1. Bahagia (hal. 3)
2. Makhluk Ciptaan Allah Itu “disebut” Manusia (hal. 8)
3. Tiga Kewajiban Ekspresi Muslim dalam Menghadapi Pandemi(hal. 13)
4. Jaga Iman Usai Ramadhan, di Tengah Virus Pandemi (hal. 19)
5. Menuju Pribadi Sulit Mengejek Sesama (hal. 26)
6. 4 Derajat Dalam Menghadapi Musibah (hal. 29)
7. Berbicara itu “Ngga Doang” (hal. 32)
8. Narasi Fitri Pandemi (hal. 36)
9. Peningkatan Kesholehan Sosial saat dan pasca Ramadhan serta
ditengah pandemi (hal. 45)
10. Mengembangkan Dakwah dan Pendidikan Berkebangsaan (hal. 50)
11. Iman Bersemi di Tengah Pandemi (hal. 55)
12. Nalar Moderasi Beragama Menyikapi Corona (hal. 59)
13. Meningkatkan Spiritualitas di tengah Pandemi (hal. 63)
14. Covid-19 & Spiritualitas Diri (hal. 67)
15. Hikmah di balik Musibah (hal. 71)
16. Rindu Ibu (hal. 75)
17. Kenali Tentang Covid-19 Yuk Kawan (hal. 78)
18. Sabar dan Sedekah Respon Islam Melawan Virus Corona (hal. 84)
19. Pandemi Covid-19 dan Jerat Desakralisasi Ekstrem Manusia Modern
(hal. 86)
“Dakwah ibarat jantung yang harus tetap dipacu agar dapat mengalirkan makanan spiritual bagi
jiwa-jiwa yang gersang”.
Kondisi inilah yang juga mengilhami kami sebagai penerbit Buletin Al Fatah dengan struktur dan
fungsi barunya bergerak cepat, tanggap dan sistematis dalam merumuskan konsep dan gagasan
untuk menerbitkan kembali Buletin Al Fatah.
Buletin AL Fatah secara garis besar berisikan tema-tema terkait kondisi wabah Covid-19 yang
melanda hampir seluruh dunia. Tema besar pada volume Volume 9 Nomor 1 pada bulan Juni 2020
adalah “Iman bersemi di masa pandemi” seperti : Muhasabah, Cerpen, Opini, Inspirasi, Tuntunan
Islam, Ibadah, Aqidah dan Akhlaq.
Akhirnya atas nama redaksi kami mengucapkan ribuan terima kasih kepada seluruh rekan-rekan
dikepengurusan Beletin Al Fatah, penulis dan tim yang telah membantu penerbitan kembali
Buletin ini.
Redaksi.
BAHAGIA?
Oleh: La Panrita Demmone
N
amanya Sekar. Pagi ini anaknya. Ibu juga tidak mau anaknya
dia sudah siap untuk kelaparan.
berangkat ke sekolah,
tidak pernah dia mau Kelas-pun dimulai, pelajaran demi
diantarkan oleh Ayahnya, ia lebih kerap pelajaran terus berganti, tugas sekolah
memilih untuk berjalan kaki atau naik dan perkerjaan rumah sudah penuhi
kendaraan umum saja. Kini ia sudah daftar tunggu otak murid-murid yang
menginjak kelas dua SMP. Teringat susah payah mengerti ocehan guru
terakhir kali ketika ia diantar Ayahnya mereka.
menuju sekolah, Sekar langsung
disambut dengan panggilan “mayat,
orang sekarat”. Sampai sekarang itupun
masih berlangsung.
“Bapak mulai dari urutan absen ya” “Ini cerita kebahagiaan yang baru
saya temukan dan sadari semalam. Ini
tentang Ayah. Dia bukan pengusaha, dia
Sudah watunya sang guru memanggil juga bukan boss, dia bukan orang cerdas,
satu persatu para murid melalu daftar keahliannya hanya menyetir mobil.
hadir di kelas. Menunggu giliran sambil
H
ampir lima
bulan sudah
pandemi
covid-19 merambah
tanah air, negara
yang kini sedang
diuji oleh Allah Swt,
sekaligus sebagai
sebuah bukti robohnya
kecongkakan manusia
dihadapan Tuhannya
melalui makhluk yang kebinatangannya, sebagaimana telah
ukurannya lebih kecil hingga tak nampak diabadikan dalam Q.S al-‘Araf ayat 176,
namun mampu meluluhlantahkan 179, dan Al-Baqarah ayat 65.
