LK Modul 7
LK Modul 7
NAUFAL FARRAS
NPM: 140310190065
Abstrak
Cahaya memiliki sifat dualisme yaitu cahaya sebagai partikel dan cahaya sebagai
gelombang. Sifat cahaya sebagai gelombang salah satunya adalah dispersi atau
penguraian cahaya. Dispersi ini merupakan peristiwa penguraian cahaya
polikromatik menjadi monokromatik dan dapat terjadi pada prisma dimana
prisma berperan sebagai medium pendispersi. Hasil penguraian cahaya ini
menghasilkan spektrum warna yang terdiri atas 7 warna yaitu merah, jingga,
kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Spektrum warna yang dihasilkan ini dapat
dilihat dengan menggunakan spektrometer. Alat-alat yang digunakan yaitu lampu
Hg sebagai sumber cahaya, power supply sebagai sumber tegangan lampu,
berbagai macam prisma sebagai medium pendispersi, dan juga spektrometer-
goniometer. Langkah yang dilakukan adalah menyalakan power supply agar
lampu bisa menyala dan menunggu 5 menit sampai lampu panas dan berwarna
putih. Gelombang permukaan air memiliki kemampuan untuk melewati sebuah
celah atau bukaan didepannya. Setelah gelombang melewati celah atau
penghalang, maka akan terlihat sebuah gelombang baru dengan celah sebagai
pusat gelombangnya. Seluruh peristiwa tersebut dipengaruhi oleh salah satu sifat
gelombang, yaitu difraksi. Masih banyak peristiwa – peristiwa difraksi yang
sering terjadi di sekeliling kita mulai dari yang sederhana hingga rumit. Untuk
lebih memahami mengenai sifat difraksi pada gelombang ini, salah satunya dapat
dilakukan mengenai sifat difraksi pada gelombang ini, salah satunya dapat
dilakukan melalui percobaan difraksi celah dan kisi ganda. Percobaan ini
bertujuan untuk menentukan pola dan intensitas difraksi dari celah dan kisi ganda
serta menentukan panjang gelombang dari sumber cahaya berupa sinar laser.
Kata kunci: Difraksi, Intensitas, Panjang Gelombang
2 Sebutkan tujuan dari praktikum ini:
1. Menentukan pola dan intensitas difraksi dari celah dan kisi ganda
2. Mentukan posisi intensitas minimum pertama yang berhubungan dengan celah tunggal.
Harga intensitas minimum pertama tersebut digunakan untuk menghitung lebar dari
celah.
3. Menentukan distribusi intensitas pola difraksi dari celah kelipatan tiga, kelipatan empat
dan kelipatan lima, dimana seluruh celah memiliki lebar dan jarak antar celah yang
sama. Selanjutnya menaksir hubungan intensitas dari puncak pusat difraksi.
4. Menentukan posisi dari puncak beberapa orde dari difraksi untuk kisi transmisi dengan
konstanta kisi yang berbeda. Selanjutnya menggunakan nilai yang diperoleh untuk
menghitung panjang gelombang dari laser.
Nama: M. NAUFAL FARRAS
NPM: 140310190065
Yang dapat ditentukan dalam praktikum Difraksi Celah Dan Kisi Ganda, sebagai
berikut:
1. Resistansi
2. Jumlah celah pada kisi
3. Jarak kisi ke layar yang telah ditentukan
Pola difraksi akan terlihat pada layar jika seberkas sinar yang koheren dilewatkan pada
sebuah tepi tajam. Difraksi yaitu peristiwa pelenturan gelombang ketika melewati celah
sempit. Gelombang akan mengalami difraksi jika panjang gelombangnya lebih kecil
daripada lebar celahnya. Difraksi dibedakan menjadi difraksi celah tunggal dan difraksi
pada kisi. Menurut Huygens, tiap bagian celah berfungsi sebagai sumber gelombang
sehingga cahaya dari satu bagian celah dapat berinterferensi dengan cahaya dari celah
lainnya.
