HALAMAN JUDUL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh
PUTRI NINDA ERLINA
34301500717
1
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
Oleh
Putri Ninda Erlina
34301500717
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Program Studi
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
NIM : 34301500717
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi ini adalah hasil karya tulis saya
sendiri dan bukan dibuatkan orang lain atau jiplakan atau modifikasi karya orang
lain.
Bila pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia meneria sanksi termasuk
pencabutan gelar kesarjanaan yang sudah saya peroleh.
34301500717
i
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang
7)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
1. Kedua orang tua saya yang selalu membimbing, memberikan doa serta
dukungan baik secara materil maupun imateriil sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
doa dan dukungan baik moral maupun material, berkat dukungan kalian
ii
KATA PENGANTAR
3. Nuhyal Ulia, M.Pd; Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
iii
9. Seluruh Guru Staf Sekolah dan terutama Kepala Sekolah SD Negeri 1
Krasak Pecangaan Jepara yang telah sudi meluangkan waktu guna
melancarkan penulisan Skripsi.
10. Bapak dan ibu saya yang selalu sabar memberikan dukungan dan motivasi
sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
11. Kedua kakak saya yang telah membantu dan mendoakan saya dari awal
semester hingga akhir semester.
Penulis
ABSTRAK
iv
Putri Ninda Erlina, 2020. Analisis Dampak Bullying Verbal Terhadap Pemahaman
Konsep Dasar Matematika Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Krasak
Pecangaan Jepara, Skripsi, Program Studi Sekolah Dasar. Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Islam Sultan Agung.
Pembimbung I Yunita Sari, S.Pd.,M.Pd., Pembimbing II Rida Fironika K,
S.Pd.,M.Pd.
v
ABSTRACT
vi
sDAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..........................................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING....................................................................ii
PERNYATAAN KEASLIAN............................................................................................iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN....................................................................................iv
KATA PENGANTAR.........................................................................................................v
ABSTRAK.......................................................................................................................vii
ABSTRACT...................................................................................................................viii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ix
DAFTAR TABEL............................................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAAN................................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah.....................................................................................1
1.2 Indentifikasi Masalah.........................................................................................3
1.3 Rumusan Masalah..............................................................................................4
1.4 Tujuan Penelitian................................................................................................4
1.5 Manfaat Penelitian..............................................................................................4
BAB II KAJIAN TEORI....................................................................................................5
2.1 Kajian Teori........................................................................................................5
2.1.1. Bullying......................................................................................................5
2.1.1.1. Definisi Bullying................................................................................5
vii
2.1.3.3. Ruang Lingkup.................................................................................13
4.2 Pembahasan......................................................................................................41
4.2.1 Bullying di SD N 1 Krasak Pecangaan......................................................41
4.2.1.1 Penyebab Terjadinya Bullying Siswa....................................................42
viii
BAB V PENUTUP...........................................................................................................68
5.1 Simpulan..............................................................................................................68
5.2 Saran....................................................................................................................69
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................70
LAMPIRAN.....................................................................................................................73
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-kisi observasi bullying verbal. ................................................23
Tabel 3.2. Kisi-kisi Observasi untuk Siswa......................................................24
Tabel 3.3. Kisi-kisi Pemahaman Konsep Dasar Matematika............................24
Tabel 3.4. Kisi-kisi Soal Pemahaman Konsep Dasar Matematika...................25
Tabel 3.5. Kisi-Kisi Wawancara untuk Korban Bullying verbal.......................25
Tabel 3.6. Kisi-Kisi Wawancara untuk Pelaku Bullying verbal.......................25
Tabel 3.7. Kisi-kisi Wawancara untuk Guru Mengenai Bullying.....................26
Tabel 3.8. Kisi-kisi Wawancara untuk Kepala Sekolah Mengenai Bullying....26
Tabel 3.9. Kisi-kisi Lembar Angket Uji Validitas Ahli.....................................27
Tabel 3.10. Nama Validator..............................................................................28
Tabel 4.1. Siswa yang Menjadi Korban dan Pelaku Bullying...........................38
Tabel 4.2. Kode Keterangan Siswa Pelaku dan Korban Bullying.....................38
Tabel 4.3. Nilai Siswa Terhadap Pemahaman Konsep Dasar Matematika.......42
x
DAFTAR LAMPIRAAN
xi
1
BAB I
PENDAHULUAN
dilakukan oleh anak SD. Ini merupakan contoh kegagalan pendidikan akil baligh.
1
serta dapat menjadi langkah pertama menuju pada kekerasan yang lebih lanjut.
Dalam penelitian Riauskina, Djuwita, dan Soesetio, (2005) alasan seseorang
melakukan bullying adalah karena korban mempunyai persepsi bahwa pelaku
melakukan bullying karena tradisi, balas dendam karena dia dulu diperlakukan
sama (menurut korban laki-laki), ingin menunjukkan kekuasaan, marah karena
korban tidak berperilaku sesuai dengan yang diharapkan, mendapatkan kepuasan
(menurut korban laki – laki ), dan iri hati (menurut korban perempuan). Adapun
korban juga mempersepsikan dirinya sendiri menjadi korban bullying karena
penampilan yang menyolok, tidak berperilaku dengan sesuai, perilaku dianggap
tidak sopan, dan tradisi. Contoh dari perilaku siswa yang menggambarkan hal
tersebut adalah ketika siswa diberikan kesempatan dan waktu leluasa untuk
mengeksplorasi dan melakukan pekerjaan terbaiknya mereka masih cenderung
belum memanfaatkan hal tersebut dengan baik. Selain itu mereka juga cenderung
belum bisa mengembangkan pemikiran mereka dengan cara mencari cara baru
untuk mempermudah mereka dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan
oleh guru.
