Budidaya Ikan Lele
Budidaya Ikan Lele
Disusun oleh :
Frishila Indriyani
4443220087
Perikanan 1C
FAKULTAS PERTANIAN
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga laporan praktikum budidaya ikan lele (Clarias) diselesaikan
tepat pada waktunya. Maksud dari penyusunan laporan ini adalah untuk memenuhi
salah satu tugas praktikum Sains Akuakultur.
Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada orang tua saya yang telah
membimbing saya, dan juga kepada para dosen yang telah memberikan tugas ini
kepada saya, khususnya kepada Bapak Achmad NP S.Pi., M.Si selaku koordinator
dosen praktikum mata kuliah Sains Akuakultur. Tak lupa pula saya ucapkan banyak
terima kasih kepada asisten laboratorium yang telah membantu dengan segala upaya
untuk menyelesaikan laporan dengan baik dan lancar.
Saya menyadari bahwa laporan yang saya buat masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan saya, maka
kritik dan saran yang bersifat membangun senantiasa saya harapkan demi
kesempurnaan pembuatan laporan selanjutnya. Akhir kata, semoga laporan yang saya
buat dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi saya sendiri.
Penyusun,
Frishila Indriyani
4443220087
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iv
DAFTAR TABEL....................................................................................................v
1. PENDAHULUAN............................................................................................1
1.2. Tujuan........................................................................................................2
2. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................3
3. ISI...................................................................................................................12
4. PENUTUP......................................................................................................19
4.1. Kesimpulan..............................................................................................19
4.2. Saran........................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................20
LAMPIRAN...........................................................................................................22
DAFTAR GAMBAR
Ikan lele adalah salah satu ikan yang berasal dari Taiwan dan pertama kali
masuk ke Indonesia pada tahun 1985 melalui sebuah perusahaan swasta di
Jakarta (Suryanto, 1986). Ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus) merupakan
ikan air tawar yang umum dikonsumsi masyarakat Indonesia, khususnya di
pulau Jawa. Ikan lele sangkuriang memiliki tubuh yang licin, kepala memanjang
yang memanjang seperempat panjang tubuhnya, berwarna hitam, dan memiliki
bintik-bintik seperti jamur putih di tubuhnya (Nasrudin 2010).
Lele merupakan jenis ikan yang digemari masyarakat, dengan rasa yang lezat,
daging empuk, duri teratur dan dapat disajikan dalam berbagai macam menu
masakan. Pengembangan usaha budidaya ikan lele semakin meningkat setelah
masuknya jenis ikan lele ke Indonesia pada tahun 1985. Keunggulan budidaya
lele antara lain tumbuh lebih cepat, jumlah telur lebih banyak dan lebih tahan
terhadap penyakit. Namun demikian perkembangan budidaya yang pesat tanpa
didukung pengelolaan induk yang baik menyebabkan lele mengalami penurunan
kualitas (Rahmat. 1991)
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Subkelas : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Subordo : Siluroidea
Famili : Clariidae
Genus : Clarias
Ikan lele mempunyai jumlah sirip punggung D.68-79, sirip dada P.9-10, sirip
perut V.5-6, sirip anal A.50-60 dan jumlah sungut sebanyak 4 pasang, 1 pasang
diantaranya lebih panjang dan besar. Panjang baku 5-6 kali tinggi badan dan
perbandingan antara panjang baku terhadap panjang kepala adalah 1: 3-4. Ukuran
matanya sekitar 1/8 panjang kepalanya. Giginya berbentuk villiform dan menempel
pada rahang. Penglihatan lele kurang berfungsi dengan baik, akan tetapi ikan lele
memiliki dua buah alat olfaktori yang terletak berdekatan dengan sungut hidung
untuk mengenali mangsanya melalui perabaan dan penciuman. Jari-jari pertama sirip
pektoralnya sangat kuat dan bergerigi pada kedua sisinya serta kasar. Jari-jari sirip
pertama itu mengandung bisa dan berfungsi sebagai senjata serta alat penggerak pada
saat ikan lele berada di permukaan (Rahardjo dan Muniarti, 1984).
2.2 Teknik Budidaya Ikan
Teknik budidaya ikan lele sangkuriang yang kami gunakan ini adalah
menggunakan kolam semi intensif dengan menggunakan bak fiber yang
memiliki ukuran panjang 100 cm, lebar 60 cm, dan tinggi 40 cm. Volume dari
bak fiber ini sekitar 240.000 cm³. Ikan lele yang kami tebar yaitu 100 ekor/m².