sendi-sendi kehidupan, memporak Ketika di awal pandemi
prandakan perekonomian masyarakat. terjadi panic buyying adapula yang
Tahun ini pula, kita telah selesai melalui sempat-sempatnya melakukan ikhitkar
bulan suci ramadhan dengan situasi dan (penimbunan) alat-alat medis untuk
suasana yang begitu berbeda dari tahun- keuntungan dirinya semata tak
tahun sebelumnya. Sebuah peristiwa perduli pihak lain. Contoh lain, terjadi
dimana sifat asli setiap individu penolakan terhadap jenazah korban
ditampakkan, ada tetap lurus ada pula covid-19 dan puncaknya sebagaimana
yang melenceng, bahkan beberapa yang dilansir Kompas.com tanggal 10
diantaranya lebih menampilkan sisi- April 2020 adalah penolakan jenazah
sisi ‘beringas’, terdegradasi dengan sifat seorang perawat di Semarang yang
“
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja)
mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?”
(QS. Al-Ankabut [29]: 2)
”Maka beliau (Nabi Yunus) menyeru Allah swt tidak akan berbuat
dalam keadaan yang sangat gelap: dzalim kepada makhluknya dengan
“Bahwa tidak ada tuhan yang berhak memberikan kesulitan di luar batas
sembah selain Engkau (Allah), Maha kemampuan makhluknya seperti
Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk termaktub dalam QS. Al-Baqarah
orang-orang yang dzalim”. (QS. Al- [2]: 286 yang berbunyi:
Anbiyaa [21]: 87)
I
stilah “Jaim”, tenar di
masyarakat dengan makna Jaga
Image. Kemudian, muncul lagi
arti lain yaitu Jaga Iman. Sering
kita menerima nasehat untuk selalu
Jaim (jaga Iman) dari ustadz, orang
tua atau lainnya. Fenomena ini sangat
menarik untuk dikupas, mengapa kita
disuruh untuk selalu Jaim?
…
Artinya, “dan Allah tidak akan menyia-
nyiakan imanmu (shalatmu)”.
Selanjutnya, Rasulullah shalallahu
‘alaihi wa sallam dalam hadits riwayat
Muslim, mengatakan yang artinya :
Artinya, “katakanlah (hai orang- Artinya, “seorang mukmin tidak disebut
orang mu’min): “Kami beriman kepada mukmin saat ia berzina”.
Allah dan apa yang diturunkan kepada
kami, dan apa yang diturunkan kepada
Ibrahim, Isma’il, Ishaq, Ya’qub dan anak
cucunya, dan apa yang diberikan kepada
B
anyak di antara kita
yang mungkin kurang Maksudnya bagaimana?
memperhatikan hal kecil, tidak
memikirkannyal, sehingga Contohnya seperti ini, ketika
pelajaran hidup yang justru sangat kita melihat kucing tanpa buntut di
berharga bisa saja terlewatkan bahkan jalan, atau melihat kucing yang mukanya
terabaikan. Melihat seekor kucing tidak menarik, maka cobalah untuk
tanpa buntut di pinggir jalan, ternyata tidak mengeluarkan penilaian seperti
dapat ditemukan sebuah pelajaran ini “Ih kucing aneh!” atau “kucing jelek”
tentang “Stop Mengejek.” Semoga kita
bisa mengambil hikmaknya. Nah, jika kita sudah bisa
menahan hal tersebut dan betul-betul
Bagaimana caranya dari seekor serius melatih diri untuk itu, selanjutnya
kucing tanpa buntut dapat memberikan kita akan mulai terbiasa untuk tidak
pelajaran tentang pentingnya “Stop mengejek siapapun.
Mengejek”??