Interferensi adalah perpaduan antara dua atau lebih gelombang yang saling menguatkan
atau melemahkan. Syarat terjadinya interferensi yaitu kedua gelombang harus koheren,
yang mana kedua gelombang harus memiliki beda fasa yang selalu tetap, memiliki
frekuensi yang sama serta memiliki amplitudo yang sama. Interferensi dibedakan menjadi
Nama: M. NAUFAL FARRAS
NPM: 140310190065
5 Tentukan:
a. Buatlah grafik hubungan intensitas difraksi I sebagai fungsi dari posisi x untuk celah
dengan kelipatan n.
0.000002
0.0000015
kiri
0.000001
0.0000005 kanan
0
0 2 4 6 8
orde-n
0.00001
0.000008
0.000006 kiri
0.000004 kanan
0.000002
0
0 2 4 6 8
Orde-n
0.000003
Intensitas
0.000002
kiri
0.000001 kanan
0
0 2 4 6 8
Orde-n
b. Buatlah grafik hubungan jarak puncak-puncak difraksi sampai orde ke tiga (K3)
sebagai fungsi dari konstanta kisi. Dengan menggunakan ungkapan 7, tentukan nilai
rata-rata panjang gelombang sinar laser yang digunakan .
Grafik
4.00E-14
3.00E-14 L = 0,3 m
Puncak
L = 0,3 m
2.00E-14
L = 0,43 m
1.00E-14 L = 0,43 m
L = 0,55 m
0.00E+00
-4 -2 0 2 4 L = 0,55 m
Orde
Untuk 𝐿 = 0,43 𝑚
((5,81395×10−7 )×7)+7,26744×10−7
𝜆̅ = 8
(4,06977×10 −6 )+(7,26744×10−7 )
𝜆̅ = 8
4,79651×10−6
𝜆̅ = 8
𝜆̅ = 5,99564 × 10−7
Untuk 𝐿 = 0,55 𝑚
𝜆̅ =
((9,09091×10−7 )×2)+((6,81818×10−7 )×2)+((6,06061×10−7 )×3)+((5,68182×10−7 )×2)
+(5,45455×10−7 )+(5,30303×10−7 )+(6,36364×10−7 )
12
7,84848×10−6
𝜆̅ = 12
𝜆̅ = 6,5404 × 10−7 𝑚
b. Kisi : 8 𝑔𝑎𝑟𝑖𝑠/𝑚𝑚
Untuk 𝐿 = 0,3 𝑚
((4,16667×10−7 )×2)+((5,20833×10−7 )×2)+(0,000000625×2)
+(4,86111×10−7 )+(6,94444×10−7 )
𝜆̅ = 8
4,30556×10−6
𝜆̅ = 8
𝜆̅ = 5,38194 × 10−7 𝑚
Untuk 𝐿 = 0,43 𝑚
Nama: M. NAUFAL FARRAS
NPM: 140310190065
𝜆̅ = 5,60433 × 10−7 𝑚
Untuk 𝐿 = 0,55 𝑚
𝜆̅ =
((5,68182×10−7 )×3)+((6,06061×10−7 )×2)+((6,81818×10−7 )×3)+(5,45455×10−7 )
+(4,54545×10−7 )+(6,363634×10−7 )+(0,000000625)
12
7,22348×10−6
𝜆̅ = 12
𝜆̅ = 6,01957 × 10−7 𝑚
c. Kisi : 10 𝑔𝑎𝑟𝑖𝑠/𝑚𝑚
Untuk 𝐿 = 0,3 𝑚
((6,66667×10−7 )×7)+((5,55556×10−7 )×2)+(0,0000005)
+(5,83333×10−7 )+(5,33333×10−7 )
𝜆̅ = 12
7,39444×10−6
𝜆̅ = 12
𝜆̅ = 6,16204 × 10−7 𝑚
