Anda di halaman 1dari 8

PENDIDIKAN , HUMAN CAPITAL

DAN PEMBANGUNAN BANGSA

1. Makna Pendidikan
Menurut Undang-undang Sisdiknas No 20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memeiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara . dari pengertian tersebut dapatlah dimengerti bahwa pendidikan merupakan suatu
usaha atau aktivitas untuk membentuk manusia-manusia yang cerdas dalam berbagai aspeknya baik
intelektual, sosial, emosional maupun spiritual, trampil serta berkepribadian dan dapat berprilaku
dengan dihiasi akhlak mulia. Ini berarti bahwa dengan pendidikan diharapkan dapat terwujud suatu
kualitas manusia yang baik dan mampu mengisi kehidupannya secara produktif bagi kepentingan
dirinya dan masyarakat.
Pengertian tersebut menggambarkan bahwa pendidikan merupakan pengkondisian situasi
pembelajaran bagi peserta didik mguna memungkinkan mereka mempunyai kompetensi-kompetensi
yang dapat bermanfaat bagi kehidupan dirinya sendiri maupun masyarakat..
Pendidikan dipandang sebagai salah satu factor utama yang menentukan pertumbuhan ekonomi
melalui peningkatan produktivitas kerja tenaga terdidik (Harbison dan Myers, 1964). Artinya manusia
yang terdidik akan lebih mampu memenuhi kebutuhan hidupnya dari segi ekonomi dibandingkan yang
tidak terdidik. Karena manusia terdidik telah dibekali pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
sesuai tingkat dan jenis pendidikan yang mereka peroleh.
Hal ini sejalan dengan fungsi pendidikan yang tertuang dalam UUSPN No. 20 tahun 2003 yang
menyatakan bahwa fungsi pendidikan adalah mengembangkan kemampuan, meningkatkan mutu
kehidupan, dan martabat manusia sebagai upaya mewujudkan tujuan nasional. Ingemar dan Saha
(1983 : 3) mengutip pendapat Schultz (1980) mengemukakan bahwa secara tradisional investasi
pendidikan didasarkan atas asumsi yang optimistic, dan membenarkan bahwa pendidikan bagi
penduduk memberi kontribusi yang sangat besar bagi pembangunan social ekonomi masyarakat
secara keseluruhan, dan pendidikan memberi kontribusi terhadap pencapaian kesejahteraan
penduduk. Oleh karena lembaga pendidikan merupakan lembaga yang dapat mengubah masyarakat
melalui perubahan-perubahan yang terjadi pada individu, baik dalam status social, maupun status
ekonomi, dimana hal ini akan dapat menjadi pendorong penting bagi pembangunan suatu bangsa.
Dengan demikian nampak bahwa Pendidikan mempunyai pengaruh yang signifikan pada modal
manusia (human capital), kualitas penyelenggaraan pendidikan akan menentukan kualitas
Sumberdaya manusia/Human Capital dan kualitas SDM yang bagus merupakan human capital yang
sangat penting dalam menunjang kehidupan ekonomi. Dan peningkatan kehidupan ekonomi jelas
sangat diperlukan dalam upaya membangun bangsa dalam berbagai bidang kehidupan.