Berdasarkan latar belakang dan fenomena yang telah diuraikan di atas
maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : “Analisis
Dampak Perilaku Bullying Verbal Terhadap Pemahaman Konsep Dasar
Matematika Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Krasak Pecangaan Jepara”
.BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1. Bullying
1
2
1) Bullying Verbal
Jenis bullying yang dikemukakan oleh Sullivan (2000), merupakan jenis
bullying yang dapat terdeteksi atau tertangkap oleh indera pendengaran. Indikator
bullying verbal ini dilakukan dengan menggunakan kata-kata yan menyakitkan,
misalnya panggilan bodoh, gendut. Bentuk lainnya adalah memaki, meledek dan
menghina, memfitnah, dan mencemooh.
2) Bullying Fisik
Jenis bullying yang dikemukakan oleh Sejiwa (2008), merupakan jenis
bullying yang kasat mata. Siapapun dapat melihat karena kontak fisik atau
sentuhan fisik antara pelaku dan korban. Contoh : mendorong, menjewer
menjegal.
3) Bullying Sosial
Jenis bullying yang dikemukakan oleh Elliot (2005). Bullying yang
dilakukan dengan diam secara sengaja atau mengabaikan orang lain untuk
menolak seseorang masuk dalam kelompok tertentu.
4) Bullying Emosional
Dikemukakan oleh (Elliot 2005). Bullying emosional adalah tindakan
negatif yang dilakukan terhadap kelompok besar lainnya, misalnya ada ras yang
999
1) Faktor Kepribadian
Hal ini dengan orang tuanya siswa remaja yang tumbuh dalam keluarga
yang menerapkan pola komunikasi yang negatif seperti sarcarm akan cenderung
meniru kebiasaan tersebut dalam kesehariannya. Hal ini akan diperparah dengan
kurangnya kehangatan kasih sayang dan tiada dukungan dan pengarahan terhadap
remaja Benitez & Justice (2006).
3) Pengaruh Kelompok
3
4
5
6
7
8
2. Pemahaman (Comprehension)
Pemahaman adalah kemampuan untuk menangkap arti suatu materi atau
informasi yang dipelajari atau yang disampaikan guru. Kemampuan siswa lebih
tinggi setelah melewati tingkatan hafalan pada tingkatan awal. Kamampuan dalam
tahap ini siswa sudah mampu memahami dan mencerna makna yang terkandung
dari pesan yang sudah dihafalkan sebelumnya.
3. Penerapan (Application)
Penerapan adalah kemampuan menerapkan informasi atau materi yang
telah dipelajari ke dalam suatu keadaan baru dan konkret dengan hanya mendapat
sedikit pengarahan. Penerapan yang dimaksud siswa dapat menggunakan suatu
aturan, konsep, metode dan teori guna memecahkan masalah. Pada tahap ini siswa
mampu menerapkan pesan yang bersifat teoritis tersebut dalam aktivitas dan
permasalahan yang baru dan lebih konkret.
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemapuan memecahkan atau menguraikan suatu materi
atau informasi menjadi komponen-komponen yang lebih kecil sehingga lebih
mudah dipahami.
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis adalah kemampuan untuk menyatukan bagian-bagian atau
komponen menjadi suatu bentuk yang lengkap dan unik. Pada tahap ini siswa
mampu mengkombinasikan beberapa permasalahan menjadi satu rangkaian yang
utuh, sehingga terbukti bahwa pesan yang didapat memiliki keterkaitan antara satu
pesan dengan pesan yang lain.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi adalah kemampuan menentukan nilai suatu materi, pernyataan,
laporan, cerita, atau lainnya untuk tujuan tertentu. Penilaian dilakukan
berdasarkan pada satu kriteria yang baku dan jelas. Tingkatan terakhir dari
pemahaman adalah tingkatan evaluasi. Pada tahap ini siswa mampu memberikan
penilaian, argumen, atau tanggapan dari pesan yang telah dipahami sehingga
siswa memiliki pandangan tersendiri dari pesan tersebut.
999
9
10
11
12
membentuk pola pikir orang yang mempelajarinya menjadi pola pikir matematis
yang sistematis, logis, kritis, dengan penuh kecermatan (Karso, dkk:2007).
Pada tahap perkembangan berfikir anak-anak usia SD belum formal dan
relatif masih konkret ditambah lagi keanekaragaman intelegensinya, serta serta
jumlah populasi siswa SD yang sangat besar ditambah dan ditambah lagi dengan
wajib belajar 9 tahun maka faktor-faktor ini harus diperhatikan agar proses proses
pembelajaran matematika di SD dapat berhasil.