Dalam proses awal pemberian pakan untuk larva ikan lele sangkuriang ini yaitu
dengan pembentukan pakan alami menggunakan feses kambing (600 gram) yang
didiamkan selama 2 hari di dalam air bak fiber. Plankton mulai berkembang
dengan ditandai warna kehijauan pada air di kolam bak fiber, kemudian setelah
melalui proses larva, pemberian pakan ikan lele sangkuriang ini yaitu dengan
pakan buatan menggunakan pelet PF 1000 yang diberikan menggunakan sistem
sekenyangnya (at stiation). Pemberian pakan mulai dilakukan di pagi hari pukul
07:30 WIB, siang pukul 12:30 WIB dan
sore pukul 15:00 WIB. Pengukuran suhu dilakukan setiap siang hari. Berikut
ini merupakan tahapan yang dilakukan dalam teknik budidaya ikan lele
sangkuriang :
1. Bak fiber yang masih terisi penuh dengan air, lebih dahulu dikeluarkan air
nya sampai benar-benar terkuras.
2. Pengurasan air menggunakan gelas ukur berukuran besar dan ember.
3. Jika ada ikan kecil di dalamnya, pindahkan ke wadah bersih serta benda lain
yang mengganggu saat pengurasan air, dibuang atau dipindahkan ke tempat
lain.
4. Pengambilan ikan dan benda lain dilakukan dengan menggunakan saringan
pancing.
5. Selanjutnya, membersihkan bak fiber dengan menggunakan sikat dan spons
yang dialiri air melalui selang yang terhubung dengan keran, hingga benar-
benar bersih.
6. Jika dirasa cukup bersih, isi bak fiber dengan air biasa dan saat air sudah
cukup penuh, pasang selang aerasi yang dapat menghasilkan oksigen.
Dari pemaparan di atas alat yang di gunakan yaitu bak fiber, keran aerasi, batu
aerasi, mesin aerasi, selang aerasi, teko ukur, meteran, ember, saringan ikan, spons,
sikat kawat, gelas ukur, alat tulis, dan handphone untuk dokumentasi. Adapun bahan
yang digunakan adalah air media (air tandon).
………………………………………………………………………
……………………………………………………………………
Pemberian pakan dilakukan setiap tiga kali sehari oleh praktikan secara
bergantian dengan jadwal pemberian pakan pagi, siang, dan sore. Jumlah pakan yang
diberikan tiap waktu berbeda, karena menggunakan sistem sekenyangnya (at
satiation). Hal penting yang perlu diperhatikan dalam pemberian pakan adalah
frekuensi pemberian pakan dan konversi pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan
daging ikan. Pakan alami ikan lele berupa jasad hewani yaitu krustasea kecil, larva
serangga (kutu air, jentik nyamuk), cacing, dan moluska (Susanto, 1988).
Ketersedian pakan alami merupakan faktor pembatas bagi kehidupan benih di kolam.
Ukuran pakan alami harus sesuai dengan bukaan mulut dan mempunyai nilai gizi
yang tinggi. Selain itu, pakan alami mempunyai gerakan yang lambat sehingga
mudah dimakan ikan. Sedangkan pakan buatan merupakan campuran dari berbagai
bahan yang diolah menurut keperluan untuk diberikan ke ikan sebagai sumber
energi. Pemberian pakan pada benih ikan umur 7 sampai 15 hari dalam bentuk
tepung dan remah. Benih umur 15 sampai 30 hari dapat diberi pakan berupa pelet
yang berdiameter ± 1 mm atau disesuaikan dengan bukaan mulut ikan. Pakan ini
diberikan 3-5 kali sehari (Soetomo, 1987).
Pengobatan untuk jenis penyakit ikan lele ini antara lain dengan cara
merendam ikan dalam larutan formalin 25 cc per meter kubik air
ditambah dengan malacit green 0,15 gram per meter kubik air selama 24
jam.
Virus ini tergolong kedalam virus herpes. Ciri ikan yang terinfeksi
antara lain tampak lemah, berenang berputar-putar, sering tegak vertikal
di permukaan, dan pendarahan dibagian sirip dan perut.
Faktor pemicu penyakit ikan lele ini adalah fluktuasi suhu air,
penurunan kualitas air dan kepadatan tebar yang tinggi.
Panen ikan merupakan kegiatan akhir dari budidaya ikan dan dilanjutkan
dengan kegiatan pascapanen. Kegiatan pemanenan ikan harus direncanakan
meliputi waktu panen, peralatan, tenaga kerja, penampungan, dan pemasaran
hasil panen. Menentukan waktu panen dengan memperhitungkan atau
memprediksi permintaan pasar, ukuran ikan, cuaca, dan jumlah ikan. Pada
pemanenan ikan dapat menentukan keberhasilan usaha budidaya ikan. Pada
jenis ikan tertentu ukuran dan warna ikan di tentukan oleh permintaan pasar.