2. Makna Human Capital (Modal Manusia)


Manusia merupakan makhluk yang unik dengan berbagai kapasitasnya, namun terkadang
kurang mendapat posisi terhormat dalam kontek pembangunan suatu bangsa, padahal manusia dapat
menjadi modal penting yang dapat berperan aktif dan proaktif dalam pembangunan bangsa. Menurut
Schultz dalam karyanya yang berjudul Investing in People: The Economics of Population Quality,
menyatakan betapa berharganya manusia seperti terlihat dalam pernyataannya “Every person is born
with a particular set of genes, which determines his innate abilities. Attributes of acquired population
quality, which are valuable and can be augmented by appropriate investment, will be treated as human
capital (Schultz, 1981: 21). Pernyataann tersebut mengindikasikan perlunya manusia dilihat sebagai
modal dalam kehidupan (Human Capital)
Apa yang dimaksud dengan modal manusia ?, Secara sederhana human capital merupakan
kemampuan yang inheren dalam diri manusia sebagi hasil dari suatu proses pendidikan.. Menurut
Lengnick Hall dan Cynthia A. Lengnick Hall human capital berarti ”…… is the know-how, skill, and
Jurnal Equilibrium jan-juni 2006 10
capabilities of individual in organization. Human capital reflect the competencies people bring to their
work (2003 : 3). Dengan melihat pengertian tersebut nampak bahwa human capital merupakan faktor
penting dalam suatu organisasi, karena dapat memberikan sumbangan besar bagi kemajuan dan
perkembangan organisasi baik organisasi social maupun organisasi bisnis
Lebih jauh Mark L. Leengnick Hall (2003:45-46) menjelaskannya dengan mengutip beberapa
pengertian, menjelaskan human capital sebagai berikut :
 Human capital is “the knowledge, skills, and capabilities of individual that have economic
value to an organization (Bohlander, Snell, & Sherman, 2001)
 Human capital is “the collective value of an organization’s know-how. Human capital
refers to the value, usually not reflected in accounting system, which results from the investment
an organization must make to recreate the knowledge in its employees (Cortada & Woods, 1999)
 Human capital is ”all individual capabilities, the knowledge, skills, and experience of the
company’s employees and managers” (Edvinsson & Malone, 1997)
Dari tiga pengertian di atas nampak sekali adanya kesamaan esensi yang menunjukan
bahwa modal manusia itu merupakan sesuatu yang melekat dalam diri individu, dan hal inipun tidak
berbeda dengan pengertian yang dikemukakan oleh Jac Fitz-entz. Disamping itu hal yang cukup
menonjol dari definisi di atas adalah dimensi ekonomi yang menjadi acuan kebermanfaatannya.
Sementara itu menurut Fitz-ens, (2000: xii), dalam istilah-istilah bisnis, pengertian human capital
dapat dijelaskan sebagai suatu kombinasi dari faktor-faktor sebagai berikut :
o Sifat-sifat seseorang yang dibawanya sejak lahir ke dalam pekerjaan: inteligensi, enerji,
sikap yang secara umum positif, reliabilitas, komitmen;
o Kemampuan seseorang untuk belajar: bakat, imajinasi, kreativitas, dan apa yang sering
disebut sebagai street smarts, savvy (akal, kecerdasan);
o Motivasi seseorang untuk berbagai informasi dan pengetahuan: semangat tim dan orientasi
tujuan.
Dengan memahami dua konsep tersebut yaitu pendidikan dan human capital dapatlah
difahami bahwa kemampuan-kemampuan yang ada pada manusia (human capital) pada dasarnya
adalah merupakan hasil dari suatu proses pendidikan, pendidikan merupakan upaya untuk
membentuk human capital yang berkualitas, dengan human capital yang berkualitas maka
pembangunan bangsa akan makin meningkat yang berarti kualitas kehidupan masyarakat akan
tumbuh dan berkembang

3. Pengukuran Modal Manusia (Human Capital).


Dalam konteks pengukuran kontribusi modal manusia terhadap tujuan Organisasi, fokusnya
adalah menempatkan modal manusia dalam nilai tambah (value added). Untuk menentukan
ukuran-ukuran pada level-Organisasi, terlebih dahulu ditentukan faktor pendapatan dari modal
manusia (human capital revenue factor/HCRF). Pendapatan pegawai merupakan faktor yang
menentukan dalam pengukuran ini, yakni full-time equivalent (FTE). Metrik berikutnya adalah nilai
tambah ekonomi manusia (human economic value added/HEVA). HEVA diukur dari keuntungan
bersih setelah dipotong pajak dikurangi biaya modal, kemudian dibagi ekivalen pendapatan tenaga
kerja/pegawai yang bekerja penuh-waktu:

HEVA = (Net operating profit after tax - Cost of capital) /FTEs

Selanjutnya ditentukan terlebih dahulu faktor biaya modal manusia (human capital cost
factor/HCCF) untuk menentukan nilai tambah modal manusia (human capital value
added/HCFA). Persamaan pengukurannya adalah sebagai berikut:

HCVA = (Revenue - (Expenses - Pay and Benefits)) / FTEs

Jurnal Equilibrium jan-juni 2006 11


Metrik selanjutnya adalah pengembalian modal manusia terhadap investasi atau human
capital return on investment (HCROI). Persamaannya adalah sbb:

HCROI = (Revenue - (Expenses - Pay and Bene, flts)/Pay and Benefits

Metrik berikutnya adalah nilai pasar dari modal manusia atau human capital market value (HCMV).
Persamaannya adalah sebagai berikut:

HCMV = (Market value - Book value) / FTEs

Semua yang terjadi dalam organisasi adalah hasil proses. Proses merupakan rangkaian
langkah yang disusun untuk menghasilkan pengaruh. Setiap proses konsumen dan administratif
dimaksudkan untuk membuat satu atau lebih tujuan organisasi. Proses harus selalu berhubungan
strategi, eksternal, kepuasan konsumen dan tujuan kepemilikan. Proses pada suatu nilai berubah
setiap waktu seperti halnya kompetisi yang berhubungan, sehingga suatu menjadi kurang penting
ataupun lebih penting.

4. Pentingnya Pengembangan Human Capital


Sebagaimana telah diuraikan di muka, human capital merupakan unsur penting bagi suatu
kehidupan bangsa, bahkan bisa dikatakan sebagai suatu kebutuhan bangsa, hal ini tidak lain karena
perannya yang sangat penting bagi pembangunan bangsa, dan makin penting lagi apabila kita
memperhatikan perkembangan dewasa ini dimana kekayaan alam tidak lagi dapat diandalkan dalam
persaingan di era global sekarang.
Era global yang lebih mengacu pada ekonomi berbasis pengetahuan serta penggunaan
teknologi yang makin canggih menuntut kualtas manusia yang makin tinggi dan kompleks, semua ini
sudah tentu memerlukan modal manusia yang tangguh dan kompetitif, ketangguhan dan sifat
kompetitif ini hanya dapat dilakukan apabila proses pendidikan dapat mengantisipasi perubahan serta
mempersiapkan peserta didik yang mampu menghadapi berbagai perubahan yang cepat serta siap
bersaing dalam ekonomi global. Mark L Lengnick Hall dan Cynthia A. Lengnick Hall dalam bukunya
Human Resources Management in the Knowledge Economy (2003 : 3) menyatakan bahwa dalam
Ekonomi yang berbasis pengetahuan dewasa ini, human capital menjadi salah satu kapabilatas
strategis, sedangkan dua lainnya adalah Structural Capital, dan Relationship Capital, ini berarti tanpa
kapabilitas dalam human capital adalah tidak mungkin suatu bangsa dapat berkiprah dengan baik
dalam situasi ekonomi yang berbasis pengetahuan, dan untuk mempersiapkan hal itu, pendidikan
menjadi tumpuan utama dalam mendorong, membentuk, dan membimbing manusia agar menjadi
pribadi-pribadi yang berkualitas.
Dalam hubungan ini human capital dapat dipandang sebagai kondisi yang menghubungkan
antara dunia pendidikan dengan kebutuhan suatu bangsa dalam pembangunan, yang bila
digambarkan nampak sebagai berikut :

Jurnal Equilibrium jan-juni 2006 12


PENDIDIKAN
PENDIDIKAN

HUMAN
HUMANCAPITAL
CAPITAL

PEMBANGUNAN
PEMBANGUNAN
BANGSA
BANGSA
Kualitas human capital, dan human capital yang berkualitas akan menentukan pada ptingkat
pembangunan bangsa dalam segala aspeknya.