Mungkin sebagian dari
Cara belajar untuk berhenti kita kadang mendengar seseorang
mengejek itu sebenarnya sangat memanggil atau mengejek orang lain
sederhana, yaitu mulai dari hal yang dengan seperti “E Gendut!’ atau “si
paling kecil dahulu. Apakah itu? Salah Pesek!” atau “Si Hitam!” dan ujaran
satunya adalah dengan memperbaiki lainnya yang menyayat hati seseorang.
sikap dalam menilai makhluk Allah Terhadap perilaku orang lain tersebut
selain manusia. kita tidak bisa mengkontrol, tetapi kita
Di
antara nikmat yang sebelumnya. Umat muslim menghadapi
sangat besar yang ujian yang bagi sebagian orang tidaklah
Allah anugerahkan ringan. Ada yang harus kehilangan
kepada kita selaku pekerjaan karena PHK, ada yang
hamba-Nya adalah dipertemukan kekurangan harta dan makanan dan
kembali dengan bulan ramadhan hingga bahkan ada yang harus kehilangan
penghujungnya. Betapa banyak manusia sanak saudara tersebab meninggal dunia
yang terhalangi dari nikmat tersebut, karena wabah. Itulah diantara ujian yang
entah karena mereka sudah tiada atau harus dihadapi oleh umat islam saat ini.
mereka yang tidak mendapatkan manfaat Demikianlah sunnatullah yang berjalan
dari hadirnya ramadhan selain manfaat di atas permukaan bumi ini. Setiap
duniawi. Siapa lagi kalau bukan non manusia yang mengaku beriman
muslim atau orang-orang ateis. Semoga pasti akan diuji untuk membuktikan
kita keluar dari bulan ramadhan dalam keimanannya sampai kepada kadar
keadaan dosa kita diampuni. Aamiin. keyakinan astau hanya ampai dibibir
saja. Sebagaimana Firman Allah dalam
Ramadhan yang baru saja kita lalui ini surat al Ankabut (29:2-3):
memang berbeda dengan ramadhan
B
erbicara ialah kepandaian
manusia dalam
mengeluarkan suara dan
menyampaikan pendapat
dari pikiran atau kegiatan kreatif
dengan melibatkan berbagai anggota
tubuh. Berbicara suatu anugerah yang
di berikan oleh Allah swt yang sudah
di jelaskan pada firman-firmanya
R
amadhan membuka Eskalasi Pencerahan
ruang penyegaran kualitas
kehambaan selama sebulan Episode spiritual berbasis ma’rifat
penuh. Variasi kegiatan menyambut para partisipan dengan
ibadah yang terbingkai dengan struktur, tiga eskalasi signifikan. Diawali dengan
terpadu, dan menyeluruh hadir di penyambutan Ilahiyah yang sangat
dalamnya. Itulah agenda terapi tahunan manusiawi berupa tebaran kasih sayang
(annual theraphy) yang memandu (Rahmatullah). Di samping menjadi
manusia beriman menuai pencerahan akomodasi yang menempatkan para
yang meliputi segenap aspek kehidupan. mukminin sebagai hamba apa adanya,
Pengembangan kesadaran individual – eskalasi pertama ini menajamkan
sosial, peningkatan kualitas intelektual kesadaran setiap hamba akan kekhilafan
– spiritual , serta pengendalian diri masa lalunya. Bagai membuka file
atas akses material, psiko-biologis, dan ’Big Data’, sebuah transmisi yang
hak kepemilikan ekonomi. Semuanya menghadirkan sinyal – sinyal perilaku
terangkai secara sistemik dengan dan informasi kepribadian sebelum
mekanisme ”imsakiyah” – motivasi Ramadhan menyeruak dalam benak.
pengendalian diri (self control) untuk Kejujuran yang terbangun secara
meraih kesucian martabat. intensif menguak kebutuhan para
partisipan akan ampunan Ilahi.
Suatu kesungguhan untuk me-
reposisi pemihakan dan perilaku
P
ancasila sebagai dasar negara Memelihara Pancasila
dan menjadi pemersatu
perbedaan masyarakat Era globalisasi menjadi tantangan serius
Indonesia. Sejak berabad- bagi bangsa Indonesia. Kelompok ormas
abad sebelum Indonesia merdeka pun keagamaan maupun gerakan-pemikiran
Pancasila sudah ada. Gus Dur sebagai yang anti Pancasila, atau anti perbedaan
presiden ke-4 pernah menyatakan dan kemajemukan mulai nampak
Pancasila tanpa nama yang disebut secara terang-terangan, dan tentu akan
dengan Bhinneka Tunggal Ika, dan kini terus berkembang. Secara sadar hal
menjadi semboyan negara. Semboyan itu sulit dihindari. Pada akhirnya akan
ini senjata ampuh mempersatukan menggangu stabilitas nasional. Maka
perbedaan menjadi satu tujuan bangsa dalam hal ini perlu kerja keras, bangun
Indonesia. Di usia kemerdekaan yang bangsa Pancasila (Kompas, 25/8/2016).