Pembelajaran matematika materi yang akan di jadikan sebagai subjek
dalam penelitian yaitu dengan standar kompetensi “Bilangan” tepatnya
“Melakukan operasi hitung pecahan dalam pemecahan masalah”, Sedangkan
kompetensi dasar yang di gunakan dalam penelitian ini adalah “Mengubah bentuk
pecahan ke bentuk desimal”.
Dari uraian diatas dapat dinyatakan bahwa, dikatakan berhasil dalam
pembelajaran matematika jika siswa mampu berfikir kreatif dan mampu
mengkonstruksi pengetahuan yang baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan
siswa terhadap materi matematika yang telah disampaikan.
13
14
dikemukakan oleh Riauskina dkk (2005) studi kasus perilaku bullying pada siswa
SD di Kota Yogyakarta dampak perilaku bullying ini pada menurunnya
kesejahteraan psikologis dan penyesuaian sosial yang buruk, informan utama
merasakan banyak emosi negatif seperti marah, dendam, kesal, tertekan, malu,
sedih, tidak nyaman, dan terancam namun tidak berdaya untuk menghadapinya.
Dengan kesulitan menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial memungkinkan
siswa merasakan tidak nyaman dan prestasi akademisnya akan terganggu dan
dengan sengaja tidak hadir di sekolah untuk mengikuti proses belajara mengajar.
Sedangkan hasil yang berbeda dikemukakan dalam penelitian Nurullah
dan Setyarini (2016) di mana tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara
status bullying dengan prestasi belajar di tiga mata pelajaran tersebut. Terdapat
beberapa faktor yang dapat memengaruhi prestasi belajar, seperti sosiodemograf,
komunikasi, dan fasilitas sekolah yang belum sepenuhnya diteliti.
Perbedaan dari penelitian terdahulu adalah penelitian yang berjudul
Analisis Dampak Bullying Verbal Terhadap Pemahaman Konsep Matematika
Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Krasak Pecangaan Jepara bertujuan untuk
mengetahui bagaimana dampak yang terjadi akibat dari bullying sesama siswa
baik pelaku bullying maupun korban bullying yang ada di SD Negeri 1 Krasak
Pecangaan jepara. Indikator bullying yang ada di SD Negeri 1 Krasak adalah
mengejek, menuduh, membentak, mengancam, dan mencela. Dari semua bullying
berdampak kepada hasil nilai siswa baik pelaku maupun korban yang
mendapatkan hasil nilai dibawah kkm.
BAB III
METODE PENELITIAN
dokumen atau sejenisnya yang bersifat pasif. Penelitian kualitatif bertolak dari
asumsi tentang realitas atau fenomena sosial yang unik dan kompleks. Karena itu
data harus ditelusuri sedalam mungkin sesuai dengan fokus penelitian. Sumber
data utama adalah wali kelas IV, alasan ditetapkannya wali kelas IV sebagai
informan kunci karena wali kelas IV memiliki peranan penting dalam mengatasi
perilaku bullying yang ada dikelas IV khususnya.
Sumber data yang lain dalam penelitian ini, dapat berasal dari orang
maupun bukan orang. Sumber data dari orang yaitu kepala sekolah, wali kelas,
guru dan siswa. Sedangkan yang bukan orang dapat berupa buku, jurnal,
dokumen, arsip dan foto yang berkaitan dengan penelitian ini.
No Indikator Pernyataan
1 Mengejek PI mengejek KI dengan sebutan yang tidak pantas
2 Menuduh P2 menuduh K2 karena tidak bias mengerjakan soal
3 Membentak P2 membentak K2 Karena saat dipanggil tidak
mendengar
4 Mengancam P1 mengacam K2 tidak boleh ikut kelompok belajar
dengannya
5 Mencela Teman sekelas mencela K3 dengan sebutan yang tidak
pantas
No Pertanyaan Jawaban
1 Materi penjumlahan dalam pelajaran
matematika
2 Materi pengurangan dalam pelajaran
matematika
3 Cara pembagian dan perkalian bilangan
dalam pelajaran matematika
4 Macam-macam segitiga
5 Besaran dan satuan
Jumlah 5
1. Validitas Ahli
2. Validator/Ahli
Dalam mengukur tingkat kevalidan instrumen dalam penelitian ini,
peneliti meminta bantuan kepada dua orang dosen dan satu orang kepala sekolah
yang bertugas sebagai validator. Sedangkan nama yang dipilih menjadi validator
dalam validitas ini disajikan pada tabel di bawah ini.
24
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bullying dapat terjadi pada siapa saja dan kapan saja. Namun bullying
memang sering terjadi pada anak-anak Berdasarkan penyebab terjadinya bullying
siswa di kelas IV SD Negeri 1 Krasak Pecangaan menurut Ibu Frianti Muzdalifah
selaku guru kelas sebagai berikut:
“Penyebab bullying verbal berawal dari gojegan (bercanda), kemudian
anak itu emosi, sehingga ada yang menendang dan ada juga yang memukul.
Biasanya pelaku bullying merasa lebih dominan”. (Ibu Frianti Muzdalifah, 2
September 2019).
“Bullying bisa terjadi karena ejekan. Misalnya, ada anak yang berbadan
pendek dan gendut akhirnya dipanggillah dia si gentong oleh teman-temannya”.