5. Human Capital dan Pembangunan Bangsa


Salah satu kebutuhan suatu bangsa adalah meningkatkan kualitas hidup rakyatnya, dan
salah satu ukuran kualitas hidup adalah masalah ekonomi, untuk meningkatkan ekonomi diperlukan
pembangunan yang memadai guna mampu meningkatkan standar kehidupan ekonomi, bagi negara
berkembang seperti Indonesia, pembangunan ekonomi menjadi salah satu program penting terutama
sejak awal orde baru, dan ini berarti bahwa aspek ekonomi merupakan masalah yang tidak boleh tidak
harus terus dibangun. Dalam hubungan ini human capital menjadi makin penting dalam konteks
pembangunan ekonomi. Artinya manusia yang terdidik (human capital) akan lebih mampu memenuhi
kebutuhan hidupnya dari segi ekonomi dibandingkan yang tidak terdidik. Karena manusia terdidik telah
dibekali pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan sesuai tingkat dan jenis pendidikan yang
mereka peroleh.
Pendidikan sebagai pembentuk human capital, dipandang sebagai salah satu factor utama
yang menentukan pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan produktivitas kerja tenaga terdidik
(Harbison dan Myers, 1964). Hal ini sejalan dengan fungsi pendidikan yang tertuang dalam UUSPN
No. 20 tahun 2003 yang menyatakan bahwa fungsi pendidikan adalah mengembangkan kemampuan,
meningkatkan mutu kehidupan, dan martabat manusia sebagai upaya mewujudkan tujuan nasional.
Semua orang mafhum bahwa sumber daya manusia (SDM/Human Capital)
merupakan salah satu sumber daya pembangunan nasional yang sangat dibutuhkan oleh
suatu bangsa/negara. Bahkan Sumber Daya Manusia merupakan salah satu sumber daya
terpenting di samping sumber daya alam, sumber daya IPTEK, dan sumber daya yang lain
dalam pembangunan nasional suatu bangsa. Tanpa sumber daya manusia tidak mungkin
dapat dilakukan suatu kegiatan, termasuk kegiatan pemba ngunan. bahkan bila dikaji, bahwa
seyogyanya pembangunan yang dilakukan oleh suatu sumber daya manusia semata-mata
ditujukan untuk kepentingan sumber daya manusia itu sendiri. Oleh karena itu pembangunan
nasional suatu bangsa hanya dapat dilakukan karena bangsa itu sendiri eksis dan
menginginkan pembangunan nasional, untuk meningkatkan kesejahteraan sumber daya
manusia bangsa itu sendiri.
Jadi pada hakikatnya, sumber daya manusia yang dimiliki suatu bangsa sebenarnya
mejadi salah satu syarat utama agar suatu negara dapat melakukan pemba ngunan, baik
kuantitatif maupun kualitatif. Syarat berikutnya adalah bahwa sumber daya manusia yang
tersedia berkeinginan dan mempunyai kemampuan melaksanakan pembangunan.
Semua bangsa di dunia ini seyogyanya berkeinginan ur.tuk mengadakan pembangunan
nasiona(, melalui berbagai sistem pembangunan di bidang ekonomi, sosial dan politik.
Jurnal Equilibrium jan-juni 2006 13
Namun berdasarkan berbagai alasan, hasil kemajuan pembangunan yang dilakukan
masing-masing negara berbeda satu sama lain. Suatu kenyataan bahwa adanya beberapa
negara yang telah berusaha melakukan pembangunan nasional melalui pembangunan
ekonomi, namun selalu gagal. Bahkan tidak sedikit yang tetap merupakan negara miskin
secara ekonomi, walaupun telah didukung dana yang melim pah, di samping negara tersebut
memiliki sumber daya alam yang cukup. Sebaliknya ada pula beberapa negara yang miskin
dalam sumber daya alam tetapi menunjukkan kemajuan pembangunan yang sangat
mengagumkan. Tidak sedikit negara-negara di kawasan Afrika, Asia (termasuk Indonesia),
Pasifik dan Amerika Selatan masih tetap merupakan negara miskin. Bahkan beberapa
negara di antaranya menanggung beban utang yang besar dengan potensi sulit
mengembalikan utang tersebut, karena tidak efektifnya pemakaian dana (adanya KKN). Hal
ini sangat rawan sekaligus mengancam pembangunan dan persatuan nasionalnya.
Suatu negara yang mempunyai jumlah sumber daya manusia berarti mempunyai salah
satu unsur untuk melakukan pembangunan. Walaupun jumlah penduduk saja tidak menjamin
keberhasilan pembangunan, bahkan sebaliknya dapat mengancam pembangunan itu sendiri.
Misalnya India, RRC, Indonesia adalah negara-negara yang mempunyai sumber daya
manusia dalam jumiah yang sangat besar. Di ketiga negara ini, sumber daya manusia
merupakan "kekayaan" untuk pembangunan. Namun jumlah sumber daya manusia yang
besar di tiga negara tersebut di atas tidak dengan sendirinya menjamin keberhasilan