mendekati 75 tahun ini, bagaimana Upaya serius yang dapat dilakukan
upaya Indonesia agar tetap dapat adalah menyegarkan kembali dunia
menjaga dan merawat semboyan pendidikan dalam membentuk karakter
tersebut ? anak bangsa yang sesuai dengan
R
amadhan telah berlalu, akan Pembelajaran Spesial
tetapi nuansanya masih
terekam kuat di alam jiwa. Kehadiran Ramadhan
Bahkan, di sepanjang bulan tahun ini di tengah wabah pandemi
Syawal, masih terbentang rangkaian Covid-19 tidaklah kebetulan, karena
ibadah yang menjadi follow-upnya, setiap peristiwa yang terjadi dalam
yaitu puasa sunnah enam hari. kehidupan ini, yang besar maupun
Dengan menunaikannya setelah puasa yang kecil, semuanya telah tertulis
Ramadhan, maka nilainya sama dengan dalam catatan ilmunya Allah swt.2 Ini
berpuasa setahun lamanya. Inilah Ramadhan spesial, yang dalam rangka
yang ditegaskan Rasulullah saw dalam menjaga keselamatan jiwa manusia
sabadanya: dari bahaya penularan virus Covid-19,
umat Islam menunaikan shalat fardhu
dan shalat tarawih di rumah masing-
masing bersama keluarga. Umat Islam,
melalui masjid-masjidnya, berada di
garda terdepan dalam menghindari
kerumunan orang banyak, sehingga
“Siapa yang berpuasa Ramadhan, shalat berjamaah untuk sementara
kemudian mengiringinya dengan puasa tidak diselenggarakan di masjid-masjid,
(sunnah) enam hari di bulan Syawal, termasuk di Masjidil Haram Makkah
maka nilainya seperti puasa satu tahun” dan Masjid Nabawi Madinah, sampai
(HR. Muslim).1 kondisinya memungkinkan.
S
adar dan nirsadar Pandemi penuh sudah menutup pintu rapat-rapat
Covid-19 telah menjadi masjidnya untuk dipakai shalat 5 waktu.
wabah penyakit global yang Namun sebagian masjid yang lain ada
menimbukan kecemasan, yang masih membuka pintunya untuk
kegelisahan dan kekecutan. Pandemi dipakai shalat 5 waktu berjamaah dan
ini memaksa manusia menjadi seperti shalat Jum’at. Bagaimana menyikapinya,
kehilangan sopan santun (senyuman,
tentu diperlukan sikap yang bijak, tidak
keramahan) antar sesama. Betapa tidak,
hanya dengan hitungan bulan, Pandemi saling menyalahkan apalagi mencela
Covid 19, telah memaksa sebagian keputusan dan ikhtiar masing-masing.
manusia (elit hingga rakyat jelata) untuk Namun, agar pembicaraan
saling curiga, tidak saling percaya, dapat lebih fokus, tulisan ini akan
merasa paling benar, bahkan tak jarang mengerucutkan pada pertanyaan
ada kecenderungan mementingkan diri mendasar dalam benak ummat Islam,
sendiri dalam berbagai aspek, termasuk “Bagaimana seyogianya nalar moderasi
ekspresi beragama. beragama menyikapi corona?”
Dalam konteks shalat Diskursus Moderasi Beragama
berjamaah di masjid atau musholla Terlepas adanya penerimaan
misalnya, secara kasat mata tampak dan penolakan tentang asal usul
persilangan pendapat dan sikap. Sejak istilah moderasi itu sendiri, yang jelas
sebagian wilayah Indoensia dinyatakan masyarakat muslim Indonesia tidak
sebagai zona merah virus corona jenis dapat menghindarkan diri dari proses
baru (Covid-19), sebagian masjid secara globalisasi, jika ingin survive dan berjaya
Bahan Bacaan
“Sesuatu yang multimanfaat (sosial) Akmal R.G. Hsb, Menyinari Kehidupan
lebih utama ketimbang manfaat dengan Cahaya Al-Quran, Jakarta:
terbatas”
Quanta Gramedia, 2018.