Permintaan pasar ikan lele umumnya adalah 6-8 ekor /kg. Pemanenan ikan
sangat erat kaitannya dengan iklim atau cuaca, sebaiknya dilakukan pada pagi
atau sore hari supaya lele tidak terlalu kepanasan. Penting juga untuk
mengenal sistem pemasaran ikan. Sistem pemasaran ikan lebih terfokus pada
tata niaga ikan. Sebaiknya tata niaga ikan dibawa langsung ke konsumen,
dalam hal ini harga ikan akan lebih tinggi dibandingkan penjualan ikan
melalui pihak ketiga. Ikan dikeluarkan saat suhu air atau udara dingin. Suhu
air mengacu pada keberadaan oksigen terlarut di dalam air. Penentuan jumlah
dan ukuran ikan sebelum ditangkap biasanya melibatkan perhitungan
pendapatan, daya serap pasar, tenaga kerja, waktu tangkap, peralatan
produksi, dll. Jumlah ikan yang ditangkap dihitung berdasarkan tingkat tebar
awal, ukuran ikan, mortalitas dan laju pemberian makan. Ikan harus diambil
sampelnya secara teratur untuk menghitung ukuran dan jumlah ikan.
Langkah awal yang kita lakukan yaitu bersihkan bak fiber dan selang aerator terlebih
dahulu supaya bebas dari kotoran atau terjadinya hal yang tidak diinginkan. Selanjutnya bak
fiber di isi air bersih dan tempatkan pada pencahayaan yang memumpuni, masukan juga
aerator pada bak tersebut agar menyuplai oksigen terlarut dalam bak pemeliharaan. Jiika
seting kolam telah selesai dan sudah terisi air, lalu masukkan fesses kambing sebanyak 600
gram yang di bungkus plastik hitam sudah di bolongi, tujuannya supaya tumbuh plankton
dalam bak tersebut. Setelah semua proses selesa, terakhir yaitu kotoran kambing di rendam
sekitar 2-3 hari sebelum dimasukkan benih ikan lele ke dalam kolam budidaya.
PF
Pakan yang digunakan adalah pakan buatan yang berupa pelet PF 1000
atau yang biasa disebut pelet. Bentuknya memiliki tipe floating (apung)
berukuran kecil dengan ukuran sekitar 1,3-1,7 mm yang gampang dicerna oleh
bibit ikan dan jugaterdapat kandungan protein 39-41 %, lemak 5 %, serat kasar
6 %, kadar abu 12%, dan kadar air 10%.
Pemberian pakan dilakukan dalam 3 kali sehari yaitu pada pagi, siang
dan sore hari. Pada pagi hari kita memberi pakan pada jam 07.00-08.00, siang
hari pada jam 12.00-13.00 dan pada sore hari pada jam 15.00-16.00.
Pemberian pakan pada ikan lele sangkuriang ini dengan metode pemberian
pakan sekenyangnya. Jika pakan tidak habis maka kita akan menyerok untuk
menghindari pengerangan penyakit pada ikan lele ini. Pada saat pemberian
pakan perlu juga diamati seberapa banyak ikan memakan pelet.
3.4 Sampling Pertumbuhan
Tabel 3. Data Sampling Ikan Lele sangkuriang (Clarias gariepinus)
Berat Berat
No. Panjang (cm) No. Panjang (cm)
(gr) (gr)
1 3,9 9 1 10,3 11
Parameter pertumbuhan ikan lele yang diamati adalah bobot dan panjang
ikannya, pengamatn bobot dan dan berat ikan dilakukan dengan pengambilan
sampling sebanyak 30 ekor ikan lele Setiap proses pengukurannya. Hasil yang
diperoleh dari Tabel 3, yaitu menunjukkan perubahan yang sangat signifikan pada
pertumbuhan iakn lele sangkuriang ini. Sampling awal ikan memiliki panjang 8,6 cm
dan berat 4,4 gr sedangkan pada sampling akhir ikan mengalami pertumbuhan yang
cukup baik dengan panjang 9,4 cm dan berat 7,08 gr.
Gambar 7. Sampling Awal dan Sampling Akhir
Beberapa parameter kualitas air yang diamati yaitu PH, DO, TDS, Suhu, dan
Amoniak. Hasil yang diperoleh dari pengukuran kualitas air selama
pembudidayaan pada pemeliharaan ikan lele yaitu:
Dari hasil tabel diatas dapat dijelaskan bahwa kualitas air yang digunakan
untuk budidaya ikan lele sangkuriang yaitu memiliki nilai rata-rata pH 8,18 dan
suhu rata-ratanya 26,64. Pengamatan kualitas air dan pertumbuhan ikan lele
dilakukan setiap 10 hari sekali. Kualitas air suatu perairan perlu dibandingkan
dengan standar kelayakan yang ada, karena itu setiap kegiatan yang dilakukan di
lingkungan perairan memiliki nilai persyaratan yang berbeda, sesuai dengan
peruntukannya (Koniyo, 2020).
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran 1. Dokumentasi Kegiatan