(Pak Sandeli, 2 September 2019).
Perilaku bullying dapat terjadi dalam beragam bentuk baik secara fisik
maupun non fisik. Bullying dalam bentuk fisik akan berdampak pada keadaan
fisik maupun psikis korban sedangkan bullying dalam bentuk non fisik hanya
berdampak pada psikis korban. Secara umum bullying dalam bentuk fisik dapat
diamati secara langsung, begitu pula dengan bullying non fisik yang kadang dapat
diamati namun tidak dapat dirasakan orang lain yang mengamatinya. Beberapa
bentuk bullying di SD N 1 Krasak Pecangaan dapat dikatakan beragam, walaupun
jenisnya ada yang sama. Bentuk bullying di setiap kelas juga beragam, karena
tergantung pada kondisi siswa yang bersangkutan, lingkungan dan pengalaman
siswa selama di sekolah dan luar sekolah. Warga sekolah tentunya juga
mengetahui perilaku siswa secara umum. Hal ini terutama guru, karena guru
memiliki posisi yang paling dekat dengan siswa saat di sekolah.
Bentuk bullying yang terjadi di SD N 1 Krasak Pecangaan dapat
dibedakan menjadi 2 macam yaitu bullying fisik dan bullying non fisik. Bullying
fisik dapat terjadi secara spontan, ada yang memicu, maupun karena bercanda atau
hal-hal yang sepele. Bentuk bullying yang ada di SD N 1 Krasak Pecangaan
dijelaskan Ibu Frianti Muzdalifah selaku guru kelas sebagai berikut:
“Bentuk bullying secara fisik yang ada di SD N 1 Krasak Pecangaan
misalnya menendang dan memukul. Bullying non fisik misalnya mengejek teman
lain secara langsung (misalnya dengan memanggil nama julukan), mengejek
29
dengan nama orang tua, pekerjaan orang tua atau sikap tingkah laku orang tua.
Hal ini sering terjadi ketika mata pelajaran matematika, sering saya suruh salah
satu siswa maju kedepan untuk mengerjakan tugasnya. Karena ada yang tidak
suka maka salah satu dari temannya mengejek dengan sebutan nama julukan.
Anak akhirnya tidak terima dan biasanya terjadi dorong-dorongan. Ada siswa
yang meminta dengan ancaman, misalnya kalau tidak memberikan jajan bisa
ditendang. Saya juga menemukan modus lain mbak, bukan memalak tetapi
menyuruh untuk membelikan sesuatu misalnya jajan”. (Ibu Frianti Muzdalifah, 2
September 2019).
Ibu Frianti Muzdalifah sebagai guru kelas IV dan juga mengajar mata
pelajaran matematika menjelaskan bentuk bullying yang terjadi di SD N 1 Krasak
Pecangaan secara fisik dapat berupa menendang dan memukul, sedangkan secara
non fisik atau verbal dapat berupa ancaman yang dilakukan siswa untuk meminta
temannya melakukan sesuatu yang diinginkan. Selain itu secara verbal siswa juga
mengejek temannya dengan memanggil julukan/nama (name calling). Hal senada
juga dijelaskan oleh Bapak Sandeli selaku kepala sekolah sebagai berikut:
“Bentuk bullying yang ada di SD N 1 Krasak Pecangaan secara fisik
biasanya saling memukul namun kebanyakan seperti non fisik atau bullying
verbal, misalnya memanggil nama teman dengan sebutan nama julukan.
Contohnya Anam dipanggil pendek karena dia berbadan pendek, maka dari itu
Anam tidak terima dan timbullah perkelahian diantara mereka”. (Pak Sandeli, 2
September 2019).
Secara fisik bentuk bullying biasanya memukul, tetapi yang lebih banyak
secara non fisik atau verbal misalnya dengan memanggil nama teman dengan
nama julukan (bukan nama sebenarnya). Hal tersebut yang membuat siswa sering
mudah marah. Ibu Friyanti Muzdalifah juga menambahkan hal yang sama sebagai
berikut:
“Mengambil barang tanpa ijin atau memaksa. Tetapi persentasenya kecil
mbak. Kejadiannya kalau tidak ada guru pendamping, misalnya saat jam istirahat
atau sepulang sekolah. Ada yang melaporkan ke kantor sekolah kemudian kami
sebagai guru membantu mereka menyelesaikan masalahnya lalu dibimbing dan
dinasihati agar tidak diulangi kembali. Seringnya siswa sini di bullying dengan
sebutan nama julukan mbak yang menyebabkan sesama siswa saling memukul
dan menendang”. (Ibu Friyanti Muzdalifah, 2 September 2019).
30
siswa bisa pelajaran tersebut jadi ada siswa yang mengejek temannya yang masih
belajar. Dampaknya bullying itu ada 2 mbak. Ada anak yang menjadi takut karena
diejek temannya, tetapi ada anak yang lebih berani. Yang punya backing
(kelompok orang yang mampu melindungi anggota kelompoknya) menjadi
tambah berani. .”(Bapak Sandeli, 3 September 2019).
Dari hasil wawancara dengan Ibu Friyanti dan Bapak Sandeli, pada
dasarnya pelaku memiliki sikap yang lebih berani dibanding korbannya.
Walaupun pelaku juga dapat menjadi korban.