Sependek pemahaman penulis,
boleh jadi kaidah di atas terilhami Abd. Muid N, “Ras Pengecut”, Nuansa
dari hadis Nabi SAW berikut : Islam, 12 April 2020.
MENINGKATKATKAN
SPIRITUALITAS DI TENGAH
PANDEMI
Oleh Abdul Ghofur
D
dia memutuskan kembali ke
alam dunia Hadits, nama
Mesir dengan semangat baru.
Ibn Hajar Al-Atsqalani
Perlahan tapi pasti, semua cita-cita dan
adalah seorang ulama
niat untuk mempelajari ilmu agama
yang sangat populer.
akhirnya beliau raih. Dari perjalanan
Beliau paling banyak mensyarah kitab
hikmah tersebut, akhirnya beliau
Sahih Bukhari. Sebelum menjadi ulama
dijuluki Ibnu Hajar (Putra Batu).
besar, dahulu beliau adalah orang yang
biasa saja. Bahkan pernah mengalami Manusia diperjalankan oleh
putus asa yang luar biasa. Saat di Mesir, Allah dengan dibekali indra dan akal
beliau termasuk orang yang susah sebagai alat untuk bertahan hidup. Di
menghafal dan merasa kesulitan saat antara anugerah terbesar yang Allah
proses belajar. Dalam keputusasaan, berikan kepada manusia tersebut adalah
Tiada suatu bencanapun yang menimpa Dengan beralih segera menuju taubat
yang sesungguhnya, maka kemurkaan
S
aat ini dunia tengah dilanda Antara lain, melakukan sosialisasi pola
wabah corona virus disease hidup bersih dan sehat, menganjurkan
(Covid) 19 yang begitu penggunaan masker bagi masyarakat,
mencekam. Di seluruh melaksanakan program rapid test,
kawasan dunia, korban virus sampai dengan menerapkan karantina
ini dari waktu ke waktu terus bertambah. kota atau negara (lockdown). Semua ini
Menurut catatan, sampai dengan akhir adalah upaya dalam konteks dunia, yaitu
Mei 2020 di seluruh kawasan dunia ikhtiar duniawi, yang harus didukung
virus ini telah merenggut kurang oleh segenap lapisan masyarakat agar
lebih 362.365 jiwa. Di Indonesia kasus dapat berhasil.
infeksi positif corona tersebar di sekitar
24 provinsi dengan jumlah korban jiwa Selain melaksanakan upaya
(sampai dengan akhir Mei 2020) sekitar atau ikhtiar duniawi, manusia juga
1.520 orang. Begitu masifnya wabah ini perlu melakukan upaya yang bersifat
sehingga organisasi kesehatan sedunia ukhrawi atau spiritual untuk mengatasi
(WHO) menetapkannya sebagai wabah ini. Upaya ini ditempuh dengan
pandemi global. Artinya, penanganan cara meningkatkan kualitas hubungan
wabah ini tidak lagi dapat dilakukan hamba dengan Tuhan sebagai Sang
oleh negara per negara, tetapi harus Khalik atau sebagai Pencipta alam
melibatkan kerjasama internasional. semesta, dengan memperbanyak zikir,
doa, dan munajat kepada-Nya.
Upaya Mengatasi Wabah
Dalam sebuah hadits
Sejauh ini, upaya mengatasi diriwayatkan bahwa salah seorang
virus Corona oleh pemerintahan di sahabat pernah bertanya kepada
berbagai negara termasuk cukup massif. Rasulullah, “Ya Rasulullah, pesankan
Musibah Covid
19 ini, manusia
diingatkan agar
mereka senantiasa
meningkatkan
solidaritas sosial
yaitu saling
membantu dalam
menghadapi
masa-masa sulit.
Rindu Ibu
Oleh Seta Samsiana
Kubuka lembaran
foto rumahku…
Tempat dimana
aku tumbuh dari bayi,
TK, SD sampai suamiku
Ibu,…. membawaku ke Jakarta.
