Materi Ke-HES-an FINAL
Materi Ke-HES-an FINAL
Keresahan yang sering kali dialami seorang pelajar yang akan meneruskan ke
jenjang perguruan tinggi adalah memilih bidang khusus atau jurusan yang nantinya
akan digunakan sebagai suatu keahlian dalam memasuki dunia kerja. Mengetahui Skill
dan kompetensi diri menjadi acuan penting untuk memilih jurusan. Sehingga nantinya
kita mengetahui dalam bidang dan jurusan apa kita akan terjun. Namun tidak semua
orang paham akan kompetensi dirinya masing-masing, bahkan karena kurangnya
mengasah diri terkadang kelebihan dan potensi yang dimiliki, tidak dapat disalurkan
dengan baik. Yang kemudian melahirkan pilihan atau keputusan yang tidak matang
atau bahkan seadanya dalam menentukan jurusan. Yang menimbulkan ketidaktauan
akan jurusan yang diambil. Hal ini kerap kali dialami mahasiswa di dunia perkuliahan
sehingga salah mengambil jurusan, tidak sesuai minat ataupun hal lainya. Hal ini yang
perlu menjadi konsen penuh dalam menentukan keputusan dan langkah selanjutnya
dalam mengatasi hal tersebut. Oleh sebab itu pada penulisan diskursus ini ingin
mengangkat isu keresahan yang dialami dalam penetapan pilihan bidang keahlian
khususnya jurusan hukum ekonomi syariah yang sudah dipilih dengan tujuan
pengenalan tentang lingkup HES secara umum, serta secara terperinci dari Hukum,
Ekonomi, dan Syariah sebagai pengantar dasar teori sehingga mahasiswa bisa lebih
mengembangkan potensi diri yang dimiliki dari apa yang bisa dipahami dibidang HES
dan kepercayaan dirinya dalam mengembangkan sesuatu melalui bidang HES.
A. HUKUM
Sarjana Hukum itulah yang nantinya akan disandang sebagai mahasiswa pada
prodi hukum ekonomi syariah yang mana artinya merupakan seseorang lulusan yang
lingkup keahlianya akan bergerak pada bidang peradilan atau persoalan hukum.
Menurut para ahli hukum memiliki definisi. Pengertian Hukum sendiri menurut J.C.T
Simorangkir dan Woerjono Sastropranoto: hukum adalah peraturan yang bersifat
memaksa, yang menentukan tingkah laku manusia dalam lingkungan masyarakat yang
dibuat oleh badan resmi yang berwajib, pelanggaran mana terhadap peraturan ini
berakibat diambilnya tindakan, yaitu dengan hukuman. Hukum dibuat sebagai sebuah
peraturan dan norma yang di buat untuk mengatur masyarakat agar tercipta
lingkungan yang kondusif dan masyarakat yang adil. Yang mana artinya seorang ahli
yang mempelajari bidang hukum harus peka akan persoalan dan isu yang tengah
beredar di masyarakat menjadi salah satu syarat sebagai sarjana hukum dalam
menganalisa sampai dapat menangani sebuah kasus. Seorang ahli hukum tidak hanya
semata-mata harus berjalan di runag lingkup pengadilan. Banyak bidang keahlian yang
dapat ditekuni dari seorang lulusan sarjana hukum, selain menjadi hakim, panitera,
ataupun pengacara. Apalagi HES merupakan bidang khusus hukum yang menganani
tentang sengketa atau masalah ekonomi syariah yang nantinya berada dibawah ranah
pengadilan agama.
Produk hukum ekonomi syariah secara konkrit di Indonesia khususnya dapat
dilihat dari Fatwa DSN-MUI sebagai hukum materiil ekonomi syariah yang disertai
dengan perbagai peraturan perundang-undangan lainnya. Lahirnya KHES (Kompilasi
Hukum Ekonomi Syariah) juga sebagai perkembangan hukum untuk memenuhi
kebutuhan umat Islam di Indonesia dalam melakukan perbuatan ekonomi yang
berlandaskan syariat Islam. Dengan adanya KHES dan juga berbagai fatwa maupun
peraturan perundang-undangan yang telah disahkan tersebut, maka dapat dibuktikan
bahwa Hukum Ekonomi Syariah keberadaannya sebagai salah satu hukum yang ada
dan diakui di Indonesia.7 KHES tersebut berawal dari terbitnya Undang-Undang No. 3
Tahun 2006 Tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1989 Tentang
Peradilan Agama (UUPA). Undang-Undang No.3 Tahun 2006 ini memperluas
kewenangan Pengadilan Agama sesuai dengan perkembangan hukum dan kebutuhan
umat Islam di Indonesia saat ini. Dengan perluasan kewenangan tersebut, kini
Pengadilan Agama tidak hanya memiliki kewenangan dalam menyelesaikan sengketa
di bidang perkawinan, waris, wasiat, hibah, wakaf, dan shadaqah saja, melainkan juga
menangani permohonan pengangkatan anak (adopsi) dan menyelesaikan sengketa
dalam zakat, infaq, serta sengketa hak milik dan keperdataan lainnya antara sesama
muslim, dan ekonomi syariah.