Namun secara umum pelaku memiliki kekuatan maupun posisi yang lebih
tinggi dari pada korban, baik secara fisik, pengalaman selama di sekolah maupun
pengalaman dengan lingkungan di sekitar rumahnya (senioritas) sehingga saat di
kelas pun lebih mendominasi daripada teman-temannya. Selain itu emosinya juga
lebih mudah terpancing saat adanya situasi yang memicu timbulnya bullying,
misalnya ada teman yang menggoda. Jika dilihat dari kemampuan akademiknya
juga lebih rendah dibandingkan dengan teman-teman yang lain. Mereka juga lebih
berani dan aktif daripada teman-temannya. Bahkan beberapa siswa kelas IV
cenderung aktif untuk mengganggu teman-temannya saat pembelajaran mata
pelajaran matematika berlangsung dan tidak mau diam saat pembelajaran
berlangsung.
4.1.1.4 Penyelesaian Masalah Bullying
Bullying sebagai salah satu tindakan yang dapat merugikan siapa saja
termasuk peserta didik saat bullying terjadi di sekolah. Guru kelas selain memiliki
peran yang penting sebagai pendidik, fasilitator, motivator sekaligus sebagai
orang tua kedua saat siswa di sekolah, guru kelas juga menjadi orang terdekat saat
kejadian bullying terjadi di kelas, Guru kelas juga memiliki intensitas interaksi
yang paling banyak dengan siswa saat di kelas, sehingga perilaku siswa di kelas
dapat diamati secara langsung. Begitu pula dengan kepala sekolah sebagai
pembuat kebijakan yang sesuai dengan kondisi sekolah. Dengan demikian adanya
berbagai peraturan yang dijalankan oleh warga sekolah serta melalui teladan yang
baik yang dilakukan kepala sekolah, guru dan karyawan lainnya akan memberikan
keseimbangan kehidupan di sekolah. Namun tampaknya sekolah juga menghadapi
33
tidak melakukan bullying yang merugikan warga sekolah baik siswa, guru
maupun kepala sekolah.
Indikator
Kode
Mengeje Keterangan
Siswa Menuduh Membentak Mengancam Mencela
k
K1 √ - - √ - Korban
K2 - - √ √ - Korban
K3 √ √ - - √ Korban
P1 √ - √ √ - Pelaku
P2 √ √ √ - √ Pelaku
Agus Setiawan K1
Adelia Meisaroh K3
Hendra Utama P1
Roni Ridwan P2
1. Mengejek
2. Menuduh
Hal yang lain juga diungkapkan oleh agus “aku pernah mbak diguyu
karo cah sekelas, gara-gara katoke suwek pas belajar jam belajar
sedang berlangsung, akeh kae sek ngguyi ro ngomong haha katoke
suwek, makane rasah kegeden awak”. Kemudian tak hanya itu reza
juga merasakan hal yang sama dia bercerita ketika “aku pernah
dibilang sama hendra, dasar cah goblok senengane ngapusi hooo gitu
mbak”
Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa menuduh adalah hal yang
juga sering dilakukan oleh siswa kepada siswa yang lebih lemah,
karena hal tersebut korban merasa malu dan menjadi minder.
3. Membentak
Dari hasil diatas dapat dijelaskan bahwa, mementak juga kerap kali
dilakukan oleh siswa agar siswa yang dibentak itu merasa takut.
4. Mengancam
Dari hasil data ditemukan bentuk bullying verbal lain yang ada dalam
pembelajaran matematika yaitu memelesetkan nama panggilan. adel
sebagai korban mengaku pernah di panggil dengan nama yang kurang
sopan yaitu udel dalam wawancara adel mengungkapkan bahwa “suka
ada yang ngatain aku mbak, nama ku kan adel to mbak, tapi mereka
manggilnya jadi udel udel gitu mbak” sebal, marah, dirasakan oleh
korban, dan bahkan minder dengan teman teman yang lain. Hal ini
juga dibenarkan oleh guru matematika sendiri yaitu saat peneliti
menanyakan apa saja perilaku bullying verbal atau yang sering
dilakukan melalui ucapan, guru matematika pun menjawab dengan
“itu lho mbak yang pake kerudung itu di juluki sama temen-temanya
ono wae sebutane kaelah, ikulah macem-macem pokoke”. Kemudian
disambung dengan “biasane ada sering ngenyeki (menghina), tapi itu
biasa to mba, cah cilik biasane yo dipacok-pacoke ro sopo ngunu
mba, terus aku ngomong halah padune koe sek seneng to, nek ra
pengen di koyo ngunokke yo rasah koyo ngunu”.
39
Dari hasil nilai yang peneliti dapatkan di atas, dapat disimpulkan bahwa
dampak bullying verbal terhadap pemahaman konsep matematika di kelas IV SD
N 1 Krasak Pecangaan sangat berpengaruh ke nilai siswa yang menjadi korban
ataupun pelaku bullying.
Korban bullying yaitu siswa bernama Agus mendapat nilai 60, siswa
bernama Reza mendapatkan nilai 65, siswi bernama Adel mendapatkan nilai 60.
Korban bullying sebelum mendapatkan perilaku bullying nilai yang diperoleh
lebih tinggi karena bisa menerapkan pemahaman konsep yang telah dipelajari.
