang
belum dipergunakan…….?
4. Saya tiba di sekolah pukul 07.00. tiga jam jam kemudian pukul …..?
5. Ibu membeli 3 lusin gelas. Harga 1 lusin gelas adalah Rp. 30.000,-. Jika ibu
membayar dengan menggunakan uang sepuluh ribu, berapa lembarkah ibu
harus memberikan uang tersebut…..?
47
47

Lampiran 2. Lembar Hasil Jawaban Siswa


48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77

Lampiran 3. Dokumentasi Penelitian

DOKUMENTASI PENELITIAN

Wawancara dengan siswa


78
79
80
81
82
83
84
85

Anda mungkin juga menyukai