pembangunan, bahkan dapat secara potensial merupakan ancaman bagi pemba ngunan
nasional. Misalnya laju tersedianya lapangan kerja yang lebih kecil dibandingkan dengan laju
pertumbuhan sumber daya manusia itu sendiri dapat menimbulkan gejolak sosial berupa ber -
tambahnya tingkat pengangguran. Hal ini akan mengancam stabi litas politik dan
pembangunan nasional dari negara itu sendiri.
Sehubungan dengan itu beberapa pakar mencoba mencari ja waban antara lain dari
sudut pandang masalah sikap budaya, tingkah laku sosial serta sifat individu manusia
sebagai unsur dari total sumber daya manusia suatu bangsa. Dalam hal ini mutu suatu sum -
ber daya manusia dilandasi sikap dan sifat individual, tingkah laku sosial dan kemampuan
para individu yang terdapat dalam masyarakat suatu bangsa. Sikap budaya yang
mengharuskan disiplin, kerja keras, jujur merupakan hal yang mempengaruhi mutu sumber
daya manusia itu sendiri. Tingkah laku sosial para individu yang memen tingkan kepentingan
masyarakat dibandingkan diri sendiri merupakan nilai positif tentang sumber daya manusia.
Keinginan sebagia besar anggota masyarakat untuk meningkatkan keterampilan dart kipt - ah
kreatif dalam IPTEK rnerupakan unsur positif lain yang menentukan mutu sumber daya
manusia/human capital suatu bangsa.
Dalam skala mikro, sikap dan sifat individu para tenaga kerja merupakan salah satu
pegangan atau pedoman bagi para eksekutif suatu perusahaan untuk mengelola sumber daya
manusia yang dimilikinya, agar dapat memberikan kontribusi yang optimum. Sedikit banyak
cara ini dapat memberikan sumbangan tertentu terhadap kemajuaiz ekonomi makro suatu
negara. Jadi dalam kebijakan pengelolaan SDM pada berbagai organisasi termasuk
perusahaan, adalah upaya memanfaatkan sisi kelebihan dan mengurangi sisi kelemahan
sumber daya manusia agar mereka dapat memberikan sumbangan yang optimal dalam
organisasi dan pembangunan bangsa.
Setelah Perang Dunia II muncul negara-negara industri maju lain yang sebagian besar
terletak di kawasan belahan utara bumi. Negara-negara tersebut umumnya negara-negara
Eropa Barat, misalnya Jerman Barat, Perancis, Belanda dan beberapa negara Eropa Utara
lain. Suatu fenomena keajaiban ekonomi adalah kemajuan ekonomi Jerman Barat yang
semula hancur akibat kalah dalam Perang Dunia ke II, namun mampu bangkit menjadi negara
industri maju. Kebangkitan . Jerman Barat tentunya tidak terlepas dari mutu sumber daya
manusianya yang sangat handal, selain didukung sumber daya alam yang memadai.
Di kawasan Asia, masih di belahan bumi utara, muncul bebe rapa negara yang menjadi
negara industri maju misalnya Jepang, Taiwan, Korea Selatan. Bahkan kemajuan ekonomi
Jepang dapat pula dikatakan sebagai keajaiban ekonomi yang sangat luar biasa. Lebih-lebih
Jurnal Equilibrium jan-juni 2006 14
bila dilihat bahwa sumber daya alam Jepang adalah langka untuk menopang menjadi negara
industri. Tetapi Jepang dapat mengubah negaranya menjadi negara industri maju, "micro
super power". Disebut mikro karena luas kawasan negara yang relatif lebih kecil
dibandingkan AS atau Jerman. Jepang yang "miskin" akan sumber daya alam namun mampu
menjadi negara "adidaya" IPTEK dan ekonomi. Semenrtara itu, negara Asia lain yaitu Korea
Selatan pada beberapa dekade terakhir ini juga menjadi negara industri baru yang
mempunyai pertumbuhan ekonomi yang tinggi di kawasan Asia Pasifik. Keberhasilan
pembangunan ekonomi Korea Selatan ini sangat menakjubkan dunia, walaupun negara ini
selalu dalam keadaan terancam perang dengan Korea Utara.
Semua itu menunjukan bahwa human Capital menjadi suatu faktor penentu dalam
pembangunan bangsa seperti beberapa contoh yang dikemukakan di atas, dan dalam
konteks Indonesia hal itu perlu menjadi cermin dengan kecerdasan mencontoh keberhasilan
negara lain tanpa merusak kultur bangsa. Indonesia sebagai negara yang kaya akan sumber
daya alam (kekayaan hutan tropis, kekayaan lautan yang luas, hasil tarnbang, flora dan fauna
yang sangat variatif, dan sebagainya) disertai sumber daya manusia yang cukup banyak,
jelas berpotensi menjadi negara maju. Potensi dan keberhasilan pembangunan Indonesia
pada akhirnya akan ditentukan oleh kualitas SDM/Human Capital yang ada, dan ini jelas
perlu terus dibina dan ditingkatkan

