Anda di halaman 1dari 9

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Uji Normalitas

Sebelum dilakukan analisis dengan uji t data harus memenuhi

syarat uji normalitas. Uji normalitas dalam penelitian ini digunakan uji

Shapiro-Wilk karena jumlah data < 50. Data dikatakan berdistribusi

normal jika nilai signifikan (2-tailed) > 0,05. Berikut merupakan hasil uji

normalitas terhadap data cidera kepala ringan sebelum dan setelah

penerapan guided imagery untuk menurunkan intensitas nyeri ringan di

Puskesmas Gunung Megang

Tabel 4.1
Uji Normalitas Shapiro-Wilk

No Kelompok Shapiro-Wilk Keterangan


Statistic P.Value
1. Intensitas nyeri Cidera 0,925 0,014 Tidak Normal
Kepala ringan Pretest
2. Intensitas nyeri Cidera 0,865 0,000 Tidak Normal
Kepala ringan Protest

Berdasarkan tabel 4.1 diatas uji normalitas dengan shapiro wilk di

ketahui bahwa nilai signifikasi berdasarkan intensitas nyeri cidera kepala

ringan pretest sebesar 0,005 dan intensitas nyeri cidera kepala ringan post

test sebesar 0,001 Nilai signifikan keduanya lebih kecil dari 0,05 sehingga

dapat dikatakan bahwa intensitas nyeri cidera kepala ringan pretest

39
40

berdistribusi tidak normal dan intensitas nyeri cidera kepala ringan protest

berdistribusi tidak normal.

4.1.2 Analisis Univariat

Analisa ini dilakukan dengan menggunakan distribusi frekuensi dan

persentase dari intensitas nyeri cidera kepala ringan sebelum dan setelah

dilakukan guided imagery data disajikan dalam bentuk tabel dan teks.

1. Intensitas Nyeri Cidera kepala ringan Sebelum Dilakukan Guided

Imagery

Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 38 responden.

Hasil analisis univariat dari variabel intensitas nyeri cidera kepala

ringan sebelum dilakukan guided imagery dapat dilihat dari tabel

dibawah ini.

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Berdasarkan intensitas nyeri cidera kepala
ringan Sebelum Dilakukan guided imagery Puskesmas Gunung
Megang Tahun 2022

Intensitas Nyeri Cidera Kepala Ringan Frekuensi %


Sebelum Dilakukan Guided Imagery
Tidak ada nyeri 0 0
Ringan (1-3) 13 34,2
Sedang (5-6) 19 50,0
Berat (7-10) 6 15,7
Total 38 100

Berdasarkan tabel 4.2 didapatkan distribusi frekuensi intensitas

nyeri pada pasien cidera kepala ringan responden sebelum dilakukan

guided imagery diketahui bahwa responden yang intensitas nyeri


41

ringan sebanyak 13 responden (34,2%), intensitas nyeri sedang

sebanyak 19 responden (50,0%), intensitas nyeri berat sebanyak 6

responden (15,7%),

2. Intensitas Nyeri Cidera kepala ringan Sesudah Dilakukan

Guided Imagery

Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 35 responden.

Hasil analisis univariat dari variabel intensitas nyeri cidera kepala

ringan sebelum dilakukan guided imagery dapat dilihat dari tabel

dibawah ini.

Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Berdasarkan intensitas nyeri cidera
sesudah Dilakukan guided imagery di Puskesmas Gunung
Megang Tahun 2022

Intensitas nyeri cidera kepala ringan Frekuensi %


sesudah dilakukan guided imagery
Tidak ada nyeri 0 0
Ringan (1-3) 30 78,9
Sedang (5-6) 8 21,1
Berat (7-10) 0 0
Total 38 100

Berdasarkan tabel 4.3 didapatkan distribusi frekuensi intensitas

nyeri pada pasien cidera kepala ringan responden sesudah dilakukan

guided imagery diketahui bahwa responden yang intensitas nyeri

ringan sebanyak 30 responden (78,9%), intensitas nyeri sedang

sebanyak 8 responden (21,05%), intensitas nyeri berat sebanyak 0

responden (0 %).
42

4.1.3 Analisis Bivariat

Analisa ini dilakukan terhadap intensitas nyeri sebelum dan setelah

guided imagery pada pasien cidera kepala ingan dengan uji statistik yang

sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam hal ini berhubung intensitas nyeri

tidak berdistribusi normal makaanalisa data yang digunakan menggunakan

uji Wilcoxon dengan taraf signifikan α = 0,05 dimana ketentuannya adalah

jika nilai p value > α (005) berarti tidak ada dan jika p value < α (005)

berarti ada pengaruh.

Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 38 responden. Pada

analisis bivariat ini digunakan untuk mengetahui perbedaan intensitas nyeri

sebelum dan sesudah dilakukan guided imagery pada pasien cidera kepala

ringan Setelah di dapat data dari analisis univariat dan perhitungan

menggunakan uji-t (wilcoxon), maka di peroleh:

Tabel 4.4
Perbedaan intensitas nyeri Sebelum dan Sesudah guided imagery
Pada pasien cidera kepala ringan di Puskesmas Gunung Megang
Tahun 2022

Variabel Mean SD P value N


Intensitas nyeri cidera kepala 4,26 1,560
ringan sebelum guided imagery
0,000 38
Intensitas nyeri cidera kepala 2,29 1,006
ringan sesudah guided imagery

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa rata-rata intensitas

nyeri pasien cidera kepala ringan sebelum dilakukan guided imagery


43

adalah 4,26 dan rata-rata intensitas nyeri pasien cidera kepala ringan

setelah dilakukan guided imagery adalah 2,29

Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai signifikan untuk intensitas

nyeri berdasarkan uji wilcoxon sebesar 0,000 lebih kecil dari taraf

signifikan 5% atau (p value = 0,000 < 0,05) maka dapat dinyatakan ada

pengaruh yang signifikan guided imagery dalam menurunkan intensitas

nyeri di Puskesmas Gunung Megang tahun 2022

4.2 Keterbatasan Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian ini, tidak terlepas dari keterbatasan-

keterbatasan yang terjadi serta kemungkinan yang tidak dapat dihindari

walaupun telah diupayakan untuk mengatasinya. Peneliti menyadari

kurangnya pengalaman dalam melakukan penelitian tentu hasilnya kurang

sempurna dan banyak kekurangan. Keterbatasan dalam penelitian ini

diantaranya :

1. Desain one group pre test and post test design mempunyai kelemahan

memerlukan waktu yang lebih banyak dalam penelitian karena harus

meneliti pengaruh dari masing-masing kelompok yaitu kelompok

intensitas nyeri cidera kepala ringan sebelum dilakukan guided

imagery dan kelompok intensitas nyeri cidera kepala ringan sesudah

dilakukan guided imagery

2. Data primer diperoleh melalui observasi. Disini diperlukan ketelitian

dalam melakukan pemeriksaan intensitas nyeri pada pasien cidera

kepala ringan.
44

4.3 Pembahasan

4.3.1 Perbedaan intensitas nyeri pada pasien cidera kepala ringan Sebelum

Dan Sesudah guided imagery di Puskesmas Gunung Megang Tahun

2022

Berdasarkan analisis univariat diketahui diketahui bahwa responden

yang intensitas nyeri ringan sebanyak 13 responden (34,2%), intensitas

nyeri sedang sebanyak 19 responden (50,0%), intensitas nyeri berat

sebanyak 6 responden (15,7%).

Berdasarkan analisis univariat diketahui Berdasarkan tabel 4.3

didapatkan distribusi frekuensi intensitas nyeri pada pasien cidera kepala

ringan responden sesudah dilakukan guided imagery diketahui bahwa

responden yang intensitas nyeri ringan sebanyak 30 responden (78,9%),

intensitas nyeri sedang sebanyak 8 responden (21,05%), intensitas nyeri

berat sebanyak 0 responden (0 %).

Berdasarkan analisis bivariat diketahui bahwa rata-rata intensitas nyeri

pasien cidera kepala ringan sebelum dilakukan guided imagery adalah 4,26

dan rata-rata intensitas nyeri pasien cidera kepala ringan setelah dilakukan

guided imagery adalah 2,29

Berdasarkan analisis uji statistik diperoleh nilai signifikan untuk

intensitas nyeri berdasarkan uji wilcoxon sebesar 0,000 lebih kecil dari taraf

signifikan 5% atau (p value = 0,000 < 0,05) dan nilai signifikan intensitas

nyeri cidera kepala ringan berdasarkan uji wilcoxon sebesar 0,000 lebih

kecil dari taraf signifikan 5% atau (p value = 0,000 < 0,05) maka dapat

dinyatakan ada pengaruh yang signifikan guided imagery dalam

menurunkan intensitas nyeri di Puskesmas Gunung Megang tahun 2022.