Begitu rasa rindu ini terasa Terasa sedih menyayat hati, aku rindu
tiba-tiba. Ah, mungkin…. rasa rindu tapi takkan mungkin bisa ku ulang
ini dampak dari video call dengan kembali waktu dan masa lalu. Teras
beliau tadi malam. Maafkan aku ibu.. warna gading tempatku bermain,
ramadhan tahun ini aku tidak bisa berkumpul dengan anak-anak Karang
pulang, bukan aku tidak mau..tapi masa Taruna dulu. Kamar biru tempat Ibu
pendemi covid 19 yang membuat ini selalu memanjakanku, memelukku dan
harus terjadi. membelaikau disaat aku sakit ataupun
sulit tidur hingga aku terlelap.
Perlahan, kubuka kembali Ibu, aku rindu celotehanmu
album foto merah marun itu…..disitu dulu. Aku rindu sayur asem dan sambel
terlihat jelas gambaran kisah tentangmu terasi pedas buatanmu. Aku rindu cerita-
IBU. cerita indah tentang berwarnanya masa
Ibu, kulihat engkau tak semuda mudamu dulu. Rinduku akan hangatnya
dan segesit dulu, kulihat letih dan lelah pijatanmu, sentuhan hangat tanganmu
diwajahmu. Ada jelas goresan usia dan doa yang engkau sampaikan saat
diwajahmu. Aah, kenapa waktu cepat aku akan menempuh ujian dulu.
berlalu …75 th perjalanmu. Masih
Sudah cukup
letih dan lelah ibu untuk
mengandung, melahirkan,
dan membesarkan kita.
Jangan biarkan ibu
kita lelah lagi karena
permasalahan kita.
Hai kawan, apakah kalian tau apa yang Beberapa jenis coronavirus diketahui
itu COVID 19 ? menyebabkan infeksi saluran pernafasan
C
pada manusia mulai dari batuk pilek
OVID 19 yang merupakan hingga yang lebih parah seperti Middle
sebuah virus tergolong Eart Respiratory Syndrome (MERS)
bahaya, mengapa dikatakan dan Severe Acute Respiratory Syndrome
bahaya ? karena penyakit (SARS). Coronavirus jenis baru yang
menular yang disebabkan oleh jenis ditemukan menyebabkan penyakit
virus baru dan penyakit yang sbelumnya COVID 19.
tidak dikenal sebelum terjadi wabah
di Wuhan, Tiongkok pada bulan Lalu apa dampak dari munculnya
desember 2019 lalu. Kata COVID 19 wabah ini di Indonesia ?
bermula dari sebuah nama virus yakni
Coronavirus. Coronavirus adalah suatu Beberapa kegiatan usaha dan
kelompok yang dapat menyebabkan perkantoran bahkan perusahaan yang
penyakit pada hewan atau manusia. mengharuskan memproduksi bahan
Tapi seberat apa pun yang sabar harus Yaitu mintalah pertolongan kepada
diupayakan sebab ia membuktikan Allah dengan bekal sabar dan shalat
5. Doa
Doa adalah senjata terbaik bagi seorang
U
umat muslim dari sektor ekonomi,
mat manusia dihadapkan
yaitu umat yang diberikan kelapangan
tragedi dan trauma luar biasa
dan kesempitan rizki oleh Allah.
saat ini. Indeks kematian
Sebagai hamba-NYA, hal ini akan
pada tanggal 31 Mei 2020
menjadi peluang yang dalam rangka
yang disebabkan virus COVID 19
memaksimalkan ibadah. Bagi golongan
mencapai angka 369,529 orang di
yang diberikan kesempitan rizki, tentu
seluruh penjuru dunia. Indonesia yang
kita familiar dengan inspirasi dari kitab
dikenal dengan “kehangatan sosial”
Al Qur’an ini:
dihimbau pemerintah mengenai social
distancing, hal ini tentu merubah pola
“Dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah
hubungan di masyarakat. Golongan
beserta orang-orang yang sabar” (Al-
muslim-pun juga terkena dampak dari
Anfal/8:46)
virus ini. Apalagi saat bulan Ramadhan
Sulitnya kehidupan
dan Idul Fitri, seluruh muslim secara
merupakan ujian yang menguatkan
drastis merubah kebiasaan-kebiasaan
konsep sabar manusia secara utuh.
yang kini dikenal dengan istilah “New
Sabar, doa sekaligus usaha menjadi
Normal”. Berbagai perubahan dan
sinergi dalam menghadapi isolasi dan
adaptasi ritual, spiritual dan theological
keterbatasan ini. Bukankah Allah
dilakukan dalam upaya menjaga diri
Subhanahu wa ta’ala berfirman:
serta membatasi penyebaran virus ini.
