Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM ZOOLOGI VERTEBRATA

Kelas Osteichthyes (Ikan Tulang Keras)

Disusun oleh:
Nama: Khalda Azahra Putri Salim
Nim: 2210801010

Dosen Pengampu:
Tito Nurseha, M.Si

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
TAHUN 2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya yang telah diberikan, sehingga penyusun bisa menyelesaikan
Laporan Praktikum Zoologi Vertebrata ini. Adigun tujuan disusunnya laporan ini
adalah sebagai syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah praktikum Zoologi
Vertebrata.
Tersusunnya laporan ini tentu bukan karena buah kerja keras kami semata,
melainkan juga atas bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, kami ucapkan terima
kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu terselesaikannya
laporan ini, diantaranya:
1. Bapak Titio Nurseha selaku dosen pengampu mata kuliah praktikum biokimia.
2. Ketua Laboratorium dan paara petugas laboratorium terpadu UIN Raden Fatah
Palembang.
3. Orang tua, kerabat, sahabat, dan pihak-pihak lainnya yang tidak bisa kami
sebutkan satu persatu.
Kami sangat menyadari bahwa laporan ini masihlah jauh dari sempurna.
Untuk itu, kami selaku tim penyusun menerima dengan terbuka semua kritik dan
saran yang membangun agar laporan ini bisa tersusun lebih baik lagi. Kami
berharap semoga laporan ini bermanfaat untuk kita semua.

Palembang, 05 Oktober 2023

Khalda Azahra Putri Salim

ii
DAFTAR ISI
COVER.............................................................................................................
KATA PENGANTAR.....................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN................................................................................
A. Latar Belakang................................................................................
B. Tujuan….........................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................
A. Pengertian Kelas Osteichthyes........................................................
B. Karakteristik Kelas Osteichthyes....................................................
C. Jenis-jenis Kelas Osteichthyes........................................................
BAB III METODE PRAKTIKUM................................................................
A. Waktu dan Tempat..........................................................................
B. Alat dan Bahan…............................................................................
C. Cara Kerja.......................................................................................
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.........................................................
A. Hasil................................................................................................
B. Pembahasan....................................................................................
BAB V PENUTUP.........................................................................................
A. Kesimpulan…...............................................................................
B. Saran….........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………...15
LAMPIRAN……………………..………………………………………16

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Osteichthyes atau disebut juga ikan bertulang sejati adalah kelas dari
anggota hewan bertulang belakang yang merupakan subfilum dari Pisces.
Osteichthyes berasal dari bahasa Yunani, yaitu osteon yang berati tulang dan
ichthyes yang berarti ikan. Hidup di laut, rawa-rawa, atau air tawar. Semua
jenis ikan yang termasuk dalam kelas Osteichthyes memiliki sebagian tulang
keras, mulut dan lubang hidungnya ventral, celah-celah pharyngeal tertutup
(tidak terlihat dari luar) dan jantungnya hanya memiliki satu ventrikel.
Osteichthyes atau ikan bertulang sejati, terdiri atas kurang lebih 25000 spesies
dan merupakan vertebrata yang paling sukses, dan yang berkembang menjadi
vertebrata darat atau tetrapoda. Mereka muncul pada periode Silur, diduga
sebagai ikan air tawar dan ikan laut (Campbell dll, 2019).
Vertebrata yaitu hewan yang bertulang belakang atau punggung
memiliki struktur tubuh yang jauh lebih sempurna dibandingkan dengan
hewan Invertebrata. Hewan vertebrata memiliki tali yang merupakan susunan
tempat terkumpulnya sel-sel saraf dan memiliki perpanjangan kumpulan saraf
dari otak. Tali ini tidak di memiliki oleh yang tidak bertulang punggung.
Dalam memenuhi kebutuhannya, hewan vertebrata telah memiliki system
kerja sempurna peredaran darah berpusat organ jantung dengan pembuluh-
pembuluh menjadi salurannya (George, 2017).
Pada praktikum ini dilakukan serangkaian pengamatan pada ikan
tulang keras (osteichthyes) dengan bentuk vertebrae yang bermacam-macam.
Ikan yang dipakai sebagai bahan praktikum adalah ikan tulang keras. Ciri-ciri
yang diamati pada ikan tersebut antara lain adalah kulit berkelenjar mukosa
(bersisik dan bersirip), mulut terletak di ujung (bergigi, rahang, mata tidak
berkelopak) insang sebagai alat pernafasan, lubang muara dan sepasang
gonad. Ikan mmpunyai suhu tubuh yang selalu menyesuaikan dengan
lingkungan (poikiloterm) (Kimbal, 2019).

