Anda di halaman 1dari 2

a.

Tuliskan minimal 3 (tiga) konsep beserta deskripsinya yang Anda temukan di dalam
bahan ajar;
b. Lakukan kontekstualisasi atas pemaparan materi dalam bahan ajar dengan realitas
sosial;
c. Merefleksikan hasil kontekstualisasi materi bahan ajar dalam pembelajaran bermakna.

A. Tuliskan minimal 3 (tiga) konsep beserta deskripsinya yang Anda temukan di dalam
bahan ajar;
1) . al-Haya' (Malu) Menurut bahasa malu berarti merasa sangat tidak enak hati seperti
hina atau segan melakukan sesuatu karena ada rasa hormat, agak takut, kepada
pihak lain. Sedang menurut istilah adalah sifat seseorang merasa tidak enak apabila
meninggalkan kewajiban sebagai hamba Allah Swt. dan meninggalkan laranganNya.
Malu adalah sifat atau perasaan yang membentengi seseorang dari melakukan yang
rendah atau kurang sopan. Ajaran Islam mengajarkan pemeluknya memiliki sifat
malu karena dapat menyebankan akhlak seseorang menjadi tinggi. Orang yang tidak
memiliki sifat malu, akhlaknya akan rendah dan tidak mampu mengendalikan hawa
nafsu. Perasaan malu muncul dari kesadaran akan perasaan bersalah tetapi
sebenarnya perasaan malu tidak sama dengan perasaaan bersalah. Rasa malu
merupakan perasaan tidak nyaman tentang bagaimana kita dilihat oleh pihak lain,
yakni Allah semata.
2. Dalil tentang al-Haya' Salah satu landasan sifat malu ini adalah merasa melihat
Allah atau merasa dilihat Allah.
3. Macam-macam al-Haya' Ada tiga macam malu yang perlu melekat pada seseorang,
yaitu:
1. Malu kepada diri sendiri ketika sedikit melakukan amal saleh kepada Allah dan
kebaikan untuk umat dibandingkan orang lain. Malu ini mendorongnya
meningkatkan kuantitas amal saleh dan pengabdian kepada Allah dan umat.
2. Malu kepada manusia. Ini penting karena dapat mengendalikan diri agar tidak
melanggar ajaran agama, meskipun yang bersangkutan tidak memperoleh
pahala sempurna lantaran malunya bukan karena Allah. Namun, malu seperti ini
dapat memberikan kebaikan baginya dari Allah karena ia terpelihara dari
perbuatan dosa.
3. Malu kepada Allah. Ini malu yang terbaik dan dapat membawa kebahagiaan
hidup. Orang yang malu kepada Allah, tidak akan berani melakukan kesalahan
dan meninggalkan kewajiban selama meyakini Allah selalu mengawasinya.
4. Hikmah Mempelajari al-Haya' Di antara hikmah mempelajari materi ini adalah agar
menyadari bahwa memiliki rasa malu adalah bagian dari keimanan. Sebagai pendidik
perlu menjadikan materi ini sebagai modal, baik untuk diri sendiri maupun untuk
peserta didik. Pelajaran penting ini bisa sebagai bahan memuliakan diri sendiri, Allah
SWT, sesama manusia dan makhluk lain.
3) al-Khauf (Takut)
1. Pengertian al-Khauf Secara bahasa, khauf adalah lawan kata al-amnu. Al-Amnu
adalah rasa aman, dan khauf adalah rasa takut. Khauf adalah perasaan takut
terhadap siksa dan keadaan yang tidak mengenakkan karena kemaksiatan dan dosa
yang telah diperbuat. Raja’ adalah perasaan penuh harap akan surga dan berbagai
kenikmatan lainnya, sebagai buah dari ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Bagi
seorang muslim, kedua rasa ini mutlak dihadirkan. Karena akan mengantarkan pada
satu keadaan spiritual yang mendukung kualitas keberagamaan.
2. Alasan Memiliki Sifat al-Khauf Kenapa kita harus mempunyai sifat khauf, ada
beberapa alasan: Supaya ada proteksi diri. Terutama dari perbuatan kemaksiatan atau
dosa. Karena, nafsu selalu menyuruh kita untuk melakukan perbuatan buruk dan tidak
ada kata berhenti dalam menjerumuskan kita. Oleh karena itu, kita harus membuat
nafsu menjadi takut. Menurut ahli hikmah, “Suatu ketika nafsu mengajak berbuat
maksiat, lalu ia keluar dan berguling- guling di atas pasir yang panas seraya berkata
kepada nafsunya, “Rasakanlah! Neraka jahanam itu lebih panas dari pada yang anda
rasakan ini.” Kedua, agar tidak ujub atau berbangga diri dan sombong. Sekalipun kita
sedang dalam zona taat, kita harus selalu waspada terhadap nafsu. Perasaan paling
suci, paling bersih dan paling taat adalah di antara siasat halus nafsu. Karena itulah
nafsu harus tetap dipaksa dan dihinakan tentang apa yang ada padanya,
kejahatannya, dosa-dosa dan berbagai macam bahayanya.
3. Dalil tentang al-Khau f Begitu pula orang-orang yang tekun beribadah, mereka akan
berjibaku apabila ia teringat surga yang indah dengan berbagai kenikmatannya;
kecantikan bidadaribidadarinya, kemegahan istananya, kelezatan makanan dan
minumannya, keindahan pakaian dan keelokan perhiasannya dan semua yang
disediakan Allah di dalamnya.
4. Hikmah Mempelajari al-Khauf Bagaimana kalau orang yang tidak memiliki rasa takut
dan tidak punya harapan? Tentu dia akan sembarangan dalam beramal atau tidak
mau berbuat apa-apa.
3) ar-Rahiim (Kasih Sayang)
1. Pengertian ar-Rahiim Kasih sayang merupakan karunia nikmat yang sangat
didambakan oleh semua orang. Karena dengan sifat ini, dapat tercipta kepedulian,
kedamaian dan rasa empati kepada orang lain
2. Dalil tentang ar-Rahiim Hadis yang membicarakan kasih sanyang diantaranya yang
artinya sebagai berikut: (1). “Sekali-kali tidaklah kalian beriman sebelum kalian
mengasihi”, (2)” Kasih sayang itu tidak terbatas pada kasih sayang salah seorang di
antara kalian kepada sahabatnya (mukmin), tetapi bersifat umum (untuk seluruh umat
manusia” (H.R. Thabrani). Islam, sebagai agama rahmatan lil ‘alamin atau rahmat bagi
seluruh alam, juga mengajarkan bahwa kasih sayang tidak hanya berlaku antar
manusia, melainkan juga pada hewan, tumbuhan dan lingkungan di sekitarnya.