6. Pengembangan Human Capital


Pendidikan dan pelatihan adalah investasi terpenting dalam modal manusia, baik secara
individu maupun sosial. Dengan budaya dan sistem ekonomi yang berbeda-beda. Pendapatan orang-
orang yang berpendidikan lebih tinggi hampir selalu jauh di atas rata-rata, walaupun pendapatan seperti
itu umumny-a lebih besar di negara-negara yang kurang berkembang. Oleh karena itu dalam upaya
pengembangan human capital perhatian pada aspek pendidikan menjadi penting, baik untuk
kepentingan sosial maupun ekonomi dengan mengambil pelajaran dari negara-negara yang sudah maju,
terutama yang mempunyai kedekatan kultural, sehingga dapat berjalan baik dengan dukungan penuh
dari masyarakat.
Sebagai contoh apa yang dilakukan Jepang dalam menghadapi persaingan dengan
mengembangkan human capital berbasis budaya sendiri untuk kepentingan ekonomi pada
perusahaan-peresahaan mereka. Dalam bukunya yang berjudul Theory Z, William G.Ouchi
(Suyadi. 1995:39), guru besar Graduate School of California (AS) menjelaskan model
organisasi Jepang yang memungkinkan perusahaan-perusahaan di negara itu mampu
mengalahkan perusahaan yang berada di negara lain yang sudah lebih dulu mapan di jajaran
negara maju. Selama berabad-abad dan turun-temurun, menurut Ouchi, secara tradisional
masyarakat Jepang terbiasa hidup berdekatan dengan pat - a tetangganya sehingga memiliki
"privacy" yang sangat terbatas. Inilah yang menyebabkan orarng Jepang dalam kapasitas
masing-masing, mampu bekerja sama dengan orang lain secara harmonis dan menekan
sekecil mungkin benturan kepentingan yang mungkin muncul. Hal ini, menurut Ouchi
selanjutnya, berbeda dengan sumber daya manusia di AS, di mana terdapat penghargaan
yang tinggi terhadap kebebasan individu, menyebabkan kepentingan individu satu dengan
lainnya dapat berlawanan. Padahal, kegiatan produksi di dalam suatu industri membutuhkan
kerja sama yang erat untuk mencapai tujuan, bukan individualisme.
Selanjutnya, Jepang sebagai raksasa ekonomi baru, ternyata diikuti pula oleh raksasa
ekonomi baru yang lain, yakni Korea Selatan. Sehingga muncul gagasan yang dituangkan
dalam buku "Let's Create the 'W' Theory" (Suyadi. 1995:39) yang ditulis Guru Besar
Universitas Nasional Seoul, Prof. Myon Woo Lee. Buku ini menyarankan pengembangan
aspek budaya teknologi dan industri khas Korea Selatan untuk menjadikan Korea Selatan
sebagai salah satu adidaya ekonomi di dunia.
Dalam buku itu iuga disarankan optimalisasi pernggunaan aset budaya, keunggulan
geografis, sikap budaya penduduk yang unik, sumber daya alam dan kreativitas untuk men -
jadikan Korea Selatan menjadi salah satu pusat ekonomi paling maju di dunia. Menurut Prof.
Lee, Teori W cocok dengan kondisi budaya Korea Selatan yang menonjolkan aspek
Jurnal Equilibrium jan-juni 2006 15
kekeluargaan. dalam risetnya, Lee mengambil beberapa contoh karakteristik khusus dalam
praktik usaha di Korea Selatan. Salah satu karakteristik inti adalah solidaritas antar rekan
sekerja sebagai penentu utama berhasilnya operasi suatu perusahaan. Artinya sukses suatu
organisasi hanya dicapai jika setiap orang yang terlibat dalam pekerjaan memiliki tujuan
sama. Dalam lingkungan seperti ini, para pekerja akan terdorong bekerja lebih keras dan
lebih kreatif, sehingga hasilnya adalah pencapaian tujuan yang optimal. Karakter seperti ini
muncul dari kesadaran kelompok yang berakar kuat dengan naluri ke keluargaan yang kental.
Masyarakat Korea Selatan lebih terikat pada konsep keluarga yang besar ketimbang
hubungan kontrak vang didasarkan pada keuntungan uang semata. Kekerabatan bagi mereka
adalah persaudaraan antarmanusia dan tanggung iawab moral.