Untuk 𝐿 = 0,43 𝑚
𝜆̅ =
((6,97674×10−7 )×2)+((5,81395×10−7 )×2)+((6,20155×10−7 )×3)+(5,81395×10−7 )
+(5,5814×10−7 )+(6,39535×10−7 )+(6,04651×10−7 )
10
6,18217×10 −6
𝜆̅ = 10
𝜆̅ = 6,18217 × 10−7 𝑚
Untuk 𝐿 = 0,55 𝑚
((6,97674×10−7 )×2)+(5,90909×10−7 )+(5,81818×10−7 )+(6,36364×10−7 )
+(6,66667×10−7 )+(6,060601×10−7 )+(6,81818×10−7 )
𝜆̅ = 10
6,05455×10−6
𝜆̅ = 10
𝜆̅ = 6,05455 × 10−7 𝑚
d. Kisi : 50 𝑔𝑎𝑟𝑖𝑠/𝑚𝑚
Untuk 𝐿 = 0,3 𝑚
((0,0000006)×3)+((5×10−7 )×2)+(4×10−7 )
+(4,89×10−7 )+(5,77778×10−7 )
𝜆̅ = 8
4,2667×10 −6
𝜆̅ =
8
𝜆̅ = 5,333 × 10−7 𝑚
Untuk 𝐿 = 0,43 𝑚
(1,40482×10−27 )+((5,5814×10−7 )×2)+(5,35×10−7 )+(6,51×10−7 )
𝜆̅ = 5
Nama: M. NAUFAL FARRAS
NPM: 140310190065
2,30233×10 −6
𝜆̅ = 5
𝜆̅ = 5,75581 × 10−7 𝑚
Untuk 𝐿 = 0,55 𝑚
(6,18182×10−7 )+(6,55×10−7 )+(6,36×10−7 )+(6,67×10−7 )
(5,63636×10−7 )+(5,93939×10−7 )+(5,90909×10−7 )+(5,91×10−7 )
𝜆̅ = 8
4,91515×10−6
𝜆̅ = 8
𝜆̅ = 6,14394 × 10−7 𝑚
c. Tentukan nilai intensitas dari pusat puncak difraksi dari objek p = ... sampai p = ....,
maupun nilai relatif yang dinyatakan secara empirik berdasarkan ungkapan 6
Intensitas dari Pusat Puncak Difraksi
𝐼 = 𝑃2
Keterangan:
I = intensitas (Cd)
P= daya (Watt)
a. Intensitas pada 4 garis/ mm
Pada L =0,43 m (data 1)
a. Intensitas kiri
𝐼 = 𝑃2
𝐼 = (3,365𝑥10−7 )2
𝐼 = 1,131𝑥10−13 𝐶𝑑
b. Intensitas kanan
𝐼 = 𝑃2
𝐼 = (3,365𝑥10−7 )2
𝐼 = 1,131𝑥10−13 𝐶𝑑
𝐼 = 𝑃2
𝐼 = (0,9𝑥10−7 )2
𝐼 = 8,1𝑥10−14 𝐶𝑑
b. Intensitas kanan
𝐼 = 𝑃2
𝐼 = (0,9𝑥10−7 )2
𝐼 = 8,1𝑥10−14 𝐶𝑑
𝐾𝑆𝑅 = 5,25%
Untuk 𝐿 = 0,55 𝑚
(5,99564×10−7 )−(6,328×10−7 )
𝐾𝑆𝑅 = | | × 100%
6,328×10−7
𝐾𝑆𝑅 = 5,25%
b. Kisi : 8 𝑔𝑎𝑟𝑖𝑠/𝑚𝑚
Untuk 𝐿 = 0,3 𝑚
(5,38194×10−7 )−(6,328×10−7 )
𝐾𝑆𝑅 = | | × 100%
6,328×10−7
𝐾𝑆𝑅 = 14,95%
Untuk 𝐿 = 0,43 𝑚
(5,60433×10−7 )−(6,328×10−7 )
𝐾𝑆𝑅 = | | × 100%
6,328×10−7
𝐾𝑆𝑅 = 11,436%
Untuk 𝐿 = 0,55 𝑚
(6,01957×10−7 )−(6,328×10−7 )
𝐾𝑆𝑅 = | | × 100%
6,328×10−7
𝐾𝑆𝑅 = 4,87%
c. Kisi : 10 𝑔𝑎𝑟𝑖𝑠/𝑚𝑚
Nama: M. NAUFAL FARRAS
NPM: 140310190065
Untuk 𝐿 = 0,3 𝑚
(6,16204×10−7 )−(6,328×10−7 )
𝐾𝑆𝑅 = | | × 100%
6,328×10−7
𝐾𝑆𝑅 = 2,62%
Untuk 𝐿 = 0,43 𝑚
(6,18217×10−7 )−(6,328×10−7 )
𝐾𝑆𝑅 = | | × 100%
6,328×10−7