B. Lakukan kontekstualisasi atas pemaparan materi dalam bahan ajar dengan realitas
sosial;
Melalui materi pada kegiatan belajar ini kita bisa mendalami nilai moderasi beragama.
Pengamalan al-haya’ (malu) adalah pengamalan merasa tidak mau melakukan perbuatan
yang berlebihan, ini mencerminkan nilai tawassuth (mengambil jalan tengah) dalam
moderasi beragama. Pengamalan al-khauf (takut) adalah pengamalan menjalankan
sesuatu karena takut akan hari pembalasan, dan menjalankan sesuai dengan aturan
yang Allah tetapkan, ini menggambarkan nilai i’tidal (adil tegak lurus). Menjadi pemaaf
adalah idaman setiap orang karena memberikan ketenangan, memberi maaf pada orang
yang melakukan kesalahan akan menjalin kembali komunikasi dan terwujud juga nilai
syura (musyawarah).
C. Merefleksikan hasil kontekstualisasi materi bahan ajar dalam pembelajaran
bermakna.
Setelah mempelajari materi Akhlak Terhadap Diri Sendiri dan Orang Lain yang mencakup
al-haya' (malu), al-khauf, ar-rahiim (kasih sayang), pemaaf, ikhlas, toleransi apakah
hikmah atau spirit yang dapat saudara mahasiswa ambil dan terapkan dalam
pembelajaran PAI?

Anda mungkin juga menyukai