Sedangkan untuk pelaku bullying yaitu siswa bernama Hendra mendapatkan nilai
50, siswa bernama Roni mendapatkan nilai 45. Pelaku bullying tetap mendapatkan
nilai yang sama, sebelum dan sesudah melakukan bullying karena pada intinya
pelaku memang malas belajar, lebih suka bermain dan menjahili temannya.
4.2 Pembahasan
Pecangaan dampak penanganan yang telah dilakukan dan faktor pendukung dan
penghambat penanganan bullying di SD N 1 Krasak Pecangaan. Data sebelumnya
sudah pada hasil penelitian akan dianalisis pada bab ini sehingga ditemukan
kesimpulan-kesimpulan kemudian peneliti dapat memberikan rekomendasi pada
pihak-pihak terkait.
Hal ini juga berpengaruh terhadap pengalaman mereka yang lebih banyak
dibandingkan teman sekelasnya dan mereka cenderung lebih memiliki kekuasaan
41
(senioritas). Selain itu juga kecenderungan pelaku memiliki sikap yang emosional
sehingga mudah terpancing untuk melakukan bullying. Beberapa siswa yang
awalnya pendiam akan mudah terpancing emosinya misalnya dengan hal-hal
sepele seperti kesalahpahaman, bercanda (gojegan) dan bermain saat istirahat. Hal
tersebut sesuai dengan pendapat Les Parsons (2009) bahwa hal-hal yang
mendorong terjadinya bullying karena beberapa hal yaitu gangguan pengendalian
diri, bullying yang dipelajari, dan mem-bully untuk memperoleh sesuatu dan
menunjukkan kendali. Siswa dapat mengalami gangguan pengendalian diri dan
mengalami kegelisahan emosional. Hal itu terlihat saat siswa mudah terprovokasi
dan bereaksi terhadap tindakan yang mengancam menurut pandangan mereka,
misalnya saat bermain awalnya bercanda kemudian dibalas dengan reaksi
memukul. Faktor yang kedua adalah bullying yang dipelajari, dimana pola asuh
orang tua mempengaruhi perilaku, misalnya penggunaan hukuman fisik dan
pemanjaan, kesulitan belajar, dan temperamen masing-masing anak. Hal ini
seperti yang dialami siswa Kelas IV yaitu Fadill yang dimanja orang tua dan Dika
yang cenderung keras. Dan yang terakhir adalah melakukan bullying untuk
memperoleh sesuatu, seperti meminta jawaban, meminta uang maupun barang
lainnya.
teman, dan memanggil dengan julukan “gentong” (name calling). Siswa yang
memanggil teman dengan julukan tertentu biasanya disebabkan karena latar
belakang lingkungan sekitar misalnya “gentong” sebagai nama julukan pada Frs
karena dia berbadan pendek dan gemuk.
Selain dengan julukan tertentu berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu
Frianti muzdalifah guru matematika serta selaku guru kelas IV dan Bapak Sandeli
selaku kepala sekolah, siswa sering memanggil dengan nama orang tua, dan
mengejek pekerjaan orang tua. Hal tersebut sering memicu emosi siswa sehingga
terjadi pertengkaran secara fisik.
Dari observasi yang telah dilakukan ternyata ditemukan jenis bullying
verbal dengan bentuk name calling seperti sebutan hewan dan sebutan tertentu.
Hal ini sesuai teori yang dikemukakan oleh Ken Rigby (2008) yang menjelaskan
bullying berdasarkan bentuknya secara langsung yaitu bullying fisik dan bullying
verbal. Pendapat tersebut juga di dukung dengan pendapat Ponny Retno Astuti
(2008) yang menjelaskan bullying secara fisik dan non fisik (verbal dan non
verbal).
Bentuk bullying fisik yang terjadi di SD N 1 Krasak Pecangaan yaitu
menendang, memukul (dengan tangan atau media seperti buku, penggaris, tempat
pensil), mendorong (tubuh maupun bagian tubuh misalnya kepala), menyundul
kepala, melempar dengan bola, menarik jilbab, nyrekal (menjegal), memaksa
meminta jawaban teman. Sedangkan untuk bullying verbal antara lain
mengintimidasi, mengejek, mencela, menuduh, membentak, memberi
julukan/name calling (dengan julukan tertentu bahkan dengan nama binatang
misalnya “ikan lohan”, “jebret”, “pesek”, “nritik”, “teman musiman”, nama orang
tua maupun pekerjaan orang tua), memandang dengan tajam, meminta jawaban
teman, dan mengangggu kenyamanan teman saat belajar maupun di luar jam
belajar.
Siswa kelas IV memiliki karakter yang lebih aktif dari kelas lainnya.
Siswa yang masih suka bermain dan bercanda dengan temannya walaupun
43
pelajaran sudah dimulai. Terkadang saat pelajaran masih dapat dikontrol oleh guru
kelas. Namun saat salah satu siswa memancing permasalahan, maka mereka cepat
untuk bereaksi secara fisik misalnya dengan memukul, berkelahi atau adu mulut.