B. EKONOMI
Pada HES Hukum yang dipelajari merupakan percabangan dari dan bidang
khusus ekonomi. Ekonomi juga merupakan salah satu unsur penting dalam
kehidupan. Ekonomi juga merupakan cabang ilmu pengetahuan yang banyak dikaji
dan dipelajari. Hal ini dikarenakan ekonomi merupakan salah satu aspek penting
dalam kehidupan manusia. Ekonomi sendiripun merupakan cabang ilmu sosial yang
mana keterkaitanya adalah seputar tata pengelolaan menajemen dalam bertransaksi
dan berbisnis yang bertujuan untuk mendapatkan kesejahteraan hidup. Oleh karena itu
bisnis tidak dapat lepas dari keterkaitan kegiatan ekonomi. Bisnis merupakan kerja
sama yang terjalin antar orang yang melakukan bisnis dengan tujuan untuk
mendapatkan keuntungan dan saling melengkapi antar kebutuhan sesama. Setiap
harinya manusia terus melakukan cara bagaimana agar dapat mengembangkan inovasi
dan memanfaatkan peluang yang ada agar dapat menjalankan ekonomi dan
mengetahui bagaimana agar memiliki bisnis yang mapan. Mengingat bidang ini
memiliki salah satu sistem utama berupa menajemen dan tata kelola bisnis atau
perdagangan. Yang kemudian dalam perkembanganya banyak masyarakat yang
mayoritas muslim membutuhkan kegiatan ekonomi yang dasar dan pengaturanya
berjalan sesuai dengan ketentuan syariat Islam. Tidak hanya semata-mata orang Islam
saja sistem ekonomi yang diajarkan oleh syariat Islam terbukti banyak membawa
kemaslahatan bagi semua pihak.
Menurut Yusuf Qardhawi, pengertian ekonomi syariah adalah ekonomi yang
berdasarkan pada ketuhanan dengan tujuan akhirnya kepada Tuhan dan
memanfaatkan sarana yang tidak lepas dari syariat Tuhan. Sistem ekonomi dalam islam
mengutamakan semua pihak mendapat keuntungan yang sama, karna bahwa segala
sesuatunya merupakan kepemilikan tuhan yang artinya dalam menjalankan sesutau
kita diberi amanah dalam mengelolalnya. Menurut Monzer Kahf, pengertian ekonomi
syariah adalah bagian dari ilmu ekonomi yang bersifat interdisipliner. Kegiatan
ekonomi dan kerja sama dalam dunia bisnis akad yang dilakukan dengan tujuan
kebaikan dan tolong-menolong, bukan semata-mata untuk tujuan komersial atau demi
keuntungan. Contohnya seperti akad wadiah, wakalah, wakaf, hibah, wasiat, qardh, hiwalah,
kafalah. Berbeda halnya dengan akad tijari adalah segala macam perjanjian yang
menyangkut for profit transaction atau dengan tujuan mencari keuntungan. Contoh dari
akad tijari seperti akad-akad investasi, jual-beli, sewa-menyewa dan lain sebagainya
termasuk di antaranya al-bai’, al-murabahah, as-salam, al-istishna, ijarah, ijarah muntahiya
bit-tamlik, sharf.
Oleh sebab itu dari HES kita paham akan berjalanya suatu bisnis, juga
menjalankan bisnis yang sesuai dengan syariat Islam dan tidak menyalahi aturan yang
sudah ditetapkan oleh Allah Swt. tidak hanya bisa menumbuhkan skill dalam bidang
hukum namun juga bisnis atau kewirausahaan yang tidak hanya sebagai ajang untuk
memperoleh keuntungan saja namun terdapat unsur tolong-menolomng dan kerja
sama dalam mendapt keuntungam didalamnya yang berjalan sesuai dengan hukum
islam. Semua bisa menjadi seorang pengusaha yang sukses dan amanah asalkan
terdapat tekad yang kuat dan pembekalan yang matang.