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan
Tentu kita tidak menafikan
itu ada kemudahan.” (QS. Alam
selain problem-problem diatas, problem
Dan jika dikatakan kepada mereka “janganlah kalian membuat kerusakan di muka
bumi” mereka menjawab, “sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan
perbaikan”. Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat
kerusakan tetapi mereka tidak menyadarinya (Q.S. Al-Baqarah; 11-12)
“Apa yang harus diberikan Islam kepada dengan apa yang dikatakan Ibn Khaldun
dunia modern” tanya Nasr dalam Living dalam Muqaddimahnya:
Sufism. Nasr menegaskan kembali
bahwa dunia modern mengabaikan “Daerah dengan ledakan
salah satu kebutuhan dasar manusia, pertumbuhan penduduk bercampur
yaitu damba mistik, kerinduan akan dengan pembusukan serta uap buruk.
yang mutlak yang berakibat kehidupan Pertumbuhan penduduk yang tak
kehilangan makna. Selain itu dunia terkontrol menjadikan udara rusak,.
modern mengalami sakit. Penyakit Jika kerusakan udara bertambah
dunia modern adalah desakralisasi parah, paru-paru akan sakit. Akibatnya
ekstrem, penjauhan benda dari makna banyak timbul penyakit demam, tubuh
spritualnya. Manusia modern hidup di sakit dan binasa. Oleh karena itu,
pinggir lingkaran eksistensi, kehilangan wabah yang terdapat di kota-kota padat
pusat hidupnya, selanjutnya ada penduduk lebih banyak daripada yang
ancaman besar yang dihadapi manusia terdapat di tempat lain”.
modern yaitu perang dan kerusakan
Manusia modern telah menggeser
lingkungan hidup salah satunya dengan
paradigma kosmosentris ke dalam
konspirasi Covid-19. Hal ini sejalan
paradigma antroposentris. Kosmosentris
Banyak jiwa yang belum mampu Sedih atas lenyapnya ketaatan dengan
menerima fakta akan adanya ketetapan tidak diiringi oleh kebangkitan untuk
Allah Swt. “senang dan sedih, rasa suka melaksanakannya, adalah sebagian dari
dan duka, harap dan takut, pahit dan tanda keterpedayaan (Said Hawwa)
manis, kaya dan miskin, cantik dan
buruk, dan sebagainya. Masih banyak di
antara kita yang belum bisa melapangkan Rujukan
dadanya untuk melihat hikmah di balik Faried F dkk. (2020). Fikih Pandemi;
wabah pandemi ini. Beribadah Di Masa Wabah.
Cet.I. NUO Publishing; Jakarta
Justru sebaliknya, dunia yang berwajah Selatan
banyak disempitkan dengan pikiran M. Quraish Shihab. (2020). Corona
sendiri, bahwa dunia ini hanya satu warna; Ujian Tuhan; Sikap Muslim
kebahagiaan, keindahan, kemegahan, Menghadapinya. Cet. I. Lentera
kekayaan. Tidak ada kemiskinan, Hati; Tangerang Selatan
keburukan, dan kelemahan. Itulah
awal mula munculnya sikap pesimistik. M. Subhi Ibrahim. (2020). Tasawuf;
Ketika hidup diseragamkan hanya dalam Pengantar Memahami Dimensi
satu warna, maka dunia akan berwajah Batin Islam. Cet. I. YPI Al-
menyeramkan, tatkala kenestapaan tak Mumtaz; Banten
pernah berakhir, dunia berwajah buruk
Nasaruddin Umar. (2014). Menuai
tatkala musibah pandemi tak kunjung
Fadhilah Dunia, Menuai
berakhir dari kehidupan kita. Mata hati
Berkah Akhirat. Cet. I. Kompas
kita tertutup lantaran melihat dunia
Gramedia; Jakarta
masih menyesakkan. Padahal warna
kebahagiaan dan kenikmatan lebih