Pelaku dan korban bullying di SD N 1 Krasak Pecangaan memiliki
karakteristik tertentu di setiap kelasnya. Pelaku bullying menunjukkan kekuatan
yang lebih di bandingkan korbannya. Hal seperti yang diungkapkan oleh Les
Parson (2009) menjelaskan kekuatan yang berbeda tidak sebatas pada kekuatan
fisik tetapi juga kekuatan lain misalnya perbedaan fisik, psikologis, sosial
ekonomi, intelektual.
Berdasarkan hasil observasi dapat disimpulkan bahwa karakteristik pelaku
bullying di kelas IV anaknya cenderung aktif, kemampuan akademiknya rendah
(namun Fadil kemampuan akademiknya bagus juga berpotensi menjadi pelaku),
ndableg (tidak menuruti nasehat guru, cuek, kurang merespon terhadap nasehat
guru), mudah emosi, secara fisik juga lebih besar dibandingkan teman yang
lainnya dengan korbannya siswa yang kekuatannya lebih lemah dari segi kekuatan
fisik. Salah satu siswa yang menjadi pelaku di kelas IV juga memiliki pengalaman
dan usia yang lebih besar (senior). Siswa yang berpotensi menjadi korban yang di
kelas 1V biasanya lebih anteng (tidak banyak tingkah) pendiam dibanding
pelakunya serta memiliki kekuatan fisik serta kekuasaan di kelas yang lebih
rendah.
Siswa perempuan juga lebih berpotensi menjadi korban seperti yang
dialami Adel, Tina, Rani, Vivi dan Linda. Mereka sering dijadikan korban untuk
diganggu temannya dengan cara menarik jilbabnya. Adapun beberapa efek saat
menjadi korban bullying di kelas IV, ada yang menangis, kesakitan, bahkan takut.
Namun beberapa siswa kelas 1V sudah berupaya untuk melakukan langkah
antisipasi terhadap bullying dengan cara membalas maupun menghindar dari
siswa tersebut.
pelaku juga dapat berpotensi menjadi korban. Korban yang pernah
mengalami bullying, dapat melampiaskan perasaan yang dialaminya dengan
melakukan bullying dengan temannya yang memiliki kekuatan yang lebih rendah
dibanding dirinya. Untuk karakteristik korban mereka cenderung lebih lemah
44
secara fisik dan kurang aktif saat di kelas. Pengalaman, umur, fisik dan senioritas
mempengaruhi karakter pelaku bullying di kelas IV. Siswa yang menjadi pelaku
bullying secara fisik ukuran tubuhnya lebih besar dan lebih aktif saat di kelas.
Namun siswa lainnya juga dapat berpotensi menjadi korban maupun pelaku
bullying, bahkan teman dekat maupun teman sebangku pun dapat berpotensi
menjadi pelaku bullying seperti yang dilakukan Lan.
Pelaku juga bicaranya clemang-clemong (suka berkata kasar dan kotor).
Bahkan bullying yang terjadi di kelas IV berdampak pada perubahan sikap yang
dialami salah satu siswa, dia berubah menjadi pemurung (tadinya ceria), dan
puncaknya setelah 3 hari siswa tersebut menangis. Berdasarkan data observasi
terdapat kecenderungan bahwa pelaku dapat berpotensi menjadi korban. Beberapa
siswa sudah berusaha untuk melakukan langkah antisipatif dengan membalas
perlakuan yang dialaminya. Adanya tindakan membalas dengan memukul,
mendorong, dan beberapa siswa yang menjadi pelaku juga menjadi korban maka
terdapat kecenderungan bullying yang saling dilakukan antara siswa yang
melakukan dan menerima perlakuan.
pelanggaran yang dilakukan. Jika termasuk ringan biasanya hanya diingatkan saja
tetapi jika tidak siswa memperoleh poin berdasarkan jenis pelanggarannya.
Namun hal ini belum sepenuhnya dilakukan melihat adanya perlakuan
bullying yang belum ditindak tegas karena masih kurangnya kontrol disetiap
waktunya. Dengan demikian perlu adanya kebijakan sekolah ramah anak yang
dapat menciptakan lingkungan ramah anak karena pada dasarnya penegakan
disiplin melalui hukuman kurang berdampak positif terutama bagi anak usia SD.
Kebiasaan-kebiasaan untuk bertindak dari hal yang terkecil dalam hal menghargai
sesama ini yang mampu memberikan efek dalam sebagai upaya mewujudkan
sekolah ramah anak.