1
B. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari kegiatan praktikum ini adalah:
1. Menggambar dan menentukan bagian-bagian tubuh ikan
2. Menentukan organ-organ daerah kepala yang meliputi
3. Menunjukkan organ-organ daerah badan
4. Menunjukkan organ yang menyusun bagian ekor
5. Menjelaskan topografi (letak organ satu dengan organ lain)
6. Dapat melakukan identifikasi berdasarkan ciri-ciri morfologi

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Kelas Osteichetyes


Pada umumnya yang dimaksud ikan adalah ikan-ikan yang masuk
kelas Osctheichthys. Tubuhnya berskeleton tulang keras, terbungkus oleh
kulit yang bersisik, berbentuk seperti torpedo, berenang dengan sirip,
bernapas dengan insang. Bermacam-macam spesies hidup didalam air tawar
atau bergaram (air Laut) (Jasin, 2018).
Ikan bertulang sejati berbeda dengan ikan bertulang rawan dalam
berbagai hal. Salah satu perbedaannya ialah pada perkembangan paru-paru
dan gelembung renang sebagai suatu divertikulum dari usus bagian depan.
Gelembung renang merupakan alat hidrostatik, sedangkan paru-paru
merupakan ciri khas dari tiga subclass ikan bertulang sejati yaitu
Crossoptreygii dan Brachyopterygii. Crossoptreygii di dalamnya termasuk
Rhipidistia yang sekarang telah musnah yang diduga merupakan leluhur dari
tetrapoda, dan ikan paru-paru sekarang. Pada sub kelas ketiga yaitu
Actinopterygii divertikulum dari usus depan berkembang menjadi gelembung
renang yang mempunyai fungsi sebagai alat hidrostik (Djarubito, 2017).

B. Karakteristik Kelas Osteichtyes


Kelas Osteichthyes (Ikan Bertulang Sejati) memiliki ciri-ciri yaitu
sebagai berikut:
1. Kulit banyak mengandung kelenjar mucosa, biasanya diliputi oleh sisik dan
beberapaspesies tidak bersisik, bersirip pada media baik dorsal maupun
ventral dan pada sebelah menyebelah tubuh itu dengan beberapa
perkecualian. Sirip biasanya disokong oleh jariduri tulang rawan atau keras,
tidak berkaki.
2. Mulut terletak diujung dan bergigi rahang tumbuh dengan baik dan bersendi
padatulang tempurung kepala, mempunyai dua sacci olfactorious yang
umumnya berhubungan dengan rongga mulut, bermata besar, tidak
berkelopak mata.

3
3. Skeleton terutama berupa tulang keras, kecuali beberapa jenis yang sebagian
bertulangrawan, bentu vertebrata, bernotocord masing-masing tampak.
4. Cor terdiri dari atas dua ruangan (auriculum dan ventriculum) dengan sinus
venosusdan conus arteriosus yang berisi darah vena terdapat empat pasang
archus aorticus, seldarah merah berbentuk oval dan berinti.
5. Pernafasan dilakukan dengan beberapa pasang insang yang terletak pada
archusbranchius yang berada dalam ruangan celah insang pada kedua tepi
dari pharing, tertutup operculum, biasanya memiliki pueumatica
(gelembung udara) dan memiliki ductus pneumaticus, beberapa jenis
mempunyai bentuk seperti “paru – paru” misalnya pada dipnoi.
6. Terdapat 10 pasang nervi cranialis.
7. Suhu tubuh bergantung kepada lingkungan sekitarnya.
8. Memiliki sepasang gonad, umumnya ovivar, ada yang ovovivivar atau
vivipar. Fertilisasi diluar tubuh, ukuran telur kecil, tidak mempunyai
membrane embrio, hewanmudanya kadang– kadang tidak mirip dengan
yang dewasa (Jasin, 2018).
Lebih kurang 20 ribu spesies ikan ber tulang sejati mempunyai
skeletondari tulang sejati. Kelompok ini merupakan vertebrata paling sukses
dan beragam. Sifat dan cara hidupnya bermacam-macam, antara lain sebagai
penyaring makanan ataupun predator. Permukaan tubuh tertutup oleh sisik
bertipe sikloid dan stenoid. Ciri-ciri sisik tipe sikloid antara lain adalah
bebentuk sirkuler, jika diamati dibawah mikroskop akan tamnpak garis-
gariskonsentris berjumlah sesuai dengan umurnya, tampak mengilap kebiruan
mengandung kristal guanine, dan sel-sel pigmen yang berbentuk bintang,
mengandung zat warna hitam (melatonin). Bentuk sirip stenoid mirip
dengansiri sikloid, tetapi bagian belakang memiliki gerigi (Jasin, 2018).
Ikan bertulang sejati memiliki gelembung renang yaitu kantong
udara yang dapat digunakan untuk mengubah daya apung dan sebagai alat
bantudalam bernafas. Beberapa anggotanya dapat berpindah dari perairan asin
ke perairan tawar, misalnya ikan salmon dan belut laut. Pada saat berada di
air tawar, ginjal mengeluarkan urin yang sangat encer dan insangnya