𝐾𝑆𝑅 = 2,3%
Untuk 𝐿 = 0,55 𝑚
(6,05455×10−7 )−(6,328×10−7 )
𝐾𝑆𝑅 = | | × 100%
6,328×10−7
𝐾𝑆𝑅 = 4,3%
d. Kisi : 50 𝑔𝑎𝑟𝑖𝑠/𝑚𝑚
Untuk 𝐿 = 0,3 𝑚
(5,33333×10−7 )−(6,328×10−7 )
𝐾𝑆𝑅 = | | × 100%
6,328×10−7
𝐾𝑆𝑅 = 15,72 %
Untuk 𝐿 = 0,43 𝑚
(5,75581×10−7 )−(6,328×10−7 )
𝐾𝑆𝑅 = | | × 100%
6,328×10−7
𝐾𝑆𝑅 = 9,04%
Untuk 𝐿 = 0,55 𝑚
(6,14394×10−7 )−(6,328×10−7 )
𝐾𝑆𝑅 = | | × 100%
6,328×10−7
𝐾𝑆𝑅 = 2,9%
terang yanglainnya. Jika dilihat dari data hasil percobaan dari setiap variasi nilai N,
intensitas maksimum terjadi pada orde 0. Hal ini dikarenakan sinar akan semakin terang
mendekati terang pusatnya dan akan semakin gelap apabila menjauhi terang pusatnya. Hal
ini telah sesuai dengan teori, bahwa intensitas maksimum berada pada sudut 0° atau pada
orde 0, dimana semakin besar orde maka semakin besar pula nilai sudutnya, sehingga
intensitasnya berkurang. Berdasarkan hasil percobaan dan teori interferensi pada terang
pusat merupakan titik pusat terjadinya interferensi maksimum dimana bedafasanya adalah
0°, hal ini dikarenakan semakin jauh jarak terangnya (y) maka semakin kecil pula
intensitasnya. Sehingga, hubungan antara intensitas dengan orde adalah berbanding
terbalik. Hal ini pun telah sesuai dengan grafik yang dihasilkan yang menunjukkan
penurunan kurva intensitas pada setiap kenaikan orde (n) baik pada y kanan maupun y kiri.
Pada grafik tersebut, baik pada pola terang ke kanan dan ke kiri yang melewati terang pusat
yaitu pada orde 0. Terdapat kesesuaian pula dengan teori percobaan Young dimana ketika
sinar monokromatik yang memancarkan melalui celah akan menghasilkan pola gelap
terang, dimana pola gelap terjadi karena interferensi minimum yaitu ketika 2 gelombang
atau lebih tidak sefasa (180°) dan pola terang terjadi karena hasil interferensi maksimum
yaitu ketika 2 gelombang atau lebih mempunyai fasa yang sama sehingga saling
menguatkan, dimana interferensi tersebut adalah hasil penggabungan muka gelombang
baru yang dihasilkan dari pembelokkan pada celah pada sudut tertentu, hal ini sesuai
dengan prinsip Huygens.