Adanya seperangkat aturan di sekolah tidak akan berjalan dengan baik jika
tidak ada dukungan dari berbagai komponen di sekolah. Guru sebagai fasilitator
diharapkan mampu memberikan inovasi di kelas sehingga mengurangi adanya
permasalahan siswa saat di kelas. Dalam hal ini sesuai dengan teori Les Parsons di
atas, beberapa guru kelas di SD N 1 Krasak Pecangaan sudah mengembangkan
strategi manajeman kelas, dimana guru mampu menangani permasalahan siswa
saat di kelas dan mengembangan inovasi-inovasi belajar yang memotivasi prestasi
siswa khususnya saat di kelas. Motivasi belajar juga dilakukan oleh guru kelas IV
melalui pemberian soal pada jam pelajaran terakhir terutama untuk materi-materi
yang belum dipahami oleh siswa. Dengan demikian strategi manajemen kelas di
setiap kelas berbeda-beda, tergantung dari inovasi guru dalam menciptakan
suasana belajar yang nyaman bagi siswa dan mampu memotivasi siswa. Pada
dasarnya guru di SD N 1 Krasak Pecangaan menangani bullying dengan
memberikan nasehat, pembinaan, pengawasan, dan evaluasi belajar dan tingkah
laku di kelas. Hal ini dilakukan dengan melaporkan setiap hasil penilaian siswa ke
orang tua dan memberikan tanda tangan sebagai bukti bahwa nilai sudah
dilaporkan ke orang tua, kemudian di cek guru di pertemuan berikutnya. Tujuan
adanya laporan prestasi ini agar siswa termotivasi untuk berprestasi khususnya di
bidang akademik dan memberikan pandangan kepada orang tua terhadap
47
Hal ini dilakukan karena guru kelas sebagai orang yang paling memahami
karakteristik dan perilaku siswa di kelas sehingga pembinaan di tingkat kelas ini
dapat disesuaikan dengan karakter siswa di kelas. Namun jika tahap pertama ini
tidak berhasil maka guru kelas melaporkan permasalahan ke kepala sekolah dan
memanggil orang tua siswa untuk datang ke sekolah. Pembinaan dilakukan untuk
melatih mental siswa baik sebagai korban maupun pelaku bullying. Pembinaan
mental bagi siswa melalui nasehat dan treatment tertentu dengan kerjasama orang
tua yang disertai dengan pengawasan agar tidak terulang kembali.
Untuk permasalahan tertentu seperti yang terjadi di kelas IV maka pihak
sekolah bekerjasama dengan orang tua untuk mengawasi dan membina siswa yang
bersangkutan di kelas selama 1 minggu. Dalam hal ini sekolah juga masih
berupaya untuk melakukan pembinaan siswa melalui peran guru dalam
memberikan nasehat saat di kelas serta melakukan pengawasan saat di kelas.
Pembinaan juga dilakukan dengan kerjasama orang tua sebagai pihak yang lebih
memahami kondisi siswa, seperti yang dilakukan pada Wdi kelas IV. Pembinaan
dengan salah satu siswa kelas IV dilakukan dengan orang tua diminta memantau
anak selama semingggu. Guru kelas menghimbau kepada orang tua untuk
memperhatikan anak, begitu pula dengan orang tua yang meminta guru untuk
mengawasi dan menasehati anak saat di sekolah.
Namun hal ini masih mengalami kendala, karena tidak semua orang tua
dapat diajak kerjasama dalam melakukan pembinaan dan pengawasan saat di
rumah. Beberapa orang tua cenderung sibuk dengan pekerjaannya. Dari
penjabaran di atas dapat dikatakan bahwa pembinaan masih bersifat umum dan
belum mengarah pada hal khusus terutama bullying. Walaupun demikian hal
tersebut dapat diperbaiki dan ditingkatkan kembali melalui penyusunan
aturan/kebijakan anti bullying, agar dalam pelaksanaannya jelas. Pengawasan
48
yang dilakukan sekolah secara umum masih kurang. Hal ini terbukti dengan masih
adanya tindakan bullying yang terjadi setiap hari selama pengamatan berlangsung.
Pengawasan perlu dilakukan lebih intensif saat jam istirahat dan jam kosong,
karena pada saat itu siswa tidak memiliki kesibukan dalam belajar dan interaksi
dengan teman juga semakin luas, sehingga dapat memicu terjadinya gesekan
maupun bullying.
Untuk kelas IV di SD N 1 Krasak Pecangaan guru kelas berinisiatif untuk
melakukan pengawasan saat jam istirahat di kelas. Hal ini dilakukan sebagai
langkah antisipatif mengurangi tindakan-tindakan bullying yang dilakukan siswa
saat jam istirahat karena siswa kelas IV cenderung lebih aktif dibandingkan siswa
di kelas lainnya.
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
1
2
karena guru kelas sebagai orang yang paling memahami karakteristik dan perilaku
siswa di kelas sehingga pembinaan di tingkat kelas ini dapat disesuaikan dengan
karakter siswa di kelas. Namun jika tahap pertama ini tidak berhasil maka guru
kelas melaporkan permasalahan ke kepala sekolah dan memanggil orang tua siswa
untuk datang ke sekolah. Pembinaan dilakukan untuk melatih mental siswa baik
sebagai korban maupun pelaku bullying. Pembinaan mental bagi siswa melalui
nasehat dan treatment tertentu dengan kerjasama orang tua yang disertai dengan
pengawasan agar tidak terulang kembali.
5.2 Saran
Astuti, P.R. (2008). Meredam Bullying: 3 Cara Efektif Mengatasi Kekerasan Pada
Anak. Jakarta: Grasindo.
Papalia, D.E., dan Olds, S.W. (2004). Human Development (9th Ed). New York:
McGraw-Hill, Inc.
Rigby, K. (2008). Children and Bullying ( How Parent and Educators Can Reduce
Bullying at School. Blackwell Publishing:Oxford UK.
Yin, R.K. 2012. Studi Kasus Desain & Metode, Raja Grafindo Jakarta.
6
LAMPIRAN