4
menyerapgaram dari air dengan cara transfor aktif. Ikan yang sering dijumpi
di air tawar ikan nila dan ikan gabus (Djarubito, 2017).

C. Jenis-jenis Kelas Osteichtyes


Ikan-ikan bertulang sejati dengan cepat (masih dalam zaman devon)
terpecah menjadi tiga kelompok berbeda yakni:
1. Paleoniskoida dibedakan dengan adanya sirip berjari (sirip yang tidak ada
otot maupum tulang) dan kenyataan bahwa ventilasi paru-paru dilakukan
mellaui mulut. Banyak dari kelompok ini bermigrasi ke Laut selama akhir
era, (masa) paleozoikum dan mesozoikum. Dalam lingkungan air yang stabil,
tidak diperlukan paru-paru, dan alat ini diubah menjadi gelembung renang
yang dapat digunakan ikan untuk mengubah daya apung di dalam air.
2. Ikan paru-paru mengembangkan suatu pembaruan berarti yang tidak dimiliki
moyangnya. Lubang hidung mereka yang pada Osctheichthys pertama hanya
bermuara keluar dan digunakan untuk membau (sebagaimana pada semua
keturunan paleoniskoid masa kini). Mengembangkan lubang internal ke
rongga mulut. Ini memungkinkannya untuk bernapas diudaara dengan mulut
tertutup. Menilik ikan paru-paru masa kini, dua adaptasi lain yang berarti
telah berevolusi dalam kelompok ini. Pertama adalah perkembangan dua
atrium dan sekat parsial dalam ventrikel jantung. Hal ini memungkinkan
setidak-tidaknya pemisahan parsial darah yang mengandung oksigen yang
kembali dari paru-paru dengan darah yang kurang oksigen dari bagian badan
lainnya dan dengan demikian merupakan perbaikan yang berarti dalam
efisiensi sistem peredaran. Adaptasi kedua adalah perkembangan sistem
enzim yang diperlukan untuk mengubah amonia menjadi urea yang kurang
beracun. Ini terutama berkembang sangat baik pada spesies Afrika dan
Amerika Selatan. Sedangkan di dalam air, ikan-ikan ini mengekskresikan
limbah nitrogen mereka sebagai amonia seperti yang dilakukan oleh ikan sirip
berjari. Akan tetapi dalam musim kering hewan-hewan ini membenamkan
diri dalam lunpur dan beralih pada reproduksi urea.
3. Krospterigia juga mempunyai lubang hidung dalam yang dapat digunakan
unutk mengembangkan paru-paru. Disamping itu sirip belakang dan sirip

5
pectoral mereka bergelambir, yaitu berdaging dan ditunjang oleh tulang
Sukiya, 2020).

6
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


Adapun pelaksanaan praktikum Zoologio Vertebrata tentang Kelas
Osteichthyes pada 29 September 2023 di Laboratorium Terpadu Zoologi UIN
Raden Fatah Palembang

B. Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum pengantar praktikum
ini yaitu:
1. Alat terdiri dari:
a. Media gambar
b. Mikroskop stereo
c. Kaca pembesar (lup)
d. Pisau Bedah
e. Jarum Preparat
f. Pinset
g. Bak preparat
2. Bahan terdiri dari ikan segar misalnya mujair (Tellapia mossambica), nila
(Oreochromis niloticus), lele (Clarias batrachus), gurame (Osphronemus
goramy).

C. Cara Kerja
1. Persiapan bahan amatan
a. Menyediakan ikan segar (mujair, nila, lele, gurame)
b. Menyediakan alat bantu pengamatan seperti mikroskop stereo, lup dan
alat-alat lainnya.
2. Melakukan pengamatan, antara lain:
a. Ikan yang masih segar diletakkan di bak preparat, kemudian diamati di
bawah mikroskop stereo.
b. Melakukan pengamatan sesuai dengan petunjuk pada fokus
pengamatan.

BAB IV

7
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 1. Hasil Pengamatan Ikan


NO. Gambar Keterangan gambar
1. A. Mulut
B. Mata
C. Tutup insang
D. Sirip dada
E. Sirip punggung
F. Sirip perut
G. Sirip dubur
H. Sirip tambahan
I. Batang ekor
J. Sirip ekor
2. A. Hati
B. Kantung renang
C. Liver
D. Usus
E. Perut
F. Anus
3. A. Otak besar
B. Otak kecil
C. Otak Tengah
D. Sumsum
penghubung
E. Pusat penciuman
(lobusolfaktorius)

8
F. Pusat penglihatan
(lobus optikus)
4. A. Epaxial
B. Hepaxial
C. Supracarinalis
D. Myoseptum
E. Red lateral
F. Muscle
G. Vertebrae
H. infracarinalis

B. Pembahasan
Ikan nila merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan bentuk tubuh dan
memanjang dan pipih kesamping, dan warna putih kehitaman. Ikan nila berasal
dari sungai nil dan danau- danau disekitarnyaaa. Sekarang ikan ini telah tersebar
ke negara-negara dilima Benua yang beriklim tropis dan subtropics (Dhewi,
2018).
Ikan Nila (Oreochromis niloticus) termasuk jenis hewan vertebrata yang
seluruh badannya bersisik dan mempunyai gurat sisi. Ikan Nila termasuk dalam
filum Chordata yang berarti bertulang belakang atau kerangka tubuh (Dhewi,
2018).
Habitat lingkungan Ikan Nila, yaitu : danau, Sungai, Waduk, Rawa, Sawah,
dan perairanlainnya. Selain itu Ikan nila mampu hidup pada perairan payau,
misalnya tambak dengan salinitas maksimal 29% oleh karena itu masyarakat yang
berada di daerah sekitar pantai dapat membudidayakannya khusus kegiatan
pembesaran Ikan Nila (Santoso,2017).
Pada osteichtyes bentuk tubuh bermacam-macam, tapi sebagian
besarberbentuk gelendong pipih, ukran tinggi tubuh lebih daripada lebarnya, maka
penampang potongannya berbentuk oval. Bentuk gelendong atau terpedo
memudahkan untuk gerak dalam air. Kepala terbentang mulai dari ujung moncong
sampai dengan akhir operculum (tutup insang). Badan membentang dari akhir

9
operculum sampai anus dan sisanya adalah ekor. Mulut terdapat di ujung muka
moncong mempunyai rahang yang bergigi baik. Sebelah dorsal moncong terdapat
sepasang fovea nasalis (lubang hidung sebelah luar) yang sebelah dalamnya
terdapat sacci olfactorious, mata terletak sebelah lateral tanpa kelopak mata.
Disebelah belakang mata terbentang operculum, di dalam di bawahnya terdapat
sejumlah sisir insang. Anus dan apertura urogenitalis terdapat dimuka pina analis.
Pada punggung terdapat pinna dorsalis, pada akhir badan terdapat pina caudalis,
dan daerah ventral di bagian ekor terdapat analis, sedangkan di sebelah lateral
terdapat sepasang pinna pectoralis yang terletak dibelakang operculum dan
sebelah bawahnya terdapat sepasang pina pelvicus atau pina abdominalis. Pada
tipe ekor homocercal yaitu akhir columna vertebralis sampai ujung ekor dan ekor
berujung tumpul. Pada tipe sisik stenoid berbentuk bulat agak lonjong berduri
kecil-kecil pada bagian anterior, sedang pada pasterior memecah diri menjadi
beberapa bagian (Jasin, 2018).
Anatomi eksternal ikan nila meliputi bagian kepala (caput), organon visual,
rongga mulut, operculum (tutup insang), membrane branchi ostegalis, badan
(truncus), pinae abdominalis, sisik (squama), analis (sirip di anus), pinae
dorsalis, dan linea lateralis. Tipe sisik ikan nila yaitu stenoid. Ekor Ikan nila
memiliki bentuk tipe Imargind yang memiliki ekor yang kuat untuk berenang.
Ikan nila mempunyai nilai bentuk tubuh yang pipih kea rah vertical (kompres)
dengan profil empat persegi panjang kea rah anteroposterior, posisi mulut
terletak di ujung/termal (Pratama, 2019).
Pada sirip ekor tampak jelas garis-garis yang vertical dan pada sirip
punggungnya garis terlihat condong lekuknya. Ciri ikan nila adalah garis-garis
vertikal berwarna hitam pada sirip, ekor, punggung dan dubur. Pada bagian sirip
caudal/ ekor yang berbentuk membulat warna merah dan biasa digunakan
sebagai indikasi kematangan gonad (Riki, 2021).
Sisik dan sirip merupakan eksoskleton, sedang endoskeleton terdiri atas
tulang tempurung kepala, columna vertebralis, cingulum pectoralis, tulang-
tulang kecil tambahan yang menyokong sirip. Tulang-tulang tempurung kepala
terdiri atas cranium sebagai tempat otak, capsula untuk tempat beberapa pasang
organon sensoris (olfactory, optic, auditory) dan skeleton viceralis, yang

10
merupakan bagian pembentuk tulang rahang dan penyokong lidah insang untuk
mekanisme. Tengkorak (tempurung) kepala melekat dekat sekali dengan
columna vertebralis, oleh karena itu ikan tidak bisa memutar kepalanya. Gigi
biasanya terdapat pada tulang premaxillary dentary, vomer dan tulang palatine
(Riki, 2021).
Pada rahang terdapat bercak kehitaman. Sisik ikan nila adalah tipe scenoid.
Ikan nila juga ditandai dengan jari-jari darsal yang keras, begitupun bagian
awalnya. Dengan posisi siap awal dibagian belakang sirip dada (abdormal)
(Pratama, 2019).
Dari hasil pengamatan diketahui bahwa anatomi internal ikan nila yaitu:
penampang insang meliputi: lengkung insang dan tulang tapis. System otot,
topografi meliputi: insang (branchia), gelembung renang (pncumatoeyat),
jantung (cor), hati (hepar), usus (intestinum), limpa (lien). System pencernaan
meliputi lambung, hati, pancreas, usus, dan kantung empedu. Bentuk tulang
meliputi tulang belakang dan tulang rusuk. Sistem reproduksi meliputi: gonad,
empedu, telur, dan limpa. Otak yang meliputi: cereblum, pallium, tractus
olfactorius, dan bulbus olfactorius. Pada otot meliputi: nyocomma, nyomer,
susunan otot-otot badan dan neptum horizontal (Wijaya, 2019)
Anatomi internal pada ikan meliputi sistem skeleton, sistem otot, sistem
pencernaan, sistem sirkulasi, sistem respirasi, sistem ekskretori, sistem saraf dan
organ, sistem rerproduksi serta sistem endokrin (Dhewi, 2018).
Secara umum, proses pencernaan ikan sama dengan vertebrata yang lain.
Namun, ikan memiliki beberapa variasi terutama dalam hubungannya dengan
cara memakan. Alat pencernaan ikan terdiri atas saluran pencernaan dan kelenjar
pencernaan. Pada umumya, saluran pencernaan ikan berturut-turut dimulai dari
segmen mulut, rongga mulut, faring, esophagus, lambung, pylorus, usus, rectum,
dan anus. Sedangkan sel atau kelenjar pencernaan terdapat pada lambung, hati,
dan pankeas (Dhewi, 2018).
Saluran pencernaan pada ikan dimulai dari rongga mulut (cavum oris). Pada
rongga mulut terdapat gigi-gigi kecil yang berbentuk kerucut pada geraham
bawah dan lidah pada dasar mulut yang tidak dapat digerakkan. Lidah ikan
banyak menghasilkan lendir, tetapi tidak menghasilkan ludah (enzim). Dari

11
rongga mulut, makanan masuk ke esophagus melalui faring yang terdapat di
daerah sekitar insang kemudian makanan di dorong masuk ke lambung.
Lambung ikan pada umumnya membesar dan tidak memiliki batas yang jelas
dengan usus. Dari lambung, makanan masuk ke usus yang berupa pipa panjang
berkelok-kelok dan sama besarnya. Usus bermuara pada anus (Pratama, 2019).
Fungsi utama sistem otot adalah untuk berbagai variasi gerak dari organ
tubuh. Gerak otot pada ikan terutama untuk membuka dan menutup mulut,
menggerakan mata, membuka dan menutup insang, menggerakan sirip dan
gerakan ke atas atau ke samping atau melawan arus air. Gerakan tersebut hanya
memerlukan sistem otot sederhana. Jenis otot pada ikan adalah otot lurik, polos,
jantung. Kerja sistem otot pada ikan dikontrol oleh rangsang saraf (Sukiya,
2020).
Pada ikan jantan terdapat sepasang testis yang panjang. Testis tersebut
terletak ventral dari ren. Pada ujung caudal mulai vas deferens yang bermuara ke
dalam sinus urogenitalis. Pada ikan betina terdapat sepasang ovaria yang
panjang. Ovaria ini mempunyai rongga yang mengarah ke caudal melanjutkan
diri ke dalam oviduct yang bermuara ke dalam sinus urogenitalis. Ovum
dibungkus dengan suatu membrane tebal (zona radiata). Zona ini dibentuk dari
lapisan superficial protoplasma (Radiopoetro, 2017).

12
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum Zoologi Vertebrata Kelas Osteichtyes
yaitu sebagai berikut:
1. Ikan nila adalah hewan vertebrata yang mempunyai tulang belakang.
2. Anatomi eksternal Ikan terdiri dari beberapa bagian yaitu: kepala
(caput), badan (truncus), dan ekor (caudal).
3. Ikan nila memiliki sisik yang berjenis stenoid.
4. Ikan nila memiliki bentuk caudal bertipe Imargind, yang memiliki ekor
yang kuat untuk berenang.
5. Anatomi internal ikan nila meliputi : penampang insang meliputi:
lengkung insang dan tulang tapis. System otot, topografi meliputi:
insang (branchia), gelembung renang (pncumatoeyat), jantung (cor),
hati (hepar), usus (intestinum), limpa (lien). System pencernaan
meliputi lambung, hati, pancreas, usus, dan kantung empedu. Bentuk
tulang meliputi tulang belakang dan tulang rusuk. Sistem reproduksi
meliputi: gonad, empedu, telur, dan limpa. Otak yang meliputi:
cereblum, pallium, tractus olfactorius, dan bulbus olfactorius. Pada
otot meliputi: nyocomma, nyomer, susunan otot-otot badan dan
neptum horizontal

B. Saran
Pada saat praktikum sebaiknya prkatikan hati-hati saat membeda ikan
jangan sampai organ ikan tersebut rusak, sehingga tidak jelas saat diamati, juga
lebih teliti daalm mengamati tipe sisik, tipe ekor maupun bagian lainnya.

13
DAFTAR PUSTAKA
Jasin, Maskoeri. 2018. Sistematika Hewan Invertebrata dan Vertebrata. Sinar
Wijaya: Surabaya.
A. Campbell Neil, Jane B. Reece, Lis A. Urry, Michael L. Cain, Steven A.
Wasserman, Peter V. Minorsky, Robert B. Jakson. 2019. Biologi
Edisi Kedelapan Jilid 2. Erlangga: Jakarta
Kimball, J,W. Biologi edisi kelima jilid 3. Jakarta: Erlangga. 2019.
George H.Fried. Ph. D. Biologi (Cet. II; Jakarta: Erlangga. 2017). h 256
Djarubito, Mukayat. 2017. Zoologi Dasar. Erlangga: Jakarta
Sukiya. 2020. Biologi Vertebrata. Universitas Malang Press: Malang.
Pratama, 2019. Morfologi Ikan Nila. Airlangga. Jakarta
Riki, 2021 .Laporan Praktikum Ikan Nila. Diakses pada tanggal 4 Mei 2019
pukul 13.00 WIB
Santoso. Budi. 2017. Budidaya Ikan Nila. Kasinius: Yogyakarta.
Dhewi. 2018. Kualitas Ikan Nila. Graha Ilmu: Jakarta.
Radiopoetro. 2017. Zoologi. Erlangga: Jakarta.
Wijaya, Nuriman, Suatma, Yusnidar. 2019. Penuntun Praktikum Zoologi
Vertebrata. FKIP UNPAR: Palangka Raya.

14
LAMPIRAN

15
16

Anda mungkin juga menyukai