45

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Indri Ayu dkk (2021)

yang berjudul Asuhan Keperawatan Pasien Cedera Kepala Ringan Dalam

Pemenuhan Kebutuhan Aman Nyaman NyeriHasil studi menunjukkan

bahwa pengelolaan asuhan keperawatan pada pasien cedera kapala ringan

dalam pemenuhan kebutuhan aman nyaman nyeri dengan masalah

keperawatan nyeri akut dilakukan tindakan guided imagery selama 1 x 8

jam didapatkan hasil skala nyeri pada pasien menurun dari skala nyeri 6

menjadi skala nyeri 4. Rekomendasi tindakan tekhnik guided imagery

efektif dilakukan pada pasien cedera kepala ringan dengan keluhan nyeri.

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Nugroho Priyo Handono dkk

(2018) yang berjudul Efektivitas manajemen nyeri dengan guided imagery

relaxationPada pasien cedera kepala Dari hasil penelitian Setelah dilakukan

tindakan guide imagery relaxation dengan menggunakan musik ,dan

membimbing untuk berimajinasi selama kurang lebih 15-30 menit

didapatkan bahwa TN.E dengan cedera kepala ringan dari skala nyeri 8

menjadi skala nyeri 6,.Maka terjadi selisih penurunan skala nyeri.

Penelitian yang sama dilakukan Yesi Pusparini (2017) dengan judul

Pengaruh Guide Imagery Terhadap nyeri kepala pasien CKRHasil

penelitian menunjukan pengaruh secara signifikan (p sig=0,000) guide

imagery terhadap penutunan tingkat nyeri pada pasien dengan cedera kepala

ringan, tetapi pasien belum terbebas dari rangsangan nyeri.

Hal ini sesuai dengan pernyataan (Snyder, 2016) yang menyatakan

Guided imagery memberikan efek rileks dengan menurunkan ketegangan


46

otot sehingga nyeri akan berkurang. Dalam keadaan rileks tersebut secara

alamiah akan memicu pengeluaran hormon endorfin. Hormon ini

merupakan analgesik alami dari tubuh yang terdapat pada otak, spinal, dan

traktus gastrointestinal Relaksasi (guided imagery) ini dengan imajinasi

positif melemahkan psikoneuroimmunologi yang mempengaruhi respon

nyeri. Respon nyeri dipicu ketika situasi atau peristiwa (nyata atau tidak)

mengancam fisik atau kesejahteraan emosional atau tuntunan dari sebuah

situasi melebihi kemampuan seseorang, sehingga dengan imajinasi

diharapkan dapat merubah situasi dari respon negatif yaituketakutan dan

kecemasan menjadi gambaran positif yaitu penyembuhan dan kesejahteraan

Hal serupa diungkapkan Novarenta (2019). menerangkan bahwa

Guided imagery mempunyai elemen yang secara umum sama dengan

relaksasi, yaitu sama-sama membawa klien ke arah relaksasi namun guided

imagery menekankan bahwa klien membayangkan hal-hal nyaman dan

menenangkan dan tidak dapat memusatkan perhatian pada banyak hal dalam

satu waktu oleh karena itu klien harus membayangkan satu imajinasi yang

sangat kuat dan menyenangkan

Guided imagery merupakan salah satu jenis teknik relaksasi sehingga

manfaat dari teknik ini pada umumnya sama dengan manfaat dari teknik

relaksasi yang lain. Para ahli dalam bidang teknik guided imagery

berpendapat bahwa imajinasi merupakan penyembuh yang efektif yang

dapat mengurangi nyeri, kecemasan, mempercepat penyembuhan dan

membantu tubuh mengurangi berbagai macam penyakit. Guided imagery


47

telah menjadi terapi standar untuk mengurangi kecemasan dan memberikan

relaksasi pada orang dewasa atau anak- anak, dapat juga untuk mengurangi

nyeri kronis, tindakan prosedural yang menimbulkan nyeri, susah tidur,

mencegah reaksi alergi, dan menurunkan tekanan darah (Snyder, 2016)

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas peneliti

berasumsi bahwa guided imagery berpengaruh dalam menurunkan intensitas

nyeri pada pasien cidera kepala ringan hal ini dapat dilihat dari nyeri

pasien cidera kepala ringan sebelum dilakukan guided imagery adalah 4,49

dan rata-rata intensitas nyeri pasien cidera kepala ringan setelah dilakukan

guided imagery adalah 2,40.

Dengan melakukan guided imagery merupakan penyembuh yang

efektif yang dapat mengurangi nyeri, kecemasan, mempercepat

penyembuhan dan membantu tubuh mengurangi berbagai macam penyakit

Anda mungkin juga menyukai