Di Korea Selatan orang dapat berharap mencapai sukses lebih besar dalam sistem di
mana kepedulian pada sumber daya manusia sangat besar, dibanding dalam sistem yang
semata-mata menekankan pada efisiensi. Masyarakat Korea Selatan juga lebih mempercayai
atasan atau pimpinan yang menunjukkan kepedulian yang tulus dan rela berbagi dalam
kesenangan dan kesulitan. dibanding kepada atasan atau pimpinan yang memanfaatkan ke -
kuasaan. Sehingga pada saat menghadapi problem rumit, masalah tersebut dapat dijabarkan
secara sistematis dan jelas kepada semua anggota tim "problem solving" secara bersama. Ini
adalah wujud kegairahan kerja baru yang diusulkan Prof. Lee dalam teorinya. Singkatnya,
manajemen harus membangun suatu iklim dan suasana kerja (morale) yang bisa
membangkitkan rasa kekeluargaan, untuk mencapai tujuan bersama. Manajemen haruslah
juga mampu mendorong inisiatif dan kreativitas. Kondisi seperti inilah yang akan memberikan
kegairahan baru kepada pekerja dan dapat menciptakan sikap antusias untuk bersatu dalam
organisasi yang sukses.
Semua itu pada dasarnya merupakan hasil dari suatu upaya pengembangan human
capital yang tepat sesuai dengan karakter kultur masyarakatnya. Untuk itu pengembangan
SDM/Human Capital perlu menjadikan nilai-nilai budaya yang sebagai strategi yang dapat
mendorong dan menopang dalam pelaksanaannya. Adapun program-program teknis
pengembangan human capital dapat dilakukan untuk pengembangan Human Capital adalah :
 Pendidikan persekolahan, yaitu pendidikan yang dilakukan dalam lembaga pendidikan
formal/sekolah
 Pelatihan, yaitu upaya untuk meningkatkan keterampilan yang dapat berntuk pelatihan
umum, pelatihan khusus, dengan format penyelenggaraan pelatihan ditempat kerja, atau
pelatihan diluar tempat kerja
Upaya pengembangan human capital merupakan kewajiban bersama antara pemerintah dan
masyarakat, hal ini perlu terus dikordinasikan dengan baik karena pengembangan human
capital secara hakiki merupakan kebutuhan bangsa, dan keterlibatan semuanya menjadi
dasar bagi keberhasilannya.
Karena pengambangan human capital merupakan suatu kebutuhan, maka adalah
pada tempatnya apabila investasi dalam bidang ini mendapat perhatian dan prioritas, baing
oleh pemerintah, dunia usaha, maupun masyarakat pada umumnya. Hal ini tidak lain karena
bila human capital yang dimiliki suatu bangsa punya kualitas bagus, maka dunia usaha,
masyarakat dan negara/pemerintah akan mendapat manfaat yang besar, karena
partisipasinya dalam pembangunan bangasa akan mampu mendorong percepatannya,
sehingga kulitas hidup masyarakat akan terus meningkat kearah yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA
Becker. Gary S, 1992. Human Capital: A Theoritical and Empirical Analysis with Special Reference to
Education. American Bureau of Economic Research
Cohn. Elchanan, 1979. The Economics Of Education, Ballinger Publishing Company.

Jurnal Equilibrium jan-juni 2006 16


Hall. Mark L. Lengnick and Cynthia A. Lengnich Hall. 2003. Human Resources Management in The
Knowledge Economy. Berrett Koehler Publisher.
Fitz-ent. Jac, 2000. The ROI of Human Capital, American Management Association.
Johns. Roe L, et al. 1983. The Economics and Financing of Education, Prentice Hall. Inc
Lascelles Anderson. Douglas M. Windham.1982 Education and Development, Lexington Books, D.C.
Health and Company, Massachusetts, Toronto
Leslie Larry L. and Paul T. Brinkman, 1993. The Economic Value of Higher Education , American
Council on Education, Oryx Press
Prawirosentanu. Suyadi. 1995. Model Pengembangan SDM Negara-negara Berkembang, BPFE. UGM
Yogyakarta

Jurnal Equilibrium jan-juni 2006 17

Anda mungkin juga menyukai