C. SYARIAH
Hukum Ekonomi Syariah, uang nentunya setiap aspek yang berjalan sesuai
dengan ajaran Isalam. Bagaimana berjalanya ekonomi itu sampai pada bagaimana
pengunaan ekonomi itu dijalankan sesuai dengan syariat yang sudah diatur. Tujuanya
tidak lain adalah mendasar pada kunci ajaran dan sumber Islam yaitu Al-Qur’an yang
dinilai yang memiliki tujuan untuk saling membantu dalam bentuk kebaikan antar
sesama manusia. Sehingga masyarakat dan semua pelaksana ekonomi dapat memiliki
kesejahteraan dan keadilan sosial juga tidak adanya orang-orang yang dirugikan. Maka
pada praktiknya semua yang berjalan berdasarkan syariat Islam begitupun pada
implementasi di hukum dan ekonominhya. Kegiatan ekonomi dipandang sebagai
sarana yang memiliki keterkaitan paling banyak dalam hal interaksi manusia. Dengan
hal itu banyak hal kompleks dan perlu adanya tinjauan agar cara dan praktik yang
dilakukan memiliki tujuan saling menguntungkan dan tidak adanya ketidakseteraan
dalam pelaksanaanya ataupun persaingan yang mengakibatkan saling menjatuhkan
antara satu sama lain. Dari hal ini dapat kita simpulkan bahwa HES membantu seorang
muslim dalam menangani sengketa berdasarkan syariat yang sudah diatur dalam
islam.
Dari ketiga unsur tersebut dapat kita pahami bahwa kita telah memegang aspek-aspek
penting bidang keahlian tentunya dengan hal ini merupakan pencapaian juga tugas
bagi lulusan HES untuk dapat menggali lebih dalam apa yang bisa kita kembangkan
dari berada dalam bidang ini.
Dari ruang lingkup yang dipelajari dalam HES tentunya cukup untuk kita dapat
membranding diri dan memiliki keperpercaya diri dari keahlian yang kita dapatkan
dalam HES. Dikarenakan pada era sekarang persoalan yang dihadapi dalam ranah
pengadilan perihal sengketa ekonomi syariah sangat beragam. Sehingga kebetuahan
akan SDM yang menguasai keahlian khusus ini dibutuhkan. Hal ini dapat dilihat dari
pertama, diberikannya kewenangan menyelesaikan sengketa ekonomi Syariah
pada tahun 2016 dengan diamandemennya UU No. 7 tahun 1989 dengan UU No. 3
Tahun 2006 tentang Peradilan Agama, yang kemudian Pengadilan-pengadilan di
bawah Peradilan Agama terus berbenah dini. Saat ini Mahkamah Agung telah menjalin
kerjasama dengan berbagai negara untuk meningkatkan kualitas pemahaman
hakimnya dalam ilmu-ilmu ekonomi syariah. Kerjasama yang telah dilakukan dengan
Arab Saudi, Qatar, dan Sudan. Kerjasama juga dilakukan dengan berbagai institusi baik
nasional maupun internasional.
Kedua, penyelesaian sengketa perbankan syariah merupakan kewenangan absolut
Pengadilan Agama terutama dengan adanya Putusan Mahkamah Konstitusi No.
93/PUU-X/2012. Hal ini juga ditegaskan dalam rapat pleno pimpinan Mahkamah
Agung yang menegaskan putusan Mahkamah Konstitusi bahwa sengketa perbankan
syariah menjadi kewenangan pengadilan agama. Oleh karena itu perbedaan pendapat
pasca putusan MK tidak berlaku kembali.
Ketiga, hakim yang menyelesaikan sengketa ekonomi syariah harus hakim yang
sudah tersertifikasi. Hal ini berdasarkan pada Peraturan Mahkamah Agung No. 05/2016
tentang Sertifikasi Hakim Ekonomi Syariah..1
Dari hal ini dapat kita ketahui bersama peluang yang bisa kita ambil dalam kebutuhan
SDM yang diperlukan berdasarkan keahlian khusus yang ada pada HES sangat terlihat,
timggal bagaimana kita dapat mengelola dan manejemen diri kita sendiri dalam
menonjolkan kualitas masing-masing personal.
1
wawancara Dr. H. Yasardin, S.H., M.H, Hakim Agung, Mahkamah Agung RI. Wawancara ini
dilakukan untuk mengetahui bagaimana kesiapan Pengadilan Agama dalam menyelesaikan
sengketa